Share

Bab 302. Bayi kita

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-14 18:41:44

Di ruang tunggu rumah sakit, Agna bersandar pada kursi dengan wajah yang sulit suram. Sesekali, kakinya bergerak gelisah, sementara matanya melirik ke arah pintu, menunggu orang yang kini ke ruang administrasi.

Arhand masih di dalam, mengurus segala urusan sebelum mereka bisa pulang.

Di sebelahnya, Sandra tak henti-henti berbicara.

"Jadi, Lani akhirnya nggak dapat donor dari Arhand?"

Nada suaranya penuh dengan penekanan, seolah ingin memastikan semua orang tahu betapa anehnya keputusan itu.

Agna mendengus pelan. Ia melirik Sandra, lalu menoleh ke Arya yang duduk di seberangnya. Dari tadi tingkah maminya begitu membuatnya sebal.

"Mi, ini sudah bolak-balik dibahas," ucap Agna akhirnya, mencoba menahan kesal.

"Tapi aneh, kan?" Sandra masih bersikeras. "Masak Arhand, yang katanya peduli, nggak jadi donor? Ada apa sebenarnya? Atau jangan-jangan—"

"Mi. Sudah ada temannya Mas Alzam yang tiba lebih duluh."

Arya memotong cepat. Wajahnya tetap tenang, tapi intonasi suaranya sedikit menekan.

"K
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rezeki Wallpaper
kl bisa sehari 5 episode donk author
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   303. Saat ingin menjadi orang baik

    Langkah Arhand melambat saat mendekati mobil. Agna, yang berada di sisinya, juga ikut berhenti. Mereka saling bertukar pandang sebelum akhirnya menoleh ke belakang."Mami, Papi duluan aja. Kita masih mau mampir ke ruangan Alzam," ujar Agna, suaranya datar, tapi ada sedikit ketegangan di sana. Merela tau, Sandra tidak akan tinggal diam dengan pemitan mereka.Benar saja, Sandra mendengus, seolah tidak senang dengan keputusan itu. "Buat apa? Mereka pasti sibuk sama bayinya. Ngapain juga kalian ke sana? Merepotkan diri saja," gerutunya."Kita cuma mau pamit," Arhand menimpali. "Sebentar aja."Arya, yang berdiri di sisi Sandra, hanya melirik sekilas. "Iya, Hand, dia saudaramu. Sudah sewajarnya kamu harus pamit padanya. Cepatlah kalau memang itu maumu. Kami bisa duluan pulang."Tanpa menunggu lebih lama, Arhand menggenggam tangan Agna, membawanya melangkah menuju ruang perawatan Lani. Namun, saat mereka tiba di sana, tempat itu kosong. Tidak ada Lani, tidak ada Alzam.Agna mengerutkan kening

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 304. Memilih

    Kinan masih berdiri tegak, matanya menatap tajam ke arah Agna yang berdiri dengan wajah tanpa ekspresi."Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu lakukan?" suara Kinan rendah, tapi tajam.Agna menarik napas, berusaha tenang. "Aku nggak ngerti maksudmu.""Jangan pura-pura bodoh," Kinan melangkah lebih dekat. "Selama ini kamu selalu bersembunyi di balik topeng baik-baik, tapi kenyataannya? Kamu selingkuh di belakang suamimu. Untung juga Alzam nggak cinta sama kamu. Kalau cinta, bisa hancur rumah tangga."Pak Bara menghela napas, tak tahu harus bagaimana menghentikan Kinan. "Aku nggak pernah bermaksud menyakiti siapa pun," Agna akhirnya bicara. "Justru karena dia nggak cinta sama aku, hinggah aku,.."Kinan tertawa sinis. "Itu bukan alasan untuk orang selingkuh."Agna menegang."Semua ini memang salahku. Aku yang menyebabkan Agna melakukan semua itu. Jadi tolong, berhentilah menghinanya." Akhirnya Arhand angkat bicara.Air mata sudah menggenang di pip Agna.Pak Bara akhirnya melangkah men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 305. Saat harus memberi jawaban

    "Adik, jangan lama-lama, ya," suara suster terdengar lembut namun tegas.Senja tersentak, menoleh ke arah suster yang berdiri di dekat pintu. Tatapan wanita paruh baya itu ramah, tapi tetap mengandung peringatan.Ia menatap lagi ke inkubator, ke bayi mungil yang masih tertidur nyenyak, lalu mengangguk kecil. "Iya, Suster."Tangannya yang semula menempel di kaca perlahan turun. Ia beranjak pergi, tapi langkahnya tak menuju ruang perawatan Lani. Ia berjalan lurus melewati lorong rumah sakit yang terasa sepi, lalu ke arah taman kecil di belakang gedung.Duduk di bangku kayu, Senja menghela napas panjang. Kepalanya terasa penuh.Kenapa semuanya tiba-tiba jadi begini?Beberapa bulan terakhir, ia tinggal di rumah Thoriq, kakeknya, dan sudah merasa nyaman. Elmi, adik Alzam, memperlakukannya seperti anak sendiri. Kemana-mana mereka selalu berdua. Bahkan Aksa, suami Elmi, juga seperti sosok ayah baginya.Tapi di sisi lain, Lani.Ibunya.Mereka sering menghabiskan waktu berdua hanya untuk ngobr

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 306. Bayi yang ditunggu

    Langit masih gelap ketika Alzam menggoyang pelan bahu Senja. "Ayo bangun, nanti keburu sholat Subuh datang," suaranya lembut, tapi cukup tegas.Senja menggeliat pelan di atas sofa kecil yang disediakan di kamar rumah sakit. Kelopak matanya masih berat, tapi suara Alzam membuatnya berusaha sadar sepenuhnya. Dengan mata yang masih setengah terpejam, dia mendengus kecil."Lima menit lagi..." gumamnya sambil menarik selimut.Alzam tersenyum kecil, lalu menepuk bahu anak tiri sekaligus keponakannya itu, sekali lagi. "Nanti kesiangan. Kakak mau belikan buat sahur. Kamu mau apa? "Senja yang tadinya malas-malasan langsung membuka mata. "Bubur ayam, tapi jangan pakai seledri!" katanya cepat."Oke, nanti Kakak carikan. Tapi sekarang, ayo bangun."Dengan sedikit ogah-ogahan, Senja akhirnya bangkit. Setelah wudhu, dia sholat tahajut di sebelah Alzam. Suasana di kamar rumah sakit masih sepi. Hanya terdengar suara lembut lantunan doa dari bibir mereka. "Jangan tidur lagi, sebentar lagi Kakak be

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 307. Cemas

    Pagi itu, embun masih menggantung di ujung daun ketika Senja mengayuh sepedanya melewati jalan desa. Udara segar mengisi paru-parunya, membawa aroma khas sawah yang luas membentang. Roda sepeda berdecit pelan saat ia mengerem di depan rumah yang sudah lama tak disinggahinya.Pintu kayu terbuka, dan dari dalam, seorang gadis kecil dengan kerudung ungu berlari keluar. Wajahnya berbinar, lalu tanpa ragu, dia memeluk Senja erat.“Senja!”Tawa renyah mereka bercampur, membawa kembali kenangan lama.“Kamu tambah tinggi!” seru Azra, matanya penuh rasa ingin tahu.“Ah, biasa aja! Kamu juga tambah cantik,” balas Senja.Azra tertawa kecil, lalu menarik tangan sahabatnya masuk ke dalam rumah. Mereka langsung duduk di beranda, seperti dulu saat mereka menghabiskan sore dengan menghafal ayat-ayat pendek.“Gimana sekolah di kota? Seru nggak?” tanya Azra sambil merangkul sahabatnya itu.Senja meletakkan tangan sahabatnya sebelum menjawab. “Seru, tapi beda banget sama di sini. Semua serba internet.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 308. Kapan kamu bisa kupeluk?

    Malam turun perlahan, membawa keheningan yang diselingi suara binatang malam. Lani berbaring gelisah, tangannya menekan dada yang mulai terasa panas dan kencang. Napasnya tak beraturan, keringat dingin membasahi pelipis."Bulek, badannya panas dingin." Mira berbisik pada Towirah yang masih sibuk mencatat siapa saja yang datang tilik bayi.Towirah mengangkat wajah. "Sudah minum obatnya tadi?"Lani menggeleng pelan. "Nggak ada hubungannya, Bu. Ini cuma karena asi terlalu deras."Towirah menatapnya dalam-dalam. Ia tahu anaknya selalu punya asi yang berlimpah. Sejak hamil, Lani rajin minum kuah kacang hijau yang direbus lama, membuat tubuhnya terbiasa menghasilkan asi lebih banyak. Tapi kali ini, situasinya berbeda. Bayinya tak ada, sedangkan tubuhnya tetap memproduksi asi seperti biasa.Mira menatap Lani dengan raut bingung. "Kenapa nggak dipompa aja, Lani?"Lani menutup matanya sebentar, mencoba menahan nyeri yang semakin menusuk. "Nggak kepikiran beli pompa asi waktu beli perlengkapan b

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 309. Kangen

    "Mir, bayi Alzam gimana?" tanya Rey begitu Mira mengangkat telpon.Mira menahan sendok yang hendak masuk ke mulutnya. Suara Rey terdengar datar, tapi ada sesuatu di balik nada itu."Telpon itu bilang salam duluh kek, ngak langsung gini."Rey terkekeh. "O iya, lupa. Assalamualaikum, Cayangku!""Hm, manis sekali ujungnya.""Tuh, nggak jawab salam malah bilang begitu.""Iya, sampai lupa juga denger terakhirnya." Mira menatap Mbok Sarem yang makan bersamanya. "Walaikumussalam, Raksasa Darat!""Tuh, kan, nggak enak didengernya. Aku bilang Cayang, kamu bales gitu.""Habisnya aku sebel ingat kamu kalau bilang cayang begitu.""Kenapa? Ingat tatapan mesraku ya?""Ingat tatapanmu yang membuatku takut.""Kok takut?"Mira menyimpan senyumnya. Takut jadi makin sayang kamu, Rey, bathinnya. Walau Rey tidak tampan, entah kenapa Mira suka senyumnya yang kharismatik dan penuh ketulusan."Hey, pertanyaanku belum kamu jawab ya?""Yang mana?""Itu tentang bayi Alzam.""Masih di rumah sakit. Tadi sore Lani

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 310. Adik, jangan nangis!

    "Azra, ayo!" teriak Senja di depna rumah Azra dengan maaih menaiki sepedanya."Sebentar, kamu kok pagi-pagi banget sih? Nggak sabar mau renang ya?"godanya."Iya, cepetan!""Sebentar, aku masih pakai babydoll."Azra lalu masuk lagi ke rumahnya."Sudah siap?" tanya Senja lagi. Dia menyandarkan tubuh ke dinding, menunggu Azra yang masih sibuk di dalam kamar. Matanya melirik ke arah sepeda yang sudah terparkir rapi di halaman."Hampir," sahut Azra dari dalam.Mata Senja melirik jam di pergelangan tangannya. "Kalau kelamaan, matahari keburu naik."Azra keluar dengan handuk yang masih menggantung di bahu. "Santai, air sendang tetap ada."Mereka tertawa kecil.Baju yang mereka kenakan sekarang jauh berbeda dibanding waktu kecil. Dulu asal lompat, asal main. Sekarang mereka lebih memilih pakaian yang tetap nyaman, tapi tidak memperlihatkan lekuk tubuh.Aminah, ibu Azra, muncul dari dapur. "Kalian masih suka berenang di sendang?"Senja tersenyum. "Ini suda kepingin sekali, Bu. Rasanya nostalgia

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 375. Desas desus di resepsi

    Pesta pernikahan Agna dan Arhand digelar megah di ballroom hotel bintang lima. Bunga mawar dan lili putih mendominasi dekorasi, sementara lampu-lampu gantung kristal menciptakan kilauan mewah di setiap sudut ruangan. Musik alunan saxophone dari panggung utama melantun lembut, menyambut para tamu undangan yang datang berbusana formal nan elegan.Agna duduk di pelaminan, mengenakan gaun rosegold berpotongan longgar berhias renda halus dan mutiara kecil yang dijahit tangan. Hijab satin senada melingkupi rambutnya, sementara riasan wajahnya natural dan lembut. Namun, sorot matanya tak sepenuhnya bahagia. Ia mencoba tersenyum pada setiap tamu yang menyalami, meski jauh di dalam dadanya, ada sesak yang tertahan. Sejak bertemu dengannya, keluarga Arhand tak menampakkan keramahannya. Manda bahkan sering berpaling saat dia menatapnya. "Baru juga di sini mereka seperti ini. Bagaimana jika aku nanti jadi ikut ke sana? Bahan aku seolah tak membawa apa-apa. Apa yang bisa aku lakukan untuk menghad

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 374. Kembalinya keluarga

    Sebuah mobil hitam berhenti perlahan di depan gerbang utama rumah Alzam. Bunyi mesin yang dimatikan, disusul derit pintu mobil terbuka, mengundang rasa penasaran orang-orang yang tengah berada di halaman depan rumah besar itu.“Bawa masuk aja barangnya,” ucap Evran kepada Arhand yang turun pertama, langsung menarik koper besar dari bagasi. Tubuh tegapnya bergerak sigap, wajahnya tetap dengan tatapan tajam seperti biasa.“Sapaan hangat dari tuan rumah kayaknya masih pending ya?” celetuk Evran sambil menoleh ke arah Manda, senyumnya menyeringai."Iya, ini mana tuan rumahnya? Kok rumahnya kayaknya sepi aja." Arhand menelisik sekeliling.Armand mengedarkan pandangan, mengusap keringat di pelipis, menatap lekat-lekat pada area sekitar yang dulu dikenalnya sebagai kebun jeruk. Kini, sebagian lahannya sudah berubah menjadi pabrik modern dengan pagar tinggi dan pos penjagaan.“Ini dulunya penuh pohon jeruk ya?” gumamnya pelan, seperti bertanya pada awan.“Iya, Pa.” jawab Arhand “Tapi tenang a

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 373. Aneh

    .Mentari belum tinggi ketika Alzam, Rey, dan Dandi memutuskan untuk berjalan santai ke belakang rumah Alzam, tempat sungai kecil mengalir tenang di antara rumpun bambu dan pohon pisang setelah mereka melewati jaan pavin setapak yang di sekelilingnya ditumbuhi jeruk nipis. Nampak agak tak jauh dari sana ada pohon tembesi. Alzam ingat betul, di situah dia menemukan Lani sedang tersangkut."Zam, kenapa melamun?" tanya Rey.Alzam hanya menyunggingkan senyumnya sambil melihat pohon tembesi yang masih berdiri megah. Dia bersyukur bisa bertemu dengan wanita yang teramat dicintainya itu. Hari begitu cerah. Sungai juga mengalir dengan teanng. Sebuah spot yang sudah lama mereka incar untuk sekadar melepaskan penat dan bernostalgia dengan kenangan masa persahabatan yang dulu kerap mereka habiskan di sini. Rey membawa pancing yang duluh kerap mereka pakai saat awal-awal Alzam membangun rumah ini. Dandi menjinjing kaleng kecil berisi umpan cacing, sementara Alzam cukup membawa semangat dan tawa

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 373. Mengundurkan diri

    Gedung legislatif itu masih tampak padat dengan aktivitas meski senja sudah menyelimuti. Agna duduk di mejanya, mencoba mengatur pikirannya setelah beberapa jam penuh dengan rapat dan persiapan program yang melelahkan. Namun, ketenangan yang ia dambakan tak kunjung datang. Ia tahu, ada sesuatu yang akan mengubah hidupnya dalam waktu dekat, dan itu bukanlah hal yang mudah.Pintu ruangannya diketuk dengan pelan. Agna tahu itu pasti Bu Winda, ketua fraksi yang selama ini menjadi mentor sekaligus sahabat di tempat kerja. Ketukan itu tidak terdengar terburu-buru, tetapi penuh ketegasan."Agna, boleh bicara sebentar?" suara Bu Winda terdengar dari balik pintu."Masuk, Bu," jawab Agna, mencoba menampilkan senyum meski hatinya terasa berat.Bu Winda masuk, mengenakan blazer biru tua yang rapi dan rok panjang yang senada. Ia berdiri di depan meja Agna dengan tangan bersedekap, matanya menilai dengan cermat sosok Agna yang kini duduk di kursi dengan tubuh sedikit lebih besar. Ada perubahan fisi

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 372. Jangan-jangan,..

    Mira terbangun dengan perasaan hangat yang aneh. Ada sesuatu yang menempel erat di punggungnya, sesuatu yang membuat tubuhnya tak bisa leluasa bergerak. Perlahan ia membuka mata. Cahaya malam belum menyibak sempurna, tapi cukup untuk menunjukkan ada sosok yang memeluknya erat dari belakang.Tubuh Mira menegang. Tanpa menoleh, dengan sekali dorong, tubuh disampingnya yang tak siap segera terjatuh."Aduh! Mira, kamu kebangetan ya,.. aku memelukmu, kamu malah melemparkan aku sampai aku terjatuh."Detik berikutnya, Mira menoleh sedikit dan mendapati wajah itu. Wajah yang begitu dirindukannya, yang sempat hanya bisa ia bayangkan lewat layar ponsel dan doa di sepertiga malam. Tapi kini... wajah itu nyata."Rey?!"Sontak Mira terlongo. Ternyata yang dia kibaskan dengan kedua tangannya kuat-kuta adalah tubuh Rey. Rey, yang rupanya masih setengah sadar, jatuh dengan bunyi ‘bug’ kecil ke lantai."Sakit, tau!" erang Rey, mengaduh sambil memegangi sisi perutnya."Astaghfirullah! Maaf! Aku... aku

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 371. Bangun, Mir!

    Sirene polisi dari sektor terdekat meraung menembus keheningan malam, membelah suara jangkrik dan desau angin yang sebelumnya begitu tenang. Beberapa warga mulai berkumpul di depan rumah Lani, heran dan khawatir. Beberapa dari mereka membawa senter, sebagian lain mengucek-ngucek mata karena baru saja terbangun. Seorang ibu-ibu bahkan masih memakai daster dan kerudung yang belum rapi."Pak Damar? Masa iya dia masuk rumah orang?" bisik salah satu warga dengan nada tak percaya. Dia adalah karyawan pabrik Lani yang pernah mengenal Damar."Katanya dia baik... dia sudah seperti teman bagi Mbak Lani," jawab yang lain."Tapi dia duluh sempat tunangan dengan Mbak Mira. Ngak tau, tiba-tiba putus. Mungkin karena Mbak Mira kecantol orang berpangkat itu hinggah mutusin Pak Damar.""Itu nggak mungkin, Mbak Mira begitu saja memutuskan pertunangannya kalau nggak ada sesuatu.""Sudahlah, kita semua nggak tau apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin Mas Alzam menjodohkan mereka. Pak Rey kan teman akrab Mas

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab370. Mir,...

    "Mas Alzam sudah pulang," Mbok Sarem pamit ke kamarnya, "Mbok tidur duluan ya, Nduk. Dari tadi Excel rewel terus, Mbok belum sempat memejamkan mata."Lani tersenyum, matanya sedikit lelah. "Iya Bu, makasih ya. Istirahat yang cukup. Ibu juga sih, dari tadi dibilangin suruh bobok duluan masih bantuin Lani."Mbok Sarem terkekeh.Alzam menggeser sedikit posisi tubuhnya, meraih bahu Lani, memijatnya dan mengecupnya ringan. "Kamu cantik banget malam ini. Baju tidur bunga-bunga kecil itu... kayaknya baru, ya?"Lani tersenyum malu. Bajunya memang baru, ia sengaja membeli motif lembut dengan bahan halus karena tahu malam-malam seperti ini akan banyak dihabiskan di rumah dengan bayi mungil mereka."Ini biar gampang pas nyusuin. Excel kalau lapar suka tiba-tiba bangun terus nggak sabar," katanya sambil menunduk.Alzam meraih tangan istrinya dan menggenggam hangat. "Kamu hebat banget, Sayang. Ibu yang luar biasa. Istri yang luar biasa juga. Aku bangga banget punya kamu."Lani tertawa kecil, tapi

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 369. Bobok, Sayang!

    Excel sudah hampir semalaman rewel. Tangisannya menjadi, terbangun-tidur lagi, lalu terisak kembali. Lani duduk di tepi ranjang sambil memeluk anaknya yang terus saja gelisah. Satu tangan menopang kepala Excel, satu lagi mengelus punggung mungil itu perlahan. Bau asi dan peluh tercampur lembut dalam udara kamar."Ssst... Excel, iya, Nak, tenang ya... Ini Bunda..." bisiknya lirih sambil membenarkan selimut tipis yang setengah lepas. Mbok Sarem yang sejak awal ikut tidur di rumah Lani, bangun setengah mengantuk sambil merenggangkan bahu. Sudah beberapa kali ia ikut begadang semalaman sejak Excel rewel."Bu, tidurlah, biar saya saja yang jaga Excel," ucap Lani melihat tak tega pada perempuan yang sudah dianggapnya ibu itu."Aku ndak apa-apa. Kasihan kamu, Nduk. Bayi kalau sudah begini emang ngagetin. Gantian ya, aku yang gendong," kata Mbok Sarem sambil menyambar selendang dan meraih Excel dengan sigap.Lani mengangguk, menyerahkan bayinya dengan hati-hati. Ia duduk sebentar di kursi ro

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 368. Kesempatan

    Damar sudah berhari-hari menahan keinginannya. Rindu itu semakin menyesakkan, semakin tak tertahankan. Setiap malam ia melawan dorongan hatinya untuk kembali ke tempat Mira, memandangi wajahnya meski hanya dari kejauhan. Namun Vero, yang kini hamil besar, tak pernah lelah memata-matai gerak-geriknya. Kecurigaannya membuat Damar kian sulit mencari celah. Terakhir kali ia mencoba keluar malam-malam, Vero memergokinya dan memaksanya bersumpah tak akan macam-macam.Namun malam ini Damar tak sanggup lagi. Sore tadi ia bilang pada Vero bahwa ia hendak mencari ide baru untuk sovenir toko. Alasan itu cukup logis karena dia memang kerap memburu barang-barang unik untuk dijual di tokonya. Saat Vero mulai tertidur karena kelelahan, Damar segera bersiap. Namun putrinya yang tertidur, menggeliak."Papi, mau ke mana?" tanya Diandra."E, putri cantikku. Papi nggak mau ke mana-mana. Tidur lagi ya Sayang.""Tapi Dian pingin ditemani Papi."Damar mendesah. Untuk Diandra dia tak dapat menolak. Maka dia p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status