Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 80. Apa dia simpananmu?

Share

Bab 80. Apa dia simpananmu?

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-11-23 17:46:59

Belum juga Arhand bicara lebih banyak, terlihat tamu kebesaran Alzam pamit. Agna dengan sesekali mengapit lengan Alzam mempersilahkan tamunya berpamitan. Arhand menatap semua itu dengan heran, terlebih dia menatap Lani yang tampak sedih. Inginnnya dia mendekat dan meminta penjelasan dari apa yang dilihatnya kini, namun mengingat siapa yang kini pamit dan dikawal, Arhand memilih diam dengan gemuruh di hatinya, mematung di dekat Thoriq dan Salma yang tidak mengerti apapun persoalan Alzam dan Arhand.

Setelah semua terasa tenang, dan tinggal segelintir orang, Arhand mendekati alzam yang memng terlihat lebih bayak emnghindar. Ditariknya tangan Alzam dengan kasar untuk menepi.

"Aku telah bersusah payah mendekati Agna seperti permintaan kamu. Bahkan kami sudah sering bertemu, lalu tiba-tiba tanpa keterangan apapun Agna memblokir kontakku, makanya aku terbang ke sini sekalian ada barang yang mau aku lihat, ternyata begini kejadiannya."

"Maafkan aku Arhand. Kamu tak cerita kalau kamu sudah d
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 81. Apakah itu membuat aku menjadi simpananmu?

    Thoriq dan Salma mengikuti langkah Arhand yang tergesa keluar ruangan, menyelinap di antara sisa tamu yang masih berdiri dengan berbagai ekspresi. Tatapan penuh tanya Salma mengarah pada punggung lelaki itu."Arhand, tunggu!" panggil Salma, setengah berlari untuk mengejarnya."Biarkan aku, Tante. Aku sudah cukup melihat permainan ini," jawab Arhand tanpa menoleh."Tidak bisa begini. Kamu tidak bisa pergi dengan membawa dendam. Ini keluarga kita juga yang sedang kacau. Setidaknya bicarakan ini dengan tenang," ujar Thoriq yang akhirnya berhasil menyamainya.Arhand berhenti mendadak. Tubuhnya kaku, namun kepalan tangannya terlihat bergetar. "Keluarga? Apakah keluarga membiarkan kebohongan dan pengkhianatan seperti ini terjadi?" Suaranya rendah, namun penuh tekanan.Salma melangkah maju, mencoba menyentuh lengan Arhand, tetapi dia menghindar. "Arhand, apa pun masalahnya, tidak ada gunanya kamu bertindak begini. Lagipula, kamu tahu sendiri-""Jangan harap aku, Mama, Papa, bahkan Oma Evran

    Last Updated : 2024-11-23
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 82. Sebelum pernikahan.

    "Omah sudah dipastikan tidak akan datang, Alzam," ucap Salma dengan nada pasrah. Beberapa hari yang lalu, Thoriq dan dia ke Makasar, meminta maaf dan memberitahu kalau resepsi Alzam dilaksanakan Minggu besuk. Bukan kegembiraan karena jarang bertemu yang mereka dapat, justru pertengkaran hebat yang terjadi."Azlam sendiri yang minta tolong Arhand untuk mendekati Agna. Setelah mereka dekat, dia malah mengingkari janjinya," cetus Armand dengan geramnya. "dengan seenaknya dia mengajak Agna menikah.""Lani gadis yang baik, bisa-bisanya dia harus mengalami ini," tambah Oma Evran. "Aku tidak akan menganggap Alzam cucu sampai dia bisa adil dengan apa yang dialami Lani.""Pernikahan ini memang bukan seperti rencana kita, Mi, biar saja jika Oma tak datang, toh pernikahan ini tak pernting bagi Alzam." Ucapan Alzam membuayarkan lamunan Salma."Walau bukan begitu intinya, Zam. Intinya justru perniakahanmu ini telah menghancurkan keluarga kita.""Saya memang salah, Bi, mengajak Agna menikah. Se

    Last Updated : 2024-11-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 83. Pulanglah bersamaku.

    "Apa? Sejak kapan, Mbok? Sejak kapan Lani pergi?" tanyanya, dengan nada bergetar. "Sejak kemarin, Mas. Dia pamit, katanya mau tinggal di mess. Katanya, dia ngak mungkin tinggal di sin, sementara besuk Agna sudah di sini." Lani memang tidak pernah mendengar syarat Agna. "Mess? Kenapa Mbok nggak bilang dari tadi?"Mbok Sarem memandang Alzam penuh keraguan. "Saya pikir, Mas Alzam sudah tahu... Lani juga pesan supaya jangan bilang apa-apa ke Mas." "Dia telah mewujudkan kata-katanya dengan tinggal di sana, tidakkah dia tau aku telah menyiapkan rumah untuknya? Rumah itu memang baru selesai kemarin , Bi, jadi, aku pikir hari ini aku baru membawanya ke sana."Mbok Sarem tak menjawab. Alzam mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba menahan amarah yang terus membakar dadanya. Dia segera berbalik, hendak menuju pintu."Mas Alzam," panggil Mbok Sarem. "Tolong... jangan gegabah. Kalau Mas buru-buru mendatanginya, apa kata-kata orang nanti yang belum tau hubungan Mas dengan Lani? Masalahnya bisa

    Last Updated : 2024-11-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 84. Tamu spesial di pernikahan Alzam.

    Pagi itu, mentari bersinar cerah, mengiringi prosesi sakral pernikahan Kapten Alzam Arrazi dengan Agna Pramundita. Deretan prajurit angkatan darat berseragam lengkap berbaris membentuk koridor kehormatan, masing-masing memegang pedang yang terangkat tinggi. Di ujung koridor, Alzam berdiri tegap dalam seragam dinas hijau tua, khas Angkatan Darat. Di sampingnya, Agna, bergaun dengan warna senada mewah dengan veil panjang, menggenggam buket bunga mawar putih. Alzam tersenyum, meski tatapannya seolah kosong, seperti mencari-cari sesuatu di kerumunan.Saat mereka melangkah bersama melewati barisan pedangpora, langkah Alzam terasa berat. Denting sepatu militernya menyatu dengan irama musik militer yang menggema di aula besar itu. Di balik senyuman formalnya, pikirannya kembali pada malam sebelumnya—tatapan Lani yang penuh luka, air mata yang tak berhenti mengalir di pipinya."Aku tak sanggup melihat air matamu, Lani," ucap Alzam waktu itu, memeluk tubuh Lani yang gemetar di dalam kamar saat

    Last Updated : 2024-11-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 85. Kehamilan Lani.

    Alzam duduk di pelaminan, matanya menerawang ke arah keramaian tamu yang mulai meninggalkan aula resepsi. Senyuman yang dipaksakan menghiasi wajahnya, sementara Agna, dengan raut yang sedikit kesal, menggandeng lengannya erat."Mas, ayo berdiri. Sekarang tinggal sesi foto kita. Harus terlihat sempurna."Fotografer pun menata mereka. "Senyum ya, Mas. Aku lihat dari tadi anda terlihat tidak rileks."Alzam mendongak, pandangannya kembali fokus. "Maaf," tolak Alzam saat fotografer itu menata mereka."Mas,..""Aku sudah lelah, Agna," jawabnya singkat, melepaskan tangan Agna yang masih menggenggam lengannya.Agna menghela napas panjang, menundukkan kepala sejenak agar tidak menarik perhatian tamu yang masih berada di sekitar mereka. "Kamu kenapa, sih? Jangan buat aku malu di depan semua orang, Mas," bisiknya tajam.Namun, Alzam hanya diam, pikirannya masih melayang pada Lani yang tadi pingsan. Salma dan Thoriq yang membopongnya keluar aula sudah pergi membawa Lani. Tapi bayangan Lani yang p

    Last Updated : 2024-11-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 86. Menunggu malam pertama.

    Alzam tak bisa menahan diri. Begitu mendengar kabar dari umminya, ia langsung memeluk Lani erat-erat, seperti ingin memastikan keberadaan wanita itu dan bayi yang ada di dalam kandungannya. Tangannya yang besar dan kokoh menggenggam wajah Lani, menatapnya penuh rasa haru. Menangkup wajah cantik di depannya dengan menciuminya."Lani... aku tak tahu harus berkata apa," ucap Alzam dengan suara bergetar. Terakhir, Ia mencium kening Lani dengan lembut, mengabaikan tatapan abi dan umminya yang masih berada di ruangan itu. "Terimakasih!"Lani tersenyum samar, matanya sedikit basah. "Mas, ..." Dia memang tidak mengira Alzam akan sebahagia itu. "Aku akan menjaga kalian, Lani. Kamu dan bayi kita ini." Alzam menunduk, perlahan mencium perut Lani yang masih rata."Alzam," tegur Thoriq dengan bersitatap dengan Salma yang juga menyunggingkan senyumnya, mengingatkan putranya bahwa mereka tidak sedang sendirian."Oh, maaf, Bi," ujar Alzam buru-buru, mundur sedikit dengan wajah yang sedikit memerah.

    Last Updated : 2024-11-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 87. Malam pertamamu yang membuatku sesak.

    Tapi ketika Alzam masuk kamar, Agna langsung sadar ada yang tidak beres. Wajah suaminya terlihat jauh, seperti tidak benar-benar berada di sana. Ia tidak memandanginya seperti seorang pengantin baru yang tak sabar menyentuh pasangannya."Mas," panggil Agna, mencoba menarik perhatiannya. "Aku sudah menunggu. Ayo, duduk di sini."Alzam menoleh sekilas, lalu mengangguk lemah. Ia berjalan mendekat, duduk di pinggir tempat tidur, namun tak menyentuh Agna sama sekali. Dia malah terkesan ingin pergi dari kamar itu."Agna,.." Alzam ingin mengungkapkan sesuatu, namun dia tak bisa mengutarakannya. Bahkan dia merasa risih saat Agna melepas jubahnya dan hanya memakai baju minim dengan dada yang terexpos."Kamu kenapa, sih?" tanya Agna, suaranya mulai kesal. "Aku sudah berdandan untukmu, tapi kamu malah begini. Apa aku kurang menarik untukmu?""Bukan itu," jawab Alzam singkat, tanpa menoleh. Ia menunduk, tangannya saling meremas, seolah sedang menahan sesuatu."Lalu apa? Apa ada yang kamu sembunyi

    Last Updated : 2024-11-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 88. Bukan tempatmu.

    Pagi itu, ketukan keras menggema di pintu rumah Alzam. Agna yang merasa malam pertamanya telah dirampas, berjalan dengan wajah penuh amarah menuju pintu. Ia menarik gagangnya dengan kasar, mendapati seorang pria paruh baya berdiri di depan pintu dengan wajah gelap. Sementara Mbok Sarem yang tadi hendak ke dalam rumah alzam, mengurungkan niatnya ke sana dan berjalan ke rumah yang ditempati Lani kembali, lalu menggedor kamar Lani. Dia tau, semalam Alzam di sana karena dia mendapati Alzam yang bangun sebelum Subuh sudah melaksanakan tahajud di mushola kecil mereka.“Siapa Anda?” tanya Agna tajam. Menelisik pria berkulit gelap ituPria itu adalah Wagimin, ayah Lani. Tanpa basa-basi, ia melontarkan pertanyaan tajam, “Mana Alzam? Panggil dia keluar!”Agna mengerutkan kening, merasa diremehkan di rumahnya sendiri. “Siapa Anda, berani-beraninya berteriak di sini? Alzam suami saya. Dan saya tidak suka ada orang asing memanggilnya dengan tak sopan seperti ini," ucapnya dengan tatap menyelidik.

    Last Updated : 2024-11-28

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 300. Lebih ringan

    Rey menatap Mira yang masih menunduk, pipinya bersemu merah. Jarinya hampir saja menyelipkan anak rambut yang jatuh menutupi wajah Mira ketika sebuah suara menggelegar dari belakang."Rey!"Tangan Rey terhenti di udara. Kepalanya menoleh cepat. Mira juga tersentak.Tukiran berdiri di ambang pintu dengan alis berkerut. Matanya tajam, mengawasi mereka berdua.Rey cepat-cepat menarik tangannya. Mira mundur selangkah. Jantungnya masih berdetak cepat, bukan karena Rey, tetapi karena ketahuan."Kalian belum buka puasa, kan?" Tukiran melanjutkan, nada suaranya sedikit lebih lembut. "Ini tadi ibumu beli nasi. Makanlah."Rey menghela napas lega, lalu tersenyum canggung. "Terima kasih, Pak."Perutnya memang sudah keroncongan. Tadi dia hanya sempat makan kurma dan minum air putih yang diberikan suster sebelum donor darah.Mira melirik ke arah Tukiran, mencoba menetralkan wajahnya. "Yang lain sudah makan?""Kayaknya baru makan setelah tahu Lani sadar," jawab Marni, yang tiba-tiba ikut berdiri di

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 299. Penebus dosa

    Arhand berdiri di depan ruang perawatan. Agna yang masih tampak lemah, menggenggam tangannya erat."Kamu yakin kuat?" bisik Arhand.Agna mengangguk. "Anggap saja ini penebusan dosaku untuk Lani dan Alzam.Arhand menarik napas panjang. "Kalau begitu, jalan pelan, ya. Atau aku minta kursi roda?""Nggak usah. Sekalian biar aku sehat. Beberapa hari di sini dan hanya tiduran, aku bosan.""Agna, kamu baru saja lepas infus. Istirahat dulu," bujuk Sandra.Agna menggeleng. "Aku ingin melihatnya, Mi. Sekalian aku mau minta maaf.Arhand menggandeng Agna pelan. Keduanya berjalan menuju ruang perawatan. Langkah Agna masih tertatih, tapi dia bersikeras.***Lani akhirnya membuka mata perlahan. Cahaya lampu membuat pandangannya masih kabur. Suara alat medis berdenging samar.Seseorang menggenggam tangannya. Hangat. "Sayang,...." Alzam hampir meneteskan air mata saat melihat Lani mengerjab. Betapapun sakit hatinya karena Lani mencari Rey di saat sadar, dia berusaha meredam perasaannya.Lani berus

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Rapuh

    "Ada apa, Arhand?" Sandra yang habis mengerjakan sholat Isya', bangkit menghampiri Arhand yang memegang tangan Agna.Arhand dan Agna menoleh ke Sandra."Arhand melihat Alzam dan keluarganya sedang menunggu Lani operasi melahirkan."Memangnya kenapa kalau melahirkan? Biar komplit kebahagiaan mereka. Biar makin besar kepala itu Alzam." Sandra masih tak dapat terima dengan masih membenci Alzam."Mami, kok ngomongnya gitu?""Aku sebel aja. Sementara kamu keadaannya begini, mereka senang-senang.""Bukan senang, MI. Tapi mereka lagi ada masalah.""Maslah apa juga. Biar tau rasa sekalian. Orang yang bikin orang lain menderita, pasti ada karmanya.""Mami,..""Sini, mana makanan Mami, Hand. Ini nungu Papi juga kelaparan aku. Tapi buka puasa cuma roti aja.""Sudahlah, kamu makan cepat. Biar nanti kuat. Kita ke sana bareng.""Yakin kamu ikut?"Agna mengangguk.****Mira berdiri kaku, jantungnya berpacu cepat. Rey di sebelahnya mengepalkan tangan. Towirah hanya terus berzikir direngkuh Salma. Sem

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Tapi,..

    Mira menggenggam ponselnya erat. Jemarinya gemetar, menelusuri daftar kontak dengan panik. Otaknya mencoba mengingat siapa yang harus dihubungi.Nomor Lani? Tidak mungkin. Siapa yang pegang ponsel Lani sekarang?Alzam? Tidak enak rasanya.Mira menggigit bibir, frustrasi. Sampai akhirnya ia teringat sesuatu.Dita.Tadi Dita yang ngantar ke rumah sakit bersama Budi. Mereka pasti tahu sesuatu.Tanpa pikir panjang, ia mencari nomor Budi. Nomor itu sering ia hubungi untuk urusan kulit jeruk yang dijadikan sovenir oleh Budi, jadi tak sulit menemukannya. Setelah beberapa detik, telepon tersambung.Budi mengangkat, suaranya serak. "Mira?""Apa yang terjadi? Lani gimana? Bayinya sudah lahir? Budi, cepat bilang!"Hening beberapa saat.Mira semakin gelisah. "Budi, jawab!""Lani masih berjuang." Suara di seberang terdengar lemah.Mira menahan napas. "Kenapa?"Tarikan napas berat terdengar sebelum Budi menjawab. "Pendarahan. Banyak."Jantung Mira serasa berhenti. "Apa... dia baik-baik saja?""Dokte

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 296. Kebencian

    Mira menggenggam tangannya erat. Hatinya semakin gelisah, perasaan itu tak mau hilang sejak mereka meninggalkan rumah.Marni duduk di sebelahnya, wajahnya murung. Biasanya, perempuan itu tidak pernah kehabisan kata-kata jika sudah membahas Lani, tapi kali ini berbeda. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya. Keponakan suaminya hanya Lani. Dia yang duluh selalu membenci Lani merasa takut jika terjadi sesuatu pada Lani."Aku takut," gumam Marni tiba-tiba.Mira menoleh, menatap Marni yang mengusap wajah dengan tangan gemetar."Takut kehilangan Lani," lanjutnya dengan suara lirih.Mira merasakan hal yang sama. Perasaan yang menyesakkan dada.Di sebela mereka, Tukiran juga tidak bisa duduk diam. Beberapa kali ia berjalan, menengok sibuknya lalu lintas yang melewati jalan besar di depannya, mondar-mandir gelisah."Tolong lebih cepat, Pak," kata Rey pada tukang tambal ban yang sedang bekerja.Laki-laki itu hanya menoleh sebentar, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya dengan kecepatan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 295. Berlutut

    Rey baru saja keluar dari markas ketika ponselnya bergetar di saku. "Aduh, Rey, kamu ngapain aja sih, dari pabrik sampai aku di rumah ini, kamu nggak ngangkat telpon aku. Kamu udah nggak mau lagi aku telpon ya?" gerutu Mira panjang lebar."Bukan begitu, Mira. Ada rapat penting, jadinya handphone aku matikan. Ini aja lupa tadi nggak aku ces jadinya baterainya tinggal sedikit.""Memangnya ada apa sih, tumben kamu duluh yang nelpon? Kangen cowok ganteng ini ya?""GR kamu! Itu Rey, Lani masuk rumah sakit."Jantung Rey berdegup cepat. Tadinya yang ngomongnya slow, kini jadi keras. "Apa?""Ketubannya pecah duluan. Sekarang masih menunggu operasi. Mungkin juga sudah berlangsung operasinya."Rey tidak langsung bertanya, suara Mira terdengar panik."Kamu di mana sekarang?""Aku sudah pulang. Orang tuaku ikut, mereka mau ke rumah sakit juga."Rey menarik napas dalam. "Aku masih di markas ini, tapi aku langsung ke sana. Tunggu aku."Mira mengiyakan. Rey segera masuk ke mobil, menyalakan mesin,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 294. Darah langka

    Lani berbaring di ruang operasi dengan mata setengah terpejam. Cahaya putih di atasnya menyilaukan. Monitor di sampingnya berbunyi cepat, seolah mengikuti irama jantungnya yang melemah."Tekanan darahnya turun!" seru seorang perawat.Dokter bedah yang sedang bekerja menoleh cepat. "Kehilangan darah lebih banyak dari perkiraan.""Segera hubungi bank darah!" perintah dokter anestesi.Perawat yang memegang ponsel terlihat pucat setelah berbicara dengan pihak PMI. "Dok, stok AB negatif kosong!"Dokter bedah terdiam sesaat, lalu menoleh ke timnya. "Panggil keluarganya! Kita butuh donor segera!"Alzam yang sedari radi dengan tak tenang menunggu di depan pintu ruang operasi, segera menatap seorang dokteryang keluar dengan wajah serius."Dokter, bagaimana istri saya, Dok?""Anda suami pasien?"Alzam mengangguk cepat. "Iya! Gimana istri saya, Dok?" Pertanyaan yang sama diulang Alzam."Kondisinya kritis. Dia mengalami perdarahan hebat dan butuh tambahan darah. Tapi... stok AB negatif kosong di

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 293. Ketuban

    :Lani duduk di kursi ruang istirahat pabrik, tubuhnya gemetar. Dita berjongkok di sampingnya, menggenggam tangan yang mulai dingin."Kamu yakin ini bukan air biasa?" suara Dita penuh kecemasan.Lani mengangguk lemah. "Bukan. Rasanya aneh. Kemarin memng pernah keluar, tap hanya sekali, kok ini malah sering."Budi bergegas mencari tisu, tetapi Dita lebih dulu berinisiatif menarik Lani berdiri. "Kita ke rumah sakit sekarang!"Lani meraba perutnya yang mengeras. Bayinya masih bergerak, tetapi ada perasaan tidak enak yang menjalar dari ujung kaki ke kepala.Dita dan Budi nyaris menyeretnya ke parkiran. Lani merogoh ponsel, mencoba menghubungi Alzam.Satu kali... tidak diangkat.Dua kali... masih tidak tersambung.Naparnya makin memburu."Kenapa nggak diangkat?!"Budi menyalakan mobil, Dita membantu Lani naik ke belakang."Aku yang bawa, biar babti Alzam nusul.!" ujar Budi, lalu mobil melaju membelah jalanan yang mulai ramai.Lani masih terus mencoba menelepon Alzam, tapi hasilnya sama."T

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 292. Tamu istimewa

    Lani memandangi ibunya yang tengah melipat baju. "Bu, nanti aku pulangnya agak telat. Aku dan Mas Alzam mungkin buka bersama di rumah sana," ujar Lani pelan. Namun ternyata cukup membuat Towirah terhentak.Towirah menghentikan tangannya, lalu menatap putrinya dengan mata sayu. "Serius mau pindah?"Lani menelan ludah. Ia tahu pertanyaan itu lebih dari sekadar konfirmasi. Ada ketidakrelaan yang jelas dalam nada suara ibunya."Habis lebaran, Bu. Setelah anak kami lahir," jawabnya akhirnya. "nggak sekarang. Cuma nanti kita mau diam di sana sebentar. Mungkin habis Isya' baru pulang. Jadi, jangan masakbanyak seperti biasanya."Wagimin, yang sejak tadi duduk di sudut ruangan, menghela napas panjang. "Kenapa harus buru-buru? Rumah ini besar, cukup buat kalian bertiga."Lani menunduk, memainkan ujung kain bajunya. "Jauh, Pak. Aku masih kerja. Pasti repot kalau harus bolak-balik sambil momong bayi nanti."Alzam yang sejak tadi diam, akhirnya ikut bicara. "Rumah sana lebih dekat dengan pabrik.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status