Perdebatan dengan Megumi begitu membuat Bryan stres. Hingga saat ia tiba di rumah, tampangnya begitu kusut dan hal itu tidak luput dari pandangan Jane yang menyambutnya pulang."Apa pekerjaanmu banyak sekali? Kau terlihat sangat lelah." tanya Jane seraya memeluk singkat sambil menerima tas kantor suaminya itu.“Hmm, aku memang sangat lelah. Sepertinya habis mandi, aku akan langsung tidur.” jawab Bryan lesu.Jane tersenyum simpul. Begitu kasihannya ia melihat suaminya bersusah payah mengais rezeki untuk rumah tangga mereka. Hingga wajah dan tenaga Bryan terlihat terkuras habis. Padahal, sebenarnya tidak pun BRyan bekerja, mereka sudah sangat hidup berkecukupan. Tapi itu tentunya akan melukai harga diri Bryan sebagai pria dan kepala keluarga.“Kapan Paman Tim dan Bibi Anna mengantar Lizzie? Aku sangat merindukan putriku.” tanya Bryan lagi sebelum memasuki kamar.Jane mendekati Bryan dan menggenggam tangan suaminya itu."Kenapa bertanya dengan raut wajah seperti itu? Aku jadi merasa bers
“Tidak ada apa-apa, Sayang. Aku hanya lelah sekali." elak Bryan lagi."Kau bohong lagi." ucap Jane singkat sembari tersenyum miris, "Sampai kapan kau akan terus menutup sikapmu yang tidak pernah tenang berminggu-minggu ini? Aku sudah bosan terus-terusan menebak apa yang kau pikirkan, apa yang kau sembunyikan dariku. Aku bosan seperti itu dan rasanya sakit sekali!"Jane terus mendesak Bryan sembari meremas kaos Bryan dengan kencang."Aku tidak menyembunyikan apapun darimu, Jane. Sumpah demi—,""Jangan bersumpah demi apapun untuk menutupi kebohonganmu. Itu salah!" Jane langsung memotong ucapan Bryan, "Apa yang kau sembunyikan dariku berhubungan dengan suara wanita yang mendesah di dekatmu di malam itu?" Jane akhirnya mengatakan tuduhan yang nyatanya benar.Bryan mengepalkan tangan saat ucapan Jane memang benar adanya, tapi ia masih enggan mengakui lalu harus kehilangan Jane. Tidak, Bryan tidak siap dengan itu."Kau masih tidak percaya dengan ucapanku, kan?" tanya Bryan dengan nada dingi
"Jane, sekarang kita sudah jadi teman, kan? Ayolah, jangan membuatku merasa kita asing padahal kita pernah bersama lima tahun. Aku tahu kalau tidak ada hal baik yang terjadi padamu kalau sikapmu diam dengan kantong mata membesar seperti baru saja menangis. Mata pandamu itu tidak bisa berbohong." Harry mencoba membujuk Jane karena ia sangat penasaran dengan alasan Jane yang murung bahkan menangis.Mendengar itu, barulah Jane tersenyum bahkan tertawa kecil. Jane merasa lebih nyaman karena menurutnya Harry lebih lembut seperti dulu, meski ia belum percaya sepenuhnya pada mantan suami yang pernah menoreh luka di jiwanya itu."Apa yang harus kubagi padamu, ha? Aku tidak mau berbohong dengan mengatakan aku baik-baik saja. Yang aku hadapi sekarang adalah permasalahan rumah tangga, Harry. Tidak mungkin aku menceritakan padamu, kan?" jawab Jane dengan senyum miris yang dipaksakan saat memandang Harry.‘Wanita sebaik ini bisa disakiti sama suaminya. Bahkan sampai sesedih itu, dia masih tidak ma
Sementara Bryan yang baru pulang bekerja pada sore itu, tidak menemukan sosok Jane di rumah mereka. Kali ini tidak ada sambutan penuh rasa rindu yang diwarnai dengan senyuman cantik bidadarinya itu. Dan Bryan tahu, semua itu terjadi karena dirinya sendiri.Bryan memasuki kamar dan Jane juga tidak di dalam sana. Bryan melirik ke meja rias, melirik ke bingkai foto kecil berisi dirinya yang mencium pipi Jane dengan sayang dengan balutan pakaian pengantin mereka saat itu. Dan kenangan indah itu kini tak lagi berkaca. Mungkin saja pecah karena perbuatan kasarnya malam itu dan ikut memecahkan kaca bingkai foto tersebut."Hari itu, aku benar-benar jadi pria terbahagia di dunia, Jane. Aku berhasil memenangkan hatimu. Aku berhasil jadi suamimu dengan usahaku yang terus bersabar memupuk cinta ini,""Kau pengantin perempuan tercantik dan aku bangga karena kau milikku sendiri. Senyummu, tubuhmu, dan cintamu, semua itu aku yang punya,""Tapi sekarang ini apa, Sayang? Karena kebodohanku sendiri, a
“Dasar pecundang tidak tahu malu. Apa lidahmu tidak bergetar mengatakan hal menjijikkan seperti itu pada istri orang lain?” Bryan menantang dengan nada mengejek, “Sekarang Jane itu istriku. Kau urusi saja istrimu sendiri, dasar gila!” sambungnya memaki. Hanya dia yang tahu, seberapa panas hati dan dadanya menahan geram pada Harry.“Aku tidak perlu mengatakan apapun padamu tentang bagaimana rasanya tergila-gila pada wanita seperti Jane, kan? Dulu, aku memang bodoh karena menyia-nyiakannya, tapi sekarang tidak lagi. Jangan buat Jane sakit atau lepaskan dia kembali untukku!" Harry kembali mengingatkan sebelum menjauhi tubuh Bryan dengan berjalan mundur beberapa langkah.Tatapan mata kedua pria yang memperebutkan Jane itu berakhir saat Harry memasuki mobilnya dan kemudian pergi dari sana."Brengsek! Tidak punya malu. Sudah memiliki istri dan meninggalkan Jane dulu, tapi masih ingin mengganggu hubungan kami." umpat kesal Bryan, "Kalau bukan karena Jane dan ayah masih menganggapnya keluarga
Toshi menyampaikan kabar pada Bryan dengan nada santai tapi sebaliknya, Bryan yang menerima kabarnya sudah pucat dan terlihat tegang. Suami Jane itu hanya diam dan tanpa menanggapi ucapan Toshi yang panjang tadi.“Maaf, sedikit lama. Ini tehnya, silakan diminum." ucap Jane mempersilahkan Toshi untuk minum. Kemudian ia menoleh pada Bryan yang terlihat aneh, "Kau kenapa? Kenapa jadi sangat diam seperti ini?" tanya Jane heran."Tidak apa-apa, Sayang. Sepertinya, aku tidak sarapan di rumah. Bawakan saja bekalku, biar aku makan di mobil nanti." ucap Bryan mengalihkan perasaan cemasnya di depan Jane."Oh, baiklah. Aku akan siapkan dulu bekalmu." jawab Jane yang langsung berpikir kalau sikap Bryan yang aneh karena Toshi mengabarkan soal pekerjaan mereka yang mungkin saja penting. Tapi Jane enggan bertanya karena itu urusan pekerjaan Bryan dan Megumi.Jane beranjak lagi untuk menyiapkan bekal Bryan."Tolong bilang ke Megumi, aku akan langsung ke tempatnya." ucap Bryan dengan wajah tegangnya.
Sementara Harry menuju rumah Jane dan membujuk mantan istrinya itu agar ikut bersamanya sekalipun dengan paksaan, Bryan baru saja tiba di kediaman Megumi yang terlihat sedikit ramai.Bryan bingung dengan suasana yang terjadi saat ia tiba di pelataran rumah Megumi."Bryan, kau sudah datang?" ucap Megumi yang menyambut kedatangan Bryan dengan gembira.Bryan membelalakkan matanya bingung saat melihat penampilan Megumi yang berbalut gaun putih modern yang cantik di tubuhnya. Tidak lupa dengan riasan khas pengantin wanita."Ada apa ini? Kenapa kau berpenampilan seperti itu?" tanya Bryan heran. Ia berharap pikirannya saat ini tidak akan menjadi nyata. Saat ini Bryan berpikir kalau Megumi akan memaksanya melakukan perjanjian pernikahan di rumahnya."Ya, karena kita akan menikah. Memangnya Toshi tidak mengatakan itu padamu? AKu berdandan cantik seperti ini karena aku senang akan menjadi istrimu." jawab Megumi tanpa malu.Dan benar saja. Yang ditakutkan Bryan di pikirannya terjadi nyata walau
"Kau mau kita mengejar mobil mereka untuk tahu yang sebenarnya?" tawar Harry pada Jane."Harry, sebenarnya apa yang terjadi? Aku masih belum mengerti keadaan yang sebenarnya. Tiba-tiba kau membawaku sampai sini dan aku Bryan suamiku digandeng wanita lain di depan kantor pencatatan sipil.”“Aku merasa jadi bodoh karena memikirkan semuanya," ucap Jane dengan pertanyaan sebelumnya."Aku juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, Jane. Yang aku tahu, wanita itu adalah Megumi, teman Milan dan Shelly, ibu dari si kecil.""Kau mengatakan padaku kesedihanmu karena masalah rumah tangga saat itu, kan?” tanya Harry dan Jane langsung mengangguk saat teringat kembali."Aku curiga kalau semua ini berhubungan. Waktu itu, saat Milan pulang dengan keadaan mabuk. Aku dengar dia tidak sengaja menyebut nama Bryan dan Megumi. Tapi aku tidak tahu kenapa aku bisa langsung menghujamkan ceritamu dengan igauan Milan malam itu,"Harry mulai menceritakan apa yang ia pikirkan tentang Bryan dan juga gelagat istr
Di sebuah tempat bernama Taman Eden, Bryan sedang merekam keceriaan sambil mengawasi Sunny dan Shine yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu yang beterbangan di padang rumput indah di sana. Para pria kecil tampan itu kini genap berusia dua tahun.Sunny dengan rambut hitam sedikit ikal khas ayahnya, berlari mengejar kupu-kupu yang sempat hinggap di ujung rambut coklat adiknya–Shine. Mereka kembar identik dengan semua kemiripan yang nyaris sama. Hanya warna rambut mereka yang membedakan keduanya. Sunny berwarna rambut si ayah, sedangkan Shine memiliki tipe dan warna rambut ibu mereka.Lalu, di mana Jane saat ini?Jane masih di kawasan yang sama. Ia ditemani Lizzie yang saat ini berdandan cantik seperti sang mama. Si cantik Lizzie menaruh seikat bunga mawar putih di atas sebuah pusara yang terdapat foto wanita yang kecantikannya mirip Jane.“Ibu, aku datang. Maaf karena lama sekali aku tidak mengunjungi Ibu.” ucap Jane sambil memandangi foto ibunya lalu ke arah Lizzie, “Tapi kali ini ak
“Hi, welcome back to my channel! Super Dad kembali menyapa kalian, haha! Bagaimana kabar kalian semua, huh?” Dengan headphone menutupi telinga, Bryan duduk di depan layar komputernya, menyapa para penonton dunia maya yang saat ini sedang berinteraksi dengannya. Ya, setelah dua bulan lamanya hiatus, Bryan baru kembali membuka live-nya lagi. Itu juga karena bujukan Jane setelah Mia merengek padanya agar Bryan mau melakukan Live lagi. Mia dan Miquel kelimpungan menanggapi para klien yang produknya harus segera direview secara live oleh Bryan.Alasan Bryan menolak tidak melakukan live karena ia sedang menikmati masa indahnya mengurus si kembar. Ia tidak ingin diganggu saat memerankan tokoh ayah hebat bagi Lizzie, Sunny, dan Shine.‘Akh, Papa Lizzie! I miss U so much!’‘Woah, papa superku akhirnya kembali!’‘Bryan sayang, kenapa kau baru muncul?’‘Seratus penonton pertama hadir!’‘Bla… bla… bla…’Bryan tersenyum membaca satu-persatu komentar di kolom chat yang membanjiri live-nya saat in
Berkat usaha Bryan yang terus menghujani Jane dengan cintanya sepanjang malam saat itu, Jane akhirnya mengandung bahkan dua sekaligus. Hari ini si kembar pun telah dilahirkan dengan sehat dan selamat, berikut sang ibu yang sudah merasa lebih baik.Ternyata, perpisahan itu tidak selamanya menjadi duka. Buktinya, kepergian Bryan saat itu masih meninggalkan kebahagiaan di rahim Jane sehingga membuatnya masih bisa bertahan dalam kesepian.Harry juga meninggal, menambah duka besar untuk Jane. Tapi itu adalah takdir yang memang harus berjalan.Umur Harry sudah ditakdirkan berakhir, dan bersamaan dengan itu datang kebahagiaan baru bagi Jane. Bryan kembali dan bayi kembar mereka lahir ke dunia, menggantikan sakit, duka, dan hancurnya hati Jane selama berbulan-bulan.Ya, kini hari berjalan seperti semula. Bahagia, ceria, dan penuh cinta. Terlebih dengan hadirnya dua bayi tampan di keluarga mereka. Kebahagiaan mereka terasa lengkap dan sempurna.*** Pagi-pagi sekali ruangan di mana Jane dirawa
Bryan terkulai lemas dan menjatuhkan kasar tubuhnya ke sandaran bangku taman. Tanpa suara untuk menanggapi, tanpa suara isakan tangis, Bryan memejamkan matanya hingga air mata itu tumpah mengalir dengan derasnya."Sekarang kau sudah tahu fakta yang sebenarnya, kan? Temani Jane yang pasti membutuhkanmu di sampingnya, Bryan." ucap Tuan Steven sembari menepuk lutut Bryan sebelum pergi meninggalkan menantunya itu.Baru saja orang tua itu ingin beranjak dari sana, suara kegaduhan terdengar dari arah rumah duka. Nampak di sana banyak orang yang sibuk dan panik. Tidak lama, terlihat beberapa pria membopong seseorang yang sepertinya pingsan.Mata Tuan Steven segera melebar kala menyadari orang yang dibopong keluar dari rumah duka adalah putrinya sendiri.“Bryan, cepat ke sini!” panggilnya pada Bryan yang segera terkesiap saat menyadari keadaan. Ia berlari sekuat mungkin untuk menghampiri kerumunan orang yang membopong istrinya.“Jane, kau kenapa, Sayang? Buka matamu dan lihat aku, Jane!” pang
‘Bryan, Harry sudah tidur dengan tenang…’Ucapan Paman Tim lewat panggilan tersebut membuat Bryan menghentikan niat awalnya yang ingin langsung mengakhiri sambungan telepon mereka. Ia masih insecure pada dirinya sendiri untuk berhadapan dengan Jane lagi."Jangan bercanda, Paman. Ini tidak lucu sama sekali. Tidak baik bercanda seperti ini, Paman,” ucap Bryan menyangkal tidak percaya saking terkejutnya.Bryan terus diam sembari mendengarkan ucapan demi ucapan yang Paman Tim ceritakan padanya. Demi apapun, saat ini tubuh Bryan bak tidak bertulang. Bagaimana mungkin Harry benar-benar meninggalkan. Jane seperti itu, sementara dirinya sudah merelakan Jane padanya? Setidaknya Harry harus sehat kembali dan hidup baik dengan Jane. Bryan sungguh tidak dapat menerima kabar sedih itu.Setelah mendengar hal itu, Bryan memutuskan untuk datang kembali ke London dan melihat langsung keadaan suasana duka di sana. Bersama Mia dan Miguel yang membawa Lizzie.Seperti apa hancurnya hati Bryan saat ini han
“Tuan Bryan, aku sudah membuat reservasi. Aku seorang penggemarmu. Ayo, duduk bersama di mejaku saja!”“Tuan Bryan. Kumohon berfoto denganku. Aku fans-mu, Papa Lizzie!”“Ya Tuhan, kau lebih gagah dari yang kulihat di Youyube!”“Lizzie, Sayang. Aku ingin menjadi ibumu! Akh!!!”Banyak sorakan dari banyak penggemar yang kesemuanya nyaris wanita. Semuanya berteriak memanggil sosok pria tampan nan gagah yang saat ini menggendong bayi satu tahun setengah di pelukannya.Ya, pria itu tentu saja Bryan dan Lizzie. Kini mereka menjadi pusat perhatian dari para penggemarnya saat baru saja memasuki area wawancara yang diadakan di sebuah mall terkenal di kota kelahiran Lizzie.Setelah berpisah dari Jane dan pergi dari kehidupan mewah, Bryan membawa Lizzie kembali ke negara asal Bryan. Di sana ia memulai kembali hidupnya bersama putri kecilnya.Mulai lagi dari titik nol seperti dulu, tapi pria itu tidak menjadi buruh konstruksi seperti dulu, melainkan membuka usaha sendiri dengan uang tabungan yang
Sebenarnya hidup mereka sempurna jika tidak diselingi konflik batin Harry hingga menyebabkan perpisahan. Seharusnya mereka akan baik-baik saja dan melewatkan moment-moment berharga yang bahagia.Waktu terus berjalan… Seperti halnya hidup orang lain… Jane dan Harry melewati masa naik dan turun.Tapi setelah mengalami masa-masa sulit itu, mereka menyadari satu hal.Terkadang kehidupan harus membiarkan manusia mengacaukan semuanya. Karena dengan begitu, manusia baru bisa melihat setiap kegagalan, kesedihan, dan patah hati itu seperti apa rasanya dalam hidup ini.Jika tidak seperti itu, manusia tidak akan dapat menghargai setiap tawa, cinta, dan kebersamaan dengan orang-orang tersayang mereka. Agar setelahnya, manusia bisa hidup lebih baik dan bahagia…Hari terus berganti tapi kondisi Harry semakin tidak memungkinkan. Dari menghilangnya daya penglihatan dan menurunnya daya ingat, Harry seperti bayi yang lahir dengan kelainan mental. Tidak merespon apapun, tidak bicara apapun, dan hanya te
Harry sudah didaftarkan sebagai salah satu pasien di salah satu rumah sakit penanganan Kanker di salah satu negara maju Eropa.Saat ini pengobatan Kanker Kelamin dapat dilakukan melalui berbagai cara di antaranya adalah melalui operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi ketiganya. Salah satu pengobatan Kanker Kelamin adalah dengan obat antikanker atau biasa disebut kemoterapi.Dan saat ini Harry tengah tertidur di samping Jane yang terus menungguinya di sebelah ranjang pasien. Dilihat oleh Jane dengan seksama, wajah Harry yang semakin hari makin pucat dan kecil.Belakangan ini nafsu makan Harry terus berkurang. Harry hanya ingin sedikit makan dan lebih memilih banyak minum. Dan itu mungkin saja efek dari kemoterapi yang Harry ia jalankan.Sangat panjang sang dokter menjelaskan tentang kondisi Harry pada Jane selaku wali pasien, ditemani Dokter Sam yang menangani Harry, yang memang sudah menjadi temannya dan juga sebagai seorang yang terus memantau kesehatan Harry beberapa bulan
Beberapa hari sudah Harry dirawat intensif dan akhirnya ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa. Pihak keluarganya, terutama Nyonya Betty dan suaminya sudah berkunjung menjenguk putra mereka. Sekalipun mereka mendidik Harry dengan keras, api anak tetaplah anak. Keduanya turut bersedih dengan keadaan Harry saat ini.Jane bersama mereka, menceritakan semua yang ia tahu dan hadapi tentang Harry, berikut tentang kemandulan yang selama ini disalah sangka oleh keluarga Harry. Nyonya Betty dan suaminya tertunduk malu pada Jane dan juga Tuan Steven yang sudah beberapa hari di sana untuk menemani putrinya menjaga Harry. Kedua pasangan itu merasa bersalah dan menerima konsekuensi dari semua perbuatan buruk mereka pada Jane.Namun, Jane dan ayahnya yang pemaaf, tidak mempermasalahkan masa lalu. Hingga akhirnya semuanya sepakat untuk fokus pada penyembuhan Harry.Harry sendiri sudah sangat bahagia karena bisa merasakan rasanya dirawat dengan kelembutan oleh Jane lagi. Akan tetapi, saa