SEBENING CAHAYA CINTA 21. **Arman tersentak kaget ketika Ayu mematikan panggilan secara sepihak. Dia nggak tahu apa salahnya. Tiba-tiba Ayu memutuskan hubungan begitu saja dengan dirinya. Wajar kan kalau dia mempertanyakan sikap Ayu yang aneh. Ayu mengaku kepadanya sebagai pemilik toko dan sekarang dia mengaku sebagai karyawan biasa tetapi tiba-tiba Ayu memutuskan hubungan dengan dia tentu saja Arman nggak terima. Bahkan ketika Arman ingin menghubungi Ayu balik. Wanita itu sudah memblokir panggilannya. Benar-benar perempuan yang sangat aneh. Apa sih yang diinginkannya? Kenapa memutuskan hubungan secara sepihak? Padahal Arman sudah merasa cocok dan senang dengan sikap Ayu. Arman bahkan rela meninggalkan Angela pacarnya di kantor demi Ayu. Mereka bertengkar dan Angela marah kepadanya. Angela tidak mau lagi menjalin hubungan dengan Arman yang ketahuan selingkuh dengan Ayu. Apalagi gara-gara Ayu. Arman sama sekali nggak kepikiran untuk datang ke pengadilan agama menyelesaikan percerai
"Begini, Mbak. Kedatangan Kami bertiga ke sini sebenarnya selain mau lihat pakaian-pakaian dan juga barang-barang yang ada di sini. Kami sebenarnya mau bertemu dengan karyawan yang bernama Ayu. Apakah Mbak kenal sama karyawan yang bernama Ayu yang kerja di sini?" tanya Arum. "Oh, kalau itu saya nggak tahu, Bu tapi ... Se-ingat saya karyawan bernama Ayu itu kayaknya ada deh. Sebentar ya mungkin ada di dalam. Saya panggil dulu atau dia sedang live. Nggak tau juga." Mereka menghela napas panjang dan merasa senang karena benar-benar karyawan bernama Ayu itu ada di Butik ini dan Ayu tidak membohongi mereka, dia kerja di sini. "Iya, Mbak. Tolongin kami lagi perlu sekali dengan karyawan yang bernama Ayu. Terima kasih sebelumnya ya, Mbak," sambung Ria. Mereka nggak sabar untuk bertemu Ayu dan meminta barang-barang dari Arman dikembalikan. Mereka nggak bisa lagi berkomunikasi dengan Ayu soalnya Ayu ngeblok panggilan dari Arman dan sepertinya wanita itu mengganti nomornya, sudah tidak bisa
SEBENING CAHAYA CINTA 22.**PoV AuthorFikar minta kaget melihat keluarga Mbaknya datang kemari lebih tepatnya keluarga mantan Mbaknya datang. Di mana ada ibu, Arum serta Ria yang sengaja datang ke tempat ini. "Ratu, Rani. Kenapa kalian ada di sini? Sekarang jujur sama Nenek. Di mana Ibu kalian?" tanya Bu Heni begitu saja ke cucunya. Sama sekali tidak ada basa-basi, tidak ada bertanya kabar, tidak ada mengucapkan rindu. Malah langsung bertanya to the point ke anak-anak itu. Tidak ada rasa kasih sayang diantara mereka ke Ratu dan Rani. Hanya bertanya seperlunya terhadap apa yang mereka inginkan. "Kami tinggal di sini, Nek. Kenapa Nenek bisa ada di sini?" tanya Ratu. "Ya. Nenek memang ada di sini karena Nenek mau bertemu ibu kamu. Penjaga toko tadi mengatakan kalau ibu kamu pemilik toko ini. Apakah benar?" tanya Bu Heni lagi. "Maaf, sebelumnya ya, Bu. Ada apa mencari Mbak Cahaya dan apakah pantas bertanya hal seperti ini? Kalian siap datang-datang bertanya ke Ratu dan Rani?" tanya
Fikar mencibir gak sangka dengan pemikiran dangkal keluarga mantan suami Mbaknya. Mereka benar-benar gila harta dan hanya mementingkan harta semata. "Sadar, Bu. Bahkan Mbak ku juga nggak dinafkahi secara layak oleh suaminya. Disuruh makan mie instan. Harusnya Ibu sadar diri dan malu mengakui kalau ini adalah milik Ibu. Ini adalah usaha dan kerja keras Mbak ku setelah bercerai dari suaminya, Arman!" Mereka terdiam. Ibu tahu betul kalau memang Cahaya tidak diberikan nafkah secara layak oleh Arman. Tapi bagaimana mungkin dia bisa punya toko seperti ini. Apalagi mereka sering belanja di toko ini. Cahaya benar-benar pintar membodohi mereka. "Maaf sebelumnya apa yang kalian inginkan datang ke sini?" tanya Cahaya. Mereka menatap lekat perempuan yang datang di depan mereka itu wajahnya familiar. "Ayu …" kata Ibu. "Saya bukan Ayu."Cahaya membuka kacamatanya untuk memperlihatkan wajahnya di depan mereka. Mereka tersentak kaget ketika menatap lekat-lekat wanita di depannya. Cahaya dengan
SEBENING CAHAYA CINTA 23. **"Mbak, kamu gak apa-apa?" tanya Fikar. Fikar kasihan ke kakak kandungnya. Setelah drama pengusiran berlalu. Dia pasti tahu sekali bagaimana perasaan kakak kandungnya. Apalagi hidup bertahun-tahun dengan Arman yang hanya memberi kakaknya luka. "Iya, gak apa, tolong kamu jagain Ratu dan Rani," kata Cahaya berlalu. Apa yang terjadi ini cukup mengagetkan. Apalagi keluarga mantan suaminya datang ke Toko dan marah-marah di sana. Cahaya berlalu dari Fikar mencoba menenangkan diri atas apa yang baru saya terjadi. Dia kemudian pergi ke balkon karena di sanalah Cahaya merasa nyaman. Sambil memandangi kendaraan berlalu lalang. Biasanya Cahaya berada di sini sambil minum teh menenangkan dirinya. Beberapa lama berselang berdiam diri. Gawai Cahaya bergetar. Ada panggilan dari Rahma. Kenapa tiba-tiba Rahma menghubunginya? Apakah ada suatu hal yang penting? Bagaimana pula keadaan Rahma karena sudah lama juga Cahaya nggak tahu kabarnya. Setelah Cahaya pulang. Mereka
Arman terdiam. Dia melotot mendengar ucapan Ibu. "Maksud ibu ini apa? Ayu adalah Cahaya? Aku memang berpikir mereka itu mirip. Tetapi kayaknya Ayu bukan Cahaya, Bu. Cahaya itu jelek, gendut jerawatan dan dia nggak mungkin berubah jadi Ayu. Cahaya itu kemana-mana selalu berpakaian lusuh. Nggak punya apa-apa. Sedangkan Ayu dia modis berpenampilan menarik." "Itulah yang ada dalam pikiran kamu. Kamu selalu mengatakan Cahaya itu jelek. Jadi dalam mindset kamu Cahaya selalu jelek. Padahal dia itu berubah untuk menipu kamu. Menipu kita semua!" kata Ibu garang. Bu Heni benar-benar gak menyangka dengan kebodohan anaknya. Kenapa anaknya bisa sebodoh ini mau saja ditipu oleh seorang perempuan. "Benar, Mas. Kami baru aja datang ke Toko Ayu karena kami biasa belanja di sana. Kami live membeli barang-barangnya. Ternyata kami melihat hal yang tak terduga kalau Ayu itu adalah Mbak Cahaya. Sekarang dia udah sukses dan dia pemilik toko. Dia sengaja nipu kamu agar bisa memanfaatkan kamu untuk member
SEBENING CAHAYA CINTA 24. **PoV Cahaya. Aku terperanjat ketika mendengar suara bariton yang menyapaku. "Cahaya, sudah lama datang?" "Eh, Pak Pras. Baru saja," "Kenapa gak ke dalam?" tanyanya lagi lembut. "Anu, Pak. Mbak Rahma sedang tertidur. Nggak enak juga membangunkannya. Tadi saya juga udah bertanya sama suster dan suster bilang Mbak Rahma sudah dikasih obat jadi tertidur sementara. Ya udah biarin aja dulu Mbak Rahma istirahat Nanti saya akan datang lagi kemari," kataku canggung. Entah kenapa rasa canggung itu menyelimuti diriku. Jika saja Mbak Rahma tidak mengatakan yang tidak tidak kepadaku. Mungkin aku tidak merasakan hal seperti ini. Mbak Rahma mengundangku datang ke rumahnya beberapa waktu yang lalu dan dia menyuruhku untuk menggantikan posisi dia sebagai istri untuk suaminya, Pak Pras. Tentu saja aku mikir-mikir dan nggak masuk akal. Aku berpikir, itu hanya suara hati Mbak Rahma yang merasa sedih karena dia menderita penyakit berbahaya. Tapi, tidak sepatunya dia me
"Sebelumnya saya mohon maaf sama kamu. Mungkin apa yang dikatakan Rahma mengganggu pikiran kamu. Kamu tidak perlu terlalu memikirkannya," kata Pak Pras. "Iya, Nggak kok, Pak. Saya sama sekali nggak memikirkannya. Lagi pula saya tahu Mbak Rahma cuma bercanda. Tidak serius dengan itu. Saya mendoakan kesembuhan Mbak Rahma. Semoga Mbak Rahma lekas sembuh dan bisa berkumpul lagi dengan keluarga. Bisa kembali lagi beraktivitas seperti biasa," kataku gak enak hati. Aku bingung mau ngomong apa. Aku juga cuma meringis tanpa berani menatap lawan bicaraku. Rasanya gak pantas saja. Gara-gara Mas Arman aku jadi ilfeel dengan diriku sendiri. Aku merasa belum bisa menikah apalagi menjalin hubungan serius. Jatuhnya, aku lebih ke takut sih. Takut memenuhi benakku. Takut kecewa, takut menderita, dikhianati, di jelekkan, macam-macam rasa takut memenuhi dadaku. "Dokter bilang umurnya sudah gak lama lagi. Saya tahu kalau Dokter bukan Tuhan. Jujur saja saya merasa bersedih kalau kehilangan dia. Setiap m