"Anand tunggu!" teriak Sita mencoba untuk memberi penjelasan kepada Anand yang terlihat kecewa.Anand menghentikan langkahnya tanpa menoleh sedikitpun kepada Sita karena rasa kekecewaannya."Anand, maaf jika aku sudah menyakiti perasaanmu," ujar Sita merasa bersalah."Tidak Sita. Aku sadar jika kau tidak bisa lepas dari Arjun," jawab Anand menahan emosi di dalam jiwanya.Anand sangat kecewa dengan hati Sita yang terkesan plin-plan. Dulu Sita sangat ingin pergi dari Arjun dan sangat membenci Arjun karena telah mengkhianatinya. Namun sekarang, Sita malah membiarkan dirinya kembali terjebak oleh perasaannya sendiri."Anand, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri jika aku masih mencintai Mas Arjun," sahut Sita mengatakan apa yang sesungguhnya."Ya, aku tahu. Sekarang aku paham, alasanmu menolakku karena hal ini bukan?" tanya Anand membalikkan badannya menatap Sita lekat-lekat."Ya, dan ada banyak hal yang membuat kita tidak bisa bersatu. Selain perasaanku, statusku adalah janda dan kau
"Kau beruntung, Sita masih mau menerimamu kembali," ujar Anand sambil menyedot batang rokok di tangannya. Suara desisan rokok yang terbakar terdengar jelas di ruangan itu, menciptakan suasana tegang antara Anand dan Arjun. "Ya, aku sangat beruntung," jawab Arjun dengan nada sinis, tetapi dalam hatinya ia merasa lega bahwa Sita memberinya kesempatan lagi.Anand menatap Arjun dengan tajam, ekspresi wajahnya penuh ketegasan. "Arjun, kali ini kau jangan lagi menyia-nyiakan Sita. Dia telah memberimu begitu banyak kesempatan untukmu."Arjun menggelengkan kepala dengan cuek. "Aku tahu apa yang harus kulakukan."Tiba-tiba Anand meletakkan rokoknya dan mendekati Arjun dengan langkah mantap. Tatapan matanya menusuk langsung ke dalam jiwa Arjun saat dia berkata dengan suara lirih namun penuh tekad, "Jika hal itu sampai terjadi lagi, bukan hanya Sita dan Tante Yuni yang akan menghadapimu... tapi Aku!"Mendengar ancaman tersebut membuat bulu kuduk Arjun merinding. Ia bisa melihat betapa seriusnya
Setelah selesai mengikuti akad nikah, Sita dengan cepat kembali ke kamarnya yang baru. Tanpa menunggu Arjun, dia langsung menuju tempat tidurnya dan mencari surat dari Anand yang telah dikirimkan sebelumnya. Dengan hati-hati, Sita membuka surat tersebut dan mulai membacanya.Surat itu memberikan sedikit kelegaan bagi Sita karena Anand menyatakan bahwa dia akan sering-sering berkunjung untuk memastikan bahwa Arjun memperlakukan Sita dengan baik. Hal ini membuatnya merasa lebih tenang dan yakin bahwa Anand tidaklah begitu saja memutus komunikasi dengannya.Tidak hanya itu, dalam surat tersebut juga terdapat pesan dari Anand kepada Arjun. Anand sepenuhnya percaya pada kemampuan bisnis Sita dan ingin melibatkannya dalam pengembangan perusahaan mereka bersama-sama. Dia meminta Arjun untuk membantu Sita dalam menjalankan perusahaan tersebut agar bisa tumbuh menjadi lebih besar lagi.Saat membaca isi surat tersebut, hati Sita dipenuhi rasa haru campur bahagia. Dia merasa sangat bersyukur mem
"Anand?" sapa Sita dengan wajah yang penuh kebahagiaan saat melihat kedatangan sahabatnya tersebut. Anand, yang juga merasa senang bertemu dengan Sita, tersenyum lebar sebagai responnya. Dalam hati mereka berdua, terdapat rasa syukur karena bisa berkumpul kembali setelah sekian lama tidak bertemu.Dengan langkah mantap dan penuh keyakinan, Anand berjalan mendekati pohon mangga yang tinggi menjulang di halaman belakang rumah Arjun. Dia memegang erat tangga bambu yang sudah disiapkan sebelumnya untuk memastikan bahwa tangga itu aman digunakan oleh Arjun ketika turun dari atas pohon mangga tersebut. Setiap anak tangganya diperiksa satu per satu agar tidak ada kerusakan atau kekurangan pada bagian-bagiannya."Sekarang, turunlah!" goda Anand dengan senyum lebar di wajahnya. "Jika kau terjatuh mungkin hanya tulangmu saja yang akan patah," lanjutnya sambil mengedipkan mata kepada Arjun.Arjun menoleh ke arah Anand
"Ya, aku datang ke sini sebenarnya untuk memberikanmu ini," jawab Anand dengan senyum lebar di wajahnya saat ia menyerahkan kartu undangan kepada Sita. Dengan perasaan yang tidak percaya namun penuh kebahagiaan, Sita menerima undangan tersebut dengan senyuman yang lebih lebar lagi."Wah, selamat ya Anand. Akhirnya ada juga gadis yang berhasil mendapatkanmu," ujar Sita sambil menatap bahagia Anand. Ia benar-benar merasa senang melihat sahabatnya akhirnya menemukan cinta sejati."Iya terimakasih," jawab Anand dengan suara datar tanpa ekspresi berlebihan. Meskipun ia mencoba menyembunyikan perasaannya, tetapi dalam hatinya ia merasa sangat gembira dan bersyukur atas hubungan barunya."Baiklah, ayo masuk," ajak Sita mengajak Anand masuk ke dalam rumah ketika dia melihat Arjun tengah mengintip mereka dari jendela dapur rumahnya. Dia tahu bahwa Arjun masih memiliki perasaan cemburu pada Annad dan dia harus menjaga hatinya agar tidak terluka.Anand mengikuti langkah-langkah Sita menuju pintu
"Aku sudah kenyang," ujar Arjun menghentikan sarapannya dan segera pergi dari meja itu. Rasa marah yang memuncak dalam dirinya membuatnya tidak bisa lagi duduk di sana dengan tenang. Sita, sang istri, menyadari bahwa suaminya tengah marah karena sindiran ibunya. Hatinya terasa berat melihat Arjun begitu kesal."Bu, kenapa ibu menyindir Mas Arjun?" protes Sita dengan nada kecewa. Ia merasa sedih melihat bagaimana Yuni bisa berkata seperti itu di depan suaminya."Oh, dia kesindir?" jawab Yuni acuh tak acuh. Ia tampak tidak peduli dengan perasaan Sita maupun Arjun.Sita merasakan kekecewaan yang mendalam saat mendengar jawaban ibunya tersebut. Sudah berapa kali ia mencoba menjelaskan kepada ibunya bahwa Arjun telah berusaha untuk memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Namun sayangnya, Yuni terus menerus mengingatkan akan kesalahan-kesalahan masa lalu suaminya."Bu, sudah berapa kali Sita katakan kepada ibu. Mas Arjun sudah berusaha untuk memperbaiki dirinya, tolong ibu duk
"Siapa yang menelponmu, Mas?" tanya Sita mendekati Arjun dengan tatapan curiga. Hatinya berdebar-debar karena merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh suaminya. Arjun semakin salah tingkah, dia menaruh ponselnya di atas meja gugup. Ia mencoba untuk tetap tenang meski sebenarnya hatinya sedang gelisah."Bu-bukan siapa-siapa sayang. Ini tadi ada klien, mengajak bertemu nanti malam," jawab Arjun memutar bola matanya seolah dia mencari sebuah jawaban yang pas. Dia berusaha keras untuk membuat alasan yang masuk akal agar tidak terlihat seperti ia sedang menyembunyikan sesuatu dari Sita.Sita masih merasa ragu dengan jawaban Arjun. Ada sesuatu dalam sikap dan ekspresi wajah suaminya yang membuatnya semakin curiga. "Benarkah?" tanya Sita dengan nada ragu-ragu.Arjun merasakan ketidakpercayaan dalam pertanyaan istrinya tersebut namun ia tidak ingin membuat situasi semakin rumit. Ia ingin menjaga keharmonisan hubungan mereka sehingga ia pun menjawab dengan lembut, "Iya, sayang. Masa aku boho
Arjun merasa tegang saat mendengar perkataan tajam dari Yuni, ibu mertuanya. Dia tidak pernah berpikir bahwa pelukan singkat yang dia lakukan tadi akan menimbulkan masalah seperti ini. Dalam hatinya, Arjun berharap bisa meyakinkan Yuni bahwa itu bukanlah wanita yang dia peluk."Dengarkan aku, Ibu," kata Arjun dengan suara lembut namun penuh keyakinan. "Tadi itu bukanlah wanita. Itu adalah seorang laki-laki."Yuni menatap Arjun dengan tatapan tajamnya yang membuatnya merasa cemas. "Seorang laki-laki? Tapi Sita bilang dia adalah perempuan."Sementara itu, Sita masih terdiam dengan wajahnya yang di tekuk. Dia ingin mendengar penjelasan lengkap dari Arjun sebelum mengeluarkan pendapatnya."Mungkin ada salah paham di antara kita semua," lanjut Arjun mencoba memperbaiki situasi. Dia merasa perlu menjelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang lebih besar di antara mereka. Sita, dengan wajahnya yang masih tegang, menatap Arjun dengan tajam."Salah paham gimana? Orang tadi jelas-jelas kau
Pagi itu Dika dan Arsy tampak sangat bahagia karena Amel.tak pernah mengganggu hubungan mereka. Hingga pagi itu semua siswa berkumpul pada Mading sekolah bukan hanya itu, tatapan semua siswa yang ada disekolah itu memandang Arsy DNA Dika dengan tatapan penuh ejekan dan cemoohan.Arsy sadar jika ada sesuatu yang tidak beres."Dika, sepertinya ada yang aneh deh dengan siswa sekolah ini," ucap Arsy merasa risih dengan pandangan yang dilontarkan kepadanya saat dirinya dan Dika melewati lorong sekolah.Dika tersenyum manis, dia merangkulkan lengannya pada leher Arsy, "Kau ini selalu saja curiga. Bisa jadi mereka merasa heran karena si jomblo sejati kini sudah memiliki pacar, ditambah lagi pacarnya sangat tampan sepertiku."Arsy menatap Dika gemas, dan berkilah, "Narsis amat sih jadi orang. Seandainya saja bukan karena dijodohkan, mungkin aku tidak akan menerima kamu.""Halah, sudah jadian masih saja gengsi," sindir Dika melirik gemas kearah Arsy."Ah sudahlah. Ayo coba kita lihat ada apa d
Sejak jadian di Villa, Arsy dan Dika tak segan memperlihatkan keromantisan mereka. Bahkan di sekolahpun, Arsy dan Dika bak Romeo dan Juliet yang tak bisa dipisahkan. Setiap hari mereka terlihat mesra, saling berpegangan tangan saat berjalan menuju kelas, dan sering kali duduk bersama di bawah pohon rindang di halaman sekolah.Suatu hari, ketika sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di depan kantin sekolah, tiba-tiba Amel datang dengan wajah cemberut. Ia langsung mendekati Dika yang sedang duduk sendirian sambil menatap ke arah langit biru."Dika, kamu ini kenapa sih? Aku telepon tidak pernah diangkat?" tanya Amel dengan nada kesal. Ia duduk di sebelah Dika dan melingkarkan tangannya pada lengan Dika.Dalam hati, Dika merasa gugup karena ia tidak ingin Arsy melihat adegan ini. Mereka berdua memang sudah menjadi pasangan yang sangat harmonis sejak jadian di Villa tersebut. Namun begitu masalah muncul ketika ada orang lain yang mencoba mendekati salah satu dari mereka."Maaf Amel,
Dengan senyum hangatnya, Dika menjelaskan lebih lanjut kepada Arsy tentang rencananya untuk masa depan mereka berdua. Dia bercerita tentang bagaimana ia telah mempersiapkan segalanya secara matang agar dapat memberikan kehidupan yang nyaman bagi mereka berdua kelak."Sebenarnya ada satu hal yang tampaknya belum kau ketahui, Arsy," ungkap Dika perlahan-lahan. "Mereka mendukung sepenuh hati hubungan kita dan ingin melihat kita bahagia bersama. Dengan kata lain, kita telah dijodohkan sejak kita baru saja dilahirkan."Arsy kaget mendengar pengakuan tersebut. Ia tidak pernah membayangkan bahwa orang tuanya dan orang tua Dika telah menjodohkan dirinya dan Dika. Namun, di balik kejutan itu, ada rasa lega yang mulai menyelimuti hatinya.Arsy merasakan detak jantungnya berdegup kencang saat mendengar kata-kata Dika. Pikirannya melayang-layang mencoba memahami semua ini. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa orang tuanya mengatur semuany
Dika dengan penuh kelembutan menggendong Arsy menuju tepi pantai. Pasir putih nan bersih terlihat begitu menawan ditambah dengan sinar matahari yang hampir tenggelam. Dika berjalan pelan-pelan, sambil merasakan angin sepoi-sepoi menyentuh wajah mereka.Kedua orang tua mereka, sedang duduk santai di tepi pantai tersebut. Mereka tampak begitu bahagia melihat kedatangan Dika dan Arsy. Namun tiba-tiba saja, wajah Sita berubah menjadi khawatir saat melihat Arsy digendong oleh Dika."Arsy, kamu kenapa?" tanya Sita dengan suara cemas sambil bangkit dari duduknya. Ia segera mendekati Arsy yang kini diturunkan oleh Dika dan duduk dengan kaki diluruskan ke depan.Arjun juga merasa cemas melihat kondisi anak mereka yang terlihat lemas itu. Ia segera bergabung dengan Sita untuk mendekati Arsy.Anand, sahabat baik mereka yang juga ikut dalam perjalanan ini bersama istrinya, turut merasa khawatir melihat keadaan Arsy. Mereka pun ikut mendekati keluarga ters
"Sayang, apakah semuanya sudah siap?" tanya Arjun kepada Sita yang baru selesai memasukkan semua barang bawaannya ke dalam bagasi mobil expander miliknya. Setelah persiapan dan packing, mereka akhirnya siap untuk pergi liburan bersama keluarga."Sudah, Pa," jawab Sita dengan senyum kelegaan duduk disamping pengemudi. Dia merasa lega bahwa semua barang telah tertata rapi di dalam bagasi mobil.Sita menoleh kebelakang untuk mengecek ibu serta putrinya. Namun wajahnya berubah cemas saat melihat wajah sang putri yang terlihat murung. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Arsy dan itu membuat hati ibunya menjadi khawatir."Arsy, kenapa wajah kamu terlihat murung gitu, Nak?" tanya Sita seraya tangannya sibuk memasang sabuk pengaman. Ia mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh anak perempuan satu-satunya itu."Tidak apa-apa, Ma. Arsy hanya kepikiran pertandingan basket besok Ma
Dika menatap Arsy dengan ekspresi kecewa yang jelas terlihat di wajahnya. Ia tahu bahwa Minggu ini tidak ada pertandingan apapun di sekolahnya. Dalam hatinya, Dika memahami jika Arsy ingin menghindarinya, tapi ia tidak tahu pasti masalah apa yang sedang dialami oleh Arsy. Sejak kemarahan Arsy terhadap dirinya beberapa waktu lalu, Dika semakin yakin bahwa kemarahan itu bukan hanya karena janji yang tak bisa dia tepati, melainkan ada masalah lain yang sedang mengganggu pikiran dan perasaan Arsy."Sungguh sayang sekali," ucap istri Anand dengan suara sedih. "Kita sudah merencanakan ini sejak lama."Semua yang duduk di meja makan saling menatap satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Suasana hening pun tercipta di antara mereka sejenak.Dika mencoba untuk membuka pembicaraan lagi agar suasana menjadi lebih nyaman dan hangat. "Arsy," panggilnya lembut sambil memandang tajam gadis itu. Ia merasa kesal dengan kebohongan yang telah dilakukan oleh Arsy. Ia tidak bisa menahan diri untuk men
"Arsy, Andi. Kalian sudah saling kenal?" tanya Sita dengan ekspresi heran yang terlihat jelas di wajahnya. Dia tidak bisa menyembunyikan keheranan saat melihat putrinya, Arsy, dan putra Anand saling menunjuk satu sama lain dengan raut muka yang penuh kejutan.Sita sebenarnya tidak pernah menduga bahwa Dika adalah putra Anand. Namun kenyataannya memang begitu. Nama lengkapnya adalah Andika Pradana, tetapi keluarganya biasa memanggilnya dengan sebutan Andi. Meskipun begitu, Dika lebih suka dipanggil dengan nama Dika oleh teman-temannya di sekolah maupun lingkungan sekitar."Iya Tante. Arsy adalah teman sekelas Andi," jawab Andi dengan senyum canggungnya.Tidak ingin membuat suasana semakin canggung, Sita mencoba untuk tersenyum ramah kepada Anand dan berkata, "Anda memiliki anak laki-laki yang tampan dan cerdas seperti Dika." Anand pun tersenyum malu-malu sambil menjawab, "Terima kasih atas pujian Anda."Sementara itu, Dika juga merasa terkejut karena tidak pernah menyangka bahwa Arsy
"Arsy tunggu!" seru Dika dengan suara lantang, mencoba menarik perhatian Arsy yang sepertinya sengaja mengabaikannya sejak kemarin hingga pulang sekolah. Namun, Arsy terus melangkah tanpa memperdulikan Dika yang terus mengejarnya dan berusaha keras untuk berbicara kepadanya.Dengan raut wajah penuh penyesalan, Dika akhirnya berhasil mendekati Arsy. "Arsy, maafkan aku. Aku benar-benar lupa bahwa kita akan pergi mencari bahan untuk proyek sekolah, kemarin," ujar Dika dengan nada rendah.Namun, jawaban dari Arsy tidak seperti yang diharapkan oleh Dika. "Sudahlah lupakan saja. Aku sudah membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk proyek kita," kata Arsy tegas sambil menghentikan langkahnya dan menatap Dika dengan tatapan ketus.Dalam hati, Dika merasa sedih dan kesal atas sikap dingin yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu. Ia tidak ingin hubungan mereka menjadi renggang hanya karena sebuah kesalahan kecil ini. Maka dengan suara memelasnya, ia mencoba membujuk Arsy agar mau memaafkannya."Ars
"Arsy, ke kantin yuk!" ajak Dika sambil melingkarkan tangannya ke leher Arsy. Dia mengajaknya dengan penuh semangat, berharap bisa menghabiskan waktu istirahat bersama sahabatnya.Namun, Arsy menolak dengan wajah yang di tekuk. "Kau pergi saja, ajak saja Amel!" ucapnya singkat dan tegas. Ada sesuatu yang terlihat dalam ekspresi wajahnya, seolah-olah dia sedang menyembunyikan sesuatu.Dika tidak bisa menahan tawa saat mendengar penolakan itu. "Jangan bilang kau cemburu!" tebaknya dengan nada bercanda. Dia merasa ada rasa cemburu yang terselip di balik kata-kata penolakan Arsy.Arsy memalingkan wajahnya dan mencoba untuk menyembunyikan senyum kecil yang muncul di bibirnya. Dia tidak ingin Dika tahu bahwa dia benar-benar merasa cemburu melihat Dika bersama dengan Amel saat pagi tadi.Sebenarnya, Arsy sudah lama memiliki perasaan khusus terhadap Dika. Walaupun mereka baru saja berteman tapi mereka sering melakukan segala hal bersama-sama. Namun belakangan ini, hati Arsy mulai berbunga-bun