Beranda / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 203. Aku bukan barang

Share

Bab 203. Aku bukan barang

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-22 05:03:38

Malam itu, langkah kaki Alzam terdengar berat saat ia memasuki rumah Lani. Pintu utama sudah terbuka, menandakan seseorang masih terjaga. Di dalam, suara TV samar mengisi keheningan.

Wagimin, ayah Lani, duduk di ruang tengah, mengenakan sarung dan kaus oblong, memegang segelas teh hangat. Wajahnya sedikit terkejut melihat menantunya muncul dengan koper dan raut wajah yang sulit ditebak.

"Ada kejadian apalagi dengan kalian. Siang tadi Lani membawa koper besar, begitu pun sekarang kamu yang bawa koper. Memang kalian mau pindah ke rumah ini?" Agak menahan senyum Wagimin melihat menantunya itu tertunduk. Baru beberapa menit lalu dia begitu resah, walau secercah keyakinan yang tadi dia pendam itu kini telah tampak. Dia tau Alzam bukanlah orang yang tidak bertanggungjawab. Cintanya pada Lani telah teruji dengan banyak hal. Dan itu tak pernah menggoyahkan menantunya untuk tetap bersama putrinya.

Lani memang hanya berkata kalau dia kangen tinggal di rumah mereka, namun dia tau, ada hal yang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Umriyah Purnawati Sholikhah
kpn bahagianya Alzam sm Lani thor....?klo gini trs lama2 pembaca jg bosan juga
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
cerita muter mulu kayak roda mobil yang remnya blong sementara bensinnya penuh, gak bisa berhenti muter gak jelas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 204. Bahagia itu sederhana

    "Alzam!" Terdengar Towirah memanggil."Dalem, Bu," jawab Alzam dalam bahasa Jawa yang artinya iya. Dia lalu bangkit dari rebahannya setelah ditinggalkan Lani ke dapur."Ayo cepet makan, Le. Kelihatan makanannya sudah disiapkan Lani. Kebetulan tadi dikasih tetangga ikan lele.""Engge, Bu." Alzam memang sudah merasakan perutnya keroncongan, terlebih mendengar kata ikan lele, dia sudah membayangkan sambal Lani yang pas di lidahnya. Sejak dia pulang dan mendapati kertas Lani di atas meja riasnya, dia sudah tidak sanggup makan atau minum. Dan sekarang, kejengkelannya pada Lani karena seolah menanggapi keluhannya dengan gurauan, membuatnya masih enggan keluar. Sampai ditahannya keinginannya makan.Lani memang sudah jenuh dengan ulah Agna, hinggah dia menanggapinya dengan tenang. Baginya yang penting Alzam selalu bersamanya. Walau tinggal di rumah sederhana milik orangtuanya. Bahkan jika ada kemungkinan terburuk dengan pabriknya, dia telah siap dengan cuma hidup seadanya, asal mereka bisa men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 205. Adaptasi

    Malam itu terasa dingin menusuk. Alzam menggigil di atas ranjang, tubuhnya terasa lengket setelah mandi besar di kamar mandi luar rumah Lani. Meski sudah mengenakan jaket, hawa dingin masih meresap hingga ke tulang. Lani yang terlelap di sebelahnya mulai gelisah mendengar bunyi nafas berat suaminya. Ia membuka mata perlahan, mendapati Alzam yang meringkuk sambil memeluk tubuhnya sendiri. Rambutnya basah, wajahnya pucat.Lani duduk, membelai rambut Alzam. "Mas, malam-malam begini kamu sudah keramas?" tanyanya setengah mengantuk.Alzam hanya mengangguk tanpa berkata. Tubuhnya gemetar. Dia dari tadi menahan diri tak memeluk Lani untuk menghangatkan tubuhnya karena takut Lani bangun."Kenapa nggak bangunin aku dulu kalau mau mandi? Aku kan bisa bantu bikin air hangat." Lani segera menyelinap di dada suaminya.Alzam mendesah, malu-malu. "Aku... nggak enak. Kalau tengah malam masak air, nanti ibu atau bapak terbangun. Dilihat mereka malu, Lani."Lani menahan tawa. "Jadi, Mas mandi pakai air

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 206. Kangen

    Agna merasa pipinya memanas. Kata-kata Reynaldi, meskipun disampaikan dengan nada bercanda, mengusik hatinya. Ia mengalihkan pandangan, mengaduk kopi yang sudah dingin tanpa alasan. "Kenapa diam?" tanya Reynaldi sambil menyipitkan matanya. Pria itu bersandar di kursinya dengan ekspresi santai, namun tatapannya tajam.Agna mendesah pelan, mencoba menguasai dirinya. "Aku cuma heran, Rey. Apa semua laki-laki di dunia ini punya kemampuan untuk membuat perempuan merasa rendah?"Rey tertawa kecil. "Jangan terlalu keras sama aku, Agna. Aku cuma bilang apa yang aku pikirkan. Kamu nggak perlu terlalu bawa perasaan."Agna menatapnya tajam. "Kamu pikir aku nggak sadar? Aku tahu maksud ucapanmu. Kamu sedang merendahkanku karena aku mencoba mempertahankan Alzam, bahkan setelah dia lebih memilih Lani."Reynaldi mendekatkan tubuhnya ke meja, tatapannya serius. "Agna, kamu yang memilih jalan ini. Kamu yang memilih untuk mengejar seseorang yang jelas-jelas sudah tidak ada di pihakmu. Kenapa nggak lep

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 207. Senyum pagi

    Di pagi yang sama, jalanan desa masih basah oleh embun di pagi hari yang dingin. Langit biru bersih, tanpa noda awan, menemani Lani dan Alzam yang berjalan santai menuju pasar krempyeng di tengah desa. Alzam terus melirik ke arah Lani yang berjalan di sampingnya, matanya penuh kekhawatiran yang sulit ia sembunyikan."Kamu yakin kuat jalan sejauh ini, Sayang?" tanya Alzam, menghentikan langkahnya. Ia mengamati wajah Lani yang terlihat tenang, bahkan tersenyum kecil bergayut manja di lengannya.Lani mendesah, lalu berbalik menatap suaminya. "Mas, ini cuma jalan kaki ke pasar, bukan mendaki gunung. Aku baik-baik saja.""Tapi kamu semalaman itu, apa kamu ghak capek?""Sudah, jangan berlebihan. Aku malah senang kita jalan kaki. Rasanya kayak balik ke masa kecil, waktu aku sering diajak Ibu ke pasar ini." Lani memotong ucapan Alzam. "Ayo jalan lagi. Kalau aku capek, aku bilang kok.""Iya, ntar aku gendong."Lani terkikik. "Ih, ngawur kamu. Yang ada malah diketawain orang, Mas. Tuh, sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 206. Kangen

    Agna merasa pipinya memanas. Kata-kata Reynaldi, meskipun disampaikan dengan nada bercanda, mengusik hatinya. Ia mengalihkan pandangan, mengaduk kopi yang sudah dingin tanpa alasan. "Kenapa diam?" tanya Reynaldi sambil menyipitkan matanya. Pria itu bersandar di kursinya dengan ekspresi santai, namun tatapannya tajam.Agna mendesah pelan, mencoba menguasai dirinya. "Aku cuma heran, Rey. Apa semua laki-laki di dunia ini punya kemampuan untuk membuat perempuan merasa rendah?"Rey tertawa kecil. "Jangan terlalu keras sama aku, Agna. Aku cuma bilang apa yang aku pikirkan. Kamu nggak perlu terlalu bawa perasaan."Agna menatapnya tajam. "Kamu pikir aku nggak sadar? Aku tahu maksud ucapanmu. Kamu sedang merendahkanku karena aku mencoba mempertahankan Alzam, bahkan setelah dia lebih memilih Lani."Reynaldi mendekatkan tubuhnya ke meja, tatapannya serius. "Agna, kamu yang memilih jalan ini. Kamu yang memilih untuk mengejar seseorang yang jelas-jelas sudah tidak ada di pihakmu. Kenapa nggak lep

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 207. Senyum pagi

    Di pagi yang sama, jalanan desa masih basah oleh embun di pagi hari yang dingin. Langit biru bersih, tanpa noda awan, menemani Lani dan Alzam yang berjalan santai menuju pasar krempyeng di tengah desa. Alzam terus melirik ke arah Lani yang berjalan di sampingnya, matanya penuh kekhawatiran yang sulit ia sembunyikan."Kamu yakin kuat jalan sejauh ini, Sayang?" tanya Alzam, menghentikan langkahnya. Ia mengamati wajah Lani yang terlihat tenang, bahkan tersenyum kecil bergayut manja di lengannya.Lani mendesah, lalu berbalik menatap suaminya. "Mas, ini cuma jalan kaki ke pasar, bukan mendaki gunung. Aku baik-baik saja.""Tapi kamu setelah semalaman itu, apa kamu ghak capek?""Kamu ngapain sih bahas itu. Sudah, jangan berlebihan. Aku malah senang kita jalan kaki. Rasanya kayak balik ke masa kecil, waktu aku sering diajak Ibu ke pasar ini," jawab Lani. "Ayo jalan lagi. Kalau aku capek, aku bilang kok.""Iya, ntar aku gendong."Lani terkikik. "Ih, ngawur kamu. Yang ada malah diketawain orang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 210. Tak semudah itu pergi dariku

    Agna mendengus. Tangannya memegang ponsel di meja kecil di sebelahnya. Pesan terakhir dari Arhand tadi siang masih terngiang-ngiang di benaknya."Kita harus bertemu, Agna. Aku baru saja tiba di Jawa. Aku kangen sekali sama kamu."Dia menghela napas panjang, mencoba mengusir kegelisahannya. Arhand selalu tahu cara menekan kelemahannya. Namun candaan Reynaldi, sempat membuat dia berfikir tentang lelaki itu. Mayor Reynaldi, ucapnya lirih dengan sebuah senyum tersungging.Ponselnya bergetar, memunculkan nama yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Arhand lagi. Agna memutuskan untuk tidak menjawab. Namun, telepon itu tak berhenti hingga akhirnya dia menyerah."Apa lagi, Arhand?" suara Agna terdengar kesal."Kenapa kamu menghindariku? Sejak di Makasar aku menelponmu tapi sepertinya kamu enggan diajak ngobrol. Apa kamu pikir aku akan membiarkan semua ini selesai begitu saja?" Nada Arhand penuh tekanan."Aku tidak punya apa pun untuk dibicarakan lagi denganmu. Sudah selesai. Kamu tahu i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 211. Bayangan

    Alzam terbangun karena bunyi ponsel di meja sampingnya. Panggilan tidak dikenal masuk, diikuti pesan. Ia meraih ponsel dan membuka pesan yang berisi sebuah foto. Lagi-lagi foto yang sama: Agna dan Reynaldi, tetapii wajah Reynaldi tidak tertutup stiker seperti kemarin.Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Langkahnya ringan menuju ruang tengah agar tidak membangunkan Lani. Namun, suara lembut istrinya menyapa dari belakang."Mas, kamu ngapain?" tanya Lani, setengah mengantuk.Alzam tertegun, tak ingin membuat istrinya khawatir. "Cuma ngecek sesuatu," jawabnya datar sambil memperlihatkan foto itu.Lani memperhatikan ponsel Alzam. "Pesan ini lagi? Dari siapa, Mas? Aku nggak tenang lihat kayak begini.""Aku juga nggak tahu, Lani. Tapi jelas ini bukan kebetulan. Ada yang sengaja ingin membuat kita salah langkah."Lani menatap suaminya dalam, menyadari emosi yang tersirat di wajahnya. "Mas, hati-hati. Salah langkah sedikit, kamu nggak cuma kehilangan kepercayaan orang,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 266. Fiting baju

    Butik itu tampak lengang saat Yasmin melangkah masuk bersama Arhand dan Manda. Aroma lembut lavender memenuhi ruangan berpendingin udara, sementara berbagai gaun pengantin tergantung rapi dalam lemari kaca berlampu redup.Seorang wanita paruh baya dengan setelan rapi menghampiri mereka dengan senyum profesional. "Selamat datang, Bu Manda. Tuan Arhand." Matanya kemudian beralih ke Yasmin. "Dan ini calon pengantinnya? Waw... sungguh cantik."Manda mengangguk kecil. "Kami ingin memastikan gaun ini sempurna untuk hari besarnya. Makanya jauh-jauh hari kami ke sini."Pemilik WO itu menepuk tangannya dua kali. Seorang pegawai segera datang, membungkuk sopan. "Silakan pilih gaunnya, Nona Yasmin. Kami sudah menyiapkan beberapa pilihan sesuai permintaan sebelumnya."Yasmin mengangguk, berusaha tetap tenang meskipun hatinya terasa gelisah. Ia mengikuti pegawai butik menuju rak panjang yang dipenuhi gaun putih dengan berbagai desain. Tangannya menyusuri kain-kain lembut itu, sementara matanya men

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 265. Hancur

    "Biadab kamu, Arhand!" Umpatan dan cacikn berhamburan dengan barang yang terlempar dari segala penjuru. Tangisan pun tak dapat dibendung lagiAgna melempar vas ke dinding. Suara pecahan terdengar tajam, menghantam keheningan rumah itu. Tangannya gemetar, napas memburu.Bi Ani berlari masuk, wajahnya panik. "Nona, apa yang terjadi?"Agna tak menjawab. Kepalanya penuh dengan ingatannya sebulan yang lalu, saat lelaki itu datang lewat jendela dan memaksakan kehendaknya pada Agna di saat Agna tak sadarkan diri oleh bekamannya yang dicampuri sesuatu. Agna mencengkeram baju di dada, seperti ingin merobek kenyataan yang baru saja ia terima.Tespek itu masih tergeletak di meja. Dua garis merah terang setelah Dandi keluar membelinya ke apotik dan ingin memastikan dugaannya benar, kalau Agna sedang mengandung."Tidak. Ini tidak mungkin!" raungnya memenuhi ruangan, tak lama setela h Rey dan Dandi pamit keluar sebentar, katanya kangen dengan sungai tempat mereka mancing dahulu.Agna segera menga

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 264. Gemetar

    "Rey, bisakah kamu menolongku?" Terdengar suara Agna gemetar.Rey yang tengah duduk di beranda rumahnya mengernyit. Ia baru saja menikmati kopi panas ketika ponselnya bergetar. Suara Agna terdengar bergetar, seperti menahan sesuatu."Ada apa?" tanyanya."Nanti kamu juga tahu," jawab Agna cepat. "Cepatlah kemari. Aku takut."Suara di latar belakang terdengar riuh. Rey bisa mendengar dentuman keras, suara orang-orang berteriak, bahkan bunyi seperti sesuatu dipukul berkali-kali.Ia langsung bangkit."Aku ke sana sekarang."Tanpa menunggu jawaban, ia memasukkan ponsel ke saku dan melangkah ke garasi.Sementara itu, di depan rumah Agna, puluhan orang berdiri di halaman rumah Alzam yang ditempatinya. Wajah-wajah mereka penuh amarah. Beberapa bahkan mengetuk pintu dengan keras."Keluar!""Jelaskan uang kami!"Dari dalam, Agna melangkah ke pintu dengan rahang mengeras. Ia menarik napas dalam sebelum membukanya sedikit."Mau apa kalian datang dengan marah-marah begini?""Urusan gaji, Bu!"Seor

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 263. Curi pandang

    "Ya Allah, Le, aku kira siapa tadi yang tiba-tiba nongol di dekatku," ucap Marni sambil menyambut uluran tangan Rey.Lelaki itu terkekeh, duduk di sebelah Marni. Dilihat selintas mereka cocok jadi Ibu dan anak, sama-sama besarnya. Hanya Marni besarnya tak terbentuk seperti Rey. Banyak lemaknya.Atik menoleh, dahinya mengernyit. "Siapa dia, Mbak?"Marni terkekeh, menepuk pundak Rey. "Calon mantu yang belum pasti."Rey hanya tersenyum miring. "Insya Allah bisa terlaksana, Bu."Tapi, matanya tetap menatap lurus ke satu arah—ke Mira yang tengah duduk dengan Damar.Damar sadar betul tatapan Rey yang sejak tadi tak lepas dari Mira. Karena itu, tangannya sengaja menggenggam tangan Mira lebih erat. Bahkan, dengan gerakan yang seolah tanpa maksud, ia mengambil sepotong kue kecil dari piring, lalu menyuapkannya langsung ke mulut Mira.Mira tersenyum. Tapi senyumnya hambar. Tatapannya tak sepenuhnya pada Damar. Matanya melirik ke arah lain, sesekali menangkap ekspresi Rey yang kini menatapnya d

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 262. Qobiltu,..

    Suasana hening. Semua mata tertuju ke arah Alzam yang duduk di depan penghulu. Wajahnya tenang, tapi jemari yang saling menggenggam erat di pangkuan menunjukkan ketegangan yang tertahan.Pak Kyai Abduh menatapnya lekat, lalu mengulang pertanyaan sakral itu dengan suara tegas dan berwibawa."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Alzam menarik napas dalam, lalu menjawab dengan lantang, suara bulat dan mantap."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Hening sejenak.Lalu, gemuruh suara takbir dan ucapan syukur menggema."Sah!""Alhamdulillah!"Beberapa orang bahkan menepuk paha atau bahu mereka sendiri saking gembiranya. Senyum merekah di wajah Wagimin dan Towirah yang berdiri di samping penghulu. Keduanya tak henti-hentinya mengucap syukur, seolah beban yang selama ini mereka tanggung luruh begitu saja.Salma yang sejak tadi menahan haru, akhirnya tak bisa lagi membendung air matanya. Ia merangkul Towirah erat, bahunya bergetar."Selamat, Mbak... Akh

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 261

    Alzam berdiri di depan pintu, menatap sosok yang memantul di permukaan kaca. Dada berdegup tak menentu. Hari ini, akhirnya semua akan sah.Lani menoleh, lalu berdiri, mengenakan gaun putih yang jatuh lembut hingga menyapu lantai. Cahaya pagi masuk melalui jendela, menyorot wajahnya yang berseri. Alzam menahan napas."Saya permisi duluh." Seorang perias berserta asistennya merasa malu melihat tatapan mesra mereka dan segera pamit keluar dari kamar itu."Kamu cantik sekali," bisiknya, hampir tanpa sadar.Lani tersenyum kecil, menunduk malu. Jemarinya meremas kain gaun yang dipakai. "Terima kasih."Alzam melangkah mendekat, mengulurkan tangan, lalu menggenggam jemari istrinya dengan erat. "Maaf, aku nggak bisa memenuhi impian kita dulu. Nggak ada pedang pora, nggak ada gemuruh rekan-rekan pasukan yang mengangkat pedang menghormati pernikahan kita."Lani menggeleng pelan. "Yang penting kita sampai di titik ini, Mas. Aku sudah bersyukur. Bapak juga kenapa dia memanggil tukang rias sama pela

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 260. Syarat

    "Assalamualaikum!" Semua yang ada di gudang serentak menjawab salam. Gudang pengepulan jeruk tampak lebih lengang dari biasanya. Biasanya, sejak pagi, suara petani berteriak-teriak membawa hasil panen mereka dan menimbangnya. Gudang akan semerbak, bercampur aroma jeruk segar yang memenuhi udara. Hari ini, hanya beberapa orang yang sibuk memilah buah. Tidak ada tumpukan jeruk yang melimpah seperti dulu.Pak Sajad berdiri di dekat timbangan, wajahnya muram. Tia dan Laras duduk di meja administrasi, catatan keuangan berserakan di depan mereka. Beberapa petani berkumpul di sudut, membicarakan sesuatu dengan nada kesal.Alzam melangkah masuk. Matanya menyapu keadaan sekitar. "Bagaimana perkembangannya, Pak?"Pak Sajad menoleh, menarik napas berat. "Nggak baik, Mas. Petani mulai beralih ke tempat lain. Harga yang kita tawarkan terlalu rendah buat mereka."Tia menambahkan, "Padahal harga jeruk memang turun di pasar, tapi mereka lebih pilih jual ke pengepul lain yang berani kasih spekulasi

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 258. Stress.

    Di dalam ruangannya, Agna duduk dengan wajah kusut. Angka-angka di layar laptop seolah menari, semakin lama semakin menekan pikirannya. Setiap kali dicocokkan dengan catatan manual, hasilnya tetap sama—keuntungan bulan ini tidak mencukupi.Tangan kanannya mencengkeram kepalanya, sementara tangan kiri menggenggam pulpen yang sudah hampir patah karena ditekan terlalu kuat."Mira!" suaranya menggema.Tak lama, pintu terbuka. Mira muncul dengan ekspresi waspada."Ya, Mbak?"Agna melempar buku catatan ke meja. "Ini semua berantakan! UMKM dan pegawai harus dibayar, tapi pemasukan nggak cukup. Pemesanan berkurang. Distributor pun mundur.""Bagaimana nggak mundur, Mbak. Harga sirup Mbak naikkan, jadi mereka pikir-pikir mau ambil dari tempat lain saja. Sementara kulaitas sirup Mbak kurangi.""Itu karena Sajad itu yang memasok ke kita jauh dari yang kita butuhkan.""Iya, Pak Sajad memang marah, Mbak nggak mau bayar lebih bagus untuk petani.""Semua ini karena Alzam brengset itu. Sajad hanya sur

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 257. Jari manis masih kosong

    "Aku balik aja, Zam," ucap Rey lemas."Ghak singgah duluh?" tawar Alzam."Aku nggak sanggup lama-lama di sini." Rey segera mengeluarkan kunci dan beranjak ke mobilnya di depan rumah Lani.Wagimin, yang sejak tadi berdiri di dekat gerbang, langsung menghampiri begitu mengenali siapa yang datang."Eh, Rey, Alzam! Masuk, masuk!" serunya antusias. "Masuk ke urmah sini duluh, biar bisa mencicipi hidasngan lamaran di sini."Alzam tersenyum tipis, sementara Rey hanya berdiri canggung."Nggak usah, Pak. Saya mau pulang saja," ujar Rey pelan.Wagimin tertawa kecil. "Duh, nggak ada acara pulang duluh sebelum mencicipi makanan lamaran, biar kamu segera ketularan. Masuk dulu, makan sini," ajaknya ngotot.Rey menggeleng. "Saya sudah kenyang. Tadi sudah makan di resepsinya Dandi.""Ayolah, Rey. Nggaj baik nolak. Lagian kamu tadi juga belum makan apapun. Padahal biasanya nasi sebakul kamu habiskan." Alzam berusaha membujuk dengan candanya. Walau itu tak membuat Rey tersenyum.Wagimin menepuk bahunya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status