CHRISTIAN'S POV"Aku ke ke rumah sakit bertemu Lucas dan selanjutnya di jalan pulang aku bertemu dengan Cody. Ceritanya sangat panjang. Aku lelah sekali," jawab selena dengan mata lelah. Dia terlihat benar benar ingin merebahkan diri."Kau tidak boleh tidur sampai kau menceritakan apa yang terjadi," ucapku dengan tegas. Karena aku tidak mau dia menutup nutupi apapun dariku."Kau sangat egois sekali Christian. Aku lelah, aku ingin tidur. Seharusnya kau mengerti aku. Aku perempuan . Jadi tolonglah ,aku ingin tidur sekarang. Besok aku berjanji akan menceritakan semua yang terjadi hari ini," jelas gadis dengan kedua mata kecil itu. Terlihat jelas nafasnya berat. Sepertinya Selena marah sekali denganku."Baiklah ,aku pegang janjimu," ucapku dengan menatapnya tajam.Kini Selena membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Tiba tiba saja ponselku berdering. Aku segera mengangkatnya."Halo ayah?""Cepat! ayah ingin Vidio call denganmu," kata ayah dengan terburu buru.Aneh sekali sebenarnya apa yan
"Ya karena aku masih memiliki hati nurani. Aku tidak sepertimu. Saudaramu jatuh sakit di rumah sakit. Tapi kau tidak menengoknya," ucap Selena dengan tegas. Dia benar benar menyindirku. Aku hanya bisa terpaku sekarang. "Kau berani sekali denganku ya," aku mengangguk angguk menatapnya tajam. "Aku tidak mungkin meninggalkan Cody begitu saja saat tidak ada seorangpun yang menolongnya. Dia tinggal sendiri di kota ini," ucap Selena dengan jelas. "Baiklah kalau begitu kau tidak usah lagi bertemu dengan Cody. Itu akan membuat hidupmu tambah rumit. Kau telfon saja polisi. Ceritakan apa yang terjadi. Mereka pasti bisa mengurus Cody," "Baiklah akan aku lakukan. Terimakasih atas usulmu," ucap Selena dan kini dia berdiri dari posisi duduknya. "Kita belum selesai bicara," ucapku dengan tegas. Selena menggaruk kepalanya dengan malas. Lalu duduk kembali menatapku dengan datar seakan ingin cepat cepat aku berbicara. "Siapa lili dan Sarah?" tanyaku dengan serius . "Apa? Lili dan Sarah? Kau
Selena's POVPagi ini aku ingin sekali menikmati suasan pagi di sekitar kota. Aku ingin berjalan jalan menikmati udara pagi di taman. Karena aku bosan harus melihat pemandangan dari atas apartemen ini saja.Aku kelaut dari kamar dengan celana jeans dan jaket putih. Rambut hitam panjang milikku sengaja di gerai. Karena sedikit dingin. Jadi aku membiarkan rambut tebalku di gerai begitu saja. Aku juga menambahkan pita kecil di keningku. Aku pasangkan ke kanan dan kiri. Terlihat manis sekali saat aku bercermin di cermin yang ada di tembok tepat di sebelah ruang tengah."Kau mau kemana pagi sekali? Kau sangat siap sekali," kata christian menyindirku."Aku ingin keluar menikmati udara pagi di taman," jawabku dengan santai."Aku ikut," kata christian yang kini berdiri dari duduknya. Dia bahkan cepat-cepat menyelesaikan makanan yang ada di tangannya."Padahal aku ingin sendirian saja," ucapku dengan manyun."Kalau sendiri nanti kau bisa celaka. Disini banyak yang mengenalku. Kalau aku tidak m
Selena's POVBeberapa hari ini aku sibuk sekali datang keberbagai acara. Makan malam dengan orang orang penting. Tentunya itu semua karena aku sudah menjadi istri crhistian. Jadi kemanapun ada acara penting aku tetap harus ikut. Sebenarnya aku malas sekali bertemu dengan orang dan memasang wajah seakan semuanya baik baik saja.Terkadang aku lelah dengan semuanya. Tapi bagaimanapun aku harus melakukan pekerjaan ini. Agar semua hutangku lunas. Setelah selesai semuanya aku bisa kembali menjadi diriku sendiri."Kita harus menghadiri acara lagi nanti malam. Kau harus ikut," ucap Christian yang ada di sampingku. Matanya sambil melihat ke jalanan. Kali ini dia menyetir sendiri. Aku tidak tahu kenapa. Tapi dia bilang bahwa dia perlu privasi untuk dia dan juga aku. Entahlah aku hanya menurut saja apa yang dia katakan."Hari ini bahkan ada tiga acara. Aku sangat lelah dan butuh istirahat," ucapku dengan wajah malas."Kau adalah seorang istri dari pengusaha kaya raya seperti aku. Aku adalah mili
Christian's POV"Kau adalah anugerah terindah yang pernah aku miliki sekarang," ucapku di dalam hati. Aku melihat wajah Selena yang terlelap dengan pulas. Dia benar benar begitu manis. Andai saja aku bisa memiliki selena seutuhnya. Aku benar benar tidak tahu kapan dia itu akan terwujud.Dia adalah wanita yang tidak pernah aku inginkan sebelumnya. Bahkan dia benar benar hanya kebetulan saja ada di kehidupanku. Tapi nyatanya sekarang aku benar benar menginginkannya seumur hidupku.Aku tersenyum kecil melihat wajahnya yang tertidur pulas. Aku membayangkan saat dia mengupas kulit anggur. Padahal aku bisa makan anggur dengan kulitnya. Dia benar benar kasihan sekali. Tapi aku sengaja melakukan itu agar dia tetap berada di sampingku.Telfon berdering dan kulihat ternyata ayah menelponku. Aku melihat ponsel sesaat. Untuk apa ayah menelpon malam malam seperti ini?"Hallo ayah?""Hallo Christian? Kau belum tidur ternyata,""Iya ayah, ada apa menelponku malam malam seperti ini?" tanyaku dengan n
Lucas duduk sendirian di kasur apartemennya, pandangannya kosong menghadap keluar jendela. Ruangan yang seharusnya menjadi tempat berlindung, kini tercermin kekacauan batin yang melanda. Meski tubuhnya telah pulih, pikirannya terus diganggu oleh bayang-bayang penyakit skizofrenia yang mengejar setiap langkahnya.Di kamarnya yang berantakan, barang-barang berserakan tak beraturan, sisa-sisa aksi impulsif yang melibatkan tangannya. Lucas terperangkap dalam kungkungan dunianya sendiri, cobaan yang tak terlihat oleh banyak orang di sekitarnya. Skizofrenia membentuk tirai gelap yang memisahkan dirinya dari realitas yang seharusnya dia nikmati.Pikirannya bergejolak, serangkaian suara dan bayangan yang hanya bisa ia dengar dan lihat sendiri. Meskipun fisiknya telah pulih dari sakit yang pernah melandanya, tetapi pertarungan di dalam benaknya belum berakhir. Lucas menolak minum obat skizofrenia yang seharusnya menjadi kawan setianya. Alasannya simpel: tidak ada dukungan dari keluarga. Ia mer
"Maafkan ayah atas kejadian beberapa hari lalu. Ayah benar benar minta maaf," ucap ayah mark dengan penuh rasa sesal."Kau memang harus meminta maaf ayah, karena tidak seharusnya kau ikut campur urusan rumah tangga aku dan juga Selena. Kami berdua tahu bahwa kau sangat ingin mempunyai cucu. Tetapi sabarlah. Jika waktunya tiba Selena pasti akan hamil," kata christian dengan tegas."Iya ayah tahu itu. Sekali lagi maafkan ayah ya," ucap ayah mark dengan mengelus punggung saat anak.Mereka bertiga melanjutkan makanan yang di sajikan restoran. Makanan laut sangat di sukai oleh christian. Tetapi Selena tidak sama sekali. Tapi demi sandiwara ini. Selena berpura pura menyukai makanan yang di sajikan restoran. Karena bagaimana pun keadaannya Selena harus tetap elegan dan baik hati di mata sang ayah mertua."Maaf aku permisi ke toilet dulu," kata Selena dengan sopan."Baiklah silahkan Selena," ucap ayah mark dengan mengangguk.Kini ayah segera saja mengatakan kepada Mark apa yang sebenarnya aka
Pemain biola dengan penuh semangat mendekati meja tempat Selena dan Christian duduk di restoran yang elegan. Suasana hati terasa hangat dengan alunan melodi biola yang romantis, menciptakan aura magis di sekitar mereka. Semua mata tertuju pada pemain biola ketika ia menghentikan melodi indahnya."Selamat malam, saya harap Anda berdua menikmati waktu bersama di sini. Saya ingin membagikan sesuatu yang spesial untuk pasangan indah ini," Kata pemain biola sambil tersenyumDengan penuh kehati-hatian, pemain biola menyerahkan sebuah kotak kecil berpita kepada Selena. Wajah Selena terlihat terkejut dan fikiran bercampur aduk saat membuka kotak tersebut. Di dalamnya, terdapat sebuah kalung berlian yang berkilauan, memantulkan cahaya restoran yang hangat." Selena, ini untukmu. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk wanita yang aku cintai," kata Christian dengan penuh harap.Namun, senyum di wajah Selena berubah menjadi kebingungan. Setelah sesaat yang terasa berkepanjangan, ia berbicara den
"Sabrina keluar dari apartemen ini sekarang juga!" July perempuan gendut itu menggedor gedor pintu dengan emosi. Anak kecil yang ada di dalam apartemen itu berlari kencang menghampiri sang kakak. "Kakak siapa itu? Aku takut," rengeknya sambil memeluk gadis berusia enam belas tahun. "Kau tetap disini ya. Duduklah," Sabrina memegang pundak adiknya sesaat. Lalu segera pergi menuju ke arah pintu. Tangannya membuka pintu dengan gementar. Ia sungguh takut sekali. "Bisakah kau pelan pelan," ucap Sabrina memohon. "Kau itu telah menunggak sewa apartemen selama tiga bulan! Dasar miskin!" Si gendut itu benar benar marah. "Maafkan aku July. Aku akan melunasinya. Tapi nanti," "Kau itu tidak bisa aku andalkan. Sudahlah pergi sekarang juga! Ayo cepat kemasi barang barangmu!" July menerobos masuk membuat Jason terlihat ketakutan. "Jangan sentuh barang barangku July. Aku pasti kan keluar dari sini!" bentak Sabrina di saat tangan July melempar keluar rak sepatu dan stand han
Lucas dan Kitty merasakan kerasnya kenyataan penjara sejak mereka pertama kali memasuki sel mereka. Kitty, yang terbiasa dengan gaya hidup mewah, mendapati dirinya terjebak dalam keadaan yang sangat berbeda. Di penjara wanita, ia hanya bisa duduk di sudut selnya, meratapi nasibnya yang kini terkungkung oleh jeruji besi.Kitty merasa seolah-olah telah kehilangan segalanya. Kepahitan menguasai hatinya, dan kesedihan menyakiti harga dirinya. Makanan penjara yang disajikan tidak mencerminkan kemewahan yang biasa ia nikmati. Ia menatap hidangan di depannya dengan wajah penuh kekecewaan, merindukan rasa dan kualitas yang sudah lama menjadi bagian dari gaya hidupnya.Sementara Kitty mencoba menahan air matanya menghadapi makanan yang tidak menggugah selera, seorang petugas penjaga dengan tatapan tajam mengamatinya. Suasana dingin di penjara membuatnya merasa terasing dan terjebak. Kitty merasa seolah-olah dunianya runtuh, dan sekarang, ia harus menghadapi akibat dari tindakan buruknya.Malam
Angin malam bertiup lembut di sekitar rumah mewah Christian dan Selena saat mereka kembali dari liburan yang diisi dengan kenangan manis. Cahaya bulan purnama menerangi taman yang indah, memberikan sentuhan magis pada malam yang seharusnya penuh kedamaian.Namun, semuanya berubah begitu mereka pulang dan melihat kepulan asap hitam yang meloncat-loncat di langit-langit. Hati mereka berdetak kencang saat mereka mendekati rumah mewah mereka, dan ketika mereka memasuki halaman, mata mereka langsung terbelalak kaget.Api merah menyala dan membara, melahap setiap sudut rumah mereka yang dulu begitu indah. Percikan api menerpa langit-langit, dan knalpot bergegas dari truk pemadam kebakaran di kejauhan. Christian dan Selena bersandar di mobil mereka, pandangan terpaku pada rumah mereka yang tengah dilalap oleh kobaran api."Apa yang terjadi?" Christian berbisik, suaranya penuh dengan kebingungan dan kesedihan.Selena hanya bisa menangis, hatinya hancur melihat rumah impian mereka menjadi jend
Rumah besar dengan desain yang modern menyambut Selena dengan keanggunan dan kemewahan. Begitu ia melangkah masuk, seorang pelayan dengan pakaian rapi menyambutnya dan mengajaknya menuju ruang tamu yang luas. Selena duduk di sofa yang nyaman, mengamati sekeliling yang dipenuhi dengan karya seni dan furnitur elegan."Rumah ini masih sama saat aku dan Christian berada disini," ucap Selena di dalam hati yang diam diam merindukan saat dulu.Pelayan ramah itu memberitahu Selena bahwa tuan rumah akan segera menyambutnya, dan ia diminta untuk menunggu sebentar. Dalam keheningan yang mewah, Selena merenung, merasakan ketegangan dalam suasana yang seolah-olah terkandung di udara.Tak lama kemudian seorang pria tua yang berwibawa melangkah mendekat ke ruang tamu. Itu adalah Mark, ayah dari Christian. Sorot matanya penuh dengan campuran kebahagiaan dan kesedihan saat melihat Selena. Mark menyambutnya dengan senyuman hangat."Selena, betapa senangnya saya bisa bertemu denganmu lagi setelah begitu
Suasana di restoran di New York begitu hangat dan elegan. Cahaya lampu gemerlap menyelimuti setiap sudut, menciptakan atmosfer yang romantis dan nyaman. Meja yang ditempati oleh Selena dan Cody dihiasi dengan lilin kecil yang memancarkan cahaya lembut.Cody duduk di kursi dengan senyuman tulus di wajahnya, walaupun ia mengalami kebutaan. Asistennya yang setia berada di sebelahnya, membantunya dengan penuh kehati-hatian. Pelayan yang profesional dengan sigap menyusun peralatan makan di depan Cody, memastikan semuanya berada di tempat yang tepat.Selena, dengan senyuman hangat, duduk di seberang Cody. Rambutnya yang tergerai indah dan gaun malamnya memberikan kesan elegan. Mata mereka bertemu, dan dalam keheningan sejenak, terasa keajaiban pertemuan di antara mereka."Selena, aku sangat senang kita bisa bertemu lagi. Maafkan aku atas segala kesalahanku di masa lalu."Selena tersenyum lembut, "Cody, kita semua pernah melakukan kesalahan. Yang penting, kita belajar darinya dan menjadi leb
"Ayah maafkan aku, aku mohon ayah," Christian mendekat kepada sang ayah dan bersujud di kaki sang ayah untuk memohon maaf.Melihat itu Lucas sangat merasa menang. Sementara Selena menatap Lucas."Lucas benar benar jahat sekali. Pasti ini adalah balas dendam Lucas. Karena cintanya di tolak oleh aku," ucap Selena di dalam hatinya dengan amarah."Berdirilah Christian," ucap Mark dengan mengangkat kedua lengan Christian.Sementara di dalam hati Selena sangat takut. Ia takut akan di usir oleh Mark. Karena sudah menjadi istri kontrak Christian. Kebohongannya sudah terungkap. Selena benar benar merasa takut. Ia sudah mengira bahwa sebentar lagi pasti ia akan di usir dari rumah ini.. "Aku ingin kalian tahu bahwa sebenarnya aku sudah mengetahui sejak lama tentang pernikahan kalian menikah kontrak," ucap Mark membuat ketiga orang di depannya itu membelalak."Koper yang ada di kamar crhistian. Itu adalah koper Selena kan? Banyak barang barang Selena di sana. Sejak saat itu saat ayah membuka kop
Dengan langkah-langkah yang berat, Lucas membuka pintu kamar hotelnya. Tatapan matanya penuh dengan amarah yang menyala, dan langkah kakinya terdengar menghantam lantai dengan keras. Pintu terbuka dengan kekuatan yang tidak biasa, seakan mencerminkan kekuatan amarah yang terpendam. Wajah Selena terlintas di benaknya saat mengatakan kata maaf dan penolakan cinta. Lucas sangat marah sekali dengan Selena.Kini Kamar hotel yang sebelumnya rapi dan nyaman seketika berubah menjadi medan perang pribadi. Lucas, pria berkulit hitam dengan pesona khasnya, mulai membanting segala sesuatu yang ada di hadapannya. Koper terbang terlempar begitu saja, lampu meja pecah menjadi serpihan kecil, dan tirai jendela terlepas dari tempatnya. Ruangan itu seolah menjadi saksi bisu dari kehancuran yang diakibatkan oleh patah hati."Selena? Kenapa kau melakukan itu kepadaku Selena?" Teriak Lucas dengan kehancuran.Semua kenangan manis dengan Selena seperti hantu yang menghantui Lucas, merayapi setiap sudut piki
Suasana taman kota yang sepi menyambut kehadiran Selena yang tengah terhempas dalam keputusasaan. Air mata mengalir deras dari matanya yang sayu, menciptakan jejak kesedihan di wajahnya yang pucat. Selena merenungi betapa dirinya menjadi sebab terjadinya pertengkaran hebat antara dua pria kakak beradik, Christian dan Lucas. Hatinya hancur karena perasaan bersalah, merasa menjadi pemicu konflik di antara kakak beradik tersebut. Ia menangis bukan hanya karena kehilangan dirinya sebagai objek pertarungan, tetapi juga karena kesedihan melihat kedua pria yang pernah bersahabat, kini terluka dan babak belur.Sambil duduk di bangku taman yang dingin, Selena meratapi nasibnya yang rumit. Meski seharusnya menikah dengan Christian berdasarkan kontrak demi melunasi hutangnya pada pihak peminjam, Selena merasa terjebak dalam keputusan yang sulit. Ia menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan, dan terkadang pengorbanan terbesar adalah hati seseorang. Meskipun Christian adalah pilihan yang
Lucas dan Selena menikmati suasana taman kota Paris yang begitu indah saat mereka berdua bersepeda. Angin sepoi-sepoi di Paris membuat perjalanan mereka semakin menyenangkan. Lucas tertawa riang, "Selena, siapa sangka kita bisa bersepeda bersama di Paris?"Selena tersenyum, "Iya, ini sungguh luar biasa. Terima kasih, Lucas, sudah mengajakku kesini."Mereka berdua bersepeda tanpa arah yang pasti, hanya menikmati momen kebersamaan. Sambil menikmati pemandangan indah, Lucas tiba-tiba berkata, "Aku senang bisa bertemu denganmu di sini, Selena. Paris memang kota romantis, dan bagiku, momen ini menjadi lebih istimewa bersamamu."Selena tersenyum simpul, "Aku juga senang bisa bersamamu, Lucas. Kau selalu membuat hari-haraku lebih cerah."Lucas mengangguk, lalu melanjutkan, "Sejujurnya, Selena, aku merasa beruntung bisa dekat denganmu. Kau istimewa bagiku."Selena tersenyum tipis, "Lucas, kau juga istimewa bagiku. Kita memang teman yang baik."Mereka melanjutkan perjalanan dengan tawa dan obr