“Bagaimana keadaannya, dok?” Mikel menatap sang dokter dengan tatapan khawatir.“Dia kehilangan kesadarannya saat mandi, sepertinya dia kebanyakan pikiran.” Sang dokter menatap Mikel dengan dahi mengernyit. Lalu ia menuliskan resep dengan cepat.“Kenapa dia belum sadar, dok?” tanyanya tak peduli dengan tatapan curiga sang dokter tersebut padanya.Sang dokter menghela nafas, lelaki itu dokter keluarganya jadi sudah sangat tahu dengan sikap Mikel. “Sebentar lagi dia akan sadar jangan khawatir,” jawab dokter tersebut dengan senyum tipis.Mikel mengangguk dan menerima resep dokter tersebut, lalu mengantar sang dokter ke parkiran.Setelah melihat mobil sang dokter berlalu, Mikel merogoh sakunya dan menghubungi seseorang dengan suara datar. Setelah selesai ia kembali berjalan menuju kamar Fara.“Bi, masakkan bubur untuk Fara!”“Baik, Tuan.”Mikel berjalan dengan sedikit lebih cepat. Setelah sampai ke kamar Fara, ia kembali duduk di sisi ranjang Fara sambil menggenggam lengan Fara yang lemas
“Dad, kenapa membawa Fara ke sini?” Fara merasa tidak nyaman dengan tatapan Mikel. Jantungnya berdegup kencang. Perasaannya semakin tidak karuan. Seandainya Mikel terlahir bukan sebagai ayah angkatnya dia akan menghambur ke pelukan lelaki itu.“Ah, daddy membawamu ke sini agar oma tidak memarahimu. Pergilah ke kamar dan jangan lupa minum obatmu!” jawab Mikel setelah tersadar dari lamunannya.Fara menghela nafas lega. Hampir saja ia salah sangka pada tatapan Mikel. Tanpa menjawab ia pun keluar dari ruangan Mikel.Mikel terduduk di kursi kerjanya sambil menguras wajahnya kasar.“Argh!” erangnya tertahan.Ia benar-benar merasa frustasi. Ia menatap lembaran kertas di meja kerjanya dengan tatapan tidak berminat untuk menyentuhnya.Ia pun memilih keluar kembali dari ruang kerjanya dan menyambar kunci mobil.“Mikel, mau ke mana?” Sarah menyapa Mikel yang duduk bersama sang ibu di ruang tamu.Mikel memutar bola matanya malas. “Ma, Mikel keluar sebentar menemui Samuel.”“Sayang, sekalian antar
Fara menatap Mikel yang terus bekerja dan mengabaikannya dengan sengaja. Ia mencabikkan bibirnya karena kesal. Ia tidak suka didiami.“Dad!”Mikel menghentikan pekerjaannya. Ia menahan senyum karena tahu Fara kesal karena ia diami. “Hmm,”“Jika daddy terus mendiamiku seperti ini. Aku akan menghubungi Steven!” ancamnya.Raut wajah Mikel berubah keras dan penuh amarah. Ia menatap Fara sejenak lalu ia berdiri menghampiri putrinya itu.“Ulang lagi!”Fara sedikit gelagapan ketika Mikel mendekatinya. Wajahnya pucat pasi. Jantungnya berdetak hebat. “Dad,” cicitnya.Mikel seperti kehilangan kesadarannya. Ia terus mendekatkan wajahnya ke wajah Fara. Tangannya terangkat dan merapikan rambut Fara yang menutupi garis wajahnya. “Kamu mengancam daddymu, hmm?” Mata Mikel menatap manik Fara tajam dengan suara yang serak dan berat.Fara menggeleng, ia semakin kelagapan karena melihat binar Mikel yang berbeda kali ini. “Dad!” hanya itu yang bisa keluar dari mulut Fara. Ia tidak tahu apa yang ada di kep
“Kau menemui anak itu?” Mikel menatap Fara yang mendatangi ruang kerjanya.Fara menatap sang daddy dengan lekat. “Daddy, Fara ingin dengar langsung dari daddy. Apa benar daddy yang melakukan itu pada Steven?”Mikel menghela nafas kasar. Ia meletakkan penanya dengan sedikit kasar. ”Anak itu benar-benar sudah meracuni pikiranmu Fara. Daddy percaya kamu sudah cukup dewasa menyikapi masalah ini.” Mikel berdiri dari kursinya dan mendekati Fara yang sedang berdiri di depan meja kerjanya.Fara terdiam. Matanya menatap lekat manik Mikel, dia melihat tidak ada sesal di sana. “Fara berharap daddy tidak menyakiti orang yang Fara cintai!” ucapnya dengan sedikit keras. Tangannya terkepal, menandakan ia mencoba untuk terlihat baik-baik saja.Mikel mengernyitkan dahinya. Kemudian memiringkan kepalanya mencoba mencerna perkataan Fara. “Cinta?” Mikel berharap dia salah dengar.“Ya, Fara mencintai Steven dad!” ulangnya dengan segenap keberanian yang tersisa.Lutut Mikel rasanya lemas, ia tak menyangka
“Apa aku salah lihat?” Samuel menatap Fara heran setelah duduk di sampingnya.“Wanita itu benar-benar menjijikkan!” umpat Fara menatap jalanan di depannya dengan tatapan datar.Samuel menggeleng pelan sambil ia melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata. “Kamu pulang jam berapa?”“Kak, apa pekerjaanmu tidak banyak? Daddy keterlaluan menjadikanmu sopir,” ujar Fara ketus.“Aku lebih suka mengantar-jemput kamu daripada harus menyelesaikan pekerjaan yang sangat menguras pikiran di kantor,” akunya dengan senyum mengembang.“Nanti agak sedikit lama, kak.”“Hmm, nanti tinggal hubungi saja, ya.”Fara mengangguk setuju tanpa mengeluarkan sepatah katapun lagi. Bayangan senyum kemenangan Sarah melekat dikepalanya. Ia sangat membenci wanita itu, terutama hari ini. Entah kenapa ia sangat jengkel ketika Mikel meladeni Sarah.Fara menggeleng pelan. Tidak mungkin! pekiknya dalam hati. Ia tidak mungkin cemburu pada wanita itu. Dia seharusnya senang Mikel menemukan wanita yang bisa mengisi hatinya yan
Mikel sedang mengunjungi club yang sudah lama tidak ia datangi. Ia menegak minuman tanpa pikir panjang.“Tuan, apa kabar? Sudah lama tidak ke sini!” ucap seorang wanita dengan senyum memikat.Mikel menatap sekilas wanita itu, lalu ia mendengus berat. Seolah ia sedang menanggung beban yang tak bisa ia pikul. “Apa kau sibuk malam ini?”Wanita itu menggeleng cepat, ia sangat paham Mikel. Dia tidak meminta Mikel menginap terang-terangan, karena dia tahu Mikel tidak suka itu. “Aku akan mengosongkan jadwalku malam ini kalau Tuan menginginkanku,” ucapnya dengan senyum mengembang.“Hmm, aku butuh kamu malam ini.”Mikel kemudian berdiri dan langsung keluar club yang diikuti oleh wanita itu. Di dalam mobil Mikel enggan mengeluarkan sepatah katapun, ia memilih diam. Begitu juga dengan wanita berpakaian sexy itu dia juga tak mengucapkan sepatah katapun.Mikel menyukainya karena wanita itu sangat peka dan tahu kalau Mikel tidak suka banyak bicara.Setelah sampai, di sebuah hotel. Mikel membuka jas
"Apa yang terjadi?" Mikel melihat Fara menatapnya dengan mata yang memerah serta bawah mata yang bengkak."Daddy lembur?" jawabnya dengan suara datar dan penuh penekanan."Hmm, kenapa kamu belum siap-siap? Itu mata kenapa?" Mikel tidak bisa mengabaikan keadaan Fara yang terlihat berantakan."Kenapa ponsel daddy tidak bisa di hubungi?" Ia melihat Mikel dengan tajam.Mikel menghela nafas kasar. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. "Bi!" teriaknya dengan suara menggelegar."Ia Tuan," jawab salah satu pelayan di rumah dengan jalan cepat."Kalian kemana saja! Kenapa tidak tahu kalau nona Fara sedang sakit!" Matanya melotot kepada wanita di depannya itu."Maaf, Tuan...""Daddy!" Fara membentak Mikel karena tidka suka melihat para pelayan kena imbasnya."Kenapa? Mereka tidka melakukan pekerjaan mereka dengan benar. Kenapa saat kau membutuhkan mereka, dimana mereka?" jawab Mikel dengan suara masih keras."Daddy, aku bukan sakit. Tapi gak bisa tidur karena daddy belum pulang. Fara pikir daddy ke
Mikel melihat Fara yang berjalan ke arahnya dengan mengenakan gaun peninggalan almarhum istrinya. Kenangan akan masa indahnya kembali terputar di kepalanya. Wanita yang lembut itu selalu membuatnya nyaman dan damai."Dad, malah bengong. Ini pakaian siapa? Oma?" Fara menghampiri Mikel yang duduk di sofa sambil menatapi gaun sederhana yang ia kenakan."Eh, itu....Sudah ayo makan malam dulu. Pasti kamu sudah lapar habis main air kelamaan," ucap Mikel sambil berdiri dari duduknya."Daddy, siapa yang masak?" Fara sedikit berlari mengekori Mikel karena langkah lebar daddynya itu cukup membuatnya kewalahan."Di sini hanya ada kita berfua. Jadi siapa lagi kalau bukan daddy," jawab Mikel sambil menarik kursi untuknya.Fara mengangguk, ia melihat nasi goreng yang cukup menggiurkan di depannya. "Daddy bisa masak ini?" ucapnya dengan kagum. Tampilan makanan di depannya semakin menggoda perut laparnya.Mikel tersenyum lebar."Makanlah, nanti keburu dingin!"Fara mengangguk tanpa mengucapkan sepa
“Ma, kalau perlu apa-apa panggil bibi ya,” ucap Mikel sambil menyelimuti sang ibu.“Akh, serasa sakitku hilang sebagian!” ucap Maria sambil menghela nafas lega.Mikel tersenyum, lalu ia keluar dari kamar sang ibu.“Kamu masih di sini?” Ia melihat Samuel masih duduk di ruang tamu.“Apa kau akan terus-terusan seperti ini?” Samuel menatap Mikel lekat. Wajah itu semakin tirus dan bulu-bulu di wajahnya bertumbuhan tidak terurus.Mikel tersenyum kecut. “Aku hanya bisa menikmati sisa hidupku dengan damai Sem, jangan membuatnya semakin rumit.”Sem menghela nafas berat, lalu ia berdiri. “Kamu sungguh menyerah, akh! Aku sungguh kehilangan dirimu yang dulu, Bos!” ucapnya dengan nada kecewa.Mikel hanya dia, ia tidak peduli dengan apa yang dikatakan Sem, yang ia tahu Fara baik-baik saja itu sudah cukup baginya.Di tempat lain ternyata Fara tidak sebaik apa yang dipikirkan Mikel. Dia terduduk di lantai sambil bersandar di ranjang kecilnya. Air matanya menetes. Ya, dia sangat merindukan Mikel dan i
“Kamu ingin mati, hah!” Sarah menatap Steven nyalang karena menjemputnya terlambat dan sudah sangat malam.“Maaf aku terlambat karena…”“Kau kemana saja,” potong Sarah dengan senyum menyeringai.“Aku pergi menemui sahabatku, dan aku yakin kau tidak senan jika mengetahuinya,”jawab Steven dengan sedikit meyakinkan.Sarah menghela nafas berat, ia pun masuk ke dalam mobil dengan marah. hanya saja itu informasi yang bagus untuknya.“Kau masih berhubungan dengannya?”“Hmm, baru hari ini. Aku sungguh berterima kasih padamu.” Steven menatap Sarah dengan tulus.Sarah merasa sedikit kecewanya terobati. Ketulusan Steven sampai padanya dan membuatnya merasa damai.“Apa dia tidak melanjutkan kuliahnya?”“Kami tidak sampai membahas itu.Sarah kemudian diam, ia menatap jalanan menuju apartemen. “Apa tujuan orang tuamu membuatmu tinggal di sini?”Steven menatap Sarah sejenak, sebelum mereka keluar dari mobil. “Ini permintaan Tuan Mikel. Sekarang sudah tidak ada lagi artinya bagiku karena aku bisa ber
“Sarah! Diaman sarapanku?” Pagi-pagi Steven sudah teriak-teriak karena tidak mendapati sarapannya.Sarah berlari dari kamarnya. “Aku baru selesai mandi, tak bisakah kau menunggu sebentar,” jawabnya dengan tatapan tajam.“Ohh, kau membentakku. Kalau tidak suka, keluar dari rumahku!” teriak Steven dengan sungguh-sungguh.Sarah mendengus kesal, iapun mengentakkan kakinya berjalan menuju dapur. Memasak bukan hal yang sulit bagi Sarah, ia cukup lihai pada hal itu. Ia memasak sambil komat-kamit mengutuk Steven.“Jangan mengutukku,” ucap Steven dari ruang tamu yang terhubung langsung ke dapurnya.Sarah memasak dengan kepala yang masih terbalut handuk. Ia merasa benar-benar seperti pembantu sekarang. Dengan sigap ia menyajikan makanan itu di hadapan Steven.“Ini sarapanmu.”Steven tersenyum riang, entah kenapa masakan Sarah selalu membuatnya ketagihan.“Seharusnya kau buka restoran saja, alih-alih menjadi model memampangkan tubuhmu di setiap media,” ucap Steven sambil mengunyah makanannya den
Seminggu sudah berlalu setelah Fara meninggalkannya. Mikel hanya bisa menyibukkan dirinya dan menemani sang ibu di rumah sakit.Mikel menyuapi sang ibu dengan pakaian dari kantor. Kemejanya ia gulung hingga siku. Rambut-rambut tipis di area bingkai wajahnya bulai terlihat.“Sayang, kamu pasti sangat lelah. Mama bisa kok ditemani perawat,” ucap Maria mulai tidak tega melihat anaknya yang kelelahan.“Tidak apa-apa, Ma. Lagian malas pulang juga,” jawabnya dengan senyum yang ia paksakan.Maria terdiam, ia merasa kata-katanya tercekat di tenggorokan. Ia mulai merasa bersalah karena telah memojokkan Fara sehingga gadis itu telah keluar dari kehidupan putranya.‘Bukanlah selama ini, itu yang kuharapkan?’ pekiknya dalam hati.“Ma, kok melamun. Ayo dikunyah makanannya. Obatnya udah menunggu tu,” ucap Mikel dengan sedikit candaan.Maria mencoba tersenyum. Ia berusaha menutupi sedihnya. Kini ia tak bisa berjalan seperti biasanya lagi. Butuh waktu lama untuk ia kembali seperti semula.“Ma, tumben
“Apa?” Samuel menatap Mikel dengan tidak percaya.Mikel mengangguk, “Aku harus mencarinya ke mana?” ucapnya dengan frustasi. Ia tak mendapati Fara di rumah pagi ini. Dan ia telah menjelaskan pada Samuel tentang kebodohannya menyatakan perasaan pada Fara.“Sungguh mengejutkan, tapi…ah sudahlah! Aku akan mencarinya,” jawab Samuel tidak terlalu yakin.“Hmm, sepertinya aku harus membiarkannya kali ini. Tapi aku harus tahu keberadaannya,” ucap Mikel menatap Samuel sendu.“Itu keputusan yang baik. Kau juga butuh pikiran yang jernih sekarang,” jawab Samuel membenarkan tindakan Mikel.Mikel hanya mengangguk walau ia sangat khawatir tentang keberadaan Fara. Ia sungguh menyesal karena tidak sabar mengatakan hal mengejutkan itu di situasi genting kemaren.“Sudahlah, kamu pergi ke rumah sakit dan urus tante saja. Hari ini kamu tidak ada jadwal, karena kemaren kamu tidak bisa dihubungi aku telah mengalihkan semua jadwalmu.”“Ah, terimakasih Sem. Aku tidak tahu seperti apa perusahaan ini jika tidak
Mikel dan Fara sedang duduk di ruang tamu sambil menyaksikan televisi. Fara sibuk dengan cemilan di tangannya sedangkan Mikel menatap lurus ke televisi tapi pikirannya sibuk dengan hal lain.Srek!Pintu terbuka membuat Mikel mengernyitkan dahinya begitu juga dengan Fara. Mereka saling bertatapan karena menyadari tidak ada orang lain di tempat itu.“Ternyata kalian di sini!”Mikel dan Fara sangat kaget melihat Sarah berdiri sambil menatap mereka dengan sinis. Tanpa disuruh dia duduk di sofa dan menatap Mikel tajam. “Kau menolakku demi gadis ini?” ucapnya tanpa basa-basi.“Sarah!” teriak Mikel, ia tidak ingin Fara mendengarkan hal yang benar itu.“Kenapa, kau takut dia akan meninggalkanmu? Tentu saja, semua orang akan menertawakan kegilaan ini,” jawab Sarah dengan penuh keyakinan.Fara tercengang dan hampir tak mengerti apa yang dikatakan Sarah, tapi perlahan kepalanya mulai mencerna ucapan wanita itu. Jelas sekali Sarah cemburu padanya, bukan sebagai anak angkat tapi sebagai wanita.“
Mikel melihat Fara yang berjalan ke arahnya dengan mengenakan gaun peninggalan almarhum istrinya. Kenangan akan masa indahnya kembali terputar di kepalanya. Wanita yang lembut itu selalu membuatnya nyaman dan damai."Dad, malah bengong. Ini pakaian siapa? Oma?" Fara menghampiri Mikel yang duduk di sofa sambil menatapi gaun sederhana yang ia kenakan."Eh, itu....Sudah ayo makan malam dulu. Pasti kamu sudah lapar habis main air kelamaan," ucap Mikel sambil berdiri dari duduknya."Daddy, siapa yang masak?" Fara sedikit berlari mengekori Mikel karena langkah lebar daddynya itu cukup membuatnya kewalahan."Di sini hanya ada kita berfua. Jadi siapa lagi kalau bukan daddy," jawab Mikel sambil menarik kursi untuknya.Fara mengangguk, ia melihat nasi goreng yang cukup menggiurkan di depannya. "Daddy bisa masak ini?" ucapnya dengan kagum. Tampilan makanan di depannya semakin menggoda perut laparnya.Mikel tersenyum lebar."Makanlah, nanti keburu dingin!"Fara mengangguk tanpa mengucapkan sepa
"Apa yang terjadi?" Mikel melihat Fara menatapnya dengan mata yang memerah serta bawah mata yang bengkak."Daddy lembur?" jawabnya dengan suara datar dan penuh penekanan."Hmm, kenapa kamu belum siap-siap? Itu mata kenapa?" Mikel tidak bisa mengabaikan keadaan Fara yang terlihat berantakan."Kenapa ponsel daddy tidak bisa di hubungi?" Ia melihat Mikel dengan tajam.Mikel menghela nafas kasar. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. "Bi!" teriaknya dengan suara menggelegar."Ia Tuan," jawab salah satu pelayan di rumah dengan jalan cepat."Kalian kemana saja! Kenapa tidak tahu kalau nona Fara sedang sakit!" Matanya melotot kepada wanita di depannya itu."Maaf, Tuan...""Daddy!" Fara membentak Mikel karena tidka suka melihat para pelayan kena imbasnya."Kenapa? Mereka tidka melakukan pekerjaan mereka dengan benar. Kenapa saat kau membutuhkan mereka, dimana mereka?" jawab Mikel dengan suara masih keras."Daddy, aku bukan sakit. Tapi gak bisa tidur karena daddy belum pulang. Fara pikir daddy ke
Mikel sedang mengunjungi club yang sudah lama tidak ia datangi. Ia menegak minuman tanpa pikir panjang.“Tuan, apa kabar? Sudah lama tidak ke sini!” ucap seorang wanita dengan senyum memikat.Mikel menatap sekilas wanita itu, lalu ia mendengus berat. Seolah ia sedang menanggung beban yang tak bisa ia pikul. “Apa kau sibuk malam ini?”Wanita itu menggeleng cepat, ia sangat paham Mikel. Dia tidak meminta Mikel menginap terang-terangan, karena dia tahu Mikel tidak suka itu. “Aku akan mengosongkan jadwalku malam ini kalau Tuan menginginkanku,” ucapnya dengan senyum mengembang.“Hmm, aku butuh kamu malam ini.”Mikel kemudian berdiri dan langsung keluar club yang diikuti oleh wanita itu. Di dalam mobil Mikel enggan mengeluarkan sepatah katapun, ia memilih diam. Begitu juga dengan wanita berpakaian sexy itu dia juga tak mengucapkan sepatah katapun.Mikel menyukainya karena wanita itu sangat peka dan tahu kalau Mikel tidak suka banyak bicara.Setelah sampai, di sebuah hotel. Mikel membuka jas