Hari sudah malam saat Paman Tim dan Bibi Anna meninggalkan rumah baru Bryan dan Jane. Akhirnya pasangan pengantin baru itu bisa beristirahat, walau tidak benar-benar beristirahat.Jane mulai memikirkan persiapan keberangkatan mereka ke luar kota."Sayang, kau berangkat kapan? Biar aku menyiapkan barang-barangmu, ya?" tanya Jane yang langsung terlihat sibuk berbenah barang-barang Bryan, beserta miliknya.Namun, bukan jawaban yang ia terima, melainkan pelukan lembut dan hangat dirasakan Jane dari belakang.“Apa aku tidak usah pergi saja? Aku malas harus berjauhan darimu,” ucap Bryan manja.Jane mengubah posisinya dan kini berbalik berhadapan dengan Bryan."Hanya sehari dua malam saja, kan? Lusa kita bertemu lagi,” balas Jane, “Kenapa kau jadi sangat manja begini, ya ampun?" sambungnya bergumam karena merasa lucu dengan sikap manja Bryan.“Aku bisa apa? Jadwal berangkat nanti malam. Itu membuatku sakit kepala karena memikirkan tidak bisa mendapatkan jatah malamku. Membosankan." jawab Bry
"Jane? Kau di sini, Sayang?" tanya Bryan yang sudah sepenuhnya jatuh dalam kelimbungan pikiran, "Apa aku sudah sampai di rumah, ya?" sambungnya meracau karena sakit kepalanya yang luar biasa.Bryan sudah tidak sabar lagi karena tubuhnya menginginkan sesuatu yang lebih intim. Karena perempuan yang berada di sampingnya saat ini terlihat seperti Jane, dengan penuh gairah Bryan mendatangi wanita tersebut dan langsung mengecup bibir merah si wanita dengan penuh hasrat yang bergejolak. Wanita itu juga langsung membalas perlakuan Bryan padanya dengan tidak kalah panas.Lambat laun hanya terdengar suara lenguhan merdu dari keduanya yang memenuhi ruangan tersebut.Pergumulan panas terjadi hingga beberapa jam. Bryan dan wanita yang dianggapnya sebagai Jane terkapar di tempat tidur dalam keadaan polos dan tertidur pulas.Bryan tidak tahu kalau saat ini ia telah masuk ke lubang kesalahan yang menjadi awal malapetaka rumah tangganya bersama Jane.***Paginya, Bryan terbangun saat mendengar suara g
Pagi itu juga Bryan kembali ke kota di mana mereka tinggal. Ia meninggalkan pekerjaan lainnya hanya untuk pulang dan segera memeluk Jane, menumpahkan rasa bersalahnya pada sang istri yang menunggunya di rumah.Bryan yang baru tiba, langsung masuk ke dalam rumah, berharap ada sosok wanita terindunya di sana, tapi nihil, Jane tidak ada. Ia masuk ke dapur dan hasilnya sama.‘Di kamar!’ pikirnya seketika. Kemudian langsung saja ia berjalan dan masuk ke dalam kamar. Ia melihat Jane yang sepertinya baru saja selesai mandi dan duduk di depan meja rias.Bryan langsung memeluk erat tubuh Jane dari belakang dengan menempelkan dagunya di pundak Jane, yang saat ini sedang menatapnya dari cermin di meja rias.Lingkar mata yang sembab itu sedikit tersamarkan air mandi, hingga sang suami tidak bisa melihatnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.“Kau sudah pulang?” dengan nada datar, Jane bertanya dan Bryan hanya mengangguk singkat.“Ada yang ingin kau ceritakan padaku?" tanya Jane lagi, berucap tan
Perlahan mengubah posisi duduknya, Harry melepaskan kalungan tangan Milan dari lehernya. Diperhatikan oleh Harry pakaian yang dikenakan Milan saat ini.Satu set baju tidur tipis dan transparan yang mencetak jelas lingerie hitam di dalamnya. Melihat penampakan itu Harry kesulitan menahan saliva yang tercekat di tenggorokannya.Tapi entah kenapa, pikiran dan hatinya selalu bisa menang untuk menetralisir hasrat kelelakiannya saat melihat penampilan Milan yang seperti itu.“Kau sudah tahu udara sangat dingin, tapi kenapa masih memakai pakaian tipis seperti itu? Ya sudah, kita masuk saja. Nanti kau masuk angin.” jawab Harry tenang sembari menepuk tangannya yang masih berbekas sisa makanan ikan tadi.“Babe, kau tidur di kamar kita malam ini, ya? Atau aku yang tidur menunggumu bekerja di kamar belajar saja?” tanya Milan yang masih bergelayut manja di lengan Harry sembari menggesek-gesekkan belahan dadanya agar tersentuh lengan Harry.Merasakan ada hal aneh pada Milan, Harry dengan cepat mena
Masih membahas tentang Harry, Jane, dan Bryan. Setali tiga uang, ternyata Shelly menemukan sekongkolan baru.Ia yang sakit hati pada Bryan, menemukan partner pemupuk kebencian pada Jane. Sudah tentu, keduanya kini memiliki satu visi dan misi, yaitu melihat Jane dan Bryanmenderita.Shelly dengan bersemangat menceritakan kisahnya bersama Bryandi masa lalu, beserta kebencian saat melihat mantan kekasihnya itu bahagia. Ibu kandung Lizzie itu juga menceritakan tentang Megumi, temannya di Jepang yang saat ini tergila-gila pada Bryandan akan mungkin memecahkan kebahagiaan pasangan pengantin baru itu.Bak gayung bersambut, Milan sungguh bahagia jika kehancuran rumah tangga Jane terjadi. Akan setimpal rasanya dengan apa yang dirasakannya karena Harry mengubah sikap setelah perceraian saat itu.Sementara itu, pasangan yang sedang dibicarakan tengah mengalami perang dingin. Keduanya saling diam dengan pemikiran mereka masing-masing.Rumah yang awalnya hangat, kini terasa hampa karena Bryanmaupu
Megumi masih berjalan dua langkah saat Bryan memanggilnya dengan cepat."Tunggu, Megumi!" panggilan Bryan berhasil memberhentikan langkah Megumi dan kembali menoleh pada Bryan."Jadi sekarang kau ingin seperti apa?" tanya Bryan yang sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa."Kenapa kau bertanya lagi padaku? Bukannya sudah jelas kalau aku minta pertanggung jawabanmu sebagai ayah bayi ini.” Megumi berucap dan kembali duduk di tempatnya semula.Bryan kembali diam setelah Megumi kembali berucap. Hati dan nalarnya serta semua yang ada pada dirinya tentu saja menolak jika ia harus bertanggung jawab dengan apa yang belum sepenuhnya ia yakini. Tapi sepertinya itu mustahil saat Megumi sudah memberinya banyak bukti dan menantang akan memberikan Bryan bukti DNA nanti jika Bryan masih tidak percaya. Lalu bagaimana ia akan bicara pada Jane tentang semua ini? Jane pasti akan sangat hancur mendengar ini semua. Itulah isi pikiran Bryan yang kacau. Tapi tak lama, muncul sebuah ide."Bagaimana kalau s
Perdebatan dengan Megumi begitu membuat Bryan stres. Hingga saat ia tiba di rumah, tampangnya begitu kusut dan hal itu tidak luput dari pandangan Jane yang menyambutnya pulang."Apa pekerjaanmu banyak sekali? Kau terlihat sangat lelah." tanya Jane seraya memeluk singkat sambil menerima tas kantor suaminya itu.“Hmm, aku memang sangat lelah. Sepertinya habis mandi, aku akan langsung tidur.” jawab Bryan lesu.Jane tersenyum simpul. Begitu kasihannya ia melihat suaminya bersusah payah mengais rezeki untuk rumah tangga mereka. Hingga wajah dan tenaga Bryan terlihat terkuras habis. Padahal, sebenarnya tidak pun BRyan bekerja, mereka sudah sangat hidup berkecukupan. Tapi itu tentunya akan melukai harga diri Bryan sebagai pria dan kepala keluarga.“Kapan Paman Tim dan Bibi Anna mengantar Lizzie? Aku sangat merindukan putriku.” tanya Bryan lagi sebelum memasuki kamar.Jane mendekati Bryan dan menggenggam tangan suaminya itu."Kenapa bertanya dengan raut wajah seperti itu? Aku jadi merasa bers
“Tidak ada apa-apa, Sayang. Aku hanya lelah sekali." elak Bryan lagi."Kau bohong lagi." ucap Jane singkat sembari tersenyum miris, "Sampai kapan kau akan terus menutup sikapmu yang tidak pernah tenang berminggu-minggu ini? Aku sudah bosan terus-terusan menebak apa yang kau pikirkan, apa yang kau sembunyikan dariku. Aku bosan seperti itu dan rasanya sakit sekali!"Jane terus mendesak Bryan sembari meremas kaos Bryan dengan kencang."Aku tidak menyembunyikan apapun darimu, Jane. Sumpah demi—,""Jangan bersumpah demi apapun untuk menutupi kebohonganmu. Itu salah!" Jane langsung memotong ucapan Bryan, "Apa yang kau sembunyikan dariku berhubungan dengan suara wanita yang mendesah di dekatmu di malam itu?" Jane akhirnya mengatakan tuduhan yang nyatanya benar.Bryan mengepalkan tangan saat ucapan Jane memang benar adanya, tapi ia masih enggan mengakui lalu harus kehilangan Jane. Tidak, Bryan tidak siap dengan itu."Kau masih tidak percaya dengan ucapanku, kan?" tanya Bryan dengan nada dingi
Di sebuah tempat bernama Taman Eden, Bryan sedang merekam keceriaan sambil mengawasi Sunny dan Shine yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu yang beterbangan di padang rumput indah di sana. Para pria kecil tampan itu kini genap berusia dua tahun.Sunny dengan rambut hitam sedikit ikal khas ayahnya, berlari mengejar kupu-kupu yang sempat hinggap di ujung rambut coklat adiknya–Shine. Mereka kembar identik dengan semua kemiripan yang nyaris sama. Hanya warna rambut mereka yang membedakan keduanya. Sunny berwarna rambut si ayah, sedangkan Shine memiliki tipe dan warna rambut ibu mereka.Lalu, di mana Jane saat ini?Jane masih di kawasan yang sama. Ia ditemani Lizzie yang saat ini berdandan cantik seperti sang mama. Si cantik Lizzie menaruh seikat bunga mawar putih di atas sebuah pusara yang terdapat foto wanita yang kecantikannya mirip Jane.“Ibu, aku datang. Maaf karena lama sekali aku tidak mengunjungi Ibu.” ucap Jane sambil memandangi foto ibunya lalu ke arah Lizzie, “Tapi kali ini ak
“Hi, welcome back to my channel! Super Dad kembali menyapa kalian, haha! Bagaimana kabar kalian semua, huh?” Dengan headphone menutupi telinga, Bryan duduk di depan layar komputernya, menyapa para penonton dunia maya yang saat ini sedang berinteraksi dengannya. Ya, setelah dua bulan lamanya hiatus, Bryan baru kembali membuka live-nya lagi. Itu juga karena bujukan Jane setelah Mia merengek padanya agar Bryan mau melakukan Live lagi. Mia dan Miquel kelimpungan menanggapi para klien yang produknya harus segera direview secara live oleh Bryan.Alasan Bryan menolak tidak melakukan live karena ia sedang menikmati masa indahnya mengurus si kembar. Ia tidak ingin diganggu saat memerankan tokoh ayah hebat bagi Lizzie, Sunny, dan Shine.‘Akh, Papa Lizzie! I miss U so much!’‘Woah, papa superku akhirnya kembali!’‘Bryan sayang, kenapa kau baru muncul?’‘Seratus penonton pertama hadir!’‘Bla… bla… bla…’Bryan tersenyum membaca satu-persatu komentar di kolom chat yang membanjiri live-nya saat in
Berkat usaha Bryan yang terus menghujani Jane dengan cintanya sepanjang malam saat itu, Jane akhirnya mengandung bahkan dua sekaligus. Hari ini si kembar pun telah dilahirkan dengan sehat dan selamat, berikut sang ibu yang sudah merasa lebih baik.Ternyata, perpisahan itu tidak selamanya menjadi duka. Buktinya, kepergian Bryan saat itu masih meninggalkan kebahagiaan di rahim Jane sehingga membuatnya masih bisa bertahan dalam kesepian.Harry juga meninggal, menambah duka besar untuk Jane. Tapi itu adalah takdir yang memang harus berjalan.Umur Harry sudah ditakdirkan berakhir, dan bersamaan dengan itu datang kebahagiaan baru bagi Jane. Bryan kembali dan bayi kembar mereka lahir ke dunia, menggantikan sakit, duka, dan hancurnya hati Jane selama berbulan-bulan.Ya, kini hari berjalan seperti semula. Bahagia, ceria, dan penuh cinta. Terlebih dengan hadirnya dua bayi tampan di keluarga mereka. Kebahagiaan mereka terasa lengkap dan sempurna.*** Pagi-pagi sekali ruangan di mana Jane dirawa
Bryan terkulai lemas dan menjatuhkan kasar tubuhnya ke sandaran bangku taman. Tanpa suara untuk menanggapi, tanpa suara isakan tangis, Bryan memejamkan matanya hingga air mata itu tumpah mengalir dengan derasnya."Sekarang kau sudah tahu fakta yang sebenarnya, kan? Temani Jane yang pasti membutuhkanmu di sampingnya, Bryan." ucap Tuan Steven sembari menepuk lutut Bryan sebelum pergi meninggalkan menantunya itu.Baru saja orang tua itu ingin beranjak dari sana, suara kegaduhan terdengar dari arah rumah duka. Nampak di sana banyak orang yang sibuk dan panik. Tidak lama, terlihat beberapa pria membopong seseorang yang sepertinya pingsan.Mata Tuan Steven segera melebar kala menyadari orang yang dibopong keluar dari rumah duka adalah putrinya sendiri.“Bryan, cepat ke sini!” panggilnya pada Bryan yang segera terkesiap saat menyadari keadaan. Ia berlari sekuat mungkin untuk menghampiri kerumunan orang yang membopong istrinya.“Jane, kau kenapa, Sayang? Buka matamu dan lihat aku, Jane!” pang
‘Bryan, Harry sudah tidur dengan tenang…’Ucapan Paman Tim lewat panggilan tersebut membuat Bryan menghentikan niat awalnya yang ingin langsung mengakhiri sambungan telepon mereka. Ia masih insecure pada dirinya sendiri untuk berhadapan dengan Jane lagi."Jangan bercanda, Paman. Ini tidak lucu sama sekali. Tidak baik bercanda seperti ini, Paman,” ucap Bryan menyangkal tidak percaya saking terkejutnya.Bryan terus diam sembari mendengarkan ucapan demi ucapan yang Paman Tim ceritakan padanya. Demi apapun, saat ini tubuh Bryan bak tidak bertulang. Bagaimana mungkin Harry benar-benar meninggalkan. Jane seperti itu, sementara dirinya sudah merelakan Jane padanya? Setidaknya Harry harus sehat kembali dan hidup baik dengan Jane. Bryan sungguh tidak dapat menerima kabar sedih itu.Setelah mendengar hal itu, Bryan memutuskan untuk datang kembali ke London dan melihat langsung keadaan suasana duka di sana. Bersama Mia dan Miguel yang membawa Lizzie.Seperti apa hancurnya hati Bryan saat ini han
“Tuan Bryan, aku sudah membuat reservasi. Aku seorang penggemarmu. Ayo, duduk bersama di mejaku saja!”“Tuan Bryan. Kumohon berfoto denganku. Aku fans-mu, Papa Lizzie!”“Ya Tuhan, kau lebih gagah dari yang kulihat di Youyube!”“Lizzie, Sayang. Aku ingin menjadi ibumu! Akh!!!”Banyak sorakan dari banyak penggemar yang kesemuanya nyaris wanita. Semuanya berteriak memanggil sosok pria tampan nan gagah yang saat ini menggendong bayi satu tahun setengah di pelukannya.Ya, pria itu tentu saja Bryan dan Lizzie. Kini mereka menjadi pusat perhatian dari para penggemarnya saat baru saja memasuki area wawancara yang diadakan di sebuah mall terkenal di kota kelahiran Lizzie.Setelah berpisah dari Jane dan pergi dari kehidupan mewah, Bryan membawa Lizzie kembali ke negara asal Bryan. Di sana ia memulai kembali hidupnya bersama putri kecilnya.Mulai lagi dari titik nol seperti dulu, tapi pria itu tidak menjadi buruh konstruksi seperti dulu, melainkan membuka usaha sendiri dengan uang tabungan yang
Sebenarnya hidup mereka sempurna jika tidak diselingi konflik batin Harry hingga menyebabkan perpisahan. Seharusnya mereka akan baik-baik saja dan melewatkan moment-moment berharga yang bahagia.Waktu terus berjalan… Seperti halnya hidup orang lain… Jane dan Harry melewati masa naik dan turun.Tapi setelah mengalami masa-masa sulit itu, mereka menyadari satu hal.Terkadang kehidupan harus membiarkan manusia mengacaukan semuanya. Karena dengan begitu, manusia baru bisa melihat setiap kegagalan, kesedihan, dan patah hati itu seperti apa rasanya dalam hidup ini.Jika tidak seperti itu, manusia tidak akan dapat menghargai setiap tawa, cinta, dan kebersamaan dengan orang-orang tersayang mereka. Agar setelahnya, manusia bisa hidup lebih baik dan bahagia…Hari terus berganti tapi kondisi Harry semakin tidak memungkinkan. Dari menghilangnya daya penglihatan dan menurunnya daya ingat, Harry seperti bayi yang lahir dengan kelainan mental. Tidak merespon apapun, tidak bicara apapun, dan hanya te
Harry sudah didaftarkan sebagai salah satu pasien di salah satu rumah sakit penanganan Kanker di salah satu negara maju Eropa.Saat ini pengobatan Kanker Kelamin dapat dilakukan melalui berbagai cara di antaranya adalah melalui operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi ketiganya. Salah satu pengobatan Kanker Kelamin adalah dengan obat antikanker atau biasa disebut kemoterapi.Dan saat ini Harry tengah tertidur di samping Jane yang terus menungguinya di sebelah ranjang pasien. Dilihat oleh Jane dengan seksama, wajah Harry yang semakin hari makin pucat dan kecil.Belakangan ini nafsu makan Harry terus berkurang. Harry hanya ingin sedikit makan dan lebih memilih banyak minum. Dan itu mungkin saja efek dari kemoterapi yang Harry ia jalankan.Sangat panjang sang dokter menjelaskan tentang kondisi Harry pada Jane selaku wali pasien, ditemani Dokter Sam yang menangani Harry, yang memang sudah menjadi temannya dan juga sebagai seorang yang terus memantau kesehatan Harry beberapa bulan
Beberapa hari sudah Harry dirawat intensif dan akhirnya ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa. Pihak keluarganya, terutama Nyonya Betty dan suaminya sudah berkunjung menjenguk putra mereka. Sekalipun mereka mendidik Harry dengan keras, api anak tetaplah anak. Keduanya turut bersedih dengan keadaan Harry saat ini.Jane bersama mereka, menceritakan semua yang ia tahu dan hadapi tentang Harry, berikut tentang kemandulan yang selama ini disalah sangka oleh keluarga Harry. Nyonya Betty dan suaminya tertunduk malu pada Jane dan juga Tuan Steven yang sudah beberapa hari di sana untuk menemani putrinya menjaga Harry. Kedua pasangan itu merasa bersalah dan menerima konsekuensi dari semua perbuatan buruk mereka pada Jane.Namun, Jane dan ayahnya yang pemaaf, tidak mempermasalahkan masa lalu. Hingga akhirnya semuanya sepakat untuk fokus pada penyembuhan Harry.Harry sendiri sudah sangat bahagia karena bisa merasakan rasanya dirawat dengan kelembutan oleh Jane lagi. Akan tetapi, saa