Share

Jiwa Iblis

Author: Nooraya
last update Last Updated: 2024-03-31 12:49:31

Bai Jia merasakan ada sesuatu yang menyentuh punggungnya. Dia reflek berbalik dan mendapati seseorang menyerangnya dengan pedang. 

Tidak, itu bukan orang. Itu … patung batu yang hidup. 

Belum sampai Bai Jia mencerna dan meyakini apa yang dia lihat, patung itu sudah lebih dulu menyerangnya. Bahkan, kini sudah tidak hanya satu, melainkan patung-patung lainnya yang ada di gua itu satu per satu mulai hidup dan ikut menyerangnya.

“Apa-apaan ini?” batin Bai Jia.

Mustahil patung bisa bergerak seperti layaknya manusia. Namun, kenyataan bahwa saat ini Bai Jia tengah berusaha menghindari serangan patung-patung tersebut tidak dapat ditepis.

Bai Jia yang tidak memiliki tenaga dalam memang membuatnya tidak bisa belajar jurus seperti saudara-saudara seperguruannya. Namun, jika hanya teknik dasar mempertahankan diri, dia masih mampu melakukannya.

TING! ... TING!

Denting pedang yang bertemu dengan bebatuan gua terdengar nyaring dan menggema. Cukup lama Bai Jia hanya lari dan menghindar, kini tenaganya mulai habis. 

“Aku sudah lelah, aku tidak bisa terus menghindar.”

Bai Jia terus berusaha mencari celah untuk bisa keluar dari aula gua itu. Namun, yang dia dapatkan justru sayatan pedang pada lengannya.

“Argh!” teriak Bai Jia.

Lengan yang mengucurkan darah dan rasa sakit yang dirasakan membuat Bai Jia hilang konsentrasi. Di depan matanya kini terdapat ujung pedang. 

Bai Jia kaget–”Ah!” 

Bai Jia menarik kepalanya ke belakang hingga membuat tubuhnya tidak seimbang dan jatuh. Belum sempat ia bangkit kembali, Bai Jia sudah harus menghindari serangan para patung hidup.

Tidak ada jalan lain untuk melarikan diri selain mengesot menaiki anak tangga menuju altar. Patung-patung itu terus mengejar Bai Jia hingga dia sampai di atas altar. 

Bai Jia berhenti ketika punggungnya sudah menabrak patung tempat pedang bercahaya tadi tertancap. Keadaan yang mendesak pada akhirnya membuat Bai Jia memperoleh keberanian untuk menarik pedang tersebut. Meskipun tahu dirinya tidak bisa menggunakan jurus pedang, tapi ia pikir tidak ada salahya jika dicoba.

“Hiya ...!”—Bai Jia menarik pedang itu sekuat tenaga.

TING!

Kini deru pedang dengan pedang yang menggema di dalam gua tersebut. Bai Jia berhasil menarik pedang tadi dan menghalau serangan patung yang menyasarnya.

Cahaya yang lebih menyilaukan daripada sebelumnya memancar dari pedang yang Bai Jia pegang. Semua patung yang ada di dalam gua itu pun tiba-tiba diam tidak bergerak dan hancur.  

Bersamaan dengan itu, Bai Jia merasakan sengatan listrik yang menjalar ke tangan dan sekujur tubuhnya. Teriakannya semakin menjadi seiring dengan rasa panas yang menyengat. Rasanya seperti tubuhnya sedang dibakar api yang berkobar, sangat panas. 

Di tengah kejadian aneh yang menyiksanya itu, Bai Jia mendadak mengalami perjalanan spiritual. Jiwanya kembali ke masa lalu, ke tempat-tempat yang pernah menjadi saksi sejarah hidupnya.

Api, saat ini Bai Jia berdiri di tengah-tengah aula yang sedang dilahap api. Terdengar suara teriakan pilu seorang perempuan yang menggema di aula itu. Namun, Bai Jia tidak tahu dari mana sudara itu berasal. 

Bai Jia menutup kedua telinganya dengan tangan yang gemetar. Air matanya jatuh merasakan kesedihan yang tiba-tiba menguasai hatinya itu. 

Ketika mata Bai Jia tertutup, tiba-tiba ia mendengar suara berat seorang laki-laki. “Yan Jiang, putraku, kau harus hidup untuk membalaskan dendam kami!”

Terkejut dan penasaran, Bai Jia pun membuka matanya. Namun, kini dia sudah tidak lagi berada di aula penuh api itu.

Saat ini Bai Jia sudah berada di sebuah hutan gelap dan berkabut. Tidak lama kemudian kabut tersibak dan menampakkan dua orang–laki-laki dan perempuan–berpakaian serba putih. Bai Jia familiar dengan dua sosok tersebut.

“G-g-gu-ru Ketua?”

Meskipun hanya pernah melihat lukisan wajahnya, tapi Bai Jia yakin bahwa yang saat ini dia lihat ialah ketua dan wakil ketua Perguruan Lotus Putih. Mereka adalah orang tua Yu Er yang selama ini disebut meninggal karena Bai Jia.

Tidak ada suara yang keluar di antara mereka. Bai Jia masih sangat terkejut.

“Hiya!”

Terdengar suara kuda meringkik di kejauhan. Perlahan kabut kembali menebal dan menutup pandangan Bai Jia dari dua sosok yang amat terhormat itu.

“Ketua!” panggil Bai Jia. Namun, kini Bai Jia sudah kembali berganti tempat.

Saat ini Bai Jia berada di … entahlah, dia tidak tahu. Hanya ruang terbuka yang sangat luas dengan langit berwarna merah jambu dan awan putih.

“Sekarang aku di mana?” 

“Bai Jia!”

Suara itu, Bai Jia mengenalinya. Dia berbalik–”Kakek Guru!”

“Hahaha!” 

Tawa khas kakek tua itu selalu bisa menanangkan hati Bai Jia. “Di mana ini, Kakek?”

“Hanya suatu tempat,” jawab sang kakek guru, Tao Jin. “Kembalilah, Bai Jia! sudah waktunya menerima takdir barumu!”

Setelah mendapat perintah itu Bai Jia kembali merasakan sengatan listrik yang menjalari tubuhnya. Badannya kembali panas dan kesadarannya membawanya kembali ke tempat di mana dia berada, yaitu gua tadi. 

Teriakan Bai Jia rupanya membuat gempa di sekitarnya. Gua itu bergetar dan mulai runtuh.

Bai Jia mengarahkan pedang yang dipegangnya ke atas seolah berusaha untuk menghujam langit. Hal tersebut menyebabkan sebuah retakan pada atap gua dan membuatnya terbelah hingga memperlihatkan langit malam di luar sana. 

Bai Jia melompat keluar dari gua melalui celah itu. Tubuhnya yang kini terasa sangat ringan membuat Bai Jia dapat melayang di udara. 

Energi yang selama ini tersegel di dalam tubuh Bai Jia akhirnya terlepas dan ikut memunculkan kembali jiwa iblisnya. Luka menganga di lengan kiri Bai Jia yang mengeluarkan darah merah kini menghitam berikut dengan urat-uratnya. 

Bai Jia yang lemah sudah tidak ada lagi. Kini, yang ada ialah Bai Jia si keturunan iblis yang memiliki pusaka suci legendaris di tangannya.

“Aku butuh penjelasan.” 

Bai Jia berjalan menuju Perguruan Lotus Putih. Dia berharap kakek gurunya bisa memberinya pencerahan. Namun, sesampainya di sana Bai Jai mendapati sesuatu yang mengejutkan. Perguruan yang selama kurang labih delapan belas tahun ia tinggali itu, kini tengah diserang iblis-iblis Diyu.

“Tidak! ... kakek, Yue Er.”

Related chapters

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Lonceng Menara Kuncup Lotus

    Semua guru dan murid Perguruan Lotus Putih berkumpul di aula teratai sesuai dengan perintah dari Tao Jin yang merupakan tetua perguruan. Semua orang hadir kecuali satu orang, Bai Jia. “Murid memberi hormat kepada para guru!”—semua murid mengepalkan tangan kanan dan menempelkannya ke telapak kiri di depan wajah mereka yang menunduk. Tao Jin tahu bahwa masih ada satu murid perguruannya yang belum datang. Dia lantas mencoba mencari tahu dari cucunya, Yue Er. “Yue Er, di mana Bai Jia?” Yue Er mengepalkan tangannya. Dia ingin sekali mengadu, tapi ia memilih menahan diri karena merasa momennya tidak tepat. “Maaf, Kek, Yue tidak tahu,” jawab Yue Er pada akhirnya, sambil menunjukkan gestru memberi hormat. “Hem ... begitu rupanya, baiklah.” Yue merasa berdosa telah berbohong kepada kakeknya. Dia berjanji akan meminta maaf dan jujur kepada sang kakek setelah pertemuan ini. “Semua murid perguruan Lotus Putih,”—Tao Jin mulai bicara dengan lantang dan keras—“kalian mungkin sudah mendengar

    Last Updated : 2024-04-05
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Seruling Laba-laba Pembunuh

    “Kakek Guru, apa yang terjadi?”—Bai Jia panik. Terdengar suara seperti orang mendengkur. Cukup lirih dan samar sampai Bai Jia harus diam untuk memastikannya. “Kakek?” Ternyata, setelah orang-orang Diyu meninggalkannya, Tao Jin dengan sisa tenaga dalamnya membekukan jantungnya agar tidak cepat berhenti berdetak. Dia berharap ada orang baik yang menemukannya sebelum ia benar-benar mati. Setelah semalaman bertahan hidup, pada akhirnya sungguh ada yang datang. Beruntunglah orang yang datang ialah seseorang yang Tao Jin kenal, yaitu murid istimewanya, Bai Jia. “Siapa yang melakukan ini, Kek?” tanya Bai Jia. Bai Jia mendekatkan telinganya ke mulut Tao Jin yang seperti ingin bicara. “Ta—n—shen,” ucap Tao Jin susah payah. Sunyi, tidak ada lagi suara yang keluar dari mulut Tao Jin. Bai Jia mencoba memeriksa kakek gurunya itu. Namun, rupanya sudah tidak ada lagi jantung yang berdetak. Sekarang Tao Jin sudah benar-benar meninggalkan dunia. “Tidak, jangan pergi! ... aku mohon, Kakek Guru,

    Last Updated : 2024-04-05
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Energi Negatif

    Pasukan Diyu terkapar tak berdaya setelah bertarung dengan Bai Jia. Hal itu membuat sang pemimpin pasukan, Lou Yin murka.“Hiya!”Jenderal pasukan Diyu terbang ke arah Bai Jia sembari menghunuskan pedang. Namun, belum sampai ujung pedangnya menyentuh Bai Jia, dia sudah lebih dulu dihempas oleh energi gelap Bai Jia hingga jatuh terkapar ke tanah. “Uhuk!”—darah keluar dari mulut si jenderal. Lou Yin menatap Bai Jia. Dia melihat nyalang mata Bai Jia yang saat ini memiliki pupil berwarna merah. “Energi iblis yang begitu besar,” batin Lou Yin, “mustahil! bagaimana bisa? siapa dia?”Tidak hanya Lou Yin yang terkejut dan bingung, melainkan juga Jin Hao, Yue Er, Rouku dan para murid Lotus Putih lainnya. Pasalnya, orang yang saat ini bertarung dan mengalahkan salah satu jenderal iblis Diyu itu ialah orang yang selama hidupnya tumbuh tanpa adanya tenaga dalam.Bai Jia mengepalkan kedua tangannya. Dia berjalan mendekati Lou Yin. “Kau yang sudah membunuh para guru dan menghancurkan perguruan

    Last Updated : 2024-04-09
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Fitnah Rouku

    “Kak Rouku?”“Apa yang kau sembunyikan?” tanya Rouku.“Tidak ada,” jawab Bai Jia.“Tunjukkan padaku!”Rouku mengulurkan tangannya untuk meminta barang yang disembunyikan Bai Jia. Namun, Bai Jia justru memalingkan wajahnya.“Tidak,” jawab Bai Jia tegas.“Berani kau sekarang padaku?”—Rouku kesal mendapat perlawanan dari orang yang selama ini ia tindas—“sekarang sudah tidak ada kakek guru yang bisa menolongmu, jadi jangan macam-macam padaku! ... kemarikan!”Rouku berusaha merampas pedang yang terbungkus pakaian Bai Jia itu, akan tetapi Bai Jia terus menghindarinya. Pada akhirnya pertarungan kecil pun tidak terelakkan.Sejak pertarungan siang tadi Rouku penasaran dengan kemampuan Bai Jia sekarang. Berhubung ada kesempatan, Rouku ingin sekali mencoba mengujinya sendiri. Meskipun yang dilakukan Bai Jia hanya menghindar, akan tetapi Rouku bisa merasakan perbedaan energi Bai Jia. Energi itu asing bagi Rouku. “Bagaimana dia mendapatkan tenaga dalamnya ini?” batin Rouku.Bai Jia yang terus me

    Last Updated : 2024-04-21
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Penghormatan Terakhir

    “AAA ...!”Teriakan Jin Hao memenuhi hutan. Bai Jia bingung harus berbuat apa, dia tidak bisa melepaskan pedangnya dari genggaman tangan Jin Hao yang kini mengucurkan darah. Langit bergemuruh di atas sana membuat Bai Jia semakin panik—“Guru!”Tidak lama kemudian, sesuatu seperti tengah merasuki Jin Hao. Dia merampas Pedang Surga dari Bai Jia dan menghunuskannya ke perutnya sendiri.“Guru!”Bai Jia membeku di tempatnya. Dia syok melihat apa yang terjadi di depan matanya saat ini.Jin Hao jatuh berlutut di hadapan Bai Jia. Perlahan kesadarannya kembali dan meraih tangan Bai Jia. “Ba-i Ji-a!”Jin Hao kesakitan, rasanya seperti terbakar. Namun, dia tidak dapat menarik pedang itu sendiri Pedang tersebut menolaknya. Bai Jia yang melihat derita sang guru lantas dengan segera menarik pedangnya. Namun, bertepatan dengan itu ....“GURU!” Terdengar suara teriakan histeris. Bukan dari Bai Jia ataupun Jin Hao, melainkan dari seorang gadis yang saat ini menghampiri mereka. Yue Er, dia terkejut

    Last Updated : 2024-04-22
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Hutan Wuxia

    Setelah hampir lima hari berjalan kaki, pada akhirnya Bai Jia tiba di Wuxia. Meskipun untuk sampai di pusat kota masih memerlukan waktu sekitar satu hari lagi, tapi setidaknya ia sudah sangat dekat dengan tujuannya. Namun, baru beberapa langkah Bai Jia menginjakkan kaki di hutan Wuxia, dia sudah dihadang oleh segerombolan orang.Ada sekitar sepuluh orang. Masing-masing dari mereka mengenakan topeng dengan pedang di tangan. “Siapa kalian?” tanya Bai Jia.“Kau tidak berhak bertanya demikian kepada kami anak muda!” ucap salah satu dari gerombolan itu, “aku yang seharusnya bertanya siapa kau dan untuk tujuan apa kau menginjakkan kaki di wilayah Wuxia?”Bai Jia mencoba memikirkan siapa kiranya orang-orang yang berhadapan dengannya saat ini. Apakah mereka ini orang baik atau orang jahat.Setelahnya, Bai Jia membuat postur hormat untuk menyapa—“Maafkan saya!” ucapnya, “saya ... saya hanya seorang pengembara dari negeri seberang, datang ke Wuxia karena ingin mencari seorang guru.”“Kau ke Wu

    Last Updated : 2024-04-24
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Pengrajin Kayu, Min Cun

    “Jangan!”—Bai Jia menahan tangan pria yang akan mengambil pedangnya—“pedang ini ... jahat.”Bukannya meletakkan kembali pedang tersebut, laki-laki itu justru melepaskan tangan Bai Jia yang mencengkeramnya. Tanpa mengatakan apapun, dia membuka kain yang membungkus pedang.Bai Jia berusaha bangkit untuk mengambil kembali pedangnya. Namun, sayangnya ia tidak bisa. Tubuhnya saat ini sangat lemah. Mau Tidak mau pedang itupun ter-ekspose. Cahaya matahari sore yang mengenai besinya pun memantulkan cahaya menyilaukan.“M-m-mustahil! ini Pedang Surga, ... tidak mungkin!”Laki-laki yang disebut oleh orang-orang sebagai Dewa Pedang Maha Tahu itupun mengerahkan tenaga dalamnya untuk membendung kekuatan Pedang Surga. Hal itu ia lakukan agar Pedang tersebut tidak mempengaruhinya.“Anak bodoh! bagaimana bisa kamu menyebut Pedang Surga sebagai pedang jahat? bukan pedangnya yang jahat, akan tetapi orang-orang di sekitarnya yang jahat,” kata si pria.Bai Jia tertegun, dia banyak terkejut hanya dalam s

    Last Updated : 2024-04-25
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Calon Murid

    “Bagaimana Anda bisa mengenali Pedang Surga? Anda juga bisa memegangnya.”Min Cun mencari alasan untuk diberikan kepada Bai Jia. Dia tidak ingin identitasnya sebagai Dewa Pedang Maha Tahu diketahui. Min Cun ingin mencoba menguji Bai Jia lebih dulu.“Mengenai itu ... kau tahu aku ini seorang pengrajin kayu, bukan? barang yang paling banyak kubuat adalah sarung pedang. Hal itu membuatku bisa mengenal banyak ahli pedang dan belajar dari mereka menganai berbagai jenis dan karakter pedang.”Selanjutnya, Min Cun bercerita kepada Bai Jia bahwa dia pernah bertemu dengan Dewa Pedang Maha Tahu, dan dari dialah ia mengetahui banyak hal di mana salah satunya adalah tentang Pedang Surga.“Anda pernah bertemu dengan Dewa Pedang?”—Bai Jia sangat bersemangat.“Hem, tentu saja, aku sudah puluhan tahun hidup di Wuxia jadi mana mungkin sekalipun belum pernah bertemu dengannya, apalagi pekerjaanku sangat erat kaitannya dengan pedang,” jawab Min Cun. Bai Jia mengangguk-angguk percaya. Sedangkan Min Cun,

    Last Updated : 2024-04-26

Latest chapter

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-15 Semoga Hidup Baik

    Begitu masuk ke dalam air, Wen Lai tidak melihat Li Jun bersamanya. Dia tidak menemukan Li Jun ikut masuk ke dalam air.Mengetahui hal itu, Wen Lai pun langsung naik ke permukaan untuk mencarinya. Namun, begitu sampai di permukaan, dia justru terkejut karena yang ada di sekelilingnya kini sudah bukan lagi taman atau bangunan-bangunan di Sungai Jingsan. Sisi kanan dan kiri sungai sekarang ialah hutan-hutan lebat. “Ini ... di mana?”—Wen Lai bingung.“Pangeran!” Panggilan itu mengejutkan Wen Lai hingga membuatnya seketika menoleh ke sumber suara. Ternyata, orang-orang yang memanggilnya tadi adalah orang selatan yang merupakan pengikut keluarganya.“Pangeran! itu pangeran Wen Lai! cepat bantu pangeran naik!”“Aku tidak sedang bermimpi, aku sadar sepenuhnya, aku ... aku ada di Diyu?”Setelah kurang lebih dua minggu berada di dunia lain, pada akhirnya Wen Lai dapat kembali ke Diyu. Dia akhirnya dapat bernapas lega mengetahui ayah, anggota keluarganya, dan para pengikut setia mereka selama

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Kembali dengan Takdir Masing-masing

    Setelah kematian kakeknya, Li Jun beraktivitas sebagaimana biasanya. Pergi bekerja dan sekolah seperti sebelum-sebelumnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Wen Lai. Dia kembali bekerja di kedai nenek An yang baru saja selesai direnovasi. Hanya saja, meskipun demikian Wen Lai tetap dapat melihat kesedihan yang begitu dalam di sorot mata Li Jun. Wen Lai tahu bahwa pemuda itu sebenarnya hanya sedang berusaha tegar di depannya. “Terima kasih untuk hari ini, Wen Lai!” ucap nenek An.“Aku juga berterima kasih, Nenek! ... kalau begitu, aku pulang dulu.”“Iya, hati-hati!”Hari pertama kedai mie nenek An buka, pelanggan sudah langsung banyak yang datang. Sehingga, sebelum matahari terbenam, mie mereka sudah habis dan Wen Lai bisa pulang lebih awal. Wen Lai senang melihat perubahan yang terjadi pada kedai nenek An. Kedai itu kini sudah jauh lebih bagus dan ramai dari pertama kali ia ke sana. Wen Lai bersyukur untuk itu.Karena pulang lebih awal, Wen Lai lantas memutuskan untuk pulang jalan

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-13 Melewatkan Kesempatan (Lagi)

    Setelah puas mencoba berbagai macam wahana permainan, akhirnya sebagai penutup liburan mereka, Li Jun membawa Wen Lai ke pantai. “Ini!”—Li Jun memberikan minuman kaleng kepada Wen Lai. Dia kemudian ikut duduk di atas pasir di samping Wen Lai. Mereka menikmati pemandangan matahari terbenam dalam diam.“Terima kasih, Li Jun!” ucap Wen Lai mengusir hening di antara keduanya. “Hem?”“Terima kasih sudah mengajakku berlibur! aku ... untuk sejenak merasa bebanku hilang,” jelas Wen Lai, “dunia tanpa perang dan perebutan tahta ternyata sangat menenangkan dan menyenangkan.”Li Jun tertawa kecil. “Sebenarnya, kesenangan yang baru kau rasakan hari ini hanyalah sebagian kecil dari kehidupan utuh di dunia. Tidak selamanya perang itu berwujud saling serang di medan perang dengan menggunakan pedang. Asal kau tahu, Wen Lai, sebenarnya peperangan di sini jauh lebih kejam dan kotor.”Wen Lai menatap Li Jun bingung. Dia mas

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-12 Mulai Nyaman

    Di sore ketika Li Jun masih mengantar makanan ke tempat pelanggan. Wen Lai tidak sengaja menjatuhkan gelas minuman bekas pelanggan.Hal itu mengejutkan semua orang yang ada di dalam kedai, tidak terkecuali nenek An. Sang nenek yang awalnya sibuk di tempat memasak, karena panik akhirnya menghampiri Wen Lai. “Wen Lai, ada apa? kau baik-baik saja?” tanya nenek An.Wen Lai yang awalnya mematung menatap arah sungai akhirnya memutus pandangannya ketika mengetahui nenek An membantunya membersihkan pecahan kaca gelas. “Nenek, jangan! biar aku saja, jangan sampai tangan nenek terluka!”“Kau baik-baik saja, Wen Lai?” tanya nenek An lagi.“Iya, Nek, aku baik-baik saja, tadi tanganku sedikit licin.”Wen Lai membuat alasan sebisanya. Dia lantas memungut pecahan gelas sambil kembali melihat ke arah sungai.Cahaya itu masih keluar dari dalam sungai. Cahaya yang tadi membuatnya terkejut sampai tidak sengaja me

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-11 Inovasi

    “Jadi, uang yang kau gunakan untuk potong rambut adalah hasil dari kau bekerja di kedai mie?” tanya Li Jun yang kemudian diangguki oleh Wen Lai.“Kenapa?”“Apa?”“Potong rambut. Kenapa?”Pangeran Diyu itu menaikkan kedua bahunya—“Tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin melakukannya,” jelasnya, “ternyata, ucapanmu tentang trend rambut pendek lebih bagus dan disukai itu benar, kata bibi di tempat potong rambut, aku semakin tampan dengan rambut pendek,” lanjut Wen Lai dengan senyuman senang penuh percaya diri.“Cih!” cibir Li Jun.Li Jun masih tidak percaya, hari ini Wen Lai cukup mengejutkannya. Di satu sisi dia senang Wen Lai tidak kesulitan berada di dunianya. Namun, di sisi lain, entah kenapa dia justru merasa khawatir.“Hah! kenapa aku jadi merasa menyesal sudah mengajarinya?” ucap Li Jun dalam hati.Li Jun mencoba abai pada perasaannya. Dia memakan mie yang dibawa oleh Wen Lai dari kedai Nenek An.Mata Li Jun melotot saat bumbu mie itu pertama kali menyapa lidahnya. “Woah!” seruny

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-10 Penampilan Baru

    Melihat toko penyedia jasa potong rambut, Wen Lai jadi berpikir untuk memotong rambutnya. Namun, setelah mengingat ucapan Li Jun bahwa segala sesuatu di dunia ini membutuhkan uang dan saat ini dia tidak memilikinya, Wen Lai akhirnya tidak jadi masuk ke ‘barber shop’.Tidak apa jadi pusat perhatian banyak orang. Pikirnya, dia juga tidak akan selamanya berada di dunia ini. “Apa yang kalian lakukan? ... tolong!”Teriakan dari seorang perempuan tua menyapa pendengaran Wen Lai. Seorang nenek sedang dirampok di salah satu gang sepi.Wen Lai tentu saja tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja di depan matanya. Merampok perempun tua adalah tindakan seorang pengecut. Jika ada orang yang hanya melihat dan membiarkan itu terjadi, maka dia lebih pengecut dari seorang pengecut. Wen Lai mengambil beberapa kerikil dari tepi jalan lalu melemparnya pada dua penjambret tersebut. Kerikil-kerikil itu mengenai kepala mereka dan membuat me

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-9 Belajar Hal Baru

    Setelah memastikan kakeknya sudah tidur, Li Jun naik ke lantai dua. Dia menghampiri Wen Lai yang saat ini duduk di depan kamar. “Kakek sudah tidur?” tanya Wen Lai saat pemuda itu mendudukkan diri di sampingnya.Li Jun menyahut, “Hem!” Dia kemudian memberi Wen Lai minuman kaleng yang dibelinya saat perjalanan pulang tadi. Mata Wen Lai menatap bingung kaleng tersebut. “Ini hanya sari buah, bukan alkohol.”Apapun itu, Wen Lai tidak paham. Dia hanya menerima dan mengikuti tindakan Li Jun, membuka dan minum sesuatu dari kaleng tersebut.Setelah sesaat merasa takjub dengan rasa minuman kaleng, Wen Lai pun kembali fokus pada Li Jun. Matanya bergerak gelisah—“Maaf!” ucap Wen Lai pada akhirnya.Satu sudut bibir Li Jun terangkat. “Sudahlah, lupakan saja! kau hanya tidak tahu.”“Apa kejadian seperti ini sebelumnya sering terjadi?” tanya Wen Lai setelahnya.“Iya, sangat sering, sebelum pikun ka

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-8 Hilang

    “Dasar anak-anak nakal! kalian tidak takut dapat tuah, ha? sana pergi!” usir penjaga museum istana.Cahaya yang menerangi wajah Li Jun dan Wen Lai beberapa waktu lalu ialah cahaya senter milik dua penjaga yang sedang berpatroli. Para penjaga memergoki mereka saat berada di depan pintu aula utama.“Terima kasih, Pak!” teriak Li Jun dengan tidak tahu diri. “Hah! beruntung kita ketahuan, jadi tidak perlu repot mengendap-endap dan melompat pagar,” terangnya, “sekarang ayo kita pulang, Wen Lai!” “Hem!” sahut Wen Lai seadanya. Dia masih penasaran dengan energi yang ia rasakan tadi. “Apa energi tadi yang disebut sebagai energi kutukan?” tebaknya dalam batin.KRUCUK~“Oho~ apa kau lapar, Pangeran?”—Li Jun merangkul Wen Lai—“tenang saja! setelah ini akan kumasakkan makan malam yang enak dan banyak untukmu, sebagai bentuk terima kasih karena tadi sudah membantuku.”Sejujurnya, Wen Lai malu mengakui dirinya kelaparan. Namun, perutnya sudah

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-7 Museum Istana

    “Wen Lai?” ucap Li Jun dalam hati. Dia terkejut melihat Wen Lai bisa ada di sana. Di saat Wen Lai akan maju menghadapi para berandal yang mengejarnya tadi, Li Jun segera menahan lengan sang pangeran Diyu. Pada awalnya dia ingin menahan Wen Lai agar tidak menghajar mereka. Namun, pada akhirnya .... “Santai saja! mereka hanya anak-anak biasa, jangan gunakan kekuatan iblismu!” Wen Lai memahaminya—“Baiklah!” “Kurang ajar! siapa, kau, brengsek?” “Minggirlah! jangan ikut campur!” “Aku?” sahut Wen Lai, “aku orang yang akan menghajar kalian.” Pernyataan Wen Lai itupun ditertawakan oleh anak-anak berandal. “Jangan bercanda, bocah aneh! yang ada, kau akan babak belur di tangan kami. Maju!” Tujuh orang maju menyerang Wen Lai. Dari posisi dan gerakan mereka, Wen Lai memprediksi siapa di antara mereka yang akan datang lebih cepat untuk mendekatinya.

DMCA.com Protection Status