Pukul setengah tujuh malam, Kiara terbangun dari tidurnya. Ia membuka matanya perlahan.
“Dia masih tidur sambil memelukku. Berat sekali tangannya. Aku ingin ke belakang.” Batin Kiara.
Kiara mencoba menyingkirkan tangan Ray dari tubuhnya. Pelan-pelan, ia tak mau mengganggu Ray yang sedang tidur.
“Akhirnya lepas juga dari dia.” Gumam Kiara. Ia lalu menatap Ray perlahan. “Dia tidur nampak damai. Sepertinya ia memang sangat kelelahan. Terima kasih sudah mengurusku.”
Kiara menggeser tubuhnya perlahan ke samping sisi lain dari ranjang. Sekali lagi, ia tak boleh membuat singa yang sedang tidur itu bangun.
Setelah berhasil menjauh dari Ray, Kiarapun bangun. Ia melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi. Baru dua langkah ia berjalan, sang Tuan Muda sudah mengagetkannya.
“Mau kemana kau? Kembali tidur!” Pinta Ray.
“Ano, saya mau.. itu..” Kiara kesulitan mengatakan jika ia ingin ke kama
Seminggu berlalu sudah. Keadaan Kiara juga sudah jauh membaik. Kondisi tubuhnya juga sudah pulih. Ia sudah bisa melakukan banyak hal dengan normal.Selama ia 'sakit', ia tak memungkiri jika Ray bekerja sangat banyak untuk mengurusinya, merawatnya sampai sembuh. Ray juga tidak melakukan hal aneh-aneh dalam kurun waktu sekitar dua mingguan ini terhitung dari dirinya masuk rumah sakit.Di ruang kerja Ray...Kiara membawa secangkir kopi hitam untuk Ray yang tengah sibuk dengan banyaknya dokumen-dokumen kantor yang dibawa ke rumah.Kiara meletakkan secangkir kopi itu di meja kerja Ray."Kenapa belum tidur? Ini sudah malam." Tanya Ray datar."Anu, itu..." Kiara bingung harus mulai berbicara darimana.Ray menatap Kiara. "Tidak bisa tidur?"Kiara mengangguk. Ia memang sedang tak bisa tidur. Namun ada hal yang ingin ia bicarakan dengan Ray."Tu-Tuan Ray, bo-bolehkah saya pergi ke kampus?" Tanya Kiara hati-hati.Ray meletak
Karena saking kagetnya, Kiara sampai harus berdiri. Membuat seisi kelas menatapnya. "Mahasiswi yang ada di pojok belakang, ada apa?" Tanya Ren dengan senyuman khasnya. "Ya? Ah, tidak, maafkan saya." Kiara lalu duduk kembali ke kursinya. Kelas haruslah segera dimulai. "Perkenalkan, nama saya Ren, saya akan menggantikan pak Danu untuk sementara. Mengajar Marketing Communication." Kata Ren memperkenalkan diri. "Pak, usianya berapa?" "Pak, sudah menikah belum?" "Pak, boleh minta nomor ponselnya?" Seisi kelas gaduh karena melihat wajah tampan sang dosen pengganti. Ren itu sangatlah tampan. "Haaa, bukannya it Ren Dirga? Senior di kampus kita yang lulus dengan IPK 3.9 itu?" "He? Masak?" "Bukannya dia legenda di kampus kita?" Ren lalu memukul pelan mejanya agar seisi kelas berhenti membuat gaduh. "Ya aku Ren yang kalian maksud. Tolong jangan bahas hal pribadiku, mari kita mulai saja kulia
Pembicaraan antara Kiara dan Ren masih berlanjut. Sesungguhnya, Kiara merasa tidak nyaman berbicara berdua di kelas yang sepi seperti ini. Ia enggan terjebak di situasi yang di kemudian hari merugikannya. Ia ingat betul bagaimana tatapan para cewek di kelas Marketing Bussiness tadi ketika Ren memintanya untuk tinggal. Mereka begitu membenci dirinya.Resiko jadi terlalu cantik."Kiara..." Panggil Ren."Ya?""Kenapa nomor ponsel yang aku berikan kepadamu tidak aktif lagi? Apa itu rusak? Jika rusak, pakailah ini!" Ren menyodorkan ponsel miliknya kepada Kiara.Kiara jelas menolaknya. Ponsel itu di sita Ray. Jika ia sampai menerima ponsel lagi dari Ren dan Ray mengetahuinya, maka bisa dipastikan hidupnya akan tamat. Tak hanya masuk rumah sakit seperti waktu itu, tapi mungkin saja bisa meregang nyawa."Tidak usah, Senior Ren! Terima kasih banyak sudah berniat baik padaku. Ponsel itu rusak benar adanya. Namun, aku tidak bisa menerima lagi ponsel da
Ray melepaskan ciumannya dengan Kiara. Ia menatap wanitanya itu."Ada apa?" Tanya Ray karena melihat Kiara bengong menatapnya."Ti-tidak..." Gumam Kiara.Mungkin Ray heran padanya karena dicium tapi malah bengong padahal ini bukanlah ciuman spesial. Menurut asumsinya, ia sudah berkali-kali berciuman dengan Ray, mungkin saja ciuman seperti ini tidak memiliki arti apa-apa bagi Ray. Jauh berbeda dengan dirinya yang memiliki perasaan pada Ray.Raypun menyalakan mesin mobilnya dan memulai acara 'jalan-jalan' hari ini."Memikirkan jauh lebih dalam lagi soal ciuman yang tak berarti apa-apa baginya, rasanya sakit. Nyeri di dada. Tuhan, kenapa aku harus jatuh cinta padanya setelah segala kegilaan yang dia berikan kepadaku?" Batin Kiara. "Ini memang tak wajar, otakku sudah error. Namun, aku akan menikmati sisa waktu bersamanya sampai saat itu tiba. Sampai saat dimana pemilik nama Rena itu datang. Nama yang dia sebut saat menikmati tubuhku dulu." Lanjut batin
Usai memastikan jika bunga yang dibeli akan dikirim ke mansion mewah milik Ray, mereka berdua kembali melanjutkan perjalan untuk jalan-jalan.Dalam perjalan di dalam mobil, suasana tetaplah sama seperti yang sudah-sudah. Tak ada pembicaraan karena ya memang pada dasarnya Kiara maupun Ray sama-sama memilih untuk mengunci rapat-rapat mulut mereka berdua.Kiara apa lagi. Wanita ayu ini memang takut pada sosok seorang Ray."Jika di suruh memilih antara terjebak berdua dengan Tuan Ray atau berdua di kandang singa, maka aku tak akan memilih keduanya. Sama-sama menakutkan. Harusnya memilih Tuan Ray itu lebih manusiawi, tapi jika orang ini diam, berasa sedang diintiminasi oleh tyranosaurus... Astaga, kenapa aku membuat pengandaian seperti ini sih? Sangat tidak sopan menyamakan manusia dengan hewan...Tuan Ray, saya minta maaf! ... Namun, andai kata laki-laki tampan ini mau buka suara seperti yang dia lakukan saat di toko, maka itu akan jauh lebih baik... Tuan Ray,
Hari semakin sore, Ray mengajak Kiara untuk kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang, masihlah sama, hanya suasana diam yang tercipta. Ray fokus menyetir dan sesekali melihat Kiara yang duduk di sampingnya. Kiara duduk sambil menyandarkan kepalanya di kursi. Ia duduk miring sedikit ke arah jendela. Ketika bersimpangan dengan mobil lain atau melewati cahaya lampu jalan, Ray dapat melihat genangan air mata di mata indah Kiara. Ray juga tahu jika Kiara beberapa kali menyeka air matanya. Sesakit itu kah kehilangan anak? Sesedih itu kah kehilangan anak? Apakah anak yang dihadirkan tanpa ikatan yang resmi bisa sampai membuat seperti ini? Apakah anak yang dihadirkan atas dosa-dosa orang tuanya bisa berimbas sampai seperti ini? Ray menatap jauh jalanan di depannya. Ia melihat cahaya samar-samar lampu sorot kendaraan lain dari arah lawannya. Maklum saja, saat ini masih agak jauh dari kota. Kendaraan yang lalu lalang pun tidak banyak. Apa lagi
Kiara dan Ray keluar dari mobil, mereka berpasan dengan Ken dan Teha. "Loh, kalian baru pulang juga? Darimana? Aku kira kalian di rumah saja." Tanya Teha. "Dari jalan-jalan." Jawab Ray singkat. Ia lalu berlalu. Kiara mengikuti Ray setelah menundukan kepalanya sebagai sapaan pada Ken dan Teha. Ken dan Teha hanya saling pandang satu sama lain. "Dia kesal, kan?" Kata Teha. "Hn, Ray sedang kesal." Kata Ken. "Kenapa? Memang kita salah menyapanya ya?" Ken mengedikan bahunya. "Entahlah, seperti tidak kenal Ray saja." Teha meringis. "Bocah itu suka kesal tanpa sebab mirip cewek lagi PMS." "Kau ini suka sekali meledeknya. Jika dia mendengarmu, kau bisa mati dibunuhnya!" "Lah, Ray kan super menyayangiku, dia tidak akan tega melakukan hal itu padaku, Ken." "Kau terlalu percaya diri!" "Haha, itu aku!" ... Kiara dan Ray berjalan masuk ke dalam mansion. Mereka di sambut oleh pel
Ray mendekati Kiara dan membopong tubuh Kiara, lalu meletakkannya di ranjang. Kiara kaget bukan main akan perlakuan dari Ray.Ray mendindihnya. "Meski kau menolak pun, aku akan tetap memaksamu bercinta denganku!"...KIARA'S POVAku saat ini sudah berada di bawah Tuan Ray. Dia menahan tubuhnya jadi tak membebani tubuh rampingku.Jujur saja, aku masih sulit untuk membalas tatapan intens darinya. Tatapan itu melemahkan semua otot dan saraf tubuhku. Aku menjadi tak kuasa di hadapannya.Ahh...Dia mencium bibirku...Apa aku harus membalas ciumannya? Hari ini, aku dan dia sangat banyak melakukan adegan ciuman bibir.Aww...Tuan Ray menggigit bibirku. Dia menuntutku untuk membalas ciumannnya. Aku sudah paham akan trik yang ia gunakan ini. Dia mengiginkan ciuman yang membuatnya puas.Sial, ketika aku membalas ciumannya, jantungku berdegup kencang dan semakin kencang ketika Tuan Ray mulai bergerilya di