Lima tahun kemudian.Negara S, Kota Andara, Bandara Internasional.Juanita akhirnya sampai di kota yang sangat ia kenal baik ini, perasaannya berkecamuk dengan kuat.Dia sama sekali tidak pernah membayangkan akan kembali ke sini.Masih teringat lima tahun yang lalu, setelah malam yang konyol di Kota Nirwana, dia ternyata hamil.Kehamilannya sudah berjalan lebih dari tiga bulan dan perutnya mulai membesar saat ia menyadarinya.Sejak saat itu, hidupnya berubah drastis.Semula dia memiliki tunangan yang hampir menikah dengannya, tetapi dengan berita kehamilannya, tunangannya pun memutuskan untuk meninggalkannya.Karena dia hamil sebelum menikah, kakeknya marah besar sampai jatuh sakit.Ayahnya bahkan memutuskan hubungan dengannya.Juanita menjadi aib terbesar bagi keluarganya.Seluruh penduduk Kota Andara mengatakan bahwa ia sering bergonta-ganti pasangan dan tidak menjaga martabatnya sebagai seorang wanita.Bahkan banyak yang dengan sengaja memfitnah, mengklaim pernah berselingkuh dengan
Tak lama setelah Tommy pergi, Juanita juga kembali ke kafe dengan membawa barang-barangnya.Juanita mendekati meja tempat dia duduk tadi, melihat si kecil, Ingga, masih duduk dengan manis. Tapi di atas meja terdapat sebuah kartu nama.Dengan rasa penasaran Juanita mengambilnya dan memeriksanya dengan seksama.Dia melihat tulisan "High-Speed Technology Limited Company" di kartu tersebut, lengkap dengan sebuah nama di bawahnya: Tommy, serta sebuah rangkaian informasi kontak.Juanita bertanya kepada Ingga, "Ini apa, Ingga?"Ingga menjawab dengan nada yang lembut, "Kartu nama. Tadi ada seorang om yang memberikannya kepadaku, katanya kalau aku punya waktu luang, aku bisa datang bermain game dengannya."Mendengar ini, ekspresi Juanita langsung berubah.Di zaman ini, banyak sekali kasus penculikan anak, dan Ingga adalah anak yang sangat menggemaskan, yang tentunya menjadi target paling diincar.Syukurlah, hari ini tidak terjadi apa-apa. Kalau tidak, Juanita tidak tahu lagi apa yang harus dia
Tommy tidak bisa menahan rasa kaget saat melihat anak itu.Seolah-olah dia tidak menyangka akan bertemu dengan anak ini lagi, apalagi sampai memeluk kakinya dan memanggilnya ‘ayah’!Sopir di sebelahnya juga terkejut dengan sebutan ‘ayah’ ini.Semua orang tahu bahwa majikannya terkenal tidak pernah dekat dengan wanita. Sejak kapan dia punya anak sebesar ini?Dalam keraguan, Tommy dengan alis berkerut berkata dengan suara rendah, "Nak, kamu... mungkin salah panggil ya? Aku bukan ayahmu.""Tidak, kamu adalah ayahku." Anak kecil itu memeluk Tommy lebih erat, seolah-olah takut Tommy akan pergi.Kening Tomy berkerut, "Berhenti bercanda, aku bukan ayahmu. Lepaskan, cepat cari orangtuamu."Tommy berpikir bahwa anak kecil ini mungkin mengikutinya, jadi dia tidak marah dan dengan sabar membuka perlahan genggaman tangan anak kecil itu.Melihat situasi ini, Ingga dengan cepat melompat ke badannya dan mendekatkan diri ke lehernya, berbisik dengan suara pelan yang hanya mereka berdua bisa dengar, "O
Juanita memegang tangan Ingga saat memasuki rumah sakit. Ingga yang masih kecil dengan cepat mulai melihat sekeliling dengan rasa ingin tahu.“Juanita, bukankah kita ke- sini untuk melihat nenek? Nenek ada di kamar mana?” Ingga dengan rasa ingin tahu mengedipkan matanya dan menggoyangkan lengan Juanita sambil bertanya.Juanita tersenyum melihat tingkahnya, “Kenapa? Kamu sangat menantikannya?”“Tentu saja!” Ingga mengangguk, “Selain ibu, aku belum pernah bertemu dengan anggota keluarga lainnya.”Mendengar itu, Juanita merasa sedikit pilu. Dia tidak tahu bagaimana sikap ibunya kepadanya setelah lama tidak bertemu...Dengan perasaan gugup, dia membuka pintu kamar sakit, tapi apa yang dia lihat adalah sesuatu yang di luar dugaannya.Lima tahun yang lalu saat dia pergi, ibunya, Marlin, masih tampak anggun dan berkelas. Tapi sekarang... mengapa ia tampak sangat berbeda?Tangan Juanita mulai gemetar, ia mendekati tempat tidur dengan perasaan tak percaya.Wanita di tempat tidur itu menutup mat
Ketika melihat kedua orang itu turun dari mobil, wajah Juanita seketika berubah suram. Dia memalingkan muka, tanpa keinginan untuk memedulikan mereka. Bagi orang-orang yang tidak tahu malu seperti mereka, Juanita selalu berpikir lebih baik untuk menghindari daripada merasa menyesal nantinya.Santi menatapnya dengan tatapan dingin, matanya sedikit menunjukkan rasa meremehkan, kemudian beralih menatap Jerry. "Jerry, meskipun kamu punya niat baik, tapi menurutku akan ada orang yang tidak menghargainya dan kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Aku mendengar pembicaraan kalian tadi, Juanita yang memilih melepaskan semua ini."Sambil berbicara, Santi mengeluarkan sejumlah dokumen dari tasnya dan tersenyum dengan puas, "Jadi, mari kita ikuti keinginannya. Aku sudah menyiapkan semua dokumen dan kebetulan sekali kita bertemu di sini, kenapa tidak kita tanda tangani saja sekarang?"Kebetulan? Kata-kata Santi terdengar begitu munafik. Baru saja Jerry mengatakan bahwa dia datang kesini khusus untuk men
Setelah Nanda mengucapkan kata-kata itu, dia tersenyum mengejek kepada Juanita sebelum masuk ke mobil.Mereka semua menghilang ke kejauhan. Juanita berdiri diam, melihat mobil yang pelan-pelan hilang dari pandangannya. Baru setelah jeda lama dia menarik pandangannya dan berbalik ke dokter yang baru saja datang."Terima kasih, Dokter, telah membela saya," ucap Juanita dengan tulus mengungkapkan rasa terima kasihnya.Dokter itu mengangkat tangan dengan canggung, membuka mulutnya, bingung akan hubungan antara Juanita dan orang-orang tadi. Namun, dia menahan diri untuk tidak bertanya, mengingat bukan urusannya untuk mengintip urusan orang lain.Matanya beralih ke pergelangan tangan Juanita, ia mengerutkan kening, bertanya, "Pergelangan tangan Anda... Apakah perlu kita periksa lebih lanjut?"Juanita berhenti sejenak, rasa sakit di pergelangan tangannya mengingatkannya pada perlakuan Jerry barusan. Dia perlahan mengepit bibirnya dan berkata dengan senyuman, "Tidak apa-apa, dok. Saya baik-bai
Setelah meninggalkan taman kanak-kanak, Juanita langsung bergegas menuju rumah sakit.Tak lama, Juanita menjejakkan kaki di ruang perawatan, suasananya masih sejuk dan sepi. Marlin terbaring di ranjang rumah sakit seorang diri, menyayat hati Juanita.Dia melintasi banyak ruang perawatan, di mana kebanyakan pasien dikelilingi oleh kerumunan keluarga dan teman yang merawat mereka. Namun ibunya sendiri... dengan penyakit yang begitu parah, ayahnya bahkan tidak datang untuk melihat keadaannya!"Ibu..." Juanita berjalan mendekat ke ranjang, memegang tangan Marlin dengan kedua tangannya, suaranya bergetar ketika memanggil.Marlin telah koma selama waktu yang lama. Meskipun dokter mengatakan itu normal, Juanita tetap tidak bisa merasa tenang tanpa melihat Marlin bangun.Dia tidak mengharapkan Marlin untuk bangun hari ini, namun tepat setelah dia memanggil, Marlin di ranjang perlahan membuka matanya.Setelah tidur pulas untuk waktu yang lama, Marlin tidak begitu sadar ketika pertama kali membu
Juanita menatap Ingga dengan kebingungan, sebuah kemungkinan merayap dalam pikirannya yang sangat ia harapkan untuk tidak menjadi kenyataan.Apakah mungkin… Ingga telah menghubungi pewaris dari Group Ador itu?Sang guru masih berdiri tak jauh dari mereka, menatap mereka dengan pandangan yang angkuh, meragukan bahwa mereka bisa mendatangkan bantuan yang berarti."Heh, lihatlah kalian semua, akan lebih baik jika kalian segera meninggalkan tempat ini, dan berhenti berpura-pura kuat. Kalau tidak, pada akhirnya, kalianlah yang akan direndahkan," kata guru itu, dengan tangan terlipat di dada, matanya menatap Juanita tajam.Juanita mengepalkan tinjunya, merasakan untuk pertama kalinya betapa pentingnya kekuasaan dan status... sejauh ini untuk membela martabat seseorang.Dia bisa menahan perlakuan seperti ini, namun menyesakkan dada melihat Ingga juga terseret dalam situasi ini."Ibu, jangan khawatir," Ingga menggoyang-goyang lengan ibunya, dan berkedip padanya dengan manis.Tiba-tiba, keribut
Setelah Tommy selesai bicara, Juanita yang merasa bersalah menunduk. Hati Tommy melunak saat melihat sikap Juanita, tetapi Tommy harus menegaskan beberapa hal kepada Juanita. Bagaimanapun, Tommy tidak ingin mengalami hal yang menakutkan seperti ini lagi.Tommy berujar, "Juanita, waktu itu aku benar-benar nggak menyangka kamu berani bersembunyi dariku. Apa kamu tahu aku takut sekali nggak bisa menemukanmu?"Juanita yang merasa bersalah sama sekali tidak berbicara. Tommy tertawa dan melanjutkan ucapannya, "Setelah menemukanmu, aku masih merasa kesal kepadamu karena kamu nggak percaya aku bisa menyelesaikan masalah ini, kamu bahkan berniat meninggalkanku. Jadi, sekalipun aku tahu keberadaanmu, aku juga sengaja nggak mencarimu. Aku mau kamu tahu apa yang kurasakan supaya kelak kamu nggak berani meninggalkanku lagi."Kelak Juanita tidak akan meninggalkan Tommy lagi. Juanita yang merasa sedih memeluk Tommy dengan erat. Dia tahu kali ini dirinya telah membuat Tommy ketakutan. Setelah melihat
Keluarga Saloza masih merasa kesal setelah meninggalkan lokasi pernikahan. Kenapa pernikahannya bisa berakhir seperti ini? Jelas-jelas, semuanya berjalan dengan lancar dan Tanya hampir menjadi menantu Keluarga Ador. Namun, pengantin wanitanya malah menjadi orang lain dalam sekejap.Di luar lokasi pernikahan, ekspresi Tommy tampak lembut. Apalagi, dia sedang menggendong Juanita yang memakai gaun pengantin. Juanita memukul punggung Tommy sembari berkata, "Turunkan aku dulu."Tommy menuruti perkataan Juanita, sepertinya dia khawatir Juanita merasa tidak nyaman karena sedang hamil. Juanita bertanya, "Apa kita akan pergi sekarang? Bagaimana dengan keluargamu dan Keluarga Saloza?" Juanita khawatir masalah ini akan memengaruhi Tommy.Tommy malah mengalihkan topik pembicaraan, "Apa tadi kamu terkejut?"Juanita mengatupkan bibirnya dan tidak menanggapi ucapan Tommy. Sewaktu menyadari keberadaannya, jantung Juanita berdegup kencang. Namun ... kapan Tommy mulai merencanakan semua ini?Tommy melir
Pernikahan menjadi kacau sehingga tidak bisa dilanjutkan lagi. Para tamu mulai heboh karena tidak menyangka pernikahan bisa berakhir seperti ini. Kejadian hari ini telah mempermalukan kedua keluarga, jadi pengurus rumah segera bertindak dan menyuruh para pengawal untuk mengantar semua tamu keluar. Dengan demikian, kedua keluarga bisa menyelesaikan masalah hari ini.Akhirnya, hanya tersisa anggota dari kedua keluarga di lokasi pernikahan. Juanita yang tidak tahu harus berbuat apa merasa sangat panik. Hanya saja, Juanita tahu sekarang dia tidak boleh pergi. Dia harus menemani Tommy untuk menghadapi semua permasalahan, apalagi sekarang Tommy berada di sisinya.Keberadaan Tommy sudah cukup memberi Juanita rasa aman. Jadi, Juanita hanya panik sesaat, lalu dia berusaha menenangkan dirinya.Aula yang awalnya dipenuhi orang-orang seketika menjadi sunyi setelah para tamu lainnya pergi. Anggota Keluarga Saloza tidak menyangka Tommy akan bertindak seperti ini dan mempermalukan mereka. Semua anggo
Tommy tersenyum ketika mendengar jawaban Juanita. Tommy tahu Juanita pasti bersedia menikahinya. Tommy dan Juanita telah mengalami banyak rintangan, sekarang akhirnya mereka bisa menikah. Tommy tidak mungkin melepaskan kesempatan yang begitu bagus.Semua tamu merasa sangat senang melihat pasangan mempelai yang berdiri di atas panggung, kecuali Ruben. Dia terus mengamati Juanita dan merasa ada yang tidak beres, terutama saat Juanita bersuara. Ruben pernah bertemu dengan Tanya. Meskipun mereka jarang berhubungan, Ruben bisa mengenali suara Tanya.Tadi, suara wanita itu memang sangat mirip dengan Tanya, tetapi Ruben merasa wanita itu bukan Tanya. Sebenarnya, Ruben ingin mengekspos mereka. Hanya saja, Ruben tidak terlalu yakin sehingga tidak berani bertindak gegabah. Kemudian, pendeta berucap, "Selanjutnya, saatnya sepasang mempelai bertukar cincin."Juanita gemetaran begitu mendengar suara pendeta. Hanya tinggal selangkah lagi, Juanita akan menjadi istri Tommy secara sah dan anaknya bisa
Di dalam aula, Tommy berdiri di depan pendeta sembari menunggu pengantinnya dengan sabar. Di bawah tatapan serius orang-orang, pintu akhirnya dibuka, lalu disusul oleh sosok cantik yang berjalan masuk. Wajah wanita itu ditutup oleh kerudung, jadi mereka tidak bisa melihat parasnya. Sementara itu, gaun yang pas badan membuat si pengantin tampak sangat menawan."Wow, pengantinnya cantik sekali!""Benar, mereka memang serasi!"Para tamu mulai memuji sembari bertepuk tangan. Pada saat yang sama, banyak kelopak bunga yang berjatuhan.Ketika mendengar suara-suara itu, Juanita sungguh terkejut. Dia tidak menduga hasilnya akan menjadi seperti ini.Tangan Juanita terkepal erat. Dia tidak bisa menahan perasaan gugup ini. Sebuah pemikiran yang tidak pernah ada bahkan tiba-tiba muncul dalam benaknya, yaitu melarikan diri dari tempat ini.Orang yang berjalan di samping Juanita merasakan keanehan ini. Dia pun berbisik, "Demi masa depan anakmu, kamu harus terus berjalan."Juanita merasa dirinya sedan
Beberapa saat kemudian, mobil akhirnya tiba di suatu tempat. Juanita pun dibawa turun oleh kedua pengawal itu.Juanita tidak berteriak-teriak lagi sekarang. Dia berusaha untuk tenang meskipun merasa sangat takut. Kini, banyak adegan penculikan dan pemerkosaan yang terlintas di benaknya.Entah sudah berapa kali Juanita hampir mengalami peristiwa seperti itu. Makin dipikirkan, dia merasa makin getir.Namun, yang menyambutnya bukanlah suara galak pria. Juanita seperti dibawa ke suatu tempat, lalu mendengar suara beberapa orang wanita."Bawa dia masuk," perintah seorang wanita dengan tegas. Kemudian, Juanita pun dibawa masuk oleh kedua wanita.Setelah melewati tirai, kedua wanita itu mengulurkan tangan dan membantu Juanita melepaskan baju. Juanita sontak panik. Dia berteriak, "Apa yang kalian lakukan? Aku bisa menuntut kalian kalau macam-macam!"Kedua wanita itu tidak berbicara, melainkan terus membantu Juanita melepaskan pakaiannya. Mana mungkin Juanita membiarkannya begitu saja, dia pun
Meskipun berpikir demikian, para wanita muda itu tidak memiliki latar belakang seperti Tanya. Jadi, mereka tidak bisa menjadi istri dari pria terhebat di Kota Andara. Mereka hanya bisa menjadi saksi dari pernikahan ini. Bagaimanapun, ini sudah merupakan suatu kehormatan bagi mereka.Saat ini, Tanya yang berada di kamar rias menggigit bibirnya karena tidak bisa mengontrol perasaannya. Kalau bukan karena harus menjaga citranya yang lemah lembut, dia pasti sudah melompat dan berlari kegirangan, lalu memberi tahu semua orang di dunia ini bahwa dirinya akan menjadi istri Tommy.Ruben dan Yolanda juga berada di kamar rias. Ketika melihat wajah cantik Tanya, Yolanda pun memuji, "Cantik sekali, kamu sudah pasti pengantin tercantik di dunia ini."Tanya pun menunduk sembari tersenyum manis. Melihat ini, Ruben segera memuji, "Siapa yang tidak jatuh cinta melihat kecantikan Nona Besar Keluarga Saloza?"Tanya menjadi besar kepala karena terus dipuji. Wanita mana yang tidak senang saat dipuji oleh p
Mendengar ini, terlihat keraguan pada ekspresi Harfi. Dia memang mengkhawatirkan Juanita, tetapi pekerjaannya sangat banyak belakangan ini. Memang agak repot baginya kalau harus datang ke rumah sakit setiap hari."Tapi, Kak ...." Harfi menggaruk kepalanya, tidak langsung menyetujui perkataan Juanita.Juanita tentu tahu bahwa Harfi agak sibuk belakangan ini. Itu sebabnya, dia menasihati, "Kamu sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku benar-benar nggak enak hati kalau kamu terus datang.""Baiklah, untuk sementara waktu ini, aku nggak akan datang setiap hari. Tapi, kalau ada masalah, kamu harus menghubungiku," ujar Harfi sambil menatap Juanita dengan serius.Harfi khawatir Juanita tidak ingin dirinya cemas sehingga menutupi semuanya darinya. Mendengar ini, Juanita segera mengangguk dan mengiakan....."Telepon saja aku kalau ada masalah. Aku sudah menyewa perawat untukmu. Kamu cukup beristirahat dengan baik. Nah, kubelikan makanan karena takut kamu nggak cocok dengan makanan rumah sakit," ucap Y
"Ya, ya, aku bersumpah. Kalau aku memberi tahu Tommy, aku akan menjadi impoten. Sudah puas?" tanya Yosef sembari menatap Juanita.Kalau tidak sedang kesakitan, Juanita pasti akan merasa lucu mendengarnya. Namun, di situasi seperti ini, dia benar-benar tidak bisa tertawa. Juanita hanya menggigit bibirnya sambil berkata dengan serius, "Terima kasih."Yosef merasa agak malu melihat Juanita yang mengucapkan terima kasih dengan begitu tulus. Benar-benar bodoh, Tommy jelas-jelas sudah tahu semuanya. Dia tidak perlu menutupi apa pun dari pria ini.Yosef merasa lega melihat Juanita yang sudah lebih tenang. Namun, begitu teringat pada sumpahnya barusan, dia seketika merasa sangat getir. Entah dosa apa yang telah diperbuatnya sampai terlibat hal seperti ini.Sesudah melakukan pemeriksaan, Yosef pun menghela napas lega. Kondisi Juanita tidak separah yang dibayangkannya. Bagaimanapun, Tommy terdengar sangat panik saat meneleponnya barusan. Juanita baik-baik saja.Juanita yang berbaring di ranjang