Share

Mendinginkan Pikiran!

Author: Cahaya Senja
last update Last Updated: 2022-06-11 15:48:47

****

Saat ini aku memutuskan untuk mencari hiburan, salah satunya bermain biliar bersama Aryo temanku.

"Aku rasa tadi kau keterlaluan pada Nita, Mar!" Aryo menghentikan permainan, lalu duduk di kursi yang sudah disediakan untuk beristirahat.

"Keterlaluan bagaimana? Aku hanya memberinya sedikit pelajaran. Aku benar-benar malu dibuatnya." Kuhela napas kesal, padahal kan itu semua kulakukan karena Nita yang tak pernah mengerti bagaimana rasanya jika berada di posisiku.

Aryo menatapku dengan pandangan yang sulit untuk kuartikan. Namun, dari pandangannya yang tajam, ia seperti menyimpan amarah terpendam.

"Bodoh! Kau terlihat bodoh. Tingkahmu tadi benar-benar tak menunjukkan bahwa kau adalah pria sejati!" Aryo membentakku, lalu mencengkeram erat kerah baju yang kugunakan. Aku yang tak tau dengan aksinya, tak bisa mengelak saat tubuh ini terangkat sedikit karena kerah bajuku yang dipegangnya erat.

"Kau kenapa marah?" tanyaku santai pada Aryo. "Dia istriku, aku berhak melakukan apapun padanya. Kau tak bisa menyalahkan ku begitu saja, karena kau tak tau bagaimana rasanya berada di posisiku saat ini!" ucapku lagi 

Aryo menghempaskan tangannya kasar. Ia mengusap rambutnya secara kasar, lalu kembali duduk ke tempatnya semula.

"Aku hanya tak suka melihat wanita menangis, Mar. Jika kau sudah tak mencintainya, harusnya kau lepaskan saja Nita. Jangan malah menyakitinya seperti itu, luka fisik mungkin akan mudah untuk disembuhkan, tapi eprihal luka batin. Aku tak yakin dia akan mudah menyembuhkannya, jangan membuat istrimu berada di osisj yang serba salah, Mar, aku rasa Nita juga tak ingin kejadian kemarin terjadi. Jika kau memang sudah bosan dengannya, lepaskan saja aku bilang. Apa itu susah untukmu?" tanya Aryo yang membuat emosiku tiba-tiba meningkat.

Bugh!

Aku menampar Aryo dengan sangat keras. Terjadilah perkelahian di antara kami berdua.

"Kau tak berhak ikut campur rumah tanggaku. Ini urusanku, aku bahkan bisa melakukan hal lebih dari itu!" tegasku padanya. Aku paling tak suka jika ada yang ikut campur dalam kehidupan yang kujalani, bagaimana pun alurnya orang luar tetap tak ada hak untuk memberikan saran terhadap rumah tangga kami 

"Entah apa yang membuatmu menjadi kurang ajar begini, Mar. Tentu saja bukan aku! Dulu kau adalah sosok lelaki yang sangat menjaga dengan wanita, kau bahkan tak suka jika ada pria yang menyakiti wanita. Namun, sekarang, lihatlah bahkan kau menjilat ludahmu sendiri, tapi aku tak bisa berbuat banyak. Intinya yang merubahku bukanlah aku," ucap Aryo sambil mengangkat alisnya dan tersenyum sinis. 

Senyum itu benar-benar seperti mengejekku. Andai saja dia bukan temanku, sudah kuhahar dia habis-habisan.

"Pulanglah, Mar. Aku takut Nita memilih pulang dan tak pernah memedulikan kehidupanmu lagi." Aryo kembali berucap dan menatapku dengan pandangan harap. Kulepaskan cengkramanku pada bahunya, lalu berjalan sedikit menjauh 

"Jika dia pergi, menurutku itu adalah hal bagus. Aku akan lebih leluasa tanpa dia, aku akan lebih bebas melakukan apa saja tanpa harus mendengar ocehan-ocehan tak jelas yang ke luar dari mulut wanita gendut itu!" ucapku sambil mengangkat bahu. Kuambil minuman yang berada di atas meja. Tenggorokanku benar-benar terasa kering, setelah berkelahi tadi. Ternyata haus juga. 

"Apa kau yakin tentang itu?" tanya Aryo padaku.

"Apa kau yakin kau akan baik-baik saja saat dia memilih untuk meninggalkanmu dan tiba-tiba mengirimkan surat cerai padamu? Kau yakin, hah?" ujarnya lagi.

Aku terdiam, lalu mengangguk dengan ragu-ragu. Tiba-tiba ucapan Aryo memenuhi pikiranku, masa iya Nita akan pergi begitu saja meninggalkanku, rasanya tak mungkin itu terjadi. Aaplagi sudah jelas dapat dilihat dia begitu bucin terhadapku, jika marah pun tak pernah bisa lama. Karena dia lebih takut aku yang marah terhadapnya. 

"Ya sudah mari kita lanjutkan permainan ini."

Kami lalu kembali bermain bersama.

Sepanjang permainan, aku merasakan perasaan yang tak enak. Tanganku bermain, tapi pikiranku berkelana.

Argh! Mengapa Aryo mengucapkan kata yang hanya membuatku tak fokus saja sih, batinku berucap. 

"Ayolah, Mar! Kenapa kau terlihat tidak fokus. Apa yang mengganggu pikiranmu." Aryo menghampiri dan menepuk pundakku.

"Entahlah, kepalaku rasanya sangat sakit, Ar. Entah apa yang membuat tubuhku selalu terasa lelah," ujarku bohong. 

Aku tak ingin mengatakan yang sebenarnya, bahwa yang menganggu pikiranku adalah tentang ucapannya barusan. Namun, akhir-akhir ini memang tubuhku selalu terasa lemas dan lelah. Mungkin karena rasanitu juga, aku selalu ingin marah-narah bahkan pada kesalahan yang hanya sedikit saja. Entah apa yang terjadi pada diri ini. Aku sendiri pun tak mengerti.

"Kau sepertinya butuh istirahat, Mar. Apa perlu kuantarkan untuk pulang." Aryo menawarkan bantuan padaku.

Aku menggelengkan kepala pelan. Lalu memijat kepala sebentar.

"Tidak usah, aku baik-baik saja. Aku malah takut jika ke rumah aku malah bertambah sakit," kilahku.

"Ya sudah kalo begitu, masuk saja ke kamar tamu. Aku akan menyuruh Mbok Inah membuatkan teh hangat untukmu," ujarnya. Aku sangat senang mempunyai sahabat seperti Aryo, karena dia memiliki sifat keibuan. Padahal dia jarang bertemu dengan ibunya, karena mereka sering berpergian ke luar negeri untuk mengurus beberapa bisnis. Sama seperti orang tuaku.

Aryo lalu berjalan masuk ke dalam, begitu pun dengan aku yang juga mengikutinya dari belakang.

***

"Minum dulu, muka lu pucat banget." Aryo lalu memberikan segelas teh hangat.

"Yo, menurut lu, gue tadi keterlaluan banget ya?" Aku bertanya tentang sikapku pada Nita pada Aryo.

"Yang mana?" Aryo balik bertanya membuatku berdecak kesal.

"Tentang Nita," jawabku singkat.

"Menurut lu?" 

Aryo benar-benar membuatku kesal.

"Gue nanya sama lu, Yo!" bentakku padanya.

"Santai, Bos. Tanpa gue jawab, lu pasti tau sendiri jawabannya," jawabnya santai.

"Gue kasihan lihat muka Nita tadi. Kalo gue di posisi Nita, udah gue tinggalin lu. Apalagi Nita punya toko kue, tanpa lu, dia juga bisa hidup sendiri."

Jleb!

Kalo dipikir-pikir omongan Aryo ada benarnya juga.

"Sebelum dia gugat cerai gue. Gue duluan yang bakalan gugat cerai dia," jawabku angkuh.

"Gila, lu. Entar ujung-ujungnya nyesal pas udah cerai beneran. Btw, emang lu berani sama Bokap lu?" tanya Aryo lagi yang membuat nyaliku menciut.

"Nah, inilah masalahnya, Yo. Papa gue kayaknya nggak bakalan izinin gue cerai sama tu cewek gendut." Aku menjelek-jelekkan Nita di hadapan Aryo, sahabatku.

"Entah terbuat dari apa hati lu. Mending lu pulang deh, capek gue ngomong sama lu." Aryo lalu meninggalkanku sendiri di ruang tamu ini. 

"Ngusir gue nih ceritanya lu, Yo?" teriakku saat melihatnya yang berjalan ke kamar tanpa memedulikanku lagi.

"Ya elah, malah dia yang marah. Aneh!" kataku mengangkat alis sebelah lalu mengedikkan bahu.

Aku menunggu lama. Namun Aryo tak kunjung ke luar dari kamarnya.

"Ya sudah, kalo gitu pulang aja," gumamku.

"Aryo! Gue balik dulu!" teriakku. 

Tak ada jawaban dari Aryo. Tak ingin berlama-lama, jadi aku memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Oh ya satu lagi dan sekarang malah aku yang keheranan, mengapa Aryo kelihatan sangat marah padaku. Padahal Nita saja tak marah saat aku perlakukan begitu.

Apa jangan-jangan Aryo mulai menaruh rasa pada Nita, istriku? tanyaku membatin.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mia Harjoni
aryo cowo kan, kok keibuan
goodnovel comment avatar
Madam Rz
ceritanya menguras rasa. pengen tak cubitlah dia nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Nita Menangis Lagi!

    **** Aku memasuki rumah dengan bersenandung ria. Kuedarkan pandangan ke sana kemari, rumah ini masih tetap sama. Namun dengan keadaan yang sepi. Tak kutemukan Nita baik di ruang keluarga, maupun di dapur. "Astaga! Apa jangan-jangan dia pergi dari rumah," tebakku. Aku langsung panik, mencarinya ke sana kemari. "Gila! Ke mana dia." Aku berusaha beripkir positif, tak ingin gegabah dan membuat kesalahan yang sama lagi. Setelahnya mencoba untuk menenangkan pikiran yang mulai kacau. "Nita!!!" teriakku dari dalam rumah. Namun tak kunjung ada sahutan dari pemilik nama itu. "Mpok Ti!!!" Aku mencoba memanggil Mpok Wati. Tak lama, terdengar sahutan dari dapur. "Iya, Tuan!" sahutnya terdengar samar-samar. Aku lalu bergegas menghampirinya dengan keadaan panik tadi. Mpok Wati yang melihatku juga malah ikutan panik. "Ada apa, Tuan?" tanyanya terlihat bingung. "Mpok, Nita di dimana?" ucapku sambil memegang lengannya. "Nyonya Nita?" tanya Mpok Wati padaku. Ia terlihat mengerutkan kening, me

    Last Updated : 2022-06-11
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Khawatir!

    ****Setelah kepergian Nita aku merenung sendiri di dalam kamar. Banyak pertanyaan yang mulai memenuhi benakku, bahkan rasa bersalah pun tiba-tiba menyeruak begitu saja.Mataku tak kunjung dapat terpejam, permasalahan tadi benar-benar membuang banyak energi yang kupunya. Bahkan sekarang aku merasakan seperti ada sesuatu yang membuat dadaku terasa terhimpit. Hingga menimbulkan sesak yang kian mendera.Karena tak kunjung bisa tenang, aku lalu duduk dari posisi berbaring. dan memilih untuk menenangkan pikiran dengan cara mencoba mengerjakan pekerjaan yang masih belum selesai."Astaga!" Aku menepuk jidat pelan. Karena banyaknya permasalahan yang kuhadapi, aku sampai-sampai melupakan bahwa besok ada pertemuan penting di kantor.Dengan tergesa-gesa aku bergegas menyiapkan berkas-berkas yang akan kubawa besok. Sarah juga, mengapa dia tak mengirimkan pesan untuk mengingatkan aku. Argh! Benar-benar tak dapat diandalkan, pikirku.Biasanya jika sedang sibuk bekerja, Nita akan menemaniku, memb

    Last Updated : 2022-06-11
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Terlalu Baperan

    ****"Selamat pagi, Sayang." Baru saja sampai ke ruangan. Sarah sudah menyambutku dengan senyuman yang membuatku melototkan mata. Bagaimana tidak, bibirnya sangat menor dengan warna lipstik yang terlalu mencolok. Aku menggaruk tengkuk yang tak gatal.Bukannya tertarik, diri ini malah merasa geli melihat lipstik di bibirnya yang semakin hari semakin tebal. Seperti ingin pergi ke suatu tempat saja dia ini. Padahal jelas-jelas di sini tidak diperbolehkan memakai make up yang terlalu berlebihan."Kenapa wajahmu begitu pucat?" tanyanya padaku. Tangannya bergerak ingin menyentuh wajahku. Namun bubur-buru kulangkahkan kaki menjauh darinya."Aku baik-baik saja. Apa kau sudah menyiapkan segala keperluan untuk kita meeting nanti siang?" tanyaku tanpa meliriknya. Aku tak ingin tertawa saat melihat wajahnya itu."Tentu saja sudah. Oh, ya, kapan kau akan meninggalkannya?" Sarah tiba-tiba bertanya seperti itu padaku.Aku menatapnya dari atas hingga bawah."Meninggalkan siapa maksudmu?" Aku menatap

    Last Updated : 2022-06-13
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Ego yang Menguasai

    "Jika kamu masih ingin bekerja di sini, bersikaplah sewajarnya layaknya atasan dan juga bawahan. Jangan bermimpi terlalu tinggi berharap padaku," kataku dengan senyum sinis.Isak tangis Sarah perlahan menghilang, ia lalu melangkah menjauh dan duduk di kursinya. Kami berdua mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ini tak bisa dibiarkan, aku secepatnya akan menghentikan Sarah bekerja di tempatku. Hanya tinggal dua bulan lagi, kontrak kerja dengannya berakhir."Siapkan perlengkapan untuk meeting nanti, jangan sampai ada yang kurang!" perintahku pada Sarah. Dia diam tak menyahut ucapanku."Kau dengar Sarah!" tegasku padanya."Baik, Pak," jawab Sarah pelan.Tangannya lalu mulai sibuk menyiapkan berkas-berkas, lalu setelahnya aku juga bersiap untuk bergegas ke ruangan yang telah disediakan untuk pertemuan..****Sepanjang meeting tadi pikiranku tak karuan. Aku bahkan sempat ditegur Sarah. Entahlah, kata yang terucap dari mulutku tak sinkron dengan apa yang sedang tergambar di pikiran

    Last Updated : 2022-06-13
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Keceplosan

    "**Hari ini pekerjaanku sangat banyak, sehingga agak sedikit malam untuk pulang ke rumah. Itu pun kutambah kecepatan mobil agar segera sampai di rumah.Sesampainya di rumah segera kutekan bel rumah. Kebetulan tadi pagi aku tak ingat untuk membawa kunci cadangan. Kulihat jam di lenganku, sudah menunjuk pukul 10 malam, kuharap masih ada yang bangun di dalam.Klek!Pintu dibukakan, tapi bukan Nita yang membukanya melainkan Mpok Wati. "Nita di mana, Mpok?" tanyaku padanya, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.Mpok Wati menghampiriku setelah mengunci pintu kembali."Sudah tidur, Tuan," jawab Mpok Wati."Tidur," ujarku mengulang perkataan Mpok Wati Aku melirik sekali lagi jam yang berada di tangan di tangan, masih menunjukkan pukul sepuluh malam. Pantas saja Nita sudah tidur, tapi biasanya ketika aku lembur hingga larut malam pun ia akan tetap menungguku di sofa ruang tamu."Tumben dia tidur lebih dulu, Mpok?" tanyaku pada Mpok Wati dengan rasa penasaran dan sepi. Rasanya agak lain saat N

    Last Updated : 2022-06-13
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Perihal Bubur

    "Tolong buatkan Nita Teh hangat, ya. Perut Nita sakit," ucapnya.Entah dapat keberanian darimana. Aku mendekati Nita, lalu menempelkan punggung tanganku ke dahinya.Panas. Itu yang kurasakan."Apa kita ke rumah sakit saja, Nit?" tanyaku padanya.Nita hanya diam tak menjawab pertanyaanku."Mpok tadi sore sudah belikan obat kan untuk Nita?" tanya Nita tak menghiraukan pertanyaanku. Ia bahkan menjauhkan tanganku dari dahinya."Sudah, Non ... eh maksud saya Nyonya," jawab Mpok Wati terdengar gugup.Ia datang sambil meletakkan dua cangkir teh hangat. Satu untuk Nita dan satu lagi untukku."Ayo kita ke rumah sakit sekarang!" Aku menarik lengannya. Namun dihempaskan Nita dengan kasar.Nita meminum Teh hangat yang sudah dibuatkan Mpok Wati. Bahkan menoleh pun tidak padaku. Saat sakit pun dia masih saja berkelakuan aneh-aneh.Cewek emang gini kali ya, suka sekali cari masalah. Dicuekin marah, diperhatiin pun juga marah. Dasar aneh!Mpok Wati menatapku dengan pandangan sendu."Nyonya mau makan

    Last Updated : 2022-06-13
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Ke mana Nita?

    Tidurku sangat nyenyak tadi malam. Sampai-sampai tak terdengar suara apapun. Aku bangun dengan agak tergesa.Kuperhatikan sekelilingku, mencari sosok yang tak kulihat dari tadi "Ke mana Nita," gumamku. Karena tak melihat keberadaannya di sini. Aku bergegas ke luar kamar dan mencari keberadaan Nita.Sepi, rumah ini seperti tak ada yang mendiami, karena masing-masing sibuk dengan kerjaannya."Mpok!""Mpok!!" panggilku untuk ke dua kalinya.Namun tak juga kudapatkan jawaban dari Mpok Wati."Mpok Wati ke mana, ya?" tanyaku pada diri sendiri."Nita!" teriakku.Sama, Nita juga tak menyahut ketika aku memanggil namanya.Tak ingin terlalu pusing memikirkannya, aku memilih untuk pergi ke kamar mandi, bergegas untuk berangkat bekerja.Saat memasuki kamar, kakiku terhenti ketika melihat pakaian yang sudah disiapkan Nita di atas tempat tidur."Ah, akhirnya dia menyiapkan pakaian juga untukku. Kupikir dia tetap mempertahankan sikap egoisnya itu. Untung saja," ujarku sambil menghela napas pelan.A

    Last Updated : 2022-06-13
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Kalang Kabut

    "Nyonya pergi?" tanya Mpok Wati balik dengan raut wajah yang terlibat linglung."Tuan apakan Nyonya tadi malam, kenapa Nyonya pergi, Tuan!" teriak Mpok Wati padaku.Aku terkejut mendengar penuturannya.Mpok Wati terlihat menangis, ia menyeka air mata yang membasahi pipi keriputnya."Kau apakan lagi Nyonya, Tuan. Belum cukup kau lukai mentalnya, belum cukup kau menyakiti hatinya! Nyonya lagi hamil, Tuan!" bentak Mpok Wati padaku.Aku semakin kalang kabut, tak tau harus berbuat apa.Baru kali ini aku melihat Mpok Wati semarah ini padaku.Memang kuakui, Mpok Wati sangat menyayangi Nita, bahkan Nita juga sudah menganggap Mpok Wati sebagai ibunya di sini."Kau apakan dia, Tuan?" tanya Mpok Wati dengan suara melemah. Ia memegang lenganku, aku hanya bisa terdiam melihatnya yang menangis."Mpok, saya tidak melakukan apapun padanya. Saya tidak menyakitinya tadi malam," bantahku atas tuduhan Mpok Wati."Lalu kenapa Nyonya pergi begitu saja. Tidak mungkin dia pergi tanpa alasan!" bentak Mpok Wat

    Last Updated : 2022-06-14

Latest chapter

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Ending

    "Pi, maafkan Mami. Beri Mami kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya,"nujar Clara sesaat setelah menemui John."Aku sudah sering memberimu kesempatan, tapi lagi-lagi kau sia-siakan. Rasanya kita memang tak cocok lagi untuk saling bersama Clara, karena bagaimana pun aku berjuang untuk mempertahankan rumah tangga kita. Pemenangnya tetap orang lama yang kamu suka." John tak melirik Clara sama sekali, dia masih fokus pada lembaran kertas di tangannya."Laura juga sudah besar, tak ada salahnya jika kita memilih jalan hidup masing-masing mulai saat ini. Aku tahu, mempertahankanmu akan membuatmu lebih menderita lagi begitu pun denganku juga. Laura pasti mengerti mengapa Papi dan maminya bercerai. Laura sudah bukan anak kecil lagi."Tanpa mereka sadari, Laura sedari tadi menguping pembicaraan mereka. Laura menahan isak tangisnya yang hampir terdengar. Laura memutuskan untuk segera pergi dari kegiatan mengupingnya. Dia masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri di atas ranjang."In

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Fakta Menyakitkan!

    "Sayang, kamu menciumiku di depannya," ucap Nita pada Damar yang menatapnya dengan tak berkedip."Memangnya kenapa? Lagipula, bukankah kita sudah sah sebagai suami-istri, itu salah dia sendiri karena sudah terlalu jauh berperilaku padaku," ujar Damar sambil menggandeng pinggang Nita dengan lembut."Tapi aku malu," ujar Nita dengan wajah yang memerah."Sini di mananya yang membuat malu, biar aku tambahin," kata Damar yang membuat Nita membulatkan matanya sempurna."Mas Damar," rengeknya dengan manja. Damar lalu tertawa melihat tingkah istrinya yang seperti anak-anak.***Di rumah Laura mengamuk tak karuan setelah dirinya dipukul sang papi."Mau atau tidak! Besok kita harus kembali ke Australia, Papi sudah membeli tiket untuk kita berangkat, bereskan semua pakaianmu sekarang juga!""Papi!" teriak Laura tak terima dengan perlakuan John."Jangan jadi seperti mamimu, Laura. Dulu sebelum kamu sebesar seperti sekarang, mamimu juga berusaha menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Aida, Mama D

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Membuat Panas Penggoda!

    "Mami, harusnya menjadi cinta pertamaku sebagai laki-laki. Tapi semuanya pupus begitu saja, saat Mami tak pernah menganggap kehadiranku di antara Mami dan Papi.""Mami sibuk, semuanya Mami lakukan untuk masa depanmu. Kamu tau bukan?" ucap sang Mami merasa tak terima karena daritadi Aryo yang terus memojokkannya."Untuk apa, Mi. untuk apa semua itu, harta dunia, yang Mami kejar selama ini hanya akan sia-sia bila tak ada kasih sayang di dalamnya. Mami tau tidak, aku bagai anak yang terbuang, setiap malam memikirkan apakah aku dibutuhkan atau tidak.""Aku bertanya pada diri sendiri, untuk apa dilahirkan ke dunia jika kehadiranku tak berarti apa-apa. Kalian sibuk mengejar dunia yang sementara, kalian hanya memandang uang tanpa dapat berpikir bahwa suatu saat akan ada pertanggungjawaban kalian sebagai orang tua." "Uang tak akan pernah bisa membelikan kebahagian, bahkan kenangan masa kecil bersama kalian pun tak pernah terlintas di pikiran."Ucapan Aryo bagaikan pisau yang menusuk hati ora

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Keputusan Orangtuanya yang Menyakitkan

    "Putri ada apa, kenapa menangis?" tanya Wati teman kontrakan dia. Setelah pergi, Putri memilih untuk datang ke alamat kontrakan lamanya sebelum bertemu dengan Aryo.ia menangis tersedu-sedu di hadapan Wati, susah payah di dalam mobil dia menahan tangisnya. Akhirnya terlupakan juga sekarang."Aku benar-benar bersalah. Salah telah memilih dia sebagai suamiku, harusnya dari awal aku tak menerima lamarannya. Harusnya dari awal aku tak usah kenal dengan Aryo. Jika kenyataannya kami tak mungkin bisa bersama. Harusnya aku sadar diri tidak berpunya bersanding dengan lelaki kaya."Hei! Kamu ini kenapa? Siang-siang datang ke rumahku dan menangis seperti ini. Kenapa membawa tentang kekayaan, siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Wati yang masih tak mengerti dengan permasalahan yang dihadapi temannya."Mereka menghinaku. Mereka menjelek-jelekkan orang tuaku. Apakah salahku karena mencintai Aryo, Wati? Apa aku salah berharap bahagia dengan lelaki seperti Aryo?""Mereka siapa?" tanya Wati memegang pi

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   POV Nita (Ke mana perginya?)

    "Mama, ada apa? Kenapa Mama terlihat begitu marah pada Laura," tanyaku saat melihat Mama yang masih diliputi emosi, bahkan napasnya pun tak beraturan."Memang kurang ajar dia itu. Dia yang meninggalkan Damar, dia juga yang merasa paling tersakiti. Mama benar-benar khilaf pernah merestui hubungan dia dan juga Damar dulu.""Untung saja Damar segera dijodohkan denganmu, jadi Damar tidak perlu mempunyai istri seperti Laura yang sama sekali tidak bisa menghargai orangtua."Aku melihat Mama berbicara dengan berapi-api. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga membuat Mama menjadi semarah ini. Apakah Laura telah melakukan sesuatu yang tak dapat diterima akal logika?Entahlah, saat ini hanya Mama yang tau dan dapat merasakannya."Kamu tenang saja, Nita. Jangan terlalu memikirkan hal tadi, maafkan Mama sudah menambah beban pikiranmu. Padahal kamu baru saja kehilangan ibunda satu-satunya yang kau punya. Sekali lagi Mama meminta maaf sudah membuat keributan sepagi ini," ujar Mama tulus terlihat

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Amarah Aida!

    "Halo Tante, bagaimana kabarnya?" tanya Laura yang langsung duduk mendekati Nita dan juga Aida."Baik." Aida hanya menjawab singkat, ia tak ingin berpura-pura baik lagi pada Laura. Karena itu hanya akan menyakiti hati menantunya kembali."Oh ya, turut berduka cita ya, Nita. Aku dengan ibumu sudah mati, jadi--""Maaf, meninggal yang benar. Mati itu istilah yang digunakan untuk hewan." Nita langsung memotong ucapan Laura. Laura memanyunkan bibirnya, kesal mendengar jawaban Nita."Ya, apapun itulah intinya aku ikut berduka cita atas kepergian ibumu," ujar Laura lagi. "Terima kasih," jawab Nita singkat."Mama ...," panggil Arkanza. Laura yang melihat itu berniat mengambil Arkanza. Namun tak jadi, karena Nita langsung sigap menghampiri anaknya."Kamu sudah besar ya, Sayang. Tante senang bisa melihatmu," ujar Laura sambil tersenyum manis. Namun senyuman itu bagaikan bisa dari ular, mematikan."Oh ya, Tante. Papi dan Mami sudah datang ke Indonesia, jadi kapan Tante akan mampir ke rumahku?"

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Kerapuhan Putri!

    Putri menepis tangan Aryo dan mengusap air matanya kasar. Ia berlalu pergi dari hadapan tiga orang itu dan masuk ke kamar untuk membereskan pakaiannya."Mi, Pi? Ada apa ini, kenapa istriku menangis?" tanya Aryo yang tak paham dengan keadaan saat ini."Kami hanya ingin yang terbaik untukmu," ujar Resa cuek."Maksud kalian bagaimana?" tanya Aryo masih tak paham."Aku hanya meminta dia meninggalkanmu dan akan memberikan imbalan padanya jika menuruti keinginan kami sebagai orangtuamu, tapi sepertinya perempuan itu terlalu angkuh, padahal dia hanyalah seseorang yang berada di kalangan bawah.""Entah apa yang diajarkan orangtuanya dulu, sehingga putri mereka besar menjadi seorang penggoda, apalagi untuk menggoda laki-laki kaya dan--""STOP!" bentak Aryo pada maminya. Resa yang mendengar bentakan sang anak langsung membulatkan matanya dengan sempurna."Aryo!" bentak sang Ayah tak terima dengan perlakuan putranya pada sang istri."Aku tak pernah menyangka kedatangan kalian ke sini hanya untuk

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Ada Luka dalam Rumah Tangga Mereka!

    Putri bangun dengan badan yang terasa sedikit pegal. Putri melirik jam di dinding, ternyata jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.Ia sudah tak bekerja lagi, dia memilih untuk resign dari pekerjaannya. Namun, walau begitu Aryo tak pernah memaksa Putri untuk berhenti bekerja.Toh, seandainya Putri tak bekerja Aryo masih bisa memberikan apapun yang Putri inginkan. Putri lalu memilih untuk pergi ke kamar mandi sambil membersihkan diri. Baru kali ini dia bangun kesiangan, hingga melewatkan salat subuh. Biasanya Putri selalu terbangun pagi, mungkin karena kelelahan ia jadi kebablasan untuk tidur.Setelah selesai mandi, Putri lalu memakai pakaian dan bergegas untuk pergi ke dapur menyiapkan makan pagi.Saat baru saja melangkahkan kaki ke dapur, tiba-tiba Resa, mertuanya berbicara dengan kalimat yang menyakitkan."Bagus! Enak ya, tidur sampai siang. Suami kerja nggak dibikinkan sarapan. Memang sih ya, paling enak jadi benalu. Apalagi dari keluarga yang kurang berada, lalu menikah dengan

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Tak Tahu Malu!

    *Nita terbangun sambil membuka matanya yang terasa berat akibat menangis semalaman."Mas,", panggil Nita saat melihat sang suami sudah tak berada di kamar. Ia lalu mengambil posisi duduk dan memegang kepalanya yang terasa sakit."Mas Damar," panggilnya sekali lagi. Namun masih tak kunjung ada sahutan, Nita lalu terdiam."Mungkin Mas Damar sudah berangkat bekerja,* gumam Nita, lalu turun dari tempat tidurnya. Ia segera mandi dan bergegas untuk ke kamar sang putra."Mama," panggil Nita saat melihat Aidansedang bercanda dengan Arkanza di ruang keluarga."Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Aida yang melihat sang menantu sudah ke luar dari kamar. Nita terlihat lebih segar dari kemarin."Ma, maaf ya, Nita kesiangan," ucap Nita pada Aida."Tidak apa-apa, Sayang. Mama mengerti dengan keadaanmu. Kamu harus bisa menerimanya dengan lapang dada, ya. Sejatinya manusia memang akan berpulang pada sang pencipta." Aida tersenyum sambil menatap Nita yang berjalan mendekati mereka berdua."Iya, Ma. Nita

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status