Home / Thriller / ISTRIKU KUYANG / Bekas Luka Di Leher Arini

Share

Bekas Luka Di Leher Arini

Author: Ratna Dewi Lestari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bismillah 

           "Isteriku Kuyang "

#part_2

#by:Ratna Dewi Lestari.

 

     "Dek ... ini kenapa?" tanyaku hati-hati takut menyinggung perasaan istriku.

     "Apa, Bang?" Arini menatapku heran.

    "Ini, Dek," ucapku seraya menunjuk bekas luka di lehernya. Ia pun mengernyitkan dahinya. 

   "Oh, ini, ini bekas luka kena tali layangan sewaktu kecil, Bang, cukup berbekas karena lumayan dalam lukanya. Beruntung aku selamat," jawab Arini lirih meraba bekas lukanya.

    "Ooo, ya la, Dek, biarin la bekas luka itu. Sekarang kita lanjutkan urusan yang tertunda!" ajakku dengan mendekatkan wajahku ke wajahnya yang bersemu merah. Malam pertama harus berjalan lancar. Aku tak mau kehilangan momen berharga.

***

    Pagi ini Arini nampak semakin cantik. Ia begitu sigap menyiapkan keperluanku dan dirinya. Dengan hati bahagia kami berangkat ke kantor bersama. 

     Sebelum berangkat sempat ku dengar Arini berbisik kepada ibunya. Kata- kata yang sempat kudengar dari mulut Arini ketika tak sengaja diriku melintas," Bu, di desa sebelah ada ibu hamil, anak pak kades,"

     Entah apa maksud Arini berkata seperti itu. Bisik-bisik lagi. Kulihat wajah mereka sangat ceria dan kegirangan. Seperti melihat makanan enak. Hatiku jadi deg-deg ser. Apa sih menariknya ibu hamil sampai mereka bisa kegirangan seperti itu? Ah, entahlah.

     Aku berpura-pura tidak mendengarnya dan berlalu begitu saja. Arini sempat menutup mulutnya. Membuat tingkahnya semakin aneh terlihat.

  

    Dengan sabar aku menunggu Arini di dalam mobil. Arini berlari kecil dengan senyuman lebar di wajahnya. Ia membuka pintu mobil dan wajah cantiknya menyembul. Ku perhatikan dengan seksama, Arini sepertinya sangat bahagia.

     "Bahagia banget, Dek," ucapku keceplosan.

     "He-he-he, iya, Bang, Adek bahagia nikah sama Abang," ucapnya manja. Membuatku serasa terbang melayang.

    Kucubit pipinya yang mulus. Ah, aku semakin merasa bersalah berpikir yang tidak-tidak kepada istri tercantikku. 

     Dengan hati yang berdebar kupacu mobil secepat mungkin menuju ke kantor. Mobil berderu di sepanjang jalan melewati rindangnya pepohonan di sisi kanan dan kiri jalan. Desa tempat Arini tinggal memang masih sangat sayup dan rumah masih sangat jarang. Tiba-tiba timbul perasaan takut. Sebelum pergi keluargaku sempat berpamitan untuk kembali pulang ke kampung halaman. Aku tak bisa mengantar karena dari kantor tidak mengizinkan. Dengan terpaksa aku merelakan keluargaku pulang tanpa kehadiranku.

***

     Pulang kerja langit sudah gelap. Aku dan Arini sudah sangat lelah. Ku lihat istriku sudah tertidur di sampingku. Ku belai kepalanya yang tertutup jilbab merah. 

   Memasuki jalan desa hatiku mulai tak karuan. Udara terasa dingin menyengat tulang. Tidak ada lampu penerangan. Cahaya hanya dari lampu mobil dan rumah warga yang berjarak antara satu rumah dan rumah berikutnya.

   Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sekumpulan sinar dari jauh. Ku tajamkan mata dan mobil ku hentikan di pinggir jalan. Semakin lama semakin nampak jelas sekumpulan orang dari jalan setapak tak jauh dari mobil. Orang-orang itu membawa obor dan membawa peralatan dapur juga bambu hijau yang sudah di runcingkan . Mereka berjalan beriringan seraya menyebut nama "kuyang". 

     Lagi-lagi kuyang. Sebenarnya kuyang itu apa?

      Gerombolan orang itu melintas di depan mobilku . Salah satu dari mereka mendekat dan mengetuk kaca mobilku, membuat copot jantungku. Aku takut mereka mempunyai niat jahat. 

      Tok! Tok! Tok!

     Perlahan kubuka jendela mobilku . Pria paruh baya itu tersenyum penuh arti kepadaku.

     "Jaga dirimu, kau orang baru di sini! berhati-hatilah ," setelah ia mengucapkan itu, ia pun berpamitan dan berlalu bersama rombongannya.  Aku hanya terhenyak dan berusaha mencerna setiap kata-kata si bapak.

      Arini menggeliat dan menatapku sayu. Kasihan ia, nampaknya sangat kelelahan.

      "Kenapa berhenti di sini, Bang?" Ia nampak sangat heran melihat mobil terparkir di pinggir jalan sepi.

       "Ah, ga apa-apa, Dek, ini Abang lanjuti ya perjalanan kita, kasihan kamu pasti sangat lelah," tuturku lembut seraya mencium keningnya.

     Ia mengangguk dan mobil segera kupacu. Walaupun mobil kupacu cepat, tapi entah mengapa rasanya lambat. Untuk tiba di rumah terasa amat lama.

     Memasuki gapura desa tanpa sengaja mataku menatap bayangan aneh berkelebat melintas tak jauh dari mobil. Lampu mobil menerpa bayangan hitam yang melesat cepat. Nampak seperti kepala dengan rambut terurai panjang di langit malam. Aku terkesiap. Jantungku berdetak cepat. Tanpa sengaja ku sebut nama Allah dan mobil ku rem mendadak.

       Ckitttttt!

       "Astagfirullah," ucapku tanpa sadar. Tanganku mengelus dadaku yang berdetak kencang. 

       "Kenapa, Bang?" ia menatapku heran.

       "Ah, tak apa, Dek," jawabku sekenanya. Aku memilih diam dan melanjutkan perjalanan yang sebentar lagi sampai. Lelah, letih dan takut menyergap diriku. Ingin segera sampai rumah dan melupakan semua kejadian buruk dengan tertidur.

        Mobil berhenti di halaman rumah Arini. Suasana nan asri jika siang hari terasa sangat mencekam di malam hari. Kulihat ponsel, baru jam sembilan malam. Namun, siswa nya di desa ini sangatlah sepi. Tak nampak orang berlalu lalang. Rumah yang berjarak membuat suasana tampak bak kuburan. 

      Aku pun segera melangkah masuk ke dalam rumah sambil menggandeng Arini. Tak nampak ibu dan ayah serta adik Arini. Mungkin semua sudah tertidur lelap. Aku pun tak mau ambil pusing. 

        Selesai makan dan bersih-bersih, aku dan Arini segera menuju peraduan . Lelah dan letih yang menyerang sedari tadi memaksaku untuk segera berbaring. Tertidur sambil memeluk Arini yang cantik.

***

      "Ah, bisa-bisanya tengah malam begini aku mau pipis!" sungutku . Dengan terpaksa kubuka mataku pelan, rasanya sangat mendesak dan tidak bisa ditahan lagi. Tanganku bergrilya mencari keberadaan Arini. Kosong. Kupicingkan mataku, ya, Arini sudah tak tampak di sampingku .

       Ku edarkan pandanganku berharap Arini ada di kamarku . Namun, nihil. Arini tak jua terlihat. 

       Dengan langkah malas aku beranjak dari peraduan . Berjalan menuju toilet yang letaknya di luar rumah. Dingin menyergap ketika ku buka pintu belakang rumah. Bulu kudukku seketika berdiri , kutatap...

Bersambung....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
S Rohmah
Degdegan baca nya ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRIKU KUYANG   Darah Di Bibir Arini

    Bismillah "Istriku Kuyang" # part_3 #by: Ratna Dewi Lestari. Bulu kudukku seketika merinding, kutatap toilet yang berjarak sekitar lima puluh meter dari tempatku berdiri. Suasana malam yang gelap, hanya ada lampu lima watt di belakang dan toilet. Ingin rasanya aku pipis di tempat saja. Rasa takut kian menyergap. Aku belum terbiasa berada di tempat sesunyi ini. Apalagi di sekitar tumbuh pohon-pohon tinggi menjulang. Kelebatan kelelawar malam seolah menambah suasana mencekam. Angin malam yang dingin membuatku bertambah enggan beranjak dari tempatku berdiri. Beruntung malam ini bulan bersinar amat terang. Cahayanya berpendar sangat indah. Ku beranikan diri melangkah dengan melipat tangan di dada. Dingin. Sambil mataku menatap sekeliling. Krekkkkk! Dengan segera kubuka pintu toilet. Sudah sangat sesak. Da

  • ISTRIKU KUYANG   Sikap Aneh Arini

    Bismillah "Istriku Kuyang" #part_4 # by: Ratna Dewi Lestari. "Bang, Abang!" suara Arini terdengar nyaring di telingaku. Kurasa tetesan air jatuh di pipiku. Perlahan kubuka mataku, samar-samar kulihat Arini sedang terduduk mendekap tubuhku. Ia kemudian mengangkat kepala dan menatapku dengan pipi yang sudah basah. Mata nya bengkak. "Abang--Abang Yusuf tak apa-apa, kan?" isaknya. Tangannya yang terasa dingin mengusap pipiku lembut. "Abang, ga kenapa-kenapa, Dek," ucapku berbohong. Masih teringat jelas sosok menyeramkan yang menatapku tajam di balik jendela. Sosok bermuka keriput dengan rambut acak-acakan, menyeringai seperti ingin menyantapku. Lidahnya panjang terkilir keluar. Benar-benar menakutkan. "Abang kenapa bisa di sini?" tanya Arini khawatir. "Mungkin Abang ngelindur, Dek," ucapku sek

  • ISTRIKU KUYANG   Daging Misterius

    Bismillah "Istriku Kuyang" #part_5 #by: Ratna Dewi Lestari. Krekkkkk! "Ah, sial pintu bergerak!" pikirku kalut. Arini dan ibunya serentak menatap ke arahku.Beruntung aku sempat menyembunyikan diri di balik pintu. Merekapun melanjutkan kembali memakan seonggok daging berdarah sambil bercakap-cakap. Dag-dig-dug! Sumpah jantungku rasanya mau copot. Sungguh menjijikkan tingkah laku Arini dan ibunya. Sebenarnya siapa mereka? Perlahan akupun beranjak dari lantai dan kembali ke peraduan. Berpura-pura tidur kembali. Krekkkkkk! Drap-drap-drap! Perlahan kudengar suara kaki Arini memasuki kamar. Jantungku rasa mau copot ketika ia merebahkan tubuhnya di sampingku. Bau anyir menyeruak dari tubuh indahnya. Sekuat mata ku paksa mataku untuk ter

  • ISTRIKU KUYANG   Terungkapnya jati diri Arini

    Bismillah "Istriku Kuyang" #part_6 #by: Ratna Dewi Lestari. Aku lalu bersembunyi di bawah mobil. Samar-samar kulihat bayangan melesat mendekat. Ku tutup mulut dengan tangan yang bergetar. Sosok itu mengitari mobil seperti mencari sesuatu. Peluh membanjiri wajah dan tubuhku. Jelas terlihat dimataku dengan jarak dua meter, bagian bawah makhluk itu hampir menyentuh tanah. Usus terburai dengan ginjal, hati, dan organ dalam lain menggantung. Darah menetes di tanah seiring dengan pergerakannya melayang hampir menyentuh tanganku. Sungguh beruntung nasibku, tak lama makhluk itu terbang menjauh. Perlahan aku keluar dari persembunyianku. Ku tatap dua kepala dengan usus terburai melayang cukup jauh dari tempatku berdiri. Sudah kadung tau siapa Arini, aku memilih untuk mengikuti kedua sosok itu yang kutahu itu ibu dan juga Arini.

  • ISTRIKU KUYANG   Defenisi Kuyang

    Bismillah "Istriku Kuyang"#part_7#by: Ratna Dewi Lestari Tiba-tiba kulihat sekelebat bayangan hitam hampir mengenai kepalaku. Aku pun segera merunduk. Penasaran bercampur takut. Setelah kuperhatikan dengan seksama, rupanya bayangan itu hanya bayangan kalelawar pemakan buah yang sedang melintas. Srek-srek-srek! Sekilas kudengar suara langkah kaki yang di seret perlahan. Belum sempat ku berbalik sesuatu membekap mulutku kuat. Aku sempat berontak, tapi begitu ia mengusung sebuah parang panjang, nyaliku berubah ciut. Aku hanya bisa pasrah ketika sosok itu menyeret paksa tubuhku. Dalam keremangan malam dengan sedikit sinar bulan sabit karena tertutup mendung, samar-samar ku lihat tangan seseorang yang berotot dan sangat kekar. Tenaga nya pun kuat. Mudah saja ketika ia membawaku masuk lebih dalam ke hutan yang tak jauh dari rumah Arini.&

  • ISTRIKU KUYANG   Arini, istriku si kuyang cantik

    Bismillah "Istriku Kuyang"#part_8#by;Ratna Dewi Lestari. "Begini ... cepat kau bawa kayu ini dan juga bawang merah ini," sahut Ayah seraya menyerahkan sebuah kayu berukuran sejari kelingking orang dewasa dan bawang merah. Aku menerimanya dengan kening yang mengkerut, bingung "Jangan banyak tanya, ini penangkal kuyang. Ia tidak akan bisa mencelakaimu," jelas Ayah kemudian. Ia lalu memelukku erat. Usapan tangannya lembut menyentuh punggungku. "Terimakasih, Ayah," ucapku lirih. Air mata sempat mengalir tanpa bisa kutahan. Perih memikirkan nasib rumah tanggaku. "Maafkan Ayah, Nak. Sebenarnya Ayah sangat menyayangimu. Bagiku kamu menantu yang Ayah idam-idamkan. Itulah mengapa Ayah merahasiakan jati diri Arini," sesal Ayah. "Sekarang pergilah sebelum fajar tiba, biasanya saat seperti itu Arini dan Ibunya pulang," lanjut Ayah lagi.

  • ISTRIKU KUYANG   Kayu Penangkal Kuyang

    Bismillah "Istriku Kuyang "#part_9# by: Ratna Dewi Lestari. "Tolong ... ada kuyang! siapa pun tolong aku!" teriakku histeris. Jarak antara aku dan mobil cukup dekat, tapi rasanya sangat jauh, aku sudah sangat lelah berlari. Arini yang sudah berubah menjadi kuyang melesat kian mendekat. Jarak kami mungkin hanya tinggal lima belas meter lagi. Rasa takut bukan kepalang, tak bisa kubayangkan jika aku tertangkap Bughhh! "Dasar sial!" makiku dalam hati. Bisa-bisanya dalam keadaan genting begini kakiku menyandung batu hingga tubuhku terjerembab di tanah yang bercampur lumpur. Belum sempat berdiri, di hadapanku Arini terbang mengambang menatapku. Ibunya tak lagi mau mengikutiku. Nampak jelas wajah Arini yang pucat dengan mata merah yang menyorot tajam. Ia mengeram marah. Darahnya menet

  • ISTRIKU KUYANG   Ibu Penolong

    Bismillah "Istriku Kuyang"#part_10#by:Ratna Dewi Lestari. Dok-dok-dok! " Bangun-bangun!" Aku segera terkesiap dari tidurku. Lelah masih membelenggu tubuhku. Bola mataku tiba-tiba membesar melihat seseorang tegak sembari menggedor-gedor kaca mobilku. Kuperhatikan dengan seksama, sepertinya pernah mengenal Ibu itu. "Cepat, buka!" teriaknya lagi. Dengan tergesa kubuka segera pintu mobil. Ia dengan lirih berkata," cepat pergi dari sini! ikuti aku kalau kau tak mau mati," Aku segera mengangguk cepat. Mengikuti si Ibu menjauhi rumah Arini. Suasana sekitar masih sepi. Remang-remang belum tersentuh sinar matahari pagi. Berarti aku mungkin hanya tertidur sekitar sepuluh menit saja sebelum akhirnya di bangunkan oleh si Ibu. Kami berlari menyusuri jalan menuju rumah s

Latest chapter

  • ISTRIKU KUYANG   Part 19

    Bismillah Minyak Kuyang#part_19#by: R.D.Lestari.Diah meluruh di lantai. Perasaannya kian tak karuan. Ingin rasanya memperingatkan mamaknya untuk menghentikan perbuatan terkutuk yang sedang dijalani mamaknya.Biarlah, mereka hidup miskin seperti dulu, tapi hidup mereka tenang, tak seperti sekarang, penuh dengan ketakutan.Seperti dapat kekuatan baru, Diah bangkit dari duduknya, melangkah keluar kamar. Saat Ia keluar kamar Ia mendengar desis kesakitan dari dalam kamar.Klek!Dengan tangan gemetar, Diah menekan knop pintu, dan pintu akhirnya terbuka perlahan. Tangannya meraba mencari sakelar untuk menyalakan lampu di kamar mamaknya, sembari mengatur napasnya agar bisa kembali normal.Degupan jantungnya yang keras seolah jadi pertanda betapa Ia sangat ketakutan.Zzhhhzz!Di tengah kegelapan, indra pendengarannya seperti mendengar bunyi

  • ISTRIKU KUYANG   Part 18

    Bismillah Minyak Kuyang#part_18#by: R.D.Lestari."Aaaaa!"Tap-tap-tap!"Dilla, Kamu kenapa, Dek?"Diah yang datang berlarian dari arah dapur mengusap kepala Dilla yang saat itu masih berdiri di depan jendela sembari menyibak tirai.Dengan rasa penasaran, Diah ikut melihat ke arah luar. Dari kamar mereka yang berada di lantai dua, nampak jelas suasana di luar rumah yang remang dan hanya ditemani pendar cahaya bulan dan lampu jalan. Suasana sudah sepi meski baru memasuki pukul sepuluh malam."Dek, Kamu kenapa?"Diah kemudian berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya hingga mata mereka bisa saling bersitatap.Dilla terdiam, lalu menggeleng pelan."Ga ada apa-apa, Kak. Tadi, waktu buka jendela, tangan Dilla di gigit semut," ucapnya seraya menunjukkan punggung tangannya yang memerah."Alhamd

  • ISTRIKU KUYANG   Part 17

    Bismillah MINYAK KUYANG#part_17#by: R.D.Lestari.Bibir Saras bergetar. Wajah Diana, istri tua suaminya itu amat mirip dengan makhluk menyeramkan yangmasuk ke kamarnya sebelum ia merasakan kantuk yang teramat sangat."Kenapa, Saras? kau ingat sesuatu?" Diana menyentuh bahu Saras, tapi detik kemudian Saras menampik tangan putih Diana."Mbak ... sebenarnya kamu ini apa? jujur Mbak...," lirih Saras. Wajahnya memancarkan rasa takut yang teramat sangat."Maksudmu apa, sih? aku ga ngerti loh," goda Diana. Ia merasa amat puas melihat Saras yang ketakutan. Sengaja malam itu ia membuat Saras sadar dan melihat wujud aslinya.Tanpa sadar Saras mengelus perutnya. Rata. Perut buncitnya sudah rata. Kemana bayinya?"Bayiku! di mana bayiku! Mbak! di mana bayiku!" raungnya. Saras seperti orang gila. Ia tampak frustasi. Perasaannya mendadak tak enak."Bayimu s

  • ISTRIKU KUYANG   Part 16

    BismillahMINYAK KUYANG#part_16#by: R.D.Lestari.Bertepatan dengan terangnya ruangan di kamar Emak, Diah melihat ...Benda seperti tubuh tak berkepala. Awalnya ia mengira itu manekin yang sengaja Emak simpan di balik pintu.Namun, ketika ia merunduk dan memperhatikan dengan seksama, melihat detail tubuh tanpa darah dengan bolongan tepat di tengah leher, saat itu pulalah ia mendengar bunyi sesuatu di luar rumah.Pok-pok-pok!Ssshhh-ssshh!Tubuh Diah bergetar hebat dengan peluh yang mengucur deras. Sekuat tenaga ia bertahan agar dirinya tak jatuh pingsan di tempat.Gadis itu berbalik dan berlari secepat kilat menuju kamarnya. Menutupi tubuh dan wajahnya dengan selimut.Ia menggigil bukan karena kedinginan, tapi karena rasa takut yang merajai pikiran, hingga matanya susah terpejam.Kletak!Gadis itu memasang telinga lebar-lebar.Tap-tap-tap!Jantungnya berd

  • ISTRIKU KUYANG   Part_15

    BismillahMINYAK KUYANG#part_15#by: R.D.Lestari."Mak? Mak ngapain di depan kamar Tante?"Degh!Diana terdiam dan menoleh keasal suara. Diah?Diah sama shocknya saat menatap mata mamaknya yang merah menyala.Tanpa mengucap sepatah katapun Diana berlalu dari hadapan Diah yang masih terdiam. Jantungnya berdegup kencang melihat tatapan dan sikap mamaknya yang aneh.Sekilas Diah tak sengaja melihat garis merah di leher mamaknya, persis seperti yang di bicarakan ibu-ibu komplek saat mereka sedang bergunjing di lapak Mamang sayur.Diah mundur perlahan, menghirup udara sebanyak-banyaknya. Menetralisir perasaan takut yang berkecamuk dalam dada.Tubuhnya bergetar hebat saat naik ke atas ranjang. Ia meraih selimut dan menutup wajahnya. Rasa takut kian mencengkeram kepalanya. Tak bisa ia bayangkan jika benar maknya seorang kuyang.Hingga pagi menjelang, Diah tak jua bisa menutup

  • ISTRIKU KUYANG   Part 14

    BismillahMINYAK KUYANG#part_14#by: R.D.Lestari.Hari itu Saras hendak bertandang ke rumah istri pertama suaminya, Damar. Keinginan itu sudah ia ungkapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Lelaki berumur empat puluh tahun lebih itu pun mengiyakan apa yang diinginkan isteri keduanya.Ia amat bersyukur punya istri dua yang akur. Istri pertama cantik dan bijaksana, Istri kedua pun tak kalah baiknya.Namun, beberapa hari ini Damar melihat keanehan pada diri Saras. Wanita cantik itu terlihat mudah lelah dan pucat."Bener kamu ga apa-apa? nanti kamu pingsan di jalan, Ras," ujar suaminya khawatit."Ga apa, Bang. Sayang aku dah masak gulai untuk Mbak Diana. Semenjak kita nikah belum pernah ke rumah Mbak Diana. Aku pengen dekat dengan anak-anakmu juga," sahut Diana.Rasa iba kian menyelusup ruang hatinya kala melihat Saras yang semakin susah bergerak dengan perut nya yang kian membesar.Dengan susah payah Saras mena

  • ISTRIKU KUYANG   Part 13

    Bismillah MINYAK KUYANG#part_13#by: R.D.Lestari."Gito! Salim!"Damar berlarian kearah dua temannya yang saat ini tak sadarkan diri."Gito!"Damar memukul pelan pipi Gito hingga membuat Bapak dua anak itu sadar dan membuka mata."Gito, ngapain kamu baring di sini!" cecar Damar."Wah! mana Salim!" tiba-tiba Gito langsung terduduk dan pandangannya mengedar sekitar."Mana, mana kuyang itu!" dengan bibir bergetar dan gemeretuk gigi yang beradu, Gito menatap nanar sekitar."Kuyang? tak ada apa-apa di sekitar sini," sanggah Damar. Walau tengkuknya sedikit merinding, dia berusaha berpikir positif."Sudah, nanti saja cerita. Kita tolongin Salim dulu," ajak Damar.Angin berhembus cukup kencang menggoyang pohon dan menyibak dedaunan hingga menciptakan suasana seram.Damar membantu Gito untuk berdiri dan melangkah menghampiri Sali

  • ISTRIKU KUYANG   Bab 12

    Bismillah MINYAK KUYANG#Part_12#by: R.D.Lestari.Sementara di luar seonggok kepala dengan rambut acak-acakan menatap nyalang dengan mata merah semerah darah. Kepala itu melayang dengan usus dan jeroan hampir menyentuh tanah.Sosok yang tak lain adalah Diana itu meniupkan mantra dan mengawasi Saras dari luar jendela. Ia bernafas lega saat Saras mulai terlelap. Aksi nya bisa dengan mudah ia lancarkan.Sembari tersenyum riang, Diana dengan sigap menghisap darah Saras hingga dahaga yang ia rasakan perlahan hilang. Saat sedang asyik melancarkan aksinya, tiba-tiba ...Tong-tong-tong!Bunyi kentongan yang terbuat dari bambu terdengar bertalu-talu. Kuyang Diana terkesiap dan segera melesat terbang ke at

  • ISTRIKU KUYANG   Part 11

    BismillahMINYAK KUYANG#part_11#by: R.D.Lestari.Diana tersenyum lebar kala mendapati dagangannya laris manis tak kalah dengan dagangan Bu Wingsih di seberang lapaknya. Mereka yang sama-sama menggunakan hijab untuk menutupi bekas di lehernya itu pun melempar senyum seolah saling mendukung.Diana amat cekatan melayani pembeli walaupun berjualan seorang diri. Saat-saat seperti ini selalu ia nanti dari dulu. Lapak ramai dengan hadirnya pengunjung.Tak lupa ia mengoleskan minyak kuyang berwarna putih di uang lembar lima puluh ribuan, berharap uang berwarna biru itu kembali hadir dalam lemarinya dan menambah kekayaannya.Tak terhitung banyaknya lelaki yang mengantri di lapak Diana. Pujian demi pujian terlontar dari mulut manis mereka. Diana hanya mengulas senyum menggoda membuat para lelaki semakin gencar ingin memiliki dirinya.Begitupun Damar yang sejak tadi sengaja datang ke lapak istrinya. Pria yang mendekati paruh baya

DMCA.com Protection Status