See u next part :D
Kasus skandalnya telah menyusut, Xanon merasa bahwa ia tak ingin terlibat di dunia entertaimen lagi. Ia mengaku kalah dan lemah dalam pertahanannya sebagai artis papan atas. Meski begitu, ia ingin membalas Max untuk terakhir kalinya, dengan cara menjadi model di produk baru perusahaannya. "Saya menghagai segala upaya Pak Maxell untuk saya, tapi saya tak bisa meneeuskan kontrak ini bahkan jia saya harus ganti rugi. Jadi tolong, biarkan saya menebus untuk yang terakhir kali dengan menjadi model produk baru kalian." Max mengangguk-angguk penuh pengertian, "Oke, sahkan. Saya juga gak bisa memaksa, hanya berharap bahwa Nona akan terus ada di perusahaan ini sebagai model tamu, bagaimana?" Xanon berpikir sejenak, sebelum Max menyatakan lebih jauh lagi. "Tenang saja, Saya hanya minta Anda pemotretan tidak terikat seperti di agensi Anda." "Em ... baik, asal tidak terikat." Max tersenyum, "Terima kasih. Senang bekerjasama dengan Anda, Nona Xanon." "Sama-sama, Pak." Kemudiam Xanon menole
Konferensi pers Xanon pun diadakan dengan lancar, ia berpesan pada semua orang bahwa ia bahagia dengan apa yang ia lakukan sekarang. "Saya sangat berterima kasih pada para fans, mereka sangat memperhatikan saya. Bahkan mereka dengan gigih tidak menginginkan kekasih saya untuk bersama saya karena kasih sayang mereka tapi, mohon maaf. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya ingin memberitahu pada semua pihak bahwa saya bahagia bersamanya." Randy ada di sudut ruangan menontonnya, tetapi malah menjadi sorotan sekarang atas ucapan kekasihnya yang mengharukan. "Mungkin, secara fisik masih ada orang yang jauh lebih tampan dari pacar saya tapi, saya mencintainya dengan tulus, begitupun sebaliknya." Ia tersenyum oada semua orang, ibunya Vera juga mendampinginya di sana. "Saya menemukan banyak pria yang mungkin lebih tampan, kaya dan memiliki status sosial yang baiknya luar biasa tapi ternyata, saya berkali-kali dikecewakan oleh mereka yang hampir sempurna itu. Saya bukan menurunkan standar saya
Baby Axel menangis ketika melihat neneknya datang. Entah itu adalah naluri kewaspadaan yang ada pada diri anak-anak yang masih polos, atau karena memang Baby Axel tidak menyukainya. Namun secara tidak langsung, baby Axel langsung menempel pada sang Ibu sambung dan terus menangis minta dijauhkan dari neneknya. Lisa pun tetap menyambut Diana dengan semaksimal mungkin dengan kemampuannya sambil menenangkan Baby Axel. Namun, sepertinya Diana juga terlihat terganggu dengan suara tangisan bayi yang keras itu. Akhirnya, ia pamit ke kamarnya dan ingin istirahat. "Selamat istirahat, Mom," ujar Lisa tetap ramah. Seperti biasa, Diana mengabaikannya dan pergi dengan tenang. Alhasil Lisa bisa fokus menenangkan putranya. "Baby Ax, kenapa Sayang ... mok kamu kayak gini sih sama Oma?" tanya Lisa pada baby Axel dengan suara lembut. Baby Axel lucu dnegan sikapnya, ia langsung berhenti ketika Diana pergi. Itu sangat aneh dan membuat Lisa ingin tertawa dengan kelakuan si balita tampan itu. "Mama ak
Ini salahnya, Max menyerahkan perekrutan model baru pada pihak personalia tanpa briefing. Masalahnya adalah kandidat yang diterima adalah Baby, orang yang sangat ingin ia hindari. Sayangnya semuanya sudah selesai dan Baby sudah diberitahu bahwa ia akan diterima di perusahaannya untuk menjadi model. Kejadian itu membuat perasaan Max semakin tak karuan, ia sekali lagi merasa terganggu atas kehadirannya. Meskipun ia berusaha meyakinkan diri bahwa tidak akan ada buruk yang terjadi tetapi, ja tahu Baby orang yang sama seperti ibunya, pantang menyerah dan terus mengejar apa yang ia inginkan sampai dapat. Sementara itu ialah sebagai objek obsesi dari Baby. Tentu hak itu membuatnya semakin tidak fokus menjalani pekerjaannya, padahal ia sudah pusing atas kehadiran ibunya yang tiba-tiba dan bertahan sampai sekarang. Ia hanya takut Ibunya dan Baby akan bekerja sama untuk mendapatkannya. Bisa jadi Baby mengambil kesempatan itu untuk membuatnya takluk dengan bantuan ibunya. "Arrrrgh!" erangnya m
Lisa kembali mengingat ketika ia dan Max pergi ke Bali untuk berbulan madu. Semua kenangan itu kembali, ia senang bisa kembali ke tempat Indah itu. Namun kin, semuanya berbeda. Mereka datang bersama baby Axel, Diana, dan Resti tentu saja. Dilihat dari terakhir kali dia datang Bali tetaplah indah hal itu layak disebut surga dunia. Bali juga masuk ke dalam kategori tempat wisata terbaik dan menjadi favorit para wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara. Tentu keindahannya bukan tanpa sebab, alam yang hadir di sana menyuguhkan hiburan terhadap mata yang melihatnya. Max melingkarkan tangannya di pinggang sang istri sambil menyapa semua orang yang menyambut mereka ketika mereka turun dari private jet miliknya "Hallo, selamat datang Mister Alexander!" sapa pria yang terlihat seperti orang yang kenal lama dengan Max. Max langsung mendekat dan bersalaman dengan prianya bernama Iwan itu. "Terima kasih Wan, sudah menyambut kami," ujar Max rendah hati. "Itu sudah kewajiban kami Mist
Diana mendengus ketika mendengar ucapan manajer hotel yang mengatakan kalau Max menyampaikan pesan, ia tidak ingin diganggu bersama istrinya. Ia berdecak kesal karena harus makan malam sendiri, tentu saja makan malam bersama Resti bukan pilihan untuknya. Sehingga Resti makan malam di kamarnya, karena ia juga harus menjaga baby Axel yang sebelumnya dikirimkan sang Tuan ke kamarnya. Kemudian Diaan melihat seseorang yang menatapnya dengan intens. Hal itu tentu membuatnya risih, segera ia memalingkan wajah. Akan tetapi, orang itu terlihat tertarik dengan Diana yang duduk sendirian. Diana sudah was-was ketika ada pemuda bule yang sedari tadi menatapnya itu bangkit dan menghampirinya, ia terus menatapnya dengan penuh minat. "Hai, Nyonya, sepertinya Anda sendiria. Bolehkah saya bergabung dengan Anda?" "Hai, apa yang Anda katakan Mister?" tanya Diana dengan nada dingin. Pria muda dengan fisik dark blonde itu tertawa kecil, "Hahaha! Saya hanya ingin berkenalan dengan Anda, Nyonya," ujarnya
Max tidak tahu kenapa kepalanya sangat pusing, ia sedang rapat tetapi ia bisa menahannya sampai rapat selesai. Sayangnya dia bertemu dengan ibunya saat ia akan kembali ke kamarnya, dan dengan keadaan setengah sadar ia diseret ke sebuah kamar yang ia tahu bukan miliknya. Karena jika itu miliknya, pasti ia akan bertemu dengan sang istri dan setidaknya ia melihat barang-barang mereka di ruangan itu. "Mom, kita ada di mana?" tanya Max bingung. "Tenang saja, Sayang. Kamu diam dan istirahat dulu. Kamu kelihatan sangat pucat," ujar Diana berpura-pura prihatin. Max mengangguk, ia berbaring dan menutup matanya dengan lengan berototnya. Ia benar-benar pusing dan merasa bahwa tubuhnya, antara meriang dan merenergi. "Kamu tidak sedang minum kan?" tanya Diana. "Hem, aku sudah berhenti minum semenjak menikah dengan istriku. Jadi bagaimana mungkin aku minum?" "Tapi kamu kelihatan seperti orang mabuk." "Aku tidak tahu kenapa tapi, aku merasa sangat pusing dan tubuhku seolah sangat panas." "Ok
"Papa!" teriakan baby Axel menggelegar di dalam kamar. Max terkejut ketika melihat baby Axel berjalan ke arahnya dengan tampang cemberut yang lucu tapi cukup serius. "Papa natal!" teriaknya lagi. Resti terlihat di depan pintu tak berani masuk, sementara baby Axel berjalan dengan langkahnya yang berlum stabil. Max tersenyum ke arahnya, "Hai, Sayang. Ada apa?" tanyanya ingin menggendong sang anak ketika baby Axel mengabaikannya dengan melengos. "Papa natal cama Mama, Mama nanis dhadina!" Max menoleh ke arah Resti, ia tak tau harus bagaimana tapi, bisakah ia membantu? Ia hanya baby sitter, tak punya banyak tempat untuk menjelaskan. Sementara itu baby Axel mendekati ayahnya memukul pipi Max dengan tinju kecilnya sambil meraung menyalahkan ayahnya yang membuat ibu tercintanya menangis. "Papa natal cama Mama, Papa natal!" ia terus meraung dan memukul wajah Max secara brutal. Meski beitu Resti hanya bisa menutup mukutnya, ia tak berani menegurnya ketika melihat Max terlihat tid
Suatu hari Axel yang sudah lulus S1 dan sedang melanjutkan kuliah S2-nya di Amerika menelpon ibu sambungnya dengan video call. "Ma, aku mau ngasih tau sesuatu," ujar Axel. "Iya Sayang, kasih tahu aja," ujar Lisa. "Aku, dapet bagian untuk bacain kesan dan pesan saat wisuda nanti," ujar Axel bahagia. "Wah, masyaa Allah, alhamdulillah. Emang hebat anak Mama." "Pokoknya besok Mama harus ikut di wisudaku, sama adik-adik ya," ujar Axel. "Iya tentu aja, Sayang. Coba kamu kasih tahu Papa kamu biar dia juga mengatur jadwalnya." "Iyap Mah," jawab Axel. "Oh ya, sambil tolong dibujukin Papamu dong. Dia suka lembur, Mama nggak suka ...." keluh Lisa. Axel pun tertawa mendengarnya, "Siap, Mah. Semoga aja aku lekas bisa bantu Papa supaya Papa bisa lebih banyak istirahat sama Mama." "Aamiin, Mama juga berharap gitu, tapi Mama juga nggak mau kalau kamu maksain diri kamu. Kamu masih muda Sayang, perlu menikmati hidup juga jangan langsung kerja kayak Papa kamu. Gak ada waktu buat quality time sa
"Oom Kevan mau nikah Sayang, jadi besok kita kondangan," ujar Lisa pada anak perempuannya. Axel kini bukanlah Baby lagi, ia tumbuh menjadi anak laki-laki yang membanggakan. Ia sudah tau atas rencana pernikahan itu, bahkan ia tau bagaimana Kevan sulit move on dari ibunya yang ia cintai. Agak mengherankan memang ketika saingan cinta Max malah akrab dengan anak-anaknya, tak bisa dipungkiri itu karena seringnya Kevan bertemu dengan Max sebagai rekan bisnis. Namun, seiring berjalanannya kesibukan Kevan sebagai pimpinan perusahaan membuatnya jadi mudahh menerima ketanyataan bahwa Lies milik suaminya. "Yey! Ketemu Oom Kevan!" ujar Zahra senang. "Iya, Zahra mau ngado apa?" tanya Lisa padanya. "Apa ya?" balasnya berpikir. "Gimana kalau bola basket? Oom Kevan kan suka sasket," ujarnya. "Janganlab Sayang, kan dia lagi nikah bukan bhat ulang tahun. Kadonya yah buat Oom sama Tante bukan hanya untuk Oom." Zahra mengangguk-angguk, "Siap. Terus apa Ma?" Kini Lisa yang berpikir, tetapi Axel ya
Dua bulan terakhir ini Max terus mengganggu Lisa alias mengajaknya bercinta setiap malam, sehingga ia merasa cukup kewalahan dengannya. Namun, ia tidak bisa berkata kalau itu tidak menyenangkan, karena ia pun menikmatinya. Bagaimanapun, aktivitas itu adalah salah satu surga dunia yang Allah siapkan untuk pasangan halal. Tiba-tiba saat Lisa dan Max makan malam, Lisa merasa mual tak berkusuhadahan, sampai ia lemas karena kekurangan cairan. "Sayang, kamu gak papa?" tanyanya panik. Lisa sudah lelah dan tak kuasa untuk menjawab, sehingga Max langsung membawanya ke rumah sakit dengan tergopoh-gopoh. Sifa pun ikut panik melihat Nyonya-nya dibopong oleh sang Tuan, ia cemas. Ia sudah sembuh setelah istirahat dua bulan, mungkin awalnya trauma tetapi ia mulai kembali belajar mobil setelahnya. Meski bekerja dengan Nyonya yang merupakan istri konglomerat yang memiliki banyak musuh, Sifa masih tetap setia pada Lisa karena nominal gaji yang tinggi dan karena ia tidak yakin bisa menemukan bos se
Diana meminta maaf pada Lisa, ia minta maaf karena semua yang terjadi padanya adalah akibat dari ambisinya memisahkan mereka. "Aku minta maaf atas semua yang terjadi padamu, yah ... aku tau, maafku mungkin tidak berguna untuk sekarang tapi, aku berharap bahwa aku bisa menebusnya meski hanya sedikit." Lisa terdiam, kemudian kembali mengingat waktu-waktu ke belakang ketika Diana memperlakukannya. Diana bekerja sama dengan para wanita-wanita yang mencoba untuk mendekati suaminya. ia ingat ada luka yang ia terima dan semua hal tentang Diana. Hingga kemudian, ia mengangguk dan tersenyum pada ibu mertuanya. "Sejujurnya aku juga bukan orang yang baik, sehingga aku bisa mudah ikhlas dengan semua yang sudah terjadi, tapi aku sudah memaafkanmu, Mom. Aku kira kejadian-kejadian yang sudah berlalu biarlah menjadi masa lalu, aku harap kita bisa mulai akur dan membuka lembaran baru." ••• Lisa dan Diana berbelanja bersama di mall dengan bahagia, bahkan Diana membelanjakan banyak barang untuk men
Frans meminta maaf pada Max usai sadar dari mabuknya, Max pun memaafkannya menginat Frans masih berguna untuknya, hanya saja ia memanfaatkan momen itu untuk lebih mengikat Frans. Selain itu, Max juga meminta penjelasan dari sang ibu. Nafsunya untuk memisahkannya dengan Lisa ternyata membuatnya menarik beberapa bawahannya yang lemah untuk berkhianat. Diana pun minta maaf, ia juga menyesal karena Wina akhirnya bunuh diri karena keserakahannya. "Semua tak berguna sekarang Mom, aku tak tau kamu bertindak sejauh ini, lalu aku harus bagaimana?" Diana pun tak mengerti kenapa ia melakukan semua itu hanya karena keinginan terdalamnya yang tidak bisa dibujuk saat itu. Ia begitu mencintai anaknya sampai tak ingat apa-apa, mencintai tradisi dan darah biru yang ia sanjung-sanjung dalam hidup. Max masih sulit untuk memaafkan ibunya, semuanya jadi kacau karenanya. Alhasil Lorey menengahi anak dan istrinya lagi, meski sulit tetapi Max bisa memaafkan sang ibu. Apalagi saat itu Lisa bangun dan men
Di sebuah ruangan gelap, di mana Frans sedang hancur karena pujaan hatinya meninggal. Max menghampirinya bersama Edwin, si pemimpin pasukan keamanannya. Di sanalah Frans yang dalam keadaan mabuk pun jujur kalau ia tau Wina adalah seorang yang bekerja untuk Diana. Wina juga yang membuat kasus kejahatan Larissa lancar, Wina juga yang membuat ia kadang mencurangi informasi dan melambankan kinerja tim IT jika itu tentang Lisa, Wina juga yang membuat Baby lancar melakukan aksi pendekatan pada Max, semua di bawah perintah Diana. Frans juga tau kalau Wina menyukai Max alih-alih dirinya yang sudah bucin atau bulol padanya, tapi Frans tak perduli dan terus mencintainya. "Maafkan aku Bos, aku tahu Ini memalukan sebagai bawahanmu yang harusnya setia padamu, tapi karena cinta menggelapkan mataku dan membuat aku rela mencurangimu." Max masih diam mendengarkan penyesalan Frans yang mabuk itu. "Aku tau ini salah, tapi kalaupun aku diberi pilihan untuk memutar waktu, aku akan melakukan tindakan
Max tak akan sudi memaafkan Ten, ia sudah ingin sekali membunuhnya sejak awal. Namun, Ten dikasih hati malah ngelunjak. Akhirnya ia tak bisa menahan diri lagi untuk tidak melenyapkannya. "Apa yang ingin kamu lakukan padanya?" tanya Lorey pada putranya. "Aku tidak bisa menahan lagi, Dad," ungkap Max dengan suaranya yang penuh emosi. "Max, tolong jangan lakukan itu...." "Tapi sayangnya, aku sudah melakukannya," potong Max, membuat Lorey yang tidak paham pun bertanya. "Maksudmu apa, kamu sudah melakukan apa?" Namun, detik berikutnya Ten muntah darah dan terjatuh ke lantai, Ia terus memegangi perutnya dan dadanya yang terasa sakit. Hal itu menjelaskan pada Lorey, kalau Ten sudah diracuni oleh Max. Melihat hal itu, Lorey langsung berusaha untuk menolong Ten dengan pertolongan pertama. "Apa yang kau lakukan, Max! Astagah!" Namun, semuanya sia-sia karena Ten sudah meninggal, membawa rasa sakit yang ia alami. Tak habis pikir dengan itu, ia langsung menghampiri Max lagi dan mencengkera
Lorey langsung memeluk anaknya dengan erat agar emosinya mereda, ia tau bagaimana perasaan kehilangan orang yang dicintainya. Bayi yang ada di dalam kandungan Lisa meninggal, dan saat ini istrinya koma. Manusia mana yang tahan dengan keadaan itu? Jika saja Frans tidak menemukan titik keberadaan Ten saat itu, pasti Lisa sudah tak bernyawa karena keterlambatan penanganan. Frans mengungkapkan bahwa Ten ada di daerah di mana ia menuju tepat di tempat Lisa berada saat ingin berangkat ke kampus. Pada saat itu pula Max memerintahkan bodyguard yang mengikuti Lisa untuk mencegahnya, tapi gagal. Ten sudah melakukan aksinya dengan menyetir truk dan menabrak mobil yang ditumpangi Lisa. Sayangnya Lisa ada di bagian yang parah, kakinya patah dan tangannya juga patah karena menahan perutnya. Namun, posisi benturannya ada di sebelah kiri dan Lisa terguling sampai terjatuh dengan keadaan tengkurap, sehingga bayinya tidak tertolong lagi. Sifa mengalami patah kaki kiri karena terjepit, lalu tulang
Siapa yang tidak kenal dengan Maxellio D. Alexander? Seorang pebisnis asal Spanyol yang memulai bisnisnya di Indonesia dengan kerja kerasnya. Namun, siapa yang tahu sekarang dirinya terlihat sangat hancur, ketika seseorang yang sangat ia cintai terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit dengan alat bantu medis. Pemberitaan di media sosial dan TV di penuhi oleh kecelakaan istri pengusaha terkaya di Indonesia. Banyak yang nimbrung berspekulasi macam-macam. Wajah hancur Max tertangkap kamera, membuat banyak netizen ikut sedih melihat sosoknya yang hancur. Sementara Baby Axel juga terus menanyakan keberadaan Lisa, bahkan ia ikut sakit karena merasakan Ibu susunya yang sakit. Setiap hari ia menanyakan Lisa di mana, Lisa kapan bisa pulang, sedang apa Lisa, dan semua yang ia ingin tahu tentang ibu susunya itu. Seolah-olah jiwa raga mereka sudah menyatu, sehingga ketika Lisa sakit maka Baby Axel ikut sakit. Baby Axel selalu ikut merasakan kondisi tubuh Liea, ikatan batin mereka terlalu kuat j