Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 308. Kapan kamu bisa kupeluk?

Share

Bab 308. Kapan kamu bisa kupeluk?

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-03-17 05:07:37
Malam turun perlahan, membawa keheningan yang diselingi suara binatang malam. Lani berbaring gelisah, tangannya menekan dada yang mulai terasa panas dan kencang. Napasnya tak beraturan, keringat dingin membasahi pelipis.

"Bulek, badannya panas dingin." Mira berbisik pada Towirah yang masih sibuk mencatat siapa saja yang datang tilik bayi.

Towirah mengangkat wajah. "Sudah minum obatnya tadi?"

Lani menggeleng pelan. "Nggak ada hubungannya, Bu. Ini cuma karena asi terlalu deras."

Towirah menatapnya dalam-dalam. Ia tahu anaknya selalu punya asi yang berlimpah. Sejak hamil, Lani rajin minum kuah kacang hijau yang direbus lama, membuat tubuhnya terbiasa menghasilkan asi lebih banyak. Tapi kali ini, situasinya berbeda. Bayinya tak ada, sedangkan tubuhnya tetap memproduksi asi seperti biasa.

Mira menatap Lani dengan raut bingung. "Kenapa nggak dipompa aja, Lani?"

Lani menutup matanya sebentar, mencoba menahan nyeri yang semakin menusuk. "Nggak kepikiran beli pompa asi waktu beli perlengkapan b
HaniHadi_LTF

Nunggu aku senang dan bahagia? Bisa aja kamu!

| 4
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 309. Kangen

    "Mir, bayi Alzam gimana?" tanya Rey begitu Mira mengangkat telpon.Mira menahan sendok yang hendak masuk ke mulutnya. Suara Rey terdengar datar, tapi ada sesuatu di balik nada itu."Telpon itu bilang salam duluh kek, ngak langsung gini."Rey terkekeh. "O iya, lupa. Assalamualaikum, Cayangku!""Hm, manis sekali ujungnya.""Tuh, nggak jawab salam malah bilang begitu.""Iya, sampai lupa juga denger terakhirnya." Mira menatap Mbok Sarem yang makan bersamanya. "Walaikumussalam, Raksasa Darat!""Tuh, kan, nggak enak didengernya. Aku bilang Cayang, kamu bales gitu.""Habisnya aku sebel ingat kamu kalau bilang cayang begitu.""Kenapa? Ingat tatapan mesraku ya?""Ingat tatapanmu yang membuatku takut.""Kok takut?"Mira menyimpan senyumnya. Takut jadi makin sayang kamu, Rey, bathinnya. Walau Rey tidak tampan, entah kenapa Mira suka senyumnya yang kharismatik dan penuh ketulusan."Hey, pertanyaanku belum kamu jawab ya?""Yang mana?""Itu tentang bayi Alzam.""Masih di rumah sakit. Tadi sore Lani

    Last Updated : 2025-03-17
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 310. Adik, jangan nangis!

    "Azra, ayo!" teriak Senja di depna rumah Azra dengan maaih menaiki sepedanya."Sebentar, kamu kok pagi-pagi banget sih? Nggak sabar mau renang ya?"godanya."Iya, cepetan!""Sebentar, aku masih pakai babydoll."Azra lalu masuk lagi ke rumahnya."Sudah siap?" tanya Senja lagi. Dia menyandarkan tubuh ke dinding, menunggu Azra yang masih sibuk di dalam kamar. Matanya melirik ke arah sepeda yang sudah terparkir rapi di halaman."Hampir," sahut Azra dari dalam.Mata Senja melirik jam di pergelangan tangannya. "Kalau kelamaan, matahari keburu naik."Azra keluar dengan handuk yang masih menggantung di bahu. "Santai, air sendang tetap ada."Mereka tertawa kecil.Baju yang mereka kenakan sekarang jauh berbeda dibanding waktu kecil. Dulu asal lompat, asal main. Sekarang mereka lebih memilih pakaian yang tetap nyaman, tapi tidak memperlihatkan lekuk tubuh.Aminah, ibu Azra, muncul dari dapur. "Kalian masih suka berenang di sendang?"Senja tersenyum. "Ini suda kepingin sekali, Bu. Rasanya nostalgia

    Last Updated : 2025-03-18
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 311. Bubur bayi

    Agna berdiri di depan gerobak bubur bayi yang berwarna kuning dengan tulisan tangan di papan kayu: "Bubur Sehat untuk Buah Hati". Uap hangat mengepul dari panci besar, menebarkan aroma beras yang lembut bercampur kaldu ayam.Tukang bubur, seorang ibu berkerudung dengan senyum ramah, mengusap tangannya ke celemek sebelum menyapa. "Mbak, berapa umur bayinya?"Agna membeku. Otaknya berputar, tapi tidak ada jawaban yang terasa benar. Dia menelan ludah. "Eh... umur bayi?"Ibu penjual tersenyum lebih lebar. "Iya, Mbak. Biasanya bayi mulai makan bubur setelah enam bulan."Sial. Kenapa dia tidak kepikiran kalau orang akan bertanya seperti ini? Bukankah dia hanya ingin membeli bubur? Jantungnya berdegup lebih cepat."Memangnya ada batasan umur bayi untuk makan bubur?" tanya Agna akhirnya, mencoba terdengar santai."Enggak juga, sih. Tapi kalau terlalu kecil, lebih baik ASI saja. Sampai enam bulan, kan?"Agna mengangguk cepat, padahal dia sama sekali tidak memikirkan hal itu. Dia juga tidak b

    Last Updated : 2025-03-18
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 312. Ujian

    "Ibu ini siapa, ya?"Agna mengerjapkan mata, berusaha menetralkan perasaan yang tiba-tiba saja bergejolak. Seorang ibu memakai gamis berdiri di hadapannya, mata penuh selidik menelusuri wajahnya dari ujung kepala sampai ujung kaki."Bu Agna, kan?"Sekujur tubuh Agna menegang. Tangannya mencengkeram tas kecil yang dibawanya, jari-jari terasa dingin."Eh, iya. Saya Agna, Bu," jawabnya dengan suara setenang mungkin.Ibu tua itu menyipitkan mata, seakan-akan tengah membandingkan sesuatu dalam ingatannya. "Kok beda, ya? Kamu sekarang nggak pakai hijab, juga nggak serapi dulu. Dulu kalau datang ke sini wangi, pakai make up. Sekarang... duh, hampir nggak kenal."Beberapa ibu yang berdiri di sekitar langsung menoleh, menatap Agna dari kepala hingga kaki. Bisik-bisik mulai terdengar, beberapa bahkan terang-terangan menunjuk ke arahnya."Makanya, aku tadi juga ragu. Beneran Bu Agna? Wah, kirain orang lain.""Berubah banget, ya? Dulu anggun, sekarang malah kayak...""Jangan-jangan karena stres d

    Last Updated : 2025-03-19
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 313. Menoreh luka

    Marni menimang bayi Lani, senyumnya lebar, matanya berbinar. Jemarinya yang mulai berkerut mengelus pipi bulat bayi itu. Bayi mungil itu bergerak sedikit, seolah merasa nyaman dalam dekapan Marni."Aduh, anak ganteng," ujar Marni dengan nada penuh kasih sayang. "Lihat ini, hidungnya mancung, rambutnya lebat, matanya coklat. Persis bapaknya."Seorang ibu yang berdiri di dekatnya ikut berseru, "Iya, ya! Ibunya cantik, bapaknya ganteng, anaknya juga tampan. Iya, kan?"Suasana menjadi riuh dengan tawa kecil. Beberapa ibu lain mendekat, berusaha mengintip wajah mungil bayi itu lebih jelas."Hidungnya mirip Lani," sahut ibu yang lain."Tapi bentuk wajahnya Alzam banget," timpal yang lain lagi."Kayaknya nanti kalau besar bakal jadi idola perempuan-perempuan di desa ini," tambah seorang ibu dengan nada menggoda.Bayi itu tiba-tiba membuka matanya, bola matanya yang coklat tampak berkilau di bawah sinar matahari. Dia menggerakkan kepalanya perlahan, seolah memperhatikan semua orang yang menge

    Last Updated : 2025-03-19
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   bab 314. Problema

    Suara air sendang beriak pelan ketika seorang anak kecil datang berlar mendekati sendang. wajahnya cerah. "Kak, mau ikut renang juga?" tanyanya polos, sebelum langsung melompat ke dalam air bersama teman-temannya. Arhand dan Agna tersenyum kecil, melihat anak-anak itu bercanda dan bermain. Namun, ada yang mengganjal di hati Agna. Ia melirik Arhand, berharap laki-laki itu menjawab pertanyaannya tadi. Namun, Arhand tetap tenang, hanya melambai kepada anak-anak yang berenang. Agna mendengus, merasa dongkol. Tak lama, langkah kaki terdengar. Senja dan Azra datang dengan wajah cerah. "Kak, kok masih di sini!" seru Senja, berjalan santai ke arah mereka. "Kebetulan, ayo renang, Kak " Azra menyahut. Arhand mengangkat bahu, tersenyum tipis. "Kayaknya asik juga." "Jangan-jangan takut basah?" goda Senja. Arhand menatap sendang. Airnya tampak jernih, menenangkan. Namun, bukan itu yang memenuhi pikirannya sekarang. Ia lalu melirik Agna. "Kamu mau ikut nggak?" tanyanya dengan nada menggod

    Last Updated : 2025-03-20
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 315. Excel Al Farizi

    Suasana rumah Lani lebih ramai dari biasanya. Sejak pagi, halaman depan sudah dipenuhi sanak saudara yang datang dari berbagai tempat. Beberapa tetangga membantu di dapur, memasak daging kambing yang sudah disembelih pagi tadi. Para lelaki duduk di bawah tenda sederhana, menyiapkan tusuk sate dengan cekatan.Towirah menggendong bayi mungil yang baru selesai dimandikan. Pipinya merona, rambutnya yang hitam dan lebat terlihat kontras dengan kulitnya yang masih kemerahan."MasyaAllah, lihat rambutnya ini! Persis rambut ibunya," seru Marni, yang tengah duduk di dekat pintu sambil mengipasi wajahnya karena kepanasan habis masak di tungku. Orang sini kalau masak besar memang masih pakai tungku dengan kayu yang banyak terdapat di desa itu.Salma terkekeh. "Kalau nanti timbang rambutnya, pasti berat. Bisa-bisa lebih mahal dari harga kambingnya," godanya.Towirah tertawa kecil, membetulkan selendang yang ia gunakan untuk menggendong bayi itu. "Kalau mirip bapaknya gimana?" tanyanya."Tuh!" Tuk

    Last Updated : 2025-03-20
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 316. Keputusan Senja

    ."Sebentar, ya. Kamu duluan ke belakang, nanti Tante nyusul," bisik Elmi. "Tante ssolat duluh."Rumah Lani perlahan mulai lengang setelah acara aqiqah selesai. Aroma sate yang masih menguar bercampur dengan angin sore yang semakin dingin. Beberapa tamu masih bercakap-cakap di teras, menunggu giliran beranjak pulang untuk sholat Maghrib.Di halaman, beberapa anak kecil berlarian, tertawa-tawa sambil menggenggam permen yang dibagikan tadi. Suara sendok dan piring masih beradu di dapur, pertanda beberapa ibu-ibu sedang membereskan sisa hidangan."Dilanjut nanti saya, Yu. Ayo sholat duluh," ajak Towirah."Iya, giliran, Yu," jawab salah satu tetangganya.Di sudut lain, setelah sholat, Senja duduk di bawah pohon jeruk yang rindang. Matanya menerawang ke langit, memandangi warna jingga yang mulai memudar. Sejak tadi, ia merasa dadanya sesak, seperti ada sesuatu yang belum tuntas dalam pikirannya."Senja!"Sebuah suara mengagetkannya. Azra datang berlari kecil, membawa sisa permen yang tadi i

    Last Updated : 2025-03-21

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 383. Perjalanan

    Menjelang pagi, suasana rumah Lani dan Alzam perlahan kembali hening setelah malam penuh kebahagiaan. Namun pagi itu juga menjadi momen yang berat bagi Mira. Ia harus berpamitan."Lani...," suara Mira lirih, menahan air mata. "Aku pamit ya. Seperti yang kita rencanakan, aku resign. Lagian, kehamilanku udah masuk tujuh bulan. Kayaknya waktunya istirahat dan fokus siapin semuanya."Lani memeluk Mira erat. "Kamu yakin? Aku belum siap kehilangan kamu, Mir. Excel juga pasti cari-cari."Alzam menghampiri dengan senyum hangat. "Tenang aja, Lani. Kita bisa sering main ke sana. Lagi pula rumah Rey juga kan deket, cuma dua jam lebih dikit. Rey juga bisa mancing di sini."Mbok Sarem menenteng tas kecil sambil mengelus perut Mira. " Mbok doakan lancar sampai lahiran. Tapi ya itu, nanti kalau kamu lahiran, Mbok boleh ke sana, kan?"Mira tertawa kecil. "Wajib, Mbok. Nggak lengkap rasanya tanpa kehadiran Mbok."Excel yang baru bisa merangkak cepat, tiba-tiba menghampiri Mira sambil menyodorkan botol

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 382. Akhirnya

    Sore mengendap di antara sela-sela pepohonan di halaman belakang rumah Arhand yang dipenuhi harum rempah dan suara tawa. Tapi tak ada yang bisa menyaingi keharuan yang hadir hari itu.Di bawah naungan tenda sederhana berhiaskan lampu-lampu kecil, Arhand dan Agna duduk bersisian. Seorang kyai sepuh dari pesantren dekat rumah memimpin akad nikah yang syahdu, hanya dihadiri oleh keluarga, Evran, Arman, Manda, Thoriq, Salma, Elmi, Aksa, Alzam dan Lani. Tak ketinggalan, Arya dan istrinya yang kini telah berdamai dengan masa lalu.Mereka memang menggelar acara itu di halaman belakang rumah yang luas namun tertata rapi, para tamu keluarga duduk di atas tikar pandan, menyaksikan prosesi kecil yang begitu sakral. Tak ada gaun mewah, tak ada undangan bertumpuk, hanya kehadiran orang-orang terkasih yang telah menemani perjalanan panjang Arhand dan Agna.Evran duduk di sisi depan, menggenggam tangan Arman erat. Di sebelah mereka, Manda tak mampu menahan air mata saat melihat putranya berdiri teg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Selamat

    Menjelang maghrib, sebuah mobil boks putih bertuliskan nama catering ternama berhenti tepat di depan rumah Alzam. Beberapa pekerja turun dengan sigap, membongkar kotak-kotak makanan, mengangkat panci besar, dan menurunkan nampan berisi hidangan lengkap. Tak lama kemudian, satu per satu terop berdiri di halaman rumah. Warga mulai berdatangan, heran dan penasaran dengan suasana yang tiba-tiba ramai ini.Lani, yang sedang menidurkan Excel, langsung keluar begitu mendengar suara gaduh. "Mas, ini semua apa?" tanyanya dengan nada bingung.Alzam hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, pura-pura tak tahu. "Aku juga baru lihat ini, Lani. Mungkin ada orang yang salah alamat?""Mas... jangan bercanda. Ini rumah kita. Lihat itu, teropnya sudah hampir jadi."Mbok Sarem yang baru saja selesai menyiapkan camilan untuk semua orang, ikut keluar dan berdiri di samping Lani. "Masya Allah, ini ada acara apa, to, Mas Zam? Kok kayak mau mantenan aja."Lani memutar-mutar ponselnya, mencoba menghubungi Mira.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Kepercayaan

    Arhand dan Agna saling berpandangan ketika suara dari ponsel membuat mereka terdiam. Arhand mengernyit, mencoba mengenali nada bicara itu—terdengar lelah, namun juga penuh tekanan."Maaf, apa benar ini nomornya Mas Arhand?""Iya. Ini saya sendiri. Maaf, ini siapa ya?"Dari seberang sana, terdengar helaan napas berat sebelum suara lain, jauh lebih familiar namun dibalut amarah dan kekhawatiran, mengambil alih sambungan."Arhand! Astaghfirullah, kamu ke mana aja? Kami tunggu dari kemarin sore di Munding Wangi. Kamu ke mana? Omahmu ini udah nyaris sesak karena semua nanya kamu di mana!""Oma?" Arhand langsung berdiri, panik. Ia memutar langkah ke arah jendela, mencoba menjauh dari Agna agar percakapan lebih tenang. "Oma, maaf... aku—aku...""Apa kamu sama perempuan itu, hah? Oma bisa terima kamu memang sudah sah menurut negara, tapi menginap, satu apartemen? Ya Allah, Arhand... jangan cemari darah keluarga kita dengan aib!" Suara Oma Evran meninggi, dan di latar belakang terdengar suara M

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 379. Cobaan

    Arhand merapatkan pelukannya. Hawa malam yang sejuk dari jendela balkon tetap terasa hangat di antara mereka. Agna merebahkan kepalanya di bahu Arhand, mencoba menenangkan debaran jantungnya sendiri. Aroma parfum lembut yang ia kenali sejak dulu masih melekat di kemeja pria itu."Aku nggak nyangka... kita bisa begini," lirih Agna."Kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Arhand pelan, hampir seperti berbisik di telinga."Suka... Tapi takut," jawab Agna jujur."Takut kenapa?""Takut kita kelewatan. Kita bawa diri ke tempat yang terlalu nyaman, lalu kita kehilangan kendali."Arhand menarik napas panjang, tapi tak menjauh. Sebaliknya, ia justru menyentuh pipi Agna dengan lembut, menatap wajah perempuan itu dengan serius."Aku bawa kamu ke sini bukan buat itu, Agna. Aku cuma pengen kita bisa bicara dari hati ke hati, jauh dari ributnya dunia luar. Tapi aku juga manusia, aku... aku nggak bisa bohong, rasa untuk itu ada. Aku lelaki normal, di dekatmu aku seperti hilang kendali. Agna, aku,.."Agna m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Keajaiban

    "Mir, kamu kenapa?"Mira makin mengeratkan pelukannya, bahkan mencium Rey dengan begitu saayangnya. Binar ceria nampak tergambar di matanya."Mira, jangan bikin aku takut kayak gini, dong."Mira makin terkekeh dan mengajak Rey bercanda dan bermanja.Malam semakin larut ketika aroma embun mulai merambat dari sela jendela kamar yang terbuka sedikit. Lampu redup menemani keheningan malam di rumah Alzam yang kini kembali tenang setelah membahas soal keramaian resepsi siang tadi. Kamar yang biasanya hanya ditempati Mira kini terasa lebih hangat—bukan hanya karena Rey yang kini hanya di kamar, tapi juga karena kehadiran cinta yang tak terbendung di antara mereka.Rey duduk di tepi ranjang, sementara Mira bersandar di bahunya. Tangannya yang besar membelai pelan rambut istrinya, seperti mencoba menghapus kelelahan yang masih menggantung di wajah cantik itu."Kamu ngapain mandangin aku terus?" Mira melirik."Lagi jatuh cinta, Mir. Sama istri orang."Mira mencubit lengan Rey pelan. "Istrimu se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Kita sudah sah,..

    Kota Makassar malam itu gelap tanpa bintang. Awan menggantung rendah, seolah tahu ada yang sedang gundah turun dari pesawat malam. Arhand menapakkan kakinya di bandara dengan langkah berat, membawa koper kecil dan tas selempang yang lebih berisi kegelisahan daripada barang-barang.Baru beberapa langkah keluar dari pintu kedatangan, sebuah tangan menarik pergelangan tangannya. Lembut, tapi membuat jantungnya berdegup."Bukan aku ingin menghianati janjiku, Arhand," suara Agna lirih namun tegas. Matanya menatap Arhand, dengan kelopak yang lelah, seperti habis menangis.Arhand berhenti, menatap perempuan yang kini berdiri di hadapannya. Ada syal panjang membalut kepala Agna. Tidak seperti biasanya. Bukan hijab penuh, tapi semacam penyesuaian. Agna mencoba, meski belum yakin."Tapi setelah aku bertemu ibumu tadi... aku takut, Hand. Takut aku tak akan bisa menjadi menantu yang baik untuk beliau. Dia membenciku. Tatap matanya seolah tak sudi padaku."Arhand tidak langsung menjawab. Ia hanya

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 376. Terkabulnya permintaan

    Keluarga besar Arhand sudah lebih dulu tiba di Munding Wangi, membiarkan Arhand bicara dengan mertuanya. Mereka sejak belum selesai acara sudah ingin pulang. Bukan hanya Thoriq dan Salma yang mendengar perbincangan tak enak di kalangan orang besar itu, khususnya di kalangan partai yang dinaungi Agna. Walau mereka berusaha bungkam dengan seolah tak terjadi apa-apa, sampai waktu mereka dipakai untuk menimang cucu mereka, Excel, mereka tak bisa menutup telinga."Ternyata dengan menggelar pesta pun takkan membuat orang lain kagum, justru makin mengumpulkan orang untuk membicarakan aib pengantin," ucap Lani berbisik pada suaminya."Bener, Lani. Mereka kan nggak kenal aku sama Rey, hinggah mereka enak aja ngobrol soal yang kini berdiri di pelaminan dengan tak melihat kami yang makan sambil memperhatikan mereka. Bener kan, Rey?""Apa?""Rey, kamu ini gimana sih, dari tadi kita ngomong banyak hal, kamu cuma merhatiin Mira saja," timpuk Alzam yang merasakan beban yang ditanggung nenek juga tan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 375. Desas desus di resepsi

    Pesta pernikahan Agna dan Arhand digelar megah di ballroom hotel bintang lima. Bunga mawar dan lili putih mendominasi dekorasi, sementara lampu-lampu gantung kristal menciptakan kilauan mewah di setiap sudut ruangan. Musik alunan saxophone dari panggung utama melantun lembut, menyambut para tamu undangan yang datang berbusana formal nan elegan.Agna duduk di pelaminan, mengenakan gaun rosegold berpotongan longgar berhias renda halus dan mutiara kecil yang dijahit tangan. Hijab satin senada melingkupi rambutnya, sementara riasan wajahnya natural dan lembut. Namun, sorot matanya tak sepenuhnya bahagia. Ia mencoba tersenyum pada setiap tamu yang menyalami, meski jauh di dalam dadanya, ada sesak yang tertahan. Sejak bertemu dengannya, keluarga Arhand tak menampakkan keramahannya. Manda bahkan sering berpaling saat dia menatapnya. "Baru juga di sini mereka seperti ini. Bagaimana jika aku nanti jadi ikut ke sana? Bahan aku seolah tak membawa apa-apa. Apa yang bisa aku lakukan untuk menghad

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status