Evan bergegas naik ke atas menyusul istrinya, dia khawatir jika perempuan itu kenapa-napa. Tangannya tadi begitu dingin saat berpegangan pada tangannya.
Saat masuk ke dalam apartemennya, suasananya begitu sepi. Tiba-tiba saja timbul kekawatiran dalam dirinya, khawatir Anin pergi entah kemana lagi.
"Anin ... sayang!" seru Evan sambil membuka kamarnya.
Kosong tidak ada orang, setengah berlari dia menghampiri pintu kamar mandi. Berpikir jika istrinya ada disana. Dibukanya pintu kamar mandi yang tidak terkunci.
"Apakah Anin tidak ada sini juga?" batin Evan.
Saat pintu terbuka dia sangat lega melihat pemandangan didepannya. Anin tengah mengeringkan diri dengan handuk.
"Mas, apa-apa sih kamu!" pekik Anin sambil segera melilitkan handuk pada tubuhnya.
"Maaf, tidak dikunci kirain gak ada orang. Kenapa sih kaget dan ditutupi
Evan berkendara dengan frustasi menembus padatnya lalu lintas ibu kota. Dia segera pergi meninggalkan pekerjaannya saat mendapatkan telpon dari Meysha yang memberitahukan jika istrinya terjebak di lift bersama dengan adiknya. Kenapa tak bosan-bosannya anak itu terus berada disekitar istrinya.Ponsel Evan kembali berdering, Meysha menelponnya kembali. Kekhawatirannya semakin menjadi, takut adiknya itu melakukan hal yang tidak-tidak pada istrinya."Mas, aku sama Anin sudah ada dirumah sakit. Dia pingsan tadi di dalam lift," ucap Meysha dari seberang telepon."Kirim lokasi rumah sakitnya, biar aku langsung kesana!" pinta Evan.Setelah sambungan telepon terputus, Evan menerima pesan berisi lokasi tempat Meysha dan Anin berada. Evan bergegas menuju rumah sakit tersebut. Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama di jalanan, akhirnya Evan sampai juga dirumah sakit tempat Anin berada.
Pada akhirnya Anin mau menemani mertuanya bertemu dengan Aaira, mereka memilih untuk bertemu di hari Minggu. Selain karena wanita itu libur, Albanna juga bisa ditinggal bersama papanya.Lina memilih untuk bertemu disebuah restoran menjelang makan siang. Dia sengaja tidak memilih private room karena ingin suasananya lebih santai antara dia dan kedua wanita yang memiliki hubungan dengan kedua putranya.Anin dan mertuanya sampai di restoran tersebut menjelang jam sebelas siang, tidak lama kemudian Aaira juga datang dan langsung menuju tempat dimana Anin dan mertuanya duduk.Dalam pandangan Anin, wanita yang bernama Aaira itu cukup sempurna. Pantas saja Kevin bisa tertarik dengannya. Wajahnya terlihat polos dan manis, namun dari gaya berpakaian dan body language-nya terlihat smart. Rambutnya yang panjang dan lurus di kuncir kuda, dengan memakai dress dengan panjang sedikit dibawah lutut membuat
"Enggak serius kok ma, cuma berbincang biasa aja," sahut Anin."Mama sudah dari tadi selesai dari toilet?" lanjutnya bertanya."Enggak, mama baru datang. Kalian serius sekali sampai gak tahu mama sudah disini," jawab Lina."Kalian baru bertemu sudah terlihat akrab, mama harap begitu seterusnya."Obrolan mereka kembali terjadi secara random, setelah itu pada akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kembali karena waktu sudah lewat tengah hari."Kapan-kapan jika kamu libur mama akan ke rumah," ucap Lina pada Aaira.Mereka tengah menunggu supir yang akan menjemput Anin dan mertuanya."Baik, ajak serta mbak Anin dan anaknya biar bisa main dengan Thalia," sahut Aaira sambil memandang pada AninAnin membalasnya dengan anggukan kecil."Mau sekalian bareng?" Lina menawarkan tumpangan saat mobil mereka sudah datang."Tidak perlu, saya naik taksi saja. Pasti kalian akan kerepotan jika mampir kesana
Selepas isya, Evan beserta anak dan istrinya bercengkrama sambil menemani Albanna bermain puzzle."Mas, Meysha ingin kita jalan-jalan dan liburan bersama. Menginap di Villa misalnya. Bagaimana menurut?" tanya Anin membuka percakapan dengan suaminya."Boleh juga tuh, sejak menikah kita belum pergi kemanapun. Kita bisa liburan bersama dengan Meysha dan Fajar sekaligus, sepertinya menyenangkan. Kapan kalian ingin pergi?" tanya Evan."Nanti coba diomongin lagi sama Meysha deh kalau gitu," sahut Anin."Kapan Albanna punya adik?" celetuk Albanna tiba-tiba.Anin dan Evan berpandangan, kenapa tiba-tiba bocah itu ingin memiliki adik."Kenapa Albanna ingin adik?" tanya Anin."Karena Al sudah besar dan ingin punya teman bermain," jawab Albanna."Berdoa sama Allah ya, minta padaNya supaya Albanna cepat punya adik," t
Aaira segera pergi ke restoran sesuai keinginan Kevin, tepat setelah dia masuk kedalam dan sibuk mencari sosok laki-laki itu, datang seorang pelayan yang kemudian membawanya ke sebuah privat room.Sesampainya di ruangan pribadi itu, Kevin sudah menunggunya dengan santai dan dengan hidangan yang sudah tersedia."Gimana kabarmu?" Kevin mengulangi pertanyaan yang sama seperti yang dia tanyakan saat di kantor tadi pagi."Aku baik-baik saja, papamu sudah menjagaku dan putriku dengan baik," jawab Aaira yang sudah duduk sempurna dihadapan Kevin. Mereka dipisahkan oleh meja yang sudah terisi dengan beberapa menu."Mungkin suatu saat aku bisa mengambilnya dari kalian semua, biar beliau hanya menjaga kami saja. Aku ingin tahu gimana kalian merasakan rumah tangga yang rusak," lanjutnya.Aaira berkata dengan santai, menatap kearah Kevin. Ingin melihat reaksinya bagaimana jika ay
Fajar memeluk dengan erat pinggang istrinya sambil menciumi rambutnya yang sudah terbuka tanpa hijab."Mas, apa tidak apa-apa jika kita melakukan ini?" tanya Meysha pada sang suami."Tidak apa-apa, aku akan melakukannya dengan perlahan. Mana mungkin aku akan menyakiti calon buah hati kita," sahut Fajar.Dikecupnya kening Meysha dengan penuh kelembutan. Setelah selesai sarapan pagi, Fajar menarik tangan Meysha ke kamar mereka. Suasana pegunungan yang sejuk dan tenang membuat hasratnya bergejolak di pagi hari.Apalagi sejak satu bulan yang lalu setelah dokter bilang Meysha hamil 4 minggu, sejak saat itu juga Fajar menahan diri untuk tidak menyentuh isterinya.Mereka berbagi peluh dengan penuh kelembutan, menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara khasnya dengan kencang. Mereka sedang tidak ada
Sudah hampir satu bulan Anin terlambat datang bulan, tapi dia belum juga memeriksakan dirinya. Bahkan Evan pun tak menyadari jika istrinya sudah terlambat datang bulan cukup lama. Kebiasaanya menempel pada sang suami dianggap Evan sebagai keinginannya untuk bermanja-manja.Minggu pagi, Kevin datang ke apartemen mereka. Kali ini dia selalu datang jika ada kakaknya, selain itu Anin mulai terbiasa kembali melihat adik iparnya.Kevin sengaja datang untuk meminjam Albanna, dia bilang jika Thalia hampir seumuran dengan Albanna jadi laki-laki itu meminjamnya agak bisa dekat dengan putrinya jika ada Albanna juga bersamanya.Evan tidak bisa membiarkan putranya pergi berdua saja dengan adikknya dan memutuskan untuk ikut pergi bersama mereka ke rumah Aaira. Toh selama ini Evan belum pernah bertemu secara langsung dengan, jadi dia pikir inilah saatnya.Sepeninggal anak dan suaminya, Anin berpikir un
Evan memasukkan password pintu apartemennya dengan tidak sabaran, dia segera ingin bertemu dengan istrinya. Suasana rumah terlihat seperti, siang-siang begini mungkin Albanna sedang tidur siang bersama bundanya.Laki-laki itu memilih untuk melihat dulu di kamar Albanna yang ternyata hanya ada putranya tertidur sendirian. Berarti istrinya ada di kamarnya.Bergegas dia menuju ke kamarnya bersama Anin, Wanita itu tampak tertidur dengan pulas di atas ranjang. Tanpa berniat untuk membangunkannya, Evan ikutan tidur dan memeluk istrinya dari belakang. Tangannya mengelus perut yang masih datar itu.Anin merasa terganggu dan terbangun dari tidurnya."Apakah ini sudah sore, apa aku tidur terlalu lama. Dimana Albanna, kenapa dia tidak membangunkan bundanya?"Mulut Anin tidak berhenti berbicara tapi matanya masih terpejam. Dia hanya merubah posisinya menghadap pada Evan, memeluk
"Kenapa kita harus merayakan hari itu mas, kenapa kamu melakukan hal yang membuatmu bersedih?" tanya Anin sambil menyisir rambut Evan dengan jari-jari tangannya. "Aku melakukannya untuk menghargai apa yang aku miliki sekarang," jawab Evan. "Aku harus selalu mengingat apa yang aku lakukan dulu kepadamu membuat penderita untukku sendiri, sehingga dimasa depan aku harus selalu berhati-hati dalam bertindak.""Kamu tahu, saat aku tahu kejadian yang sebenarnya menyimpan hatiku sangat hancur dan merasa bersalah. Ditambah lagi aku tahu jika kamu hamil dan pergi bersama calon bayi kita, kamu tidak mencariku dan meminta aku bertanggung jawab atas anak itu, tapi malah pergi tanpa jejak. Bertahun-tahun lamanya aku tidak bisa menemukanmu. Malah kita tidak sengaja bertemu saat Fajar memintaku membangun gedung di desa itu."Mata Evan menerawang mengenang masa itu, masa terberat dalam hidupnya. "Apa kamu mencari kami?" tanya Anin. Tangannya masih terus membelai rambut suaminya. "Tentu, dan saat a
"Tanggal berapa ini mas? mana ada kita menikah tanggal ini?" tanya Anin. "Sudah pokoknya kita makan saja dahulu, nanti baru kita bahas masalah itu." Evan berkata sambil membimbing istrinya duduk di kursi dan mengajaknya menikmati makanan. Anin mendesah panjang dan mengikuti perkataan suaminya, toh dia juga sudah lapar. "Eh tapi kita belum mandi loh mas," ucap Anin. Dia ingat kalau mereka baru saja pulang dan bahkan belum membersihkan diri. "Mau mandi bersama dulu?" tanya Evan menggoda. "Isshh kamu ini! aku mau mandi dulu baru makan biar segar dan makannya enak." Tanpa menunggu persetujuan dari suaminya, Anin bangkit dari kursi dan berjalan ke arah kamarnya untuk mandi dulu. Anin berpikir jika acara perayaan pernikahan itu hanya akal-akalan suaminya saja. Melihat istrinya pergi, akhirnya Evan juga memilih untuk mandi terlebih dahulu. Sepertinya makan setelah mandi lebih baik daripada seperti ini. Evan menunggui istrinya mandi sambil melihat-lihat layar ponselnya, kali ini dia ti
Di ruangannya, Evan sedang memberikan instruksi kepada sekertarisnya, Veronica. Dia ingin wanita itu melakukan sesuatu yang pribadi untuknya. Terakhir kali dia meminta untuk melakukan hal itu dan sukses, itu saat dirinya menyuruh Veronica menjemput Anin ke rumah dan mengatakan bahwa dirinya sakit dan dirawat di hotel. Semua berjalan dengan lancar, dan Anin datang begitu saja ke hotel tersebut."Pastikan semua berjalan lancar dan sempurna ya," pesan Evan sebelum sekretarisnya tersebut keluar ruangannya."Siap pak!" jawab Veronica. Setelah memastikan atasannya tidak memberikan instruksi lagi, wanita itu berpamitan ke luar dari ruangan bosnya. Evan tersenyum puas melihat segala sesuatu yang di persiapkan untuk memberikan kejutan kepada istrinya sudah hampir sempurna. Laki-laki itu meraih smartphone miliknya yang tergeletak di atas meja kerjanya. Segera dia menghubungi istrinya. "Sayang, hari ini pulang seperti biasa kan?" tanya Evan kepada Anin yang berada di ujung telpon."Iya mas, k
"Kopinya mas," ucap Meysha sambil meletakkan secangkir kopi dan sepiring gorengan di atas meja tempat dimana suaminya duduk.Fajar sedang duduk di ruang tamu sambil sibuk di depan laptopnya, pekerjaan sebagai dosen sebuah universitas membuatnya kadang harus menyelesaikan beberapa hal dirumahnya. "Terimakasih, Fattah sudah tidur?" tanya Fajar. "Sudah mas, gak lama masuk ke kamar langsung tidur dia," jawab Meysha. Wanita itu duduk disamping suaminya dan ikutan menatap ke arah layar datar yang tengah menyala menampilkan tampilan Microsoft powerpoint. Mungkin itu materi yang akan digunakan untuk mengajar besok."Sibuk mas, apa aku menganggumu jika aku duduk disini?" tanya Meysha. "Enggak kok, ini sudah selesai." Fajar berkata sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa dan merenggangkan otot-ototnya. "Lelah? sini aku pijitin."Tanpa menunggu persetujuan dari suaminya, Meysha langsung memijit pundak Fajar. Laki-laki itu diam dan menikmati pijatan lembut dari istrinya. "Kamu tidak menyesal m
Mobil Evan memasuki pekarangan rumah baru Kevin dan Aaira dan berpapasan dengan sebuah mobil yang juga hendak keluar dari tempat itu. Tak lama berselang, mobil Fajar dan Meysha juga masuk ke halaman rumah yang cukup luas tersebut. "Itu tadi sepertinya mobil kakak," ucap Evan."Apa kita terlambat?" tanya Anin. "Harusnya tidak, kita datang di jam yang seperti di katakan oleh Kevin kok."Mereka berdua keluar dari mobil, Anin mengendong putrinya. Lalu kemudian memberikannya kepada Evan dan dia sendiri menuntun Albanna, lalu mereka berjalan beriringan masuk ke dalam rumah yang diikuti oleh Fajar dan Meysha. Aaira langsung menyambut kedatangan mereka dan membawanya ke dalam, melewati ruang tamu yang cukup luas dan nyaman. Hingga akhirnya mereka sampai di bagian belakang rumah tersebut. Bagian belakang yang sangat luas, ada meja makan panjang berisi berbagai makanan yang menghadap langsung ke arah kolam renang. Ruangan semi outdoor tersebut, sangat nyaman dan luas. Di bagian pinggir-pingg
Anin segera membukakan pintu untuk tamunya. Didepan pintu nampak dua orang dewasa dengan satu anak kecil di antara mereka."Maaf menganggu waktunya," ucap Tania."Ah enggak kok mam, silahkan masuk," sahut Anin sopan kemudian mempersilahkan tamunya masuk. Papa Kaira, atau suami Tania ikut masuk dengan membawa tentengan goodie bag di kedua tangannya. Anin sampai memandang tak percaya karena kedua tangan tamunya penuh dengan bawaan. Anin dan Evan mempersilahkan kedua tamunya duduk, sedangkan Kaira langsung akrab dengan Albanna dan bermain bersama dengan adiknya juga, meraka bermain di atas karpet yang sengaja di gelar untuk Albanna dan adiknya bermain. "Maaf kami menganggu waktu bersantai bunda," ucap Tania."Kami datang untuk berterima kasih dan berpamitan, berterima kasih karena bunda sudah menjaga putri kami dengan baik selama ini," lanjutnya."Itu sudah tugas kami mam," sahut Anin. "Lalu kami kesini juga mau berpamitan karena seperti yang bunda tahu jika kami akan berpindah ke lu
Evan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh mereka yang terbuka. Dia tidak menyangka jika istrinya akan menggodanya terlebih dahulu. Ditatapnya wajah Anin yang memejamkan mata sambil memeluknya, menggunakan lengannya sebagai bantalnya. Evan tahu jika Anin belum tertidur, tapi dia enggan untuk membuat percakapan dengan istrinya. "Tadi Bella menemuiku di daycare," ucap Anin membuka suara. "Lalu?" tanya Evan. "Dia memperingatkan diriku untuk menjagamu, memperhatikanmu agar kamu tidak berpindah tangan ke wanita lain. Mungkin yang dia maksud wanita lain itu dirinya," ucap Anin menjelaskan. "Oh jadi karena hal ini kamu begitu manis hari ini?" ucap Evan dalam hati. Awalnya tadi dia ingin memberitahu jika Bella sudah menikah, dan pertemuannya tadi di pusat perbelanjaan untuk memperkenalkan suaminya sekaligus berpamitan dengannya. Bella bilang akan tinggal bersama suaminya di luar negeri. Tapi karena Anin begitu berubah karena kedatangan Bella, akhirnya Evan memutuskan untuk tidak
Anin segera membuka pintu apartemennya dan bergegas masuk kedalam. Saat hendak menuju kamarnya, Anin melihat pembantu rumah tangganya sedang merapikan kulkas. Nampak olehnya terdapat beberapa kantong belanjaan. Sepertinya suaminya sudah kembali dari berbelanja seperti perkiraannya. "Mas Evan dimana bik?" tanya Anin."Tadi setelah menemani nak Albanna tidur siang, bapak masuk kamar sepertinya."Anin segera masuk ke kamarnya, terlihat Evan tengah tertidur pulas di atas ranjang. Melihat suaminya masih tertidur, wanita itu pergi ke kamar mandi. Mencuci muka, membersihkan dirinya lalu berganti pakaian dengan baju rumahan. Setelah itu menyusul suaminya naik ke atas tempat tidur. Evan yang tertidur dengan posisi miring, membuat Anin memeluk tubuh suaminya dari belakang. Evan terbangun dan mengeliat merasakan ada seseorang memeluknya."Kamu sudah pulang?" tanya Evan saat menyadari tubuhnya dipeluk oleh istrinya. Lantas dia berbalik menghadap ke arah Anin."Sudah," jawab Anin singkat."Daycar
"Wooww ... Seorang Nevan Adiguna berbelanja kebutuhan rumah tangga sendirian? sungguh pemandangan yang tidak biasa," sapa seorang wanita dari arah belakang Evan. Secara refleks Evan membalikkan badannya menghadap ke arah suara yang menyapanya barusan. "Bella ...." gumamnya."Apa kamu sudah beralih profesi menjadi bapak rumah tangga?" ejek Bella lagi. "Tidak sopan!" sahut Evan. Bella tertawa melihat Evan tidak suka di ejek olehnya. "Hai jagoan? apa dia papamu?" tanya Bella pada Albanna yang sedang berdiri di samping Evan. "Iya Tante," jawab Albanna sambil tersenyum. "Siapa namamu?" tanya Bella lagi. "Albanna," sahut Albanna."Anak yang manis," ucap Bella sambil mencubit pipi Albanna dengan gemas. "Jangan cubit-cubit tante, Albanna sudah besar!" seru Albanna tidak suka."Wow ... Kamu galak seperti papamu," goda Bella lagi. Kali ini tangannya mengacak-acak rambut bocah itu.Ini adalah kali pertama Bella bertemu dengan putra pertama Evan, jadi wajar saja jika dia bahkan tidak tah