Share

Bab 256. Lamaran

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-02-18 05:51:03

Rumah besar itu sudah penuh dengan sanak saudara, tetangga, dan tamu yang datang untuk menghadiri lamaran Damar dan Mira. Di teras, meja panjang telah disiapkan dengan hidangan khas yang menggugah selera. Kue tradisional seperti onde-onde, lemper, dan kue lapis berjejer rapi berdampingan dengan bolu gulung, cheese cake, dan aneka jajanan modern lainnya.

Towirah dan Bu Lastri mondar-mandir di dapur, memastikan semua makanan tersaji dengan baik. Dari kemarin mereka sibuk membantu Marni, ibu Mira, mengurus persiapan. Namun, berbeda dengan kegembiraan para tamu, Marni tampak muram di sudut ruangan.

Tukiran, suaminya, memperhatikannya dari jauh sebelum akhirnya mendekat.

"Sudah selesai, Bune, persiapannya?" tanyanya, berusaha mencairkan suasana.

Marni tidak langsung menjawab. Tatapannya masih tertuju pada meja hidangan, tetapi pikirannya jauh dari sana.

"Hmm," gumamnya pendek.

Tukiran menghela napas. Dia paham betul apa yang dirasakan istrinya.

"Mau sampai kapan kamu begitu?" lanjutnya pel
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 257. Jari manis masih kosong

    "Aku balik aja, Zam," ucap Rey lemas."Ghak singgah duluh?" tawar Alzam."Aku nggak sanggup lama-lama di sini." Rey segera mengeluarkan kunci dan beranjak ke mobilnya di depan rumah Lani.Wagimin, yang sejak tadi berdiri di dekat gerbang, langsung menghampiri begitu mengenali siapa yang datang."Eh, Rey, Alzam! Masuk, masuk!" serunya antusias. "Masuk ke urmah sini duluh, biar bisa mencicipi hidasngan lamaran di sini."Alzam tersenyum tipis, sementara Rey hanya berdiri canggung."Nggak usah, Pak. Saya mau pulang saja," ujar Rey pelan.Wagimin tertawa kecil. "Duh, nggak ada acara pulang duluh sebelum mencicipi makanan lamaran, biar kamu segera ketularan. Masuk dulu, makan sini," ajaknya ngotot.Rey menggeleng. "Saya sudah kenyang. Tadi sudah makan di resepsinya Dandi.""Ayolah, Rey. Nggaj baik nolak. Lagian kamu tadi juga belum makan apapun. Padahal biasanya nasi sebakul kamu habiskan." Alzam berusaha membujuk dengan candanya. Walau itu tak membuat Rey tersenyum.Wagimin menepuk bahunya

    Last Updated : 2025-02-18
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 258. Stress.

    Di dalam ruangannya, Agna duduk dengan wajah kusut. Angka-angka di layar laptop seolah menari, semakin lama semakin menekan pikirannya. Setiap kali dicocokkan dengan catatan manual, hasilnya tetap sama—keuntungan bulan ini tidak mencukupi.Tangan kanannya mencengkeram kepalanya, sementara tangan kiri menggenggam pulpen yang sudah hampir patah karena ditekan terlalu kuat."Mira!" suaranya menggema.Tak lama, pintu terbuka. Mira muncul dengan ekspresi waspada."Ya, Mbak?"Agna melempar buku catatan ke meja. "Ini semua berantakan! UMKM dan pegawai harus dibayar, tapi pemasukan nggak cukup. Pemesanan berkurang. Distributor pun mundur.""Bagaimana nggak mundur, Mbak. Harga sirup Mbak naikkan, jadi mereka pikir-pikir mau ambil dari tempat lain saja. Sementara kulaitas sirup Mbak kurangi.""Itu karena Sajad itu yang memasok ke kita jauh dari yang kita butuhkan.""Iya, Pak Sajad memang marah, Mbak nggak mau bayar lebih bagus untuk petani.""Semua ini karena Alzam brengset itu. Sajad hanya sur

    Last Updated : 2025-02-19
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 260. Syarat

    "Assalamualaikum!" Semua yang ada di gudang serentak menjawab salam. Gudang pengepulan jeruk tampak lebih lengang dari biasanya. Biasanya, sejak pagi, suara petani berteriak-teriak membawa hasil panen mereka dan menimbangnya. Gudang akan semerbak, bercampur aroma jeruk segar yang memenuhi udara. Hari ini, hanya beberapa orang yang sibuk memilah buah. Tidak ada tumpukan jeruk yang melimpah seperti dulu.Pak Sajad berdiri di dekat timbangan, wajahnya muram. Tia dan Laras duduk di meja administrasi, catatan keuangan berserakan di depan mereka. Beberapa petani berkumpul di sudut, membicarakan sesuatu dengan nada kesal.Alzam melangkah masuk. Matanya menyapu keadaan sekitar. "Bagaimana perkembangannya, Pak?"Pak Sajad menoleh, menarik napas berat. "Nggak baik, Mas. Petani mulai beralih ke tempat lain. Harga yang kita tawarkan terlalu rendah buat mereka."Tia menambahkan, "Padahal harga jeruk memang turun di pasar, tapi mereka lebih pilih jual ke pengepul lain yang berani kasih spekulasi

    Last Updated : 2025-02-19
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 261

    Alzam berdiri di depan pintu, menatap sosok yang memantul di permukaan kaca. Dada berdegup tak menentu. Hari ini, akhirnya semua akan sah.Lani menoleh, lalu berdiri, mengenakan gaun putih yang jatuh lembut hingga menyapu lantai. Cahaya pagi masuk melalui jendela, menyorot wajahnya yang berseri. Alzam menahan napas."Saya permisi duluh." Seorang perias berserta asistennya merasa malu melihat tatapan mesra mereka dan segera pamit keluar dari kamar itu."Kamu cantik sekali," bisiknya, hampir tanpa sadar.Lani tersenyum kecil, menunduk malu. Jemarinya meremas kain gaun yang dipakai. "Terima kasih."Alzam melangkah mendekat, mengulurkan tangan, lalu menggenggam jemari istrinya dengan erat. "Maaf, aku nggak bisa memenuhi impian kita dulu. Nggak ada pedang pora, nggak ada gemuruh rekan-rekan pasukan yang mengangkat pedang menghormati pernikahan kita."Lani menggeleng pelan. "Yang penting kita sampai di titik ini, Mas. Aku sudah bersyukur. Bapak juga kenapa dia memanggil tukang rias sama pela

    Last Updated : 2025-02-20
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 262. Qobiltu,..

    Suasana hening. Semua mata tertuju ke arah Alzam yang duduk di depan penghulu. Wajahnya tenang, tapi jemari yang saling menggenggam erat di pangkuan menunjukkan ketegangan yang tertahan.Pak Kyai Abduh menatapnya lekat, lalu mengulang pertanyaan sakral itu dengan suara tegas dan berwibawa."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Alzam menarik napas dalam, lalu menjawab dengan lantang, suara bulat dan mantap."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Hening sejenak.Lalu, gemuruh suara takbir dan ucapan syukur menggema."Sah!""Alhamdulillah!"Beberapa orang bahkan menepuk paha atau bahu mereka sendiri saking gembiranya. Senyum merekah di wajah Wagimin dan Towirah yang berdiri di samping penghulu. Keduanya tak henti-hentinya mengucap syukur, seolah beban yang selama ini mereka tanggung luruh begitu saja.Salma yang sejak tadi menahan haru, akhirnya tak bisa lagi membendung air matanya. Ia merangkul Towirah erat, bahunya bergetar."Selamat, Mbak... Akh

    Last Updated : 2025-02-20
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 263. Curi pandang

    "Ya Allah, Le, aku kira siapa tadi yang tiba-tiba nongol di dekatku," ucap Marni sambil menyambut uluran tangan Rey.Lelaki itu terkekeh, duduk di sebelah Marni. Dilihat selintas mereka cocok jadi Ibu dan anak, sama-sama besarnya. Hanya Marni besarnya tak terbentuk seperti Rey. Banyak lemaknya.Atik menoleh, dahinya mengernyit. "Siapa dia, Mbak?"Marni terkekeh, menepuk pundak Rey. "Calon mantu yang belum pasti."Rey hanya tersenyum miring. "Insya Allah bisa terlaksana, Bu."Tapi, matanya tetap menatap lurus ke satu arah—ke Mira yang tengah duduk dengan Damar.Damar sadar betul tatapan Rey yang sejak tadi tak lepas dari Mira. Karena itu, tangannya sengaja menggenggam tangan Mira lebih erat. Bahkan, dengan gerakan yang seolah tanpa maksud, ia mengambil sepotong kue kecil dari piring, lalu menyuapkannya langsung ke mulut Mira.Mira tersenyum. Tapi senyumnya hambar. Tatapannya tak sepenuhnya pada Damar. Matanya melirik ke arah lain, sesekali menangkap ekspresi Rey yang kini menatapnya d

    Last Updated : 2025-02-21
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 264. Gemetar

    "Rey, bisakah kamu menolongku?" Terdengar suara Agna gemetar.Rey yang tengah duduk di beranda rumahnya mengernyit. Ia baru saja menikmati kopi panas ketika ponselnya bergetar. Suara Agna terdengar bergetar, seperti menahan sesuatu."Ada apa?" tanyanya."Nanti kamu juga tahu," jawab Agna cepat. "Cepatlah kemari. Aku takut."Suara di latar belakang terdengar riuh. Rey bisa mendengar dentuman keras, suara orang-orang berteriak, bahkan bunyi seperti sesuatu dipukul berkali-kali.Ia langsung bangkit."Aku ke sana sekarang."Tanpa menunggu jawaban, ia memasukkan ponsel ke saku dan melangkah ke garasi.Sementara itu, di depan rumah Agna, puluhan orang berdiri di halaman rumah Alzam yang ditempatinya. Wajah-wajah mereka penuh amarah. Beberapa bahkan mengetuk pintu dengan keras."Keluar!""Jelaskan uang kami!"Dari dalam, Agna melangkah ke pintu dengan rahang mengeras. Ia menarik napas dalam sebelum membukanya sedikit."Mau apa kalian datang dengan marah-marah begini?""Urusan gaji, Bu!"Seor

    Last Updated : 2025-02-21
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 01. Aku Membencimu.

    Di luar begitu gelap. Tak ada bintang yang terlihat. Dengan mengendap Lani berjalan melewati belakang rumah , menyusuri belukar hinggah jatuh berkali-kali. Pedih dan perih tak lagi dia rasakan."Ya, Allah, beri aku kekuatan untuk keluar dari semua ini," untaian do'a terus dipanjatkan Lani. Kakinya sudah banyak mengeluarkan darah saat dia menyusuri semak-semak."Aww!" Lani meringis saat duri menancap di kakinya. Segera dia lepaskan duri itu dan dia kembali berlari dengan tertatih."Ini ke mana ujungnya, ya Allah?" Lani merasa tidak kuat lagi, terlebih dengan kerongkongannya yang terasa kering. Dia lalu menggapai air di aliran air yang kini terhampar di depannya. Meminumnya untuk mengeluarkan dahaga yang menyerangnya."Hey, wanita sialan, mau lari ke mana kamu?"Lani sontak menoleh dengan teriakan dari kejauhan. Dua lelaki itu kini bahkan mengejarnya."Ya, Allah, tolong aku! Tolong aku! Izinkan aku keluar dari kejaran mereka." Dengan bingung Lani segera menceburkan diri ke aliran air ya

    Last Updated : 2024-10-04

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 264. Gemetar

    "Rey, bisakah kamu menolongku?" Terdengar suara Agna gemetar.Rey yang tengah duduk di beranda rumahnya mengernyit. Ia baru saja menikmati kopi panas ketika ponselnya bergetar. Suara Agna terdengar bergetar, seperti menahan sesuatu."Ada apa?" tanyanya."Nanti kamu juga tahu," jawab Agna cepat. "Cepatlah kemari. Aku takut."Suara di latar belakang terdengar riuh. Rey bisa mendengar dentuman keras, suara orang-orang berteriak, bahkan bunyi seperti sesuatu dipukul berkali-kali.Ia langsung bangkit."Aku ke sana sekarang."Tanpa menunggu jawaban, ia memasukkan ponsel ke saku dan melangkah ke garasi.Sementara itu, di depan rumah Agna, puluhan orang berdiri di halaman rumah Alzam yang ditempatinya. Wajah-wajah mereka penuh amarah. Beberapa bahkan mengetuk pintu dengan keras."Keluar!""Jelaskan uang kami!"Dari dalam, Agna melangkah ke pintu dengan rahang mengeras. Ia menarik napas dalam sebelum membukanya sedikit."Mau apa kalian datang dengan marah-marah begini?""Urusan gaji, Bu!"Seor

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 263. Curi pandang

    "Ya Allah, Le, aku kira siapa tadi yang tiba-tiba nongol di dekatku," ucap Marni sambil menyambut uluran tangan Rey.Lelaki itu terkekeh, duduk di sebelah Marni. Dilihat selintas mereka cocok jadi Ibu dan anak, sama-sama besarnya. Hanya Marni besarnya tak terbentuk seperti Rey. Banyak lemaknya.Atik menoleh, dahinya mengernyit. "Siapa dia, Mbak?"Marni terkekeh, menepuk pundak Rey. "Calon mantu yang belum pasti."Rey hanya tersenyum miring. "Insya Allah bisa terlaksana, Bu."Tapi, matanya tetap menatap lurus ke satu arah—ke Mira yang tengah duduk dengan Damar.Damar sadar betul tatapan Rey yang sejak tadi tak lepas dari Mira. Karena itu, tangannya sengaja menggenggam tangan Mira lebih erat. Bahkan, dengan gerakan yang seolah tanpa maksud, ia mengambil sepotong kue kecil dari piring, lalu menyuapkannya langsung ke mulut Mira.Mira tersenyum. Tapi senyumnya hambar. Tatapannya tak sepenuhnya pada Damar. Matanya melirik ke arah lain, sesekali menangkap ekspresi Rey yang kini menatapnya d

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 262. Qobiltu,..

    Suasana hening. Semua mata tertuju ke arah Alzam yang duduk di depan penghulu. Wajahnya tenang, tapi jemari yang saling menggenggam erat di pangkuan menunjukkan ketegangan yang tertahan.Pak Kyai Abduh menatapnya lekat, lalu mengulang pertanyaan sakral itu dengan suara tegas dan berwibawa."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Alzam menarik napas dalam, lalu menjawab dengan lantang, suara bulat dan mantap."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Hening sejenak.Lalu, gemuruh suara takbir dan ucapan syukur menggema."Sah!""Alhamdulillah!"Beberapa orang bahkan menepuk paha atau bahu mereka sendiri saking gembiranya. Senyum merekah di wajah Wagimin dan Towirah yang berdiri di samping penghulu. Keduanya tak henti-hentinya mengucap syukur, seolah beban yang selama ini mereka tanggung luruh begitu saja.Salma yang sejak tadi menahan haru, akhirnya tak bisa lagi membendung air matanya. Ia merangkul Towirah erat, bahunya bergetar."Selamat, Mbak... Akh

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 261

    Alzam berdiri di depan pintu, menatap sosok yang memantul di permukaan kaca. Dada berdegup tak menentu. Hari ini, akhirnya semua akan sah.Lani menoleh, lalu berdiri, mengenakan gaun putih yang jatuh lembut hingga menyapu lantai. Cahaya pagi masuk melalui jendela, menyorot wajahnya yang berseri. Alzam menahan napas."Saya permisi duluh." Seorang perias berserta asistennya merasa malu melihat tatapan mesra mereka dan segera pamit keluar dari kamar itu."Kamu cantik sekali," bisiknya, hampir tanpa sadar.Lani tersenyum kecil, menunduk malu. Jemarinya meremas kain gaun yang dipakai. "Terima kasih."Alzam melangkah mendekat, mengulurkan tangan, lalu menggenggam jemari istrinya dengan erat. "Maaf, aku nggak bisa memenuhi impian kita dulu. Nggak ada pedang pora, nggak ada gemuruh rekan-rekan pasukan yang mengangkat pedang menghormati pernikahan kita."Lani menggeleng pelan. "Yang penting kita sampai di titik ini, Mas. Aku sudah bersyukur. Bapak juga kenapa dia memanggil tukang rias sama pela

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 260. Syarat

    "Assalamualaikum!" Semua yang ada di gudang serentak menjawab salam. Gudang pengepulan jeruk tampak lebih lengang dari biasanya. Biasanya, sejak pagi, suara petani berteriak-teriak membawa hasil panen mereka dan menimbangnya. Gudang akan semerbak, bercampur aroma jeruk segar yang memenuhi udara. Hari ini, hanya beberapa orang yang sibuk memilah buah. Tidak ada tumpukan jeruk yang melimpah seperti dulu.Pak Sajad berdiri di dekat timbangan, wajahnya muram. Tia dan Laras duduk di meja administrasi, catatan keuangan berserakan di depan mereka. Beberapa petani berkumpul di sudut, membicarakan sesuatu dengan nada kesal.Alzam melangkah masuk. Matanya menyapu keadaan sekitar. "Bagaimana perkembangannya, Pak?"Pak Sajad menoleh, menarik napas berat. "Nggak baik, Mas. Petani mulai beralih ke tempat lain. Harga yang kita tawarkan terlalu rendah buat mereka."Tia menambahkan, "Padahal harga jeruk memang turun di pasar, tapi mereka lebih pilih jual ke pengepul lain yang berani kasih spekulasi

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 258. Stress.

    Di dalam ruangannya, Agna duduk dengan wajah kusut. Angka-angka di layar laptop seolah menari, semakin lama semakin menekan pikirannya. Setiap kali dicocokkan dengan catatan manual, hasilnya tetap sama—keuntungan bulan ini tidak mencukupi.Tangan kanannya mencengkeram kepalanya, sementara tangan kiri menggenggam pulpen yang sudah hampir patah karena ditekan terlalu kuat."Mira!" suaranya menggema.Tak lama, pintu terbuka. Mira muncul dengan ekspresi waspada."Ya, Mbak?"Agna melempar buku catatan ke meja. "Ini semua berantakan! UMKM dan pegawai harus dibayar, tapi pemasukan nggak cukup. Pemesanan berkurang. Distributor pun mundur.""Bagaimana nggak mundur, Mbak. Harga sirup Mbak naikkan, jadi mereka pikir-pikir mau ambil dari tempat lain saja. Sementara kulaitas sirup Mbak kurangi.""Itu karena Sajad itu yang memasok ke kita jauh dari yang kita butuhkan.""Iya, Pak Sajad memang marah, Mbak nggak mau bayar lebih bagus untuk petani.""Semua ini karena Alzam brengset itu. Sajad hanya sur

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 257. Jari manis masih kosong

    "Aku balik aja, Zam," ucap Rey lemas."Ghak singgah duluh?" tawar Alzam."Aku nggak sanggup lama-lama di sini." Rey segera mengeluarkan kunci dan beranjak ke mobilnya di depan rumah Lani.Wagimin, yang sejak tadi berdiri di dekat gerbang, langsung menghampiri begitu mengenali siapa yang datang."Eh, Rey, Alzam! Masuk, masuk!" serunya antusias. "Masuk ke urmah sini duluh, biar bisa mencicipi hidasngan lamaran di sini."Alzam tersenyum tipis, sementara Rey hanya berdiri canggung."Nggak usah, Pak. Saya mau pulang saja," ujar Rey pelan.Wagimin tertawa kecil. "Duh, nggak ada acara pulang duluh sebelum mencicipi makanan lamaran, biar kamu segera ketularan. Masuk dulu, makan sini," ajaknya ngotot.Rey menggeleng. "Saya sudah kenyang. Tadi sudah makan di resepsinya Dandi.""Ayolah, Rey. Nggaj baik nolak. Lagian kamu tadi juga belum makan apapun. Padahal biasanya nasi sebakul kamu habiskan." Alzam berusaha membujuk dengan candanya. Walau itu tak membuat Rey tersenyum.Wagimin menepuk bahunya

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 256. Lamaran

    Rumah besar itu sudah penuh dengan sanak saudara, tetangga, dan tamu yang datang untuk menghadiri lamaran Damar dan Mira. Di teras, meja panjang telah disiapkan dengan hidangan khas yang menggugah selera. Kue tradisional seperti onde-onde, lemper, dan kue lapis berjejer rapi berdampingan dengan bolu gulung, cheese cake, dan aneka jajanan modern lainnya.Towirah dan Bu Lastri mondar-mandir di dapur, memastikan semua makanan tersaji dengan baik. Dari kemarin mereka sibuk membantu Marni, ibu Mira, mengurus persiapan. Namun, berbeda dengan kegembiraan para tamu, Marni tampak muram di sudut ruangan.Tukiran, suaminya, memperhatikannya dari jauh sebelum akhirnya mendekat."Sudah selesai, Bune, persiapannya?" tanyanya, berusaha mencairkan suasana.Marni tidak langsung menjawab. Tatapannya masih tertuju pada meja hidangan, tetapi pikirannya jauh dari sana."Hmm," gumamnya pendek.Tukiran menghela napas. Dia paham betul apa yang dirasakan istrinya."Mau sampai kapan kamu begitu?" lanjutnya pel

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 255. Hati

    Alzam refleks menangkap Rey sebelum tubuhnya benar-benar jatuh ke lantai. Lelaki itu seperti kehilangan tenaga, seakan semua yang menopangnya lenyap dalam sekejap."Mira..." Rey masih berusaha berkata, tapi suaranya lirih.Mata Mira berkabut. Jantungnya berdegup begitu kencang sampai terasa menyakitkan. Rey... Dia belum pernah melihat lelaki itu seterpuruk ini. Rey yang selama ini ceria, selalu penuh canda, kini berdiri di hadapannya dengan mata yang begitu dalam, penuh luka.Kata-kata Rey tadi terus terngiang di kepalanya.Udara di sekelilingnya terasa menekan. Seluruh tubuhnya gemetar. Dia menggeleng, tak ingin mendengar lebih lanjut. Dia memilih berbalik dan berlari meninggalkan tempat itu.Langkahnya terburu-buru. Setiap derap yang dia tinggalkan di tanah seperti menyisakan jejak luka yang lebih dalam. Sampai di rumah, dia menghempaskan diri ke tempat tidur, menarik selimut menutupi wajahnya, seolah bisa bersembunyi dari kenyataan.Dadanya naik turun. Napasnya berat. Otaknya penuh

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status