Karena saking kagetnya, Kiara sampai harus berdiri. Membuat seisi kelas menatapnya.
"Mahasiswi yang ada di pojok belakang, ada apa?" Tanya Ren dengan senyuman khasnya.
"Ya? Ah, tidak, maafkan saya." Kiara lalu duduk kembali ke kursinya.
Kelas haruslah segera dimulai.
"Perkenalkan, nama saya Ren, saya akan menggantikan pak Danu untuk sementara. Mengajar Marketing Communication." Kata Ren memperkenalkan diri.
"Pak, usianya berapa?"
"Pak, sudah menikah belum?"
"Pak, boleh minta nomor ponselnya?"
Seisi kelas gaduh karena melihat wajah tampan sang dosen pengganti. Ren itu sangatlah tampan.
"Haaa, bukannya it Ren Dirga? Senior di kampus kita yang lulus dengan IPK 3.9 itu?"
"He? Masak?"
"Bukannya dia legenda di kampus kita?"
Ren lalu memukul pelan mejanya agar seisi kelas berhenti membuat gaduh.
"Ya aku Ren yang kalian maksud. Tolong jangan bahas hal pribadiku, mari kita mulai saja kulia
Pembicaraan antara Kiara dan Ren masih berlanjut. Sesungguhnya, Kiara merasa tidak nyaman berbicara berdua di kelas yang sepi seperti ini. Ia enggan terjebak di situasi yang di kemudian hari merugikannya. Ia ingat betul bagaimana tatapan para cewek di kelas Marketing Bussiness tadi ketika Ren memintanya untuk tinggal. Mereka begitu membenci dirinya.Resiko jadi terlalu cantik."Kiara..." Panggil Ren."Ya?""Kenapa nomor ponsel yang aku berikan kepadamu tidak aktif lagi? Apa itu rusak? Jika rusak, pakailah ini!" Ren menyodorkan ponsel miliknya kepada Kiara.Kiara jelas menolaknya. Ponsel itu di sita Ray. Jika ia sampai menerima ponsel lagi dari Ren dan Ray mengetahuinya, maka bisa dipastikan hidupnya akan tamat. Tak hanya masuk rumah sakit seperti waktu itu, tapi mungkin saja bisa meregang nyawa."Tidak usah, Senior Ren! Terima kasih banyak sudah berniat baik padaku. Ponsel itu rusak benar adanya. Namun, aku tidak bisa menerima lagi ponsel da
Ray melepaskan ciumannya dengan Kiara. Ia menatap wanitanya itu."Ada apa?" Tanya Ray karena melihat Kiara bengong menatapnya."Ti-tidak..." Gumam Kiara.Mungkin Ray heran padanya karena dicium tapi malah bengong padahal ini bukanlah ciuman spesial. Menurut asumsinya, ia sudah berkali-kali berciuman dengan Ray, mungkin saja ciuman seperti ini tidak memiliki arti apa-apa bagi Ray. Jauh berbeda dengan dirinya yang memiliki perasaan pada Ray.Raypun menyalakan mesin mobilnya dan memulai acara 'jalan-jalan' hari ini."Memikirkan jauh lebih dalam lagi soal ciuman yang tak berarti apa-apa baginya, rasanya sakit. Nyeri di dada. Tuhan, kenapa aku harus jatuh cinta padanya setelah segala kegilaan yang dia berikan kepadaku?" Batin Kiara. "Ini memang tak wajar, otakku sudah error. Namun, aku akan menikmati sisa waktu bersamanya sampai saat itu tiba. Sampai saat dimana pemilik nama Rena itu datang. Nama yang dia sebut saat menikmati tubuhku dulu." Lanjut batin
Usai memastikan jika bunga yang dibeli akan dikirim ke mansion mewah milik Ray, mereka berdua kembali melanjutkan perjalan untuk jalan-jalan.Dalam perjalan di dalam mobil, suasana tetaplah sama seperti yang sudah-sudah. Tak ada pembicaraan karena ya memang pada dasarnya Kiara maupun Ray sama-sama memilih untuk mengunci rapat-rapat mulut mereka berdua.Kiara apa lagi. Wanita ayu ini memang takut pada sosok seorang Ray."Jika di suruh memilih antara terjebak berdua dengan Tuan Ray atau berdua di kandang singa, maka aku tak akan memilih keduanya. Sama-sama menakutkan. Harusnya memilih Tuan Ray itu lebih manusiawi, tapi jika orang ini diam, berasa sedang diintiminasi oleh tyranosaurus... Astaga, kenapa aku membuat pengandaian seperti ini sih? Sangat tidak sopan menyamakan manusia dengan hewan...Tuan Ray, saya minta maaf! ... Namun, andai kata laki-laki tampan ini mau buka suara seperti yang dia lakukan saat di toko, maka itu akan jauh lebih baik... Tuan Ray,
Hari semakin sore, Ray mengajak Kiara untuk kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang, masihlah sama, hanya suasana diam yang tercipta. Ray fokus menyetir dan sesekali melihat Kiara yang duduk di sampingnya. Kiara duduk sambil menyandarkan kepalanya di kursi. Ia duduk miring sedikit ke arah jendela. Ketika bersimpangan dengan mobil lain atau melewati cahaya lampu jalan, Ray dapat melihat genangan air mata di mata indah Kiara. Ray juga tahu jika Kiara beberapa kali menyeka air matanya. Sesakit itu kah kehilangan anak? Sesedih itu kah kehilangan anak? Apakah anak yang dihadirkan tanpa ikatan yang resmi bisa sampai membuat seperti ini? Apakah anak yang dihadirkan atas dosa-dosa orang tuanya bisa berimbas sampai seperti ini? Ray menatap jauh jalanan di depannya. Ia melihat cahaya samar-samar lampu sorot kendaraan lain dari arah lawannya. Maklum saja, saat ini masih agak jauh dari kota. Kendaraan yang lalu lalang pun tidak banyak. Apa lagi
Kiara dan Ray keluar dari mobil, mereka berpasan dengan Ken dan Teha. "Loh, kalian baru pulang juga? Darimana? Aku kira kalian di rumah saja." Tanya Teha. "Dari jalan-jalan." Jawab Ray singkat. Ia lalu berlalu. Kiara mengikuti Ray setelah menundukan kepalanya sebagai sapaan pada Ken dan Teha. Ken dan Teha hanya saling pandang satu sama lain. "Dia kesal, kan?" Kata Teha. "Hn, Ray sedang kesal." Kata Ken. "Kenapa? Memang kita salah menyapanya ya?" Ken mengedikan bahunya. "Entahlah, seperti tidak kenal Ray saja." Teha meringis. "Bocah itu suka kesal tanpa sebab mirip cewek lagi PMS." "Kau ini suka sekali meledeknya. Jika dia mendengarmu, kau bisa mati dibunuhnya!" "Lah, Ray kan super menyayangiku, dia tidak akan tega melakukan hal itu padaku, Ken." "Kau terlalu percaya diri!" "Haha, itu aku!" ... Kiara dan Ray berjalan masuk ke dalam mansion. Mereka di sambut oleh pel
Ray mendekati Kiara dan membopong tubuh Kiara, lalu meletakkannya di ranjang. Kiara kaget bukan main akan perlakuan dari Ray.Ray mendindihnya. "Meski kau menolak pun, aku akan tetap memaksamu bercinta denganku!"...KIARA'S POVAku saat ini sudah berada di bawah Tuan Ray. Dia menahan tubuhnya jadi tak membebani tubuh rampingku.Jujur saja, aku masih sulit untuk membalas tatapan intens darinya. Tatapan itu melemahkan semua otot dan saraf tubuhku. Aku menjadi tak kuasa di hadapannya.Ahh...Dia mencium bibirku...Apa aku harus membalas ciumannya? Hari ini, aku dan dia sangat banyak melakukan adegan ciuman bibir.Aww...Tuan Ray menggigit bibirku. Dia menuntutku untuk membalas ciumannnya. Aku sudah paham akan trik yang ia gunakan ini. Dia mengiginkan ciuman yang membuatnya puas.Sial, ketika aku membalas ciumannya, jantungku berdegup kencang dan semakin kencang ketika Tuan Ray mulai bergerilya di
"Lama sekali kau itu, Kiara kita bisa telat!" Kata Yuna.Yuna memandang Kiara. Dari atas sampai ke bawah. Selain wajah yang pucat, bercak-bercak merah menghiasai leher putih Kiara.Sebagai orang yang sudah cukup dewasa, ia memahami apa yang terjadi."Sumpah demi apa! Berapa kalian melakukan hubungan sex semalam, hah? Bisa sampai seperti ini!" Tanya Yuna."Semalam hanya sekali, tapi tadi pagi yang beberapa kali." Jawab Kiara polos. Ia berjalan sedikit tertatih karena nyeri di sekujur tubuhnya terutama daerah selangkangnya.Yuna mangap. Ia merah padam juga. Bingung juga mau menanggapinya seperti apa. "Kau harusnya bisa menolaknya karena pagi ini kau harus kuliah!" Seru Yuna."Tadi pagi aku sedang mandi, Tuan Ray masuk ke kamar mandi yang tidak aku kunci untuk bunga air kecil. Aku kira usai buang air kecil, dia akan keluar, tak tahunya masuk ke tempatku mandi dan... ah itu.. dan itu pokoknya." Kini Kiara yang jadi merah padam ketika mengingat k
"Kiara..." Panggil Yuna ketika mereka berdua sedang makan bersama di kantin kampus."Ya?" Kiara sampai harus berhenti memakan mie ayam miliknya untuk mendengarkan panggilan dari Yuna. "Ada apa?" Tanyanya balik."Kita sudah berteman berapa lama?" Tanya Yuna. "Belum ada setengah tahun, kan?" Kiara nampak mengangguk akan perkataan dari Yuna. "Kau merasa ada yang... Hmm..." Yuna berkutat dengan pikirannya sendiri."Yang apa? Merasa bagaimana? ... Aku merasa beruntung bisa berteman denganmu ""Aku sangat senang mendengarnya. Namun, itu artinya juga, karena kau masuk ke keluarga ini, kau pun mengalami banyak hal yang menyakitkan. Terutama karena ulah kak Ray." Yuna berbicara hati-hati soal ini karena tidak ingin membuat Kiara sedih.Kiara segera menelan mie ayam yang baru saja ia punya, ia lalu mengambil gelas berisi es teh kemudian meminumnya perlahan. Ia merasakan dingin bercampur manis dari rasa es teh itu. Masuk ke dalam kerongkongannya dan mem