Para orang suruhan Ray menginkat pengacara Bayu di kursi yang ada di gudang itu. Ray duduk santai di sebuah kursi yang ada di depan tak jauh dari kursi tempat pengacara Bayu diikat.
Di samping kanan dan kiri Ray telah berdiri beberapa orang dengan body atletis. Merekalah bodyguard dan pengawal Ray. Mereka juga merupakan orang suruhan, kepercayaan, dan mata-mata Ray. Mereka bahkan menjaminkan nyawa mereka demi kesetiaan mereka pada Ray.
Apakah uang menjadi alasannya? Bukan hanya itu, keluarga Ray berjasa besar dalam keluarga mereka, dengan demikian tanpa keraguan mereka rela memberikan nyawa mereka untuk melindungi Ray.
“Lepaskan saya! Lepaskan! Apa yang kalian inginkan dari saya? Uang? Berapapun yang kalian inginkan aku akan berikan!” Kata Pengacara Bayu. Ia mencoba melepaskan diri meski ia tidak bisa.
“Cih, seluruh uangmupun tidak berarti untuk kami!”
“Apa mau kalian, hah?”
“Apa dosa terbesarmu?&rdq
Akhir-akhir ini Kiara merasa ada hal yang mengganjal di hatinya. Ia tidak tahu apa itu. Ia hanya merasa hatinya gundah tanpa alasan. Ia sering merasa kesal pada dirinya sendiri, tapi ia tidak tahu apa sebenarnya yang membuatnya kesal itu.Kiara hanya bisa marah-marah tidak jelas bahkan kadang ia meluapkannya kepada Yuna. Membuat Yuna bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Kiara. Apalagi, Kiara sering berubah-ubah moodnya. Kadang senang, tapi bisa berubah kesal dalam waktu yang sama.PMS ada di daftar paling atas kesimpulan yang bisa Yuna tangkap."Ini bocah kenapa coba? Bisa marah tiba-tiba tertawa, lalu terdiam dan melamun. Apa yang Kiara pikirkan? Menstruasinya tiba? Aku bahkan bisa lebih kesal dari itu. Maklumi saja deh, namanya juga cewek."...Semenjak Kiara kuliah, frekuensi ia bertemu dengan Ray semakin jarang. Apalagi sejak Ray mulai sibuk dengan pekerjaannya. Ia tidak bisa melihat Ray meski hanya sedetik
Kiara duduk di kursi taman mansion mewah Ray. Taman yang sangat indah dengan berbagai tanaman di sana. Bunga-bunga mekar dan beberapa di antaranya adalah bonsai dan tanaman buah. Yang membuat kesan mewah dan wow, taman besar dan luas itu dinaungi oleh rumah kaca.Sekaya apakah Tuan Mudanya itu?Sebuah rumah kaca yang sangat besar. Menaungi hampir semua taman penuh bunga itu. Di dalam taman rumah kaca itu, ada kursi dan meja ala Eropa yang saat ini tengah Kiara duduki.Ada secangkir teh dan kue kering di meja. Menemani kesendirian Kiara siang itu.Blubbb.. Bunyi takupan buku.Kiara sudah membaca habis sampai halaman terakhir novel yang direkomendasikan oleh Ray.***KIARA'S POVAku sudah selesai membaca novel rekomendasi dari Tuan Ray di sela waktu senggangku.Othello.Judulnya Othello. Salah satu karya terbaik William Shakespeare. Seorang novelis, actor, budayawan, dan sastrawan besar Inggris. Pria kel
Ray semakin sibuk dengan pekerjaannya. Ia mulai sadar jika sudah hampir tiga minggu tidak menemui Kiara. Ia hanya bertemu dengannya sekali saat ia memberikan buku kesukaan ibunya di perpustakaaan pribadinya. Munafik jika ia tidak merindukan Kiara. Ingin sekali ia menyentuh tubuh indah Kiara seperti biasanya. Ia ingin menjamahnya dan menunjukkan kekuasaannya.Seperti yang sudah-sudah dimana ia selalu berhasil menguasai jiwa dan raga Kiara. Membuat wanitanya itu tak berdaya dalam rengkuhan sayap kegelapannya."Sial, aku ingin menyentuhnya!"Ray tidak tahu bagaimana perasaan itu bisa muncul di dalam pikirannya. Merindukan seseorang? Itu sama sekali bukan gayanya. Dalam hidupnya, yang ia tahu ia hanya merindukan sosok keluarganya yang sudah lima belas tahun ini ia pendam. Hanya keluarganya yang sudah mati secara tragis itu yang selalu ia rindukan. Tidak ada yang lain.Tapi ini aneh, Kiara tidak bisa ia kesampingkan begitu saja. Hanya saja, saat ini ada pekerj
Ray masih ingin main-main. Ia belum berniat mengakhiri kesenangannya. Baginya, ini semua bukan apa-apa. Ini masih pemanasan. Akan ada hal gila lagi yang akan segera ia lakukan. Ia hanya perlu menunggu waktu yang sudah ia rencanakan tiba. Meski ia tidak tahu akan jadi seperti apa setelah itu. Tapi ia mencoba meyakinkan diri jika ia akan menang. "Apapun yang terjadi, aku akan menang!" Bagaimanapun ini adalah waktu yang Ray tunggu. Waktu yang tidak cepat buatnya untuk membalas dendam. Lima belas tahun itu sangat lama. Ia harus memanfaatkan dengan baik kesempatan yang Tuhan berikan kepadanya. Seminggu setelah mengancam hakim Lee, Ray kembali mencoba mempermainkan komisaris Ryan. Lawan Ray kali ini lebih tangguh dari sebelumnya. Ini karena komisaris Ryan adalah seorang anggota kepolisian. Sudah dipastikan jika ia memiliki skil bela diri yang cukup bagus meski usianya sudah lebih dari setengah abad. Sempat terjadi penembakan beberapa kali. Bukan Ray jika ia
“Tuan Ren, saya menemukannya. Saya menemukan dimana keberadaan Nona Kiara.” Seseorang datang dengan kabar gembira.Ren tersenyum senang saat mendengar berita yang selama ini ia inginkan. Keyakinannya selama ini membuahkan hasil. Ia selalu yakin jika ia akan menemukan wanita pujaannya dan memang benar, sekarang iapun kembali menemukan Kiara lagi.Usaha kerasnya mendapat hasil yang setimpal. Ia memahami benar bagaimana ia harus berusaha sangat keras untuk menemukan Kiara kembali. Untukku itu, kali ini ia tidak akan membiarkan hal yang sama terulang kembali.Ren tidak akan melepaskan Kiara setelah betapa sulitnya ia menemukan kembali Kiara. Ia juga ingin segera mengakhiri dirinya yang terjebak di dalam fikiran-fikiran yang selalu memenjarakannya.Dengan Kiara yang ada di sisihnya, maka ia bisa fokus penuh dengan tugas dari ayahnya. Setidaknya itu yang saat ini tengah ia rencanakan.&n
“Senior Ren? Ba..bagaimana bisa kau menemukanku?” Tanya Kiara.Tanpa Kiara duga, Ren sudah menariknya dalam pelukannya. Memeluknya dengan sangat erat seperti tidak mau melepaskan lagi. Membuat Yuna yang ada di samping mereka terlihat canggung dengan pertemuan itu.Bahkan banyak dari para pengunjung Café yang berbisik-bisik membicarakan Kiara yang tengah dipeluk oleh Ren. Maklum saja di tempat umum. Kiara saja merasa tidak nyaman dengan perlakuan Ren terhadapnya."Se-senior Ren, orang-orang melihat kita.""Biarkan saja!""Bagaimana kau bisa menemukanku?" Tanya Kiara lagi.Ren melepaskan pelukkannya pada Kiara. Ia lalu memegang kedua bahu Kiara dan menatapnya.“Jangan bodoh! Kemanapun kau pergi, aku pasti akan menemukanmu! Kau lupa ya kalau kampus ini bekas kampusku juga?” Kata Ren."Ah...""Kau baik-baik saja? Kenapa tubuhmu mengurus? Apa kau tidak makan dengan baik? Kenapa kau tidak bisa di
Di sepanjang jalan menuju mansion Ray, hanya suasana diam yang ada. Kiara ingin sekali berbicara atau sekedar bertanya pada Ray tapi ia urungkan. Melihat sorot mata tajam Ray dan cara menyetir Ray yang sangat ugal-ugalan membuatnya mengurungkan niat. Ini pasti akan menjadi masalah besar. "Aku hanya bisa mengeratkan peganganku pada seatbelt kursi mobil. Aku tak tahu langkah apa yang sebaiknya aku ambil. Terjebak berdua bersamanya membuatku melemah dan tak stabil." Batin Kiara. Oksigen seperti menghianatinya. Seperti hilang dan sulit untuk didapatkan. Kiara memejamkan matanya. Baru saja Ray menyalip sebuah truk tronton dengan cepatnya. Berlomba menguasai jalan meski ada pengguna lain dari arah yang berlawanan. Duduk bersama dengan Ray memaksa diri harus mempersembahkan nyawa. Mau tidak mau dan tidak ada penolakkan. Sedia setiap saat, karena nyawanya tak cukup berharga di mata seorang Ray. "Kurasakan detak jantungku yang berpacu tak menentu. Sepe
Permainan panas penuh nafsu setan itu berlangsung cukup lama. Tidak kenal waktu, meski matahari sedang bersinar sangat cerah sekalipun. Semua terkendali oleh keingan egois yang begitu kuat. Sangat kuat sampai meninggalkan apa yang dinamakan batas kewajaran. Memangkas arti kata normal dan norma. Apa lagi moral. Maaf, seorang iblis tidak akan mengenal semua itu. Seorang iblis hanya mengenal apa yang diinginkan itu semua terwujud. Apapun caranya. Tentu saja bukan dengan cara kebaikan. Jangan bercanda, iblis itu tidak akan pernah semanis madu! Manis yang ditawarkan iblis adalah manisnya buah maja dicelupkan ke sianida. Manis yang akan membuat mati seketika. Erangan Kiara membangkitkan hasrat yang sudah lama terpendam. Meminta, menari-nari ingin segera dilepaskan. Ingin segera dituntaskan agar kenikmatan dunia terdapatkan. Kenikmatan yang tak ada duanya. Meski ini gila, tapi bagi sosok seorang seperti Ray, ini adalah candu. Candu? Apa yang membuatnya begitu candu