Lucas duduk sendirian di kasur apartemennya, pandangannya kosong menghadap keluar jendela. Ruangan yang seharusnya menjadi tempat berlindung, kini tercermin kekacauan batin yang melanda. Meski tubuhnya telah pulih, pikirannya terus diganggu oleh bayang-bayang penyakit skizofrenia yang mengejar setiap langkahnya.Di kamarnya yang berantakan, barang-barang berserakan tak beraturan, sisa-sisa aksi impulsif yang melibatkan tangannya. Lucas terperangkap dalam kungkungan dunianya sendiri, cobaan yang tak terlihat oleh banyak orang di sekitarnya. Skizofrenia membentuk tirai gelap yang memisahkan dirinya dari realitas yang seharusnya dia nikmati.Pikirannya bergejolak, serangkaian suara dan bayangan yang hanya bisa ia dengar dan lihat sendiri. Meskipun fisiknya telah pulih dari sakit yang pernah melandanya, tetapi pertarungan di dalam benaknya belum berakhir. Lucas menolak minum obat skizofrenia yang seharusnya menjadi kawan setianya. Alasannya simpel: tidak ada dukungan dari keluarga. Ia mer
"Maafkan ayah atas kejadian beberapa hari lalu. Ayah benar benar minta maaf," ucap ayah mark dengan penuh rasa sesal."Kau memang harus meminta maaf ayah, karena tidak seharusnya kau ikut campur urusan rumah tangga aku dan juga Selena. Kami berdua tahu bahwa kau sangat ingin mempunyai cucu. Tetapi sabarlah. Jika waktunya tiba Selena pasti akan hamil," kata christian dengan tegas."Iya ayah tahu itu. Sekali lagi maafkan ayah ya," ucap ayah mark dengan mengelus punggung saat anak.Mereka bertiga melanjutkan makanan yang di sajikan restoran. Makanan laut sangat di sukai oleh christian. Tetapi Selena tidak sama sekali. Tapi demi sandiwara ini. Selena berpura pura menyukai makanan yang di sajikan restoran. Karena bagaimana pun keadaannya Selena harus tetap elegan dan baik hati di mata sang ayah mertua."Maaf aku permisi ke toilet dulu," kata Selena dengan sopan."Baiklah silahkan Selena," ucap ayah mark dengan mengangguk.Kini ayah segera saja mengatakan kepada Mark apa yang sebenarnya aka
Pemain biola dengan penuh semangat mendekati meja tempat Selena dan Christian duduk di restoran yang elegan. Suasana hati terasa hangat dengan alunan melodi biola yang romantis, menciptakan aura magis di sekitar mereka. Semua mata tertuju pada pemain biola ketika ia menghentikan melodi indahnya."Selamat malam, saya harap Anda berdua menikmati waktu bersama di sini. Saya ingin membagikan sesuatu yang spesial untuk pasangan indah ini," Kata pemain biola sambil tersenyumDengan penuh kehati-hatian, pemain biola menyerahkan sebuah kotak kecil berpita kepada Selena. Wajah Selena terlihat terkejut dan fikiran bercampur aduk saat membuka kotak tersebut. Di dalamnya, terdapat sebuah kalung berlian yang berkilauan, memantulkan cahaya restoran yang hangat." Selena, ini untukmu. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk wanita yang aku cintai," kata Christian dengan penuh harap.Namun, senyum di wajah Selena berubah menjadi kebingungan. Setelah sesaat yang terasa berkepanjangan, ia berbicara den
Paris, kota cahaya yang penuh dengan pesona, menyimpan satu rahasia kelam yang tak pernah dibayangkan oleh Christian. Pada suatu pagi yang sejuk, dia memasuki rumah sakit mewah di pinggiran kota Paris, langkahnya terasa berat, bukan hanya oleh ketidaknyamanan fisik yang dirasakannya, tetapi juga oleh beban pikiran yang membayangi setiap langkahnya.Rumah sakit yang megah dengan ornamen bergaya klasik membuatnya merasa kecil dan rentan di antara koridor yang terlihat tak berujung. Christian bisa merasakan getaran kekhawatiran melalui setiap langkahnya, mengetuk pintu hatinya yang terus menerus dengan rasa takut akan kebenaran yang mungkin dia temui.Sampai di ruang tunggu, Christian merasa detak jantungnya semakin kencang. Dia memejamkan mata, berusaha meredakan rasa takut yang melanda dirinya. Sakit kepala dan perutnya kembali menyiksa, seperti melodi kesedihan yang terus berdenting di dalam dirinya.Setelah beberapa lama menunggu, pintu ruang dokter terbuka. Christian bangkit, langka
Sore hari yang mendung di Paris, Selena duduk gelisah di kamar hotel mereka yang mewah. Tatapan matanya berkali-kali terarah pada ponselnya yang tetap sunyi tanpa kabar dari Christian sejak pagi. Cemas mulai merayap ke seluruh tubuhnya, merangkulnya erat, seperti bayang-bayang gelap yang tak terduga.Dia mencoba menelepon Christian berkali-kali, tetapi ponsel suaminya tetap tak terjawab. Kekhawatirannya mulai melonjak ketika waktu terus berjalan tanpa kabar. Selena merasa seakan-akan suatu ketidakpastian mendalam menyelinap ke dalam kehidupannya.Sebagai istri kontrak, Selena sebenarnya hanya berada di sini untuk menemani Christian. Namun, meskipun itu hanyalah perjanjian bisnis, hati Selena tidak bisa menahan kecemasan yang tumbuh di dalam dirinya. Tanggung jawab sebagai pendamping hidup Christian di Paris membuatnya merasa bertanggung jawab untuk mengetahui keberadaannya.Selena memutuskan untuk keluar dari kamar hotelnya dan berjalan-jalan sendirian melewati jalan-jalan kota. Kepal
Lucas dan Selena menikmati suasana taman kota Paris yang begitu indah saat mereka berdua bersepeda. Angin sepoi-sepoi di Paris membuat perjalanan mereka semakin menyenangkan. Lucas tertawa riang, "Selena, siapa sangka kita bisa bersepeda bersama di Paris?"Selena tersenyum, "Iya, ini sungguh luar biasa. Terima kasih, Lucas, sudah mengajakku kesini."Mereka berdua bersepeda tanpa arah yang pasti, hanya menikmati momen kebersamaan. Sambil menikmati pemandangan indah, Lucas tiba-tiba berkata, "Aku senang bisa bertemu denganmu di sini, Selena. Paris memang kota romantis, dan bagiku, momen ini menjadi lebih istimewa bersamamu."Selena tersenyum simpul, "Aku juga senang bisa bersamamu, Lucas. Kau selalu membuat hari-haraku lebih cerah."Lucas mengangguk, lalu melanjutkan, "Sejujurnya, Selena, aku merasa beruntung bisa dekat denganmu. Kau istimewa bagiku."Selena tersenyum tipis, "Lucas, kau juga istimewa bagiku. Kita memang teman yang baik."Mereka melanjutkan perjalanan dengan tawa dan obr
Suasana taman kota yang sepi menyambut kehadiran Selena yang tengah terhempas dalam keputusasaan. Air mata mengalir deras dari matanya yang sayu, menciptakan jejak kesedihan di wajahnya yang pucat. Selena merenungi betapa dirinya menjadi sebab terjadinya pertengkaran hebat antara dua pria kakak beradik, Christian dan Lucas. Hatinya hancur karena perasaan bersalah, merasa menjadi pemicu konflik di antara kakak beradik tersebut. Ia menangis bukan hanya karena kehilangan dirinya sebagai objek pertarungan, tetapi juga karena kesedihan melihat kedua pria yang pernah bersahabat, kini terluka dan babak belur.Sambil duduk di bangku taman yang dingin, Selena meratapi nasibnya yang rumit. Meski seharusnya menikah dengan Christian berdasarkan kontrak demi melunasi hutangnya pada pihak peminjam, Selena merasa terjebak dalam keputusan yang sulit. Ia menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan, dan terkadang pengorbanan terbesar adalah hati seseorang. Meskipun Christian adalah pilihan yang
Dengan langkah-langkah yang berat, Lucas membuka pintu kamar hotelnya. Tatapan matanya penuh dengan amarah yang menyala, dan langkah kakinya terdengar menghantam lantai dengan keras. Pintu terbuka dengan kekuatan yang tidak biasa, seakan mencerminkan kekuatan amarah yang terpendam. Wajah Selena terlintas di benaknya saat mengatakan kata maaf dan penolakan cinta. Lucas sangat marah sekali dengan Selena.Kini Kamar hotel yang sebelumnya rapi dan nyaman seketika berubah menjadi medan perang pribadi. Lucas, pria berkulit hitam dengan pesona khasnya, mulai membanting segala sesuatu yang ada di hadapannya. Koper terbang terlempar begitu saja, lampu meja pecah menjadi serpihan kecil, dan tirai jendela terlepas dari tempatnya. Ruangan itu seolah menjadi saksi bisu dari kehancuran yang diakibatkan oleh patah hati."Selena? Kenapa kau melakukan itu kepadaku Selena?" Teriak Lucas dengan kehancuran.Semua kenangan manis dengan Selena seperti hantu yang menghantui Lucas, merayapi setiap sudut piki
"Sabrina keluar dari apartemen ini sekarang juga!" July perempuan gendut itu menggedor gedor pintu dengan emosi. Anak kecil yang ada di dalam apartemen itu berlari kencang menghampiri sang kakak. "Kakak siapa itu? Aku takut," rengeknya sambil memeluk gadis berusia enam belas tahun. "Kau tetap disini ya. Duduklah," Sabrina memegang pundak adiknya sesaat. Lalu segera pergi menuju ke arah pintu. Tangannya membuka pintu dengan gementar. Ia sungguh takut sekali. "Bisakah kau pelan pelan," ucap Sabrina memohon. "Kau itu telah menunggak sewa apartemen selama tiga bulan! Dasar miskin!" Si gendut itu benar benar marah. "Maafkan aku July. Aku akan melunasinya. Tapi nanti," "Kau itu tidak bisa aku andalkan. Sudahlah pergi sekarang juga! Ayo cepat kemasi barang barangmu!" July menerobos masuk membuat Jason terlihat ketakutan. "Jangan sentuh barang barangku July. Aku pasti kan keluar dari sini!" bentak Sabrina di saat tangan July melempar keluar rak sepatu dan stand han
Lucas dan Kitty merasakan kerasnya kenyataan penjara sejak mereka pertama kali memasuki sel mereka. Kitty, yang terbiasa dengan gaya hidup mewah, mendapati dirinya terjebak dalam keadaan yang sangat berbeda. Di penjara wanita, ia hanya bisa duduk di sudut selnya, meratapi nasibnya yang kini terkungkung oleh jeruji besi.Kitty merasa seolah-olah telah kehilangan segalanya. Kepahitan menguasai hatinya, dan kesedihan menyakiti harga dirinya. Makanan penjara yang disajikan tidak mencerminkan kemewahan yang biasa ia nikmati. Ia menatap hidangan di depannya dengan wajah penuh kekecewaan, merindukan rasa dan kualitas yang sudah lama menjadi bagian dari gaya hidupnya.Sementara Kitty mencoba menahan air matanya menghadapi makanan yang tidak menggugah selera, seorang petugas penjaga dengan tatapan tajam mengamatinya. Suasana dingin di penjara membuatnya merasa terasing dan terjebak. Kitty merasa seolah-olah dunianya runtuh, dan sekarang, ia harus menghadapi akibat dari tindakan buruknya.Malam
Angin malam bertiup lembut di sekitar rumah mewah Christian dan Selena saat mereka kembali dari liburan yang diisi dengan kenangan manis. Cahaya bulan purnama menerangi taman yang indah, memberikan sentuhan magis pada malam yang seharusnya penuh kedamaian.Namun, semuanya berubah begitu mereka pulang dan melihat kepulan asap hitam yang meloncat-loncat di langit-langit. Hati mereka berdetak kencang saat mereka mendekati rumah mewah mereka, dan ketika mereka memasuki halaman, mata mereka langsung terbelalak kaget.Api merah menyala dan membara, melahap setiap sudut rumah mereka yang dulu begitu indah. Percikan api menerpa langit-langit, dan knalpot bergegas dari truk pemadam kebakaran di kejauhan. Christian dan Selena bersandar di mobil mereka, pandangan terpaku pada rumah mereka yang tengah dilalap oleh kobaran api."Apa yang terjadi?" Christian berbisik, suaranya penuh dengan kebingungan dan kesedihan.Selena hanya bisa menangis, hatinya hancur melihat rumah impian mereka menjadi jend
Rumah besar dengan desain yang modern menyambut Selena dengan keanggunan dan kemewahan. Begitu ia melangkah masuk, seorang pelayan dengan pakaian rapi menyambutnya dan mengajaknya menuju ruang tamu yang luas. Selena duduk di sofa yang nyaman, mengamati sekeliling yang dipenuhi dengan karya seni dan furnitur elegan."Rumah ini masih sama saat aku dan Christian berada disini," ucap Selena di dalam hati yang diam diam merindukan saat dulu.Pelayan ramah itu memberitahu Selena bahwa tuan rumah akan segera menyambutnya, dan ia diminta untuk menunggu sebentar. Dalam keheningan yang mewah, Selena merenung, merasakan ketegangan dalam suasana yang seolah-olah terkandung di udara.Tak lama kemudian seorang pria tua yang berwibawa melangkah mendekat ke ruang tamu. Itu adalah Mark, ayah dari Christian. Sorot matanya penuh dengan campuran kebahagiaan dan kesedihan saat melihat Selena. Mark menyambutnya dengan senyuman hangat."Selena, betapa senangnya saya bisa bertemu denganmu lagi setelah begitu
Suasana di restoran di New York begitu hangat dan elegan. Cahaya lampu gemerlap menyelimuti setiap sudut, menciptakan atmosfer yang romantis dan nyaman. Meja yang ditempati oleh Selena dan Cody dihiasi dengan lilin kecil yang memancarkan cahaya lembut.Cody duduk di kursi dengan senyuman tulus di wajahnya, walaupun ia mengalami kebutaan. Asistennya yang setia berada di sebelahnya, membantunya dengan penuh kehati-hatian. Pelayan yang profesional dengan sigap menyusun peralatan makan di depan Cody, memastikan semuanya berada di tempat yang tepat.Selena, dengan senyuman hangat, duduk di seberang Cody. Rambutnya yang tergerai indah dan gaun malamnya memberikan kesan elegan. Mata mereka bertemu, dan dalam keheningan sejenak, terasa keajaiban pertemuan di antara mereka."Selena, aku sangat senang kita bisa bertemu lagi. Maafkan aku atas segala kesalahanku di masa lalu."Selena tersenyum lembut, "Cody, kita semua pernah melakukan kesalahan. Yang penting, kita belajar darinya dan menjadi leb
"Ayah maafkan aku, aku mohon ayah," Christian mendekat kepada sang ayah dan bersujud di kaki sang ayah untuk memohon maaf.Melihat itu Lucas sangat merasa menang. Sementara Selena menatap Lucas."Lucas benar benar jahat sekali. Pasti ini adalah balas dendam Lucas. Karena cintanya di tolak oleh aku," ucap Selena di dalam hatinya dengan amarah."Berdirilah Christian," ucap Mark dengan mengangkat kedua lengan Christian.Sementara di dalam hati Selena sangat takut. Ia takut akan di usir oleh Mark. Karena sudah menjadi istri kontrak Christian. Kebohongannya sudah terungkap. Selena benar benar merasa takut. Ia sudah mengira bahwa sebentar lagi pasti ia akan di usir dari rumah ini.. "Aku ingin kalian tahu bahwa sebenarnya aku sudah mengetahui sejak lama tentang pernikahan kalian menikah kontrak," ucap Mark membuat ketiga orang di depannya itu membelalak."Koper yang ada di kamar crhistian. Itu adalah koper Selena kan? Banyak barang barang Selena di sana. Sejak saat itu saat ayah membuka kop
Dengan langkah-langkah yang berat, Lucas membuka pintu kamar hotelnya. Tatapan matanya penuh dengan amarah yang menyala, dan langkah kakinya terdengar menghantam lantai dengan keras. Pintu terbuka dengan kekuatan yang tidak biasa, seakan mencerminkan kekuatan amarah yang terpendam. Wajah Selena terlintas di benaknya saat mengatakan kata maaf dan penolakan cinta. Lucas sangat marah sekali dengan Selena.Kini Kamar hotel yang sebelumnya rapi dan nyaman seketika berubah menjadi medan perang pribadi. Lucas, pria berkulit hitam dengan pesona khasnya, mulai membanting segala sesuatu yang ada di hadapannya. Koper terbang terlempar begitu saja, lampu meja pecah menjadi serpihan kecil, dan tirai jendela terlepas dari tempatnya. Ruangan itu seolah menjadi saksi bisu dari kehancuran yang diakibatkan oleh patah hati."Selena? Kenapa kau melakukan itu kepadaku Selena?" Teriak Lucas dengan kehancuran.Semua kenangan manis dengan Selena seperti hantu yang menghantui Lucas, merayapi setiap sudut piki
Suasana taman kota yang sepi menyambut kehadiran Selena yang tengah terhempas dalam keputusasaan. Air mata mengalir deras dari matanya yang sayu, menciptakan jejak kesedihan di wajahnya yang pucat. Selena merenungi betapa dirinya menjadi sebab terjadinya pertengkaran hebat antara dua pria kakak beradik, Christian dan Lucas. Hatinya hancur karena perasaan bersalah, merasa menjadi pemicu konflik di antara kakak beradik tersebut. Ia menangis bukan hanya karena kehilangan dirinya sebagai objek pertarungan, tetapi juga karena kesedihan melihat kedua pria yang pernah bersahabat, kini terluka dan babak belur.Sambil duduk di bangku taman yang dingin, Selena meratapi nasibnya yang rumit. Meski seharusnya menikah dengan Christian berdasarkan kontrak demi melunasi hutangnya pada pihak peminjam, Selena merasa terjebak dalam keputusan yang sulit. Ia menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan, dan terkadang pengorbanan terbesar adalah hati seseorang. Meskipun Christian adalah pilihan yang
Lucas dan Selena menikmati suasana taman kota Paris yang begitu indah saat mereka berdua bersepeda. Angin sepoi-sepoi di Paris membuat perjalanan mereka semakin menyenangkan. Lucas tertawa riang, "Selena, siapa sangka kita bisa bersepeda bersama di Paris?"Selena tersenyum, "Iya, ini sungguh luar biasa. Terima kasih, Lucas, sudah mengajakku kesini."Mereka berdua bersepeda tanpa arah yang pasti, hanya menikmati momen kebersamaan. Sambil menikmati pemandangan indah, Lucas tiba-tiba berkata, "Aku senang bisa bertemu denganmu di sini, Selena. Paris memang kota romantis, dan bagiku, momen ini menjadi lebih istimewa bersamamu."Selena tersenyum simpul, "Aku juga senang bisa bersamamu, Lucas. Kau selalu membuat hari-haraku lebih cerah."Lucas mengangguk, lalu melanjutkan, "Sejujurnya, Selena, aku merasa beruntung bisa dekat denganmu. Kau istimewa bagiku."Selena tersenyum tipis, "Lucas, kau juga istimewa bagiku. Kita memang teman yang baik."Mereka melanjutkan perjalanan dengan tawa dan obr