Alhamdulillah, udah sampe 100 bab aja. Btw, bab 99 udah diedit tapi nunggu ACC yah, jadi mohon maaf atas kelalaian Blue Rose ini :* Visual karakter novel bisa nonton di ig aku ya @authorbluerose
Max melihat istrinya di area perenpuan yang terlihat tidak nyaman, ia kemudian menyerahkan baby Axel pada Lorey tapi malah Dani sang kakek juga ingin menggendong cicitnya, jadi keduanya berebut untuk menggendong baby Axel. Untunglah baby Axel tidak rewel, karena kalau rewel pasti hanya Lisa yang bisa menenangkannya, sehingga sekarang keduanya bergantian untuk menggendong baby Axel. Namun, yang menang tetaplah Dani, ia sangat ngotot karena begitu merindukan cicitnya itu. Meskipun tubuhnya sudah rentan, ia tetap ingin memeluk balita lucu itu yang sedang aktif-aktifnya. Max berjalan untuk membakar barbeque yang sudah disiapkan oleh pembantu untuk ia dan Lisa. Ia menyiapkan bumbu-bumbunya bersama dengan Bapak-bapak lain yang juga bertugas untuk memanggang daging, kemudian ia memanggangnya dengan santai. Kaus lengan panjangnya yang membentuk tubuh kekarnya itu ia gulung ke atas, dan memperlihatkan tangannya yang memenuhi kriteria para wanita sekarang. Tak lama, Lisa mendekat dan bertanya
"Nggak gitu ...." Namun Max tahu bahwa Lisa sedang menyembunyikan hal lain. "Terus kenapa kamu bilang nggak ada masalah? Padahal aku tahu kamu lagi tertekan tadi," ungkap Max dengan nada yang sehalus mungkin. Lisa menunduk dan memainkan daging yang ada di piringnya, "Aku ... aku cuma tadi ... ditanyain kerja, aku lulusan apa, dan kontribusi di masyarakat, terus aku udah punya prestasi apa." "Mereka bully kamu?!" tanya Max langsung to the point. Lisa menggeleng, "Ya bukanlah, kan mereka cuma tanya tapi, dari pertanyaan itu aku jadi sadar, kalau ternyata aku belum bisa sepadan dengan kamu. Kayaknya aku harus terima saran kamu yang bilang aku harus kuliah atau kerja." Max jadi bingung padahal Lisa kemarin-kemarin bertekad sekali ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik. "Aku nggak masalah kamu nggak jadi apapun, Sayang. Aku cinta sama kamu yang sekarang. Aku tulus sama kamu, nggak perlu kamu jadi apapun." Lisa mengerti itu, "Aku tahu tapi, aku kan hidup bukan hanya dengan ketulus
Lisa cemberut karena Max menggempurnya sampai menjelang subuh, padahal mereka sudah berencana kembali ke rumah tapi Max membuat tubuhnya sakit semua. "Maafin aku ya, Yang," bujug Max lembut. Kini Lisa sedang menyusui baby Axel dan Max duduk di sampingnya sambil ngelendot untuk membujugnya dengan jurus andalannya, bersikap manja. "Gak ah, kamu ngeselin. Masa kita udah mau pulang malah kamu minta terus!" balas Lisa melengos. "Iya aku salah, maafin deh, aku juga lupa kalo hari ini mau pulang. Efek udah tua nih, maaf ya." "Hemmp!" Lisa masih kesal dan tak mau bernegosiasi, akhirnya Max meminta pembantu membawa makanan mereka ke kamar dan Max berniat menyuapi istrinya. "Makan dulu, Yang." Lisa menggeleng, "Aku bisa sendiri." "Aku tau, tapi kan kamu lagi nyusuin. Yok buka mulutnya, aaaa." Awalnya Lisa ingin jual mahal sedikit lagi tapi perutnya sudah lapar, apalagi energinya terkuras semalam. Akhirnya ia membuka mulutnya dan menerima suapan dari suaminya yang masih saja terlihat ta
Rencana pulang ke Indonesia berjalan seperti jadwal, Max terlihat banyak diam. Awalnya Lisa membiarkannya karena mungkin Max butuh waktu berpikir, akan tetapi itu malah keterusan sampai dua jam lamanya, dari baby Axel masih ceria sampai anak imut itu tertidur di pangkuan sang ibu susu. "Max!" panggil Lisa dengan suara halus, sambil mengelus tangan suaminya. Max terlihat agak kaget dan tersenyum pada istrinya. "Hem, kenapa Yang?" "Kamu ngelamun dari tadi, ada apa?" tanya Lisa berusaha mencari penyebab. Max menghela napas, "Maaf tapi, aku belum bisa cerita." "Oh, oke. Tidur dulu gih, biar agak ringan pikirannya," ujar Lisa. Max pun mengangguk dan menyenderkan kepalanya di pundak istrinya dengan santai. Kenyamanan yang diberikan Lisa lewat elusan tangannya pada lenganya, membuat Max semakin merasa aman dan nyaman. Ia tahu bahwa Lisa jauh lebih kecil darinya, ia tahu tubuhnya lebih besar dari Lisa tapi, dalam keadaan seperti ini ia merasa bahwa Lisa jauh lebih luas, seperti dunia yan
Max pulang ke rumah membawa pekerjaannya, memakai kacamata baca dan menatap dokumen dan komputer dengan serius. Sementara itu, Lisa yang baru bangun tidur setelah istirahat pun melihat suaminya. Max sedang berkutat dengan pekerjaannya di ruang kerjanya yang ada di sebelah kamarnya. Sebenarnya ia akan memeriksa baby Axel di kamarnya tetapi batal karena suaminya. Ia pun mengetuk pintu dan masuk ke dalam. "Assalamualaikum, Papa!" sapanya manis. Max yang sedang serius dengan pekerjaannya pun langsung menoleh, "Hem, waalaikumsalam, Sayang. Udah istirahat?" tanya Max dengan senyum manisnya. Senyum yang selalu membuat Lisa terpesona, ia kemudian membalas senyum sang suami. "Kamu bawa kerjaan kamu ke rumah?" tanya Lisa. "Ya gitudeh, soalnya aku juga nggak mau terlalu forsir tubuh seperti yang istriku bilang." "Tapi kam kalau di rumah kerja sama aja." "Ada bedanya dong," ujar Max. "Tempat?" Max menggeleng dengan senyum nakal, "Yah, bedanya kalau aku di rumah bisa lihat kamu, jadi ngg
Xanon hanya diam tatkala ibunya berbicara dengan seorang pengacara kiriman Maxell, si Boss besar di perusahaan tempatnya menjadi model utama pada produk kecantikannya. Ia tak menyangka, orang kelihatan dingin dan tak perduli padanya, adalah orang yang membelanya di saat-saat seperti ini. Bahkan pacaranya yang merupakan seniman tidak dikenal juga tidak bisa menghubunginya karena barang elektroniknya disita oleh sang ibu, takut membuat Xanon tambah stres. "Kedatangan saya ke sini untuk memenuhi perintah Pak Maxell, beliau meminta agar saya membela nona Xanon di konferensi pers besok. Kami telah menyiapkan bukti untuk melepaskan nona Xanon dalam kasus ini." Vera yang merasa mendapat jalan kalau pun sangat berterima kasih padanya, ja sangat senang dan lega karena mendapat batuan kuat dari pebisnis terkaya di Asia. Bahkan Max benar-benar secara total ingin mengeluarkan Xanon dalam skandal itu. Ia memang benar-benar pebisnis sejati yang baik, karena yang sudah terjadi adalah Xanon dikelua
Kasus skandalnya telah menyusut, Xanon merasa bahwa ia tak ingin terlibat di dunia entertaimen lagi. Ia mengaku kalah dan lemah dalam pertahanannya sebagai artis papan atas. Meski begitu, ia ingin membalas Max untuk terakhir kalinya, dengan cara menjadi model di produk baru perusahaannya. "Saya menghagai segala upaya Pak Maxell untuk saya, tapi saya tak bisa meneeuskan kontrak ini bahkan jia saya harus ganti rugi. Jadi tolong, biarkan saya menebus untuk yang terakhir kali dengan menjadi model produk baru kalian." Max mengangguk-angguk penuh pengertian, "Oke, sahkan. Saya juga gak bisa memaksa, hanya berharap bahwa Nona akan terus ada di perusahaan ini sebagai model tamu, bagaimana?" Xanon berpikir sejenak, sebelum Max menyatakan lebih jauh lagi. "Tenang saja, Saya hanya minta Anda pemotretan tidak terikat seperti di agensi Anda." "Em ... baik, asal tidak terikat." Max tersenyum, "Terima kasih. Senang bekerjasama dengan Anda, Nona Xanon." "Sama-sama, Pak." Kemudiam Xanon menole
Konferensi pers Xanon pun diadakan dengan lancar, ia berpesan pada semua orang bahwa ia bahagia dengan apa yang ia lakukan sekarang. "Saya sangat berterima kasih pada para fans, mereka sangat memperhatikan saya. Bahkan mereka dengan gigih tidak menginginkan kekasih saya untuk bersama saya karena kasih sayang mereka tapi, mohon maaf. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya ingin memberitahu pada semua pihak bahwa saya bahagia bersamanya." Randy ada di sudut ruangan menontonnya, tetapi malah menjadi sorotan sekarang atas ucapan kekasihnya yang mengharukan. "Mungkin, secara fisik masih ada orang yang jauh lebih tampan dari pacar saya tapi, saya mencintainya dengan tulus, begitupun sebaliknya." Ia tersenyum oada semua orang, ibunya Vera juga mendampinginya di sana. "Saya menemukan banyak pria yang mungkin lebih tampan, kaya dan memiliki status sosial yang baiknya luar biasa tapi ternyata, saya berkali-kali dikecewakan oleh mereka yang hampir sempurna itu. Saya bukan menurunkan standar saya
Suatu hari Axel yang sudah lulus S1 dan sedang melanjutkan kuliah S2-nya di Amerika menelpon ibu sambungnya dengan video call. "Ma, aku mau ngasih tau sesuatu," ujar Axel. "Iya Sayang, kasih tahu aja," ujar Lisa. "Aku, dapet bagian untuk bacain kesan dan pesan saat wisuda nanti," ujar Axel bahagia. "Wah, masyaa Allah, alhamdulillah. Emang hebat anak Mama." "Pokoknya besok Mama harus ikut di wisudaku, sama adik-adik ya," ujar Axel. "Iya tentu aja, Sayang. Coba kamu kasih tahu Papa kamu biar dia juga mengatur jadwalnya." "Iyap Mah," jawab Axel. "Oh ya, sambil tolong dibujukin Papamu dong. Dia suka lembur, Mama nggak suka ...." keluh Lisa. Axel pun tertawa mendengarnya, "Siap, Mah. Semoga aja aku lekas bisa bantu Papa supaya Papa bisa lebih banyak istirahat sama Mama." "Aamiin, Mama juga berharap gitu, tapi Mama juga nggak mau kalau kamu maksain diri kamu. Kamu masih muda Sayang, perlu menikmati hidup juga jangan langsung kerja kayak Papa kamu. Gak ada waktu buat quality time sa
"Oom Kevan mau nikah Sayang, jadi besok kita kondangan," ujar Lisa pada anak perempuannya. Axel kini bukanlah Baby lagi, ia tumbuh menjadi anak laki-laki yang membanggakan. Ia sudah tau atas rencana pernikahan itu, bahkan ia tau bagaimana Kevan sulit move on dari ibunya yang ia cintai. Agak mengherankan memang ketika saingan cinta Max malah akrab dengan anak-anaknya, tak bisa dipungkiri itu karena seringnya Kevan bertemu dengan Max sebagai rekan bisnis. Namun, seiring berjalanannya kesibukan Kevan sebagai pimpinan perusahaan membuatnya jadi mudahh menerima ketanyataan bahwa Lies milik suaminya. "Yey! Ketemu Oom Kevan!" ujar Zahra senang. "Iya, Zahra mau ngado apa?" tanya Lisa padanya. "Apa ya?" balasnya berpikir. "Gimana kalau bola basket? Oom Kevan kan suka sasket," ujarnya. "Janganlab Sayang, kan dia lagi nikah bukan bhat ulang tahun. Kadonya yah buat Oom sama Tante bukan hanya untuk Oom." Zahra mengangguk-angguk, "Siap. Terus apa Ma?" Kini Lisa yang berpikir, tetapi Axel ya
Dua bulan terakhir ini Max terus mengganggu Lisa alias mengajaknya bercinta setiap malam, sehingga ia merasa cukup kewalahan dengannya. Namun, ia tidak bisa berkata kalau itu tidak menyenangkan, karena ia pun menikmatinya. Bagaimanapun, aktivitas itu adalah salah satu surga dunia yang Allah siapkan untuk pasangan halal. Tiba-tiba saat Lisa dan Max makan malam, Lisa merasa mual tak berkusuhadahan, sampai ia lemas karena kekurangan cairan. "Sayang, kamu gak papa?" tanyanya panik. Lisa sudah lelah dan tak kuasa untuk menjawab, sehingga Max langsung membawanya ke rumah sakit dengan tergopoh-gopoh. Sifa pun ikut panik melihat Nyonya-nya dibopong oleh sang Tuan, ia cemas. Ia sudah sembuh setelah istirahat dua bulan, mungkin awalnya trauma tetapi ia mulai kembali belajar mobil setelahnya. Meski bekerja dengan Nyonya yang merupakan istri konglomerat yang memiliki banyak musuh, Sifa masih tetap setia pada Lisa karena nominal gaji yang tinggi dan karena ia tidak yakin bisa menemukan bos se
Diana meminta maaf pada Lisa, ia minta maaf karena semua yang terjadi padanya adalah akibat dari ambisinya memisahkan mereka. "Aku minta maaf atas semua yang terjadi padamu, yah ... aku tau, maafku mungkin tidak berguna untuk sekarang tapi, aku berharap bahwa aku bisa menebusnya meski hanya sedikit." Lisa terdiam, kemudian kembali mengingat waktu-waktu ke belakang ketika Diana memperlakukannya. Diana bekerja sama dengan para wanita-wanita yang mencoba untuk mendekati suaminya. ia ingat ada luka yang ia terima dan semua hal tentang Diana. Hingga kemudian, ia mengangguk dan tersenyum pada ibu mertuanya. "Sejujurnya aku juga bukan orang yang baik, sehingga aku bisa mudah ikhlas dengan semua yang sudah terjadi, tapi aku sudah memaafkanmu, Mom. Aku kira kejadian-kejadian yang sudah berlalu biarlah menjadi masa lalu, aku harap kita bisa mulai akur dan membuka lembaran baru." ••• Lisa dan Diana berbelanja bersama di mall dengan bahagia, bahkan Diana membelanjakan banyak barang untuk men
Frans meminta maaf pada Max usai sadar dari mabuknya, Max pun memaafkannya menginat Frans masih berguna untuknya, hanya saja ia memanfaatkan momen itu untuk lebih mengikat Frans. Selain itu, Max juga meminta penjelasan dari sang ibu. Nafsunya untuk memisahkannya dengan Lisa ternyata membuatnya menarik beberapa bawahannya yang lemah untuk berkhianat. Diana pun minta maaf, ia juga menyesal karena Wina akhirnya bunuh diri karena keserakahannya. "Semua tak berguna sekarang Mom, aku tak tau kamu bertindak sejauh ini, lalu aku harus bagaimana?" Diana pun tak mengerti kenapa ia melakukan semua itu hanya karena keinginan terdalamnya yang tidak bisa dibujuk saat itu. Ia begitu mencintai anaknya sampai tak ingat apa-apa, mencintai tradisi dan darah biru yang ia sanjung-sanjung dalam hidup. Max masih sulit untuk memaafkan ibunya, semuanya jadi kacau karenanya. Alhasil Lorey menengahi anak dan istrinya lagi, meski sulit tetapi Max bisa memaafkan sang ibu. Apalagi saat itu Lisa bangun dan men
Di sebuah ruangan gelap, di mana Frans sedang hancur karena pujaan hatinya meninggal. Max menghampirinya bersama Edwin, si pemimpin pasukan keamanannya. Di sanalah Frans yang dalam keadaan mabuk pun jujur kalau ia tau Wina adalah seorang yang bekerja untuk Diana. Wina juga yang membuat kasus kejahatan Larissa lancar, Wina juga yang membuat ia kadang mencurangi informasi dan melambankan kinerja tim IT jika itu tentang Lisa, Wina juga yang membuat Baby lancar melakukan aksi pendekatan pada Max, semua di bawah perintah Diana. Frans juga tau kalau Wina menyukai Max alih-alih dirinya yang sudah bucin atau bulol padanya, tapi Frans tak perduli dan terus mencintainya. "Maafkan aku Bos, aku tahu Ini memalukan sebagai bawahanmu yang harusnya setia padamu, tapi karena cinta menggelapkan mataku dan membuat aku rela mencurangimu." Max masih diam mendengarkan penyesalan Frans yang mabuk itu. "Aku tau ini salah, tapi kalaupun aku diberi pilihan untuk memutar waktu, aku akan melakukan tindakan
Max tak akan sudi memaafkan Ten, ia sudah ingin sekali membunuhnya sejak awal. Namun, Ten dikasih hati malah ngelunjak. Akhirnya ia tak bisa menahan diri lagi untuk tidak melenyapkannya. "Apa yang ingin kamu lakukan padanya?" tanya Lorey pada putranya. "Aku tidak bisa menahan lagi, Dad," ungkap Max dengan suaranya yang penuh emosi. "Max, tolong jangan lakukan itu...." "Tapi sayangnya, aku sudah melakukannya," potong Max, membuat Lorey yang tidak paham pun bertanya. "Maksudmu apa, kamu sudah melakukan apa?" Namun, detik berikutnya Ten muntah darah dan terjatuh ke lantai, Ia terus memegangi perutnya dan dadanya yang terasa sakit. Hal itu menjelaskan pada Lorey, kalau Ten sudah diracuni oleh Max. Melihat hal itu, Lorey langsung berusaha untuk menolong Ten dengan pertolongan pertama. "Apa yang kau lakukan, Max! Astagah!" Namun, semuanya sia-sia karena Ten sudah meninggal, membawa rasa sakit yang ia alami. Tak habis pikir dengan itu, ia langsung menghampiri Max lagi dan mencengkera
Lorey langsung memeluk anaknya dengan erat agar emosinya mereda, ia tau bagaimana perasaan kehilangan orang yang dicintainya. Bayi yang ada di dalam kandungan Lisa meninggal, dan saat ini istrinya koma. Manusia mana yang tahan dengan keadaan itu? Jika saja Frans tidak menemukan titik keberadaan Ten saat itu, pasti Lisa sudah tak bernyawa karena keterlambatan penanganan. Frans mengungkapkan bahwa Ten ada di daerah di mana ia menuju tepat di tempat Lisa berada saat ingin berangkat ke kampus. Pada saat itu pula Max memerintahkan bodyguard yang mengikuti Lisa untuk mencegahnya, tapi gagal. Ten sudah melakukan aksinya dengan menyetir truk dan menabrak mobil yang ditumpangi Lisa. Sayangnya Lisa ada di bagian yang parah, kakinya patah dan tangannya juga patah karena menahan perutnya. Namun, posisi benturannya ada di sebelah kiri dan Lisa terguling sampai terjatuh dengan keadaan tengkurap, sehingga bayinya tidak tertolong lagi. Sifa mengalami patah kaki kiri karena terjepit, lalu tulang
Siapa yang tidak kenal dengan Maxellio D. Alexander? Seorang pebisnis asal Spanyol yang memulai bisnisnya di Indonesia dengan kerja kerasnya. Namun, siapa yang tahu sekarang dirinya terlihat sangat hancur, ketika seseorang yang sangat ia cintai terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit dengan alat bantu medis. Pemberitaan di media sosial dan TV di penuhi oleh kecelakaan istri pengusaha terkaya di Indonesia. Banyak yang nimbrung berspekulasi macam-macam. Wajah hancur Max tertangkap kamera, membuat banyak netizen ikut sedih melihat sosoknya yang hancur. Sementara Baby Axel juga terus menanyakan keberadaan Lisa, bahkan ia ikut sakit karena merasakan Ibu susunya yang sakit. Setiap hari ia menanyakan Lisa di mana, Lisa kapan bisa pulang, sedang apa Lisa, dan semua yang ia ingin tahu tentang ibu susunya itu. Seolah-olah jiwa raga mereka sudah menyatu, sehingga ketika Lisa sakit maka Baby Axel ikut sakit. Baby Axel selalu ikut merasakan kondisi tubuh Liea, ikatan batin mereka terlalu kuat j