Masih di taman belakang mansion milik Ray...
"Ah, Ano, apa Anda ingin minum sesuatu? Saya akan mengambilkannya untuk Anda." Tawar Kiara.
"Nanti saja, aku ingin menanam bunga." Kata Ray.
Eh?
Eeh?
Menanam bunga?
Apa lagi ini?
Seorang Alvaro Rayvansha ingin menanam bunga?
Kiara mengakui jika manusia siapa pun yang ada di bumi ini, berhak menanam bunga. Termasuk juga Tuan Mudanya ini, Ray. Ray itu masihlah manusia meski jiwanya isinya iblis. Seperti itulah yang ia pikirkan soal 'keanehan sikap' yang Ray tunjukkan kepada dirinya saat ini.
Namun lagi, masak iya seorang Ray mau menanam bunga? Bukankah itu kotor? Bukankah itu juga akan melelahkan?
Apa Ray sungguh ingin melakukannya?
Melihat keseriusan Ray, Kiara pun tak mau ambil pusing. Toh ini juga merupakan bagian keinginan Ray. Tugasnya hanya mematuhi segala perintah dari Tuan Mudanya itu, kan?
Kiara melepas sarung tangannya. "Tunggu sebentar, Anda harus
Masih di taman belakang mansion mewah milik Alvaro Rayvansha. Kiara dan juga Ray sedang sibuk menanam bunga. Dua insan manusia yang terikat hubungan terlarang ini, Kiara dan Ray, sedang sibuk menyelesaikan apa yang sedang mereka tanam. Bunga-bunga yang kemarin mereka beli, kini sudah banyak tertanam di tempat semestinya. Kiara bahkan semakin bertambah senang ketika ia meminta pot bunga dan Ray menyanggupinya. Kenapa Tuan Mudanya itu kali ini sedang baik sekali sih? Walau kesan dingin dan canggungnya masih ada, tapi Ray membuatnya nyaman dengan caranya sendiri. Hanya hatinya yang mampu menjelaskannya. Lidahnya kesulitan untuk merangkai kata. Jatuh cinta pada Ray, sosok yang sudah mengambil mahkota kesuciannya memang bukan hal yang lumrah dalam kisah kehidupan yang digariskan Tuhan kepada dirinya. Dari sekian banyak kemungkinan yang ada setelah malam pemerkosaan yang ia alami, kenapa ia malah memilih untuk mencintai Ray yang jelas-jelas merupakan pelaku pemerko
Menikam diri dengan dekapan cinta yang menyengat. Begitu sakit, tapi memabukkan. Begitu sakit, tapi manis sekali. Perlahan-lahan, selembut yang dibisa, menaikan tempo, sedikit kasar, dan menambah kecepatan menjadi sangat cepat.Merintih karena perih. Berteriak hingga serak. Memanggil-manggil karena tubuh terasa menggigil.Butuh kehangatan, butuh sentuhan, butuh belaian, butuh dekapan, butuh rengkuhan, butuh berdiri di puncak kemenangan.Mencengkram butuh sandaran. Menerkam butuh pelampiasan. Dalam kedekatan ada luka. Dalam kedekatan ada duka. Dalam kedekatan ada suka. Dalam kedekatan ada cinta, asa, dan rasa."Tuan... saya..." Kiara terbata."Shhtt, lepaskan saja, jangan ditahan... Kau tahu, kau akan kesakitan jika menahannya." Kata Ray."Ta-tapi.. itu.. hmm.. sakit.""Sakit karena kau mencoba menahannya. Ikuti saja seperti biasanya. Kau percaya padaku, kan?"Mereka saling tatap. Kiara pun mengangguk. "Eumb, saya percaya pada A
Suasana maghrib yang terasa damai ini terasa sangat nyaman. Angin berhembus dengan lembut, tanpa membuat dingin permukaan kulit. Hawa yang sangat bersahabat dan pas untuk berbicara dari hati ke hati."Kiara..." Panggil Ray."Ya?""Mau menikah denganku?""...""...""Eh?"Mendengar kata-kata dari Ray, Kiara langsung bangun dati tidurnya. Tak lupa ia menggunakan selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya."Menikah dengan Anda?" Tanya Kiara menegaskan."Hn." Jawab Ray singkat.Ada yang mengganjal di benak Kiara akan ajakan menikah dari sosok yang selama ini hobinya membuatnya menderita dan menangis di sebagian besar hari-harinya.Menikah dengan Ray?"Saya hanya tidak tahu bagaimana Anda berpikir untuk mengucapkan kata-kata seperti itu kepada saya. Semampu saya mencoba memahami Anda, memahami kata-kata dari Anda, tapi Anda terlalu dalam dan gelap untuk diselami... Tuan Ray, saya benar-benar menyimpan rasa
KIARA'S POVSial... sial.. sial.. sialan!Ini pertamanya aku mengumpat karena kekesalan yang aku rasa pada Tuan Ray!Gila! Gila! Gilaaa!Ini benar-benar sangat gila!Ah, maunya apa coba? Aku sendiri tidak tahu apa mauku. Aku ini seperti bebek yang tak bisa keluar kerumunan untuk mencari jalan sendiri.Aku selalu mengikuti segala perintah dari Tuan Ray.Ya...Termasuk perintah untuk menghangatkan tubuhnya.Aku tiga kali ditiduri olehnya terhitung semenjak tadi siang. Ya walau ada jeda beberapa waktu, tapi sama saja, remuk badanku! Lemas sekali. Bahkan hanya untuk menggerakkan jemariku saja sulitnya minta ampun.Ini orang apa iblis sih? Seperti tidak punya rasa lelah dalam permainan intim seperti itu.Aahhh... tubuhku sakit semua!Sudah dua hari disentuh seperti ini terus, jangan bilang Tuan Ray akan melakukannya lagi? Melakukannya tiap hari? Bisa-bisa aku tak bisa berangkat ke kampus karena kelelahan
He he ... Sudah terlalu lama tapi baru nongol. Hemmm, FYI ya, aku itu down berat di PF ini karena pembaca sepi dan tentu saja soal pendapatan. Berusaha bertahan, tapi tidak ada yang komen untuk menyemangati. Ha ha ha, ditambah lagi, aku cukup sibuk dengan novelku di tempat lain yang genrenya komedi romantis. Dibandingkan dengan dark romance ini, bedanya jauh sekali. Aku harus menderita lebih dahulu untuk mengembalikan mood menulisku.Aku sempat tidak percaya diri dengan novelku ini. Selalu berpikir apakah aku seburuk itu dalam merangkai kisah sampai-sampai pembaca sepi, pendapatan sepi, namun ya ... memang seperti itu adanya.Semua jelas karena aku kurang berusaha keras, kurang bertanggung jawab akan novel yang sudah aku buat.Sekali lagi, maafkan aku...Untuk yang tanya kapan dilanjutkan, hmmm... aku tak bisa memberikan janji, tapi aku selalu memiliki mimpi jika novel yang paling berat aku buat ini, akan bisa tamat suatu hari nanti.Makany
Time skip..."Kiara..." Panggil Yuna pelan. Tidak ini lebih terdengar seperti sedang berbisik."Hm?" Kiara tidak menoleh karena saat ini dirinya sedang sibuk dengan sayuran di tangan kirinya dan pisau di tangan kanannya.Ya, sedang memotong sayuran. Sayur wortel lebih tepatnya. Di dekatnya, juga sudah ada tomat dan daun bawang serta seledri yang sudah dipotong rapi.Kiara berniat untuk memasak sup ikan ekstra tomat kesukaannya Ray, calon suaminya."Kiara, memang kau tidak risih?" Tanya Yuna."Risih apanya? Keringat, kah? Bau ya keringatku? Maaf ya, tadi aku sudah mandi, tapi karena harus memasak, keringatku jadi muncul, banyak lagi." Terang Kiara. Ia masih sibuk dengan wortelnya."Bukan itu, tapi kak Ray yang membuat risih!""Tuan Ray?" Kira menaikan sebelah alisnya."Iya, kak Ray!"Kiara lalu menolah ke arah Ray yang memang sedang ada di dapur bersama dirinya dan Yuna.Ia lalu tersenyum pada Ray, dan Ray tentu saja membalas senyumann
"Akhirnya aku bisa lepas dari dia." Kiara merasa sangat lega. Hari ini hari Minggu, harusnya libur dan bisa santai-santai. Namun apa daya, sejak ada Ray di kehidupannya, semua menjadi begitu sibuk. Tidak ada waktu libur untuk bermain-main sesuai keinginan. Jadi Minggunya sibuk 'bermain' dengan Ray."Kwalahan sekali nampaknya kau mengurusi Kaka Ray?" Yuna sekarang sedang duduk di ruang tamu dimana Kiara juga ikut duduk di sana."Sebenarnya tidak sulit, hanya tenaga dia saja yang berlebih, kalau dia belum puas, belum aku dilepas." Kiara mengambil sepotong apel yang ditawari Yuna tanpa omongan, hanya dengan isyrat menyodorkan satu piring berisi berbagai macam potongan buah."Berati kak Ray sekarang sedang tidur?""Hmm... sedang tidur dia. Aku bosan di kamar, makanya aku turun saja.""Kalau dia bangun dan mencarimu sementara kau tidak ada, bagaimana?""Mungkin dia akan kesal?""Kau bisa dihabisi oleh dia!"
Beberapa waktu setelahnya..."Kiara, apa Ray seharian bersama denganmu?" Tanya Ken kepada Kiara.Kiara yang sedang mengiris bawang pun menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh kepada laki-laki yang diketahui sebagai kakaknya Yuna itu. Laki-laki baik hati dan penuh dengan perhatian."Tuan Ray? Dia tidak bersamaku sejak semalam, kak Ken. Memangnya ada apa? Bukankah biasanya dia lembur kalau tidak pulang seperti ini." Ujar Kiara."Begitu kah? Dia tidak datang ke kantor. Sampai kantor bubar, dia juga tidak terlibat di sana. Aku pikir dia bersamamu seperti biasanya.""Tidak... Tuan Ray tidak bersama denganku. Aku juga yakin dia tidak ada di mansion hari ini. Semalam dia pulang, tapi hanya sebentar, lalu pergi lagi. Tidak bilang mau kemana."Ya, semalam Kiara tidak melayani nafsu bejat 'tunangannya' itu seperti yang sudah-sudah. Ray pulang kerja dan terlihat sangat lelah. Kiara pikir, Ray mau istirahat saja tanpa harus melakukan hubungan sex. Namun ternyata, Ray malah pergi lagi entah kemana.