Arjun merasa tegang saat mendengar perkataan tajam dari Yuni, ibu mertuanya. Dia tidak pernah berpikir bahwa pelukan singkat yang dia lakukan tadi akan menimbulkan masalah seperti ini. Dalam hatinya, Arjun berharap bisa meyakinkan Yuni bahwa itu bukanlah wanita yang dia peluk."Dengarkan aku, Ibu," kata Arjun dengan suara lembut namun penuh keyakinan. "Tadi itu bukanlah wanita. Itu adalah seorang laki-laki."Yuni menatap Arjun dengan tatapan tajamnya yang membuatnya merasa cemas. "Seorang laki-laki? Tapi Sita bilang dia adalah perempuan."Sementara itu, Sita masih terdiam dengan wajahnya yang di tekuk. Dia ingin mendengar penjelasan lengkap dari Arjun sebelum mengeluarkan pendapatnya."Mungkin ada salah paham di antara kita semua," lanjut Arjun mencoba memperbaiki situasi. Dia merasa perlu menjelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang lebih besar di antara mereka. Sita, dengan wajahnya yang masih tegang, menatap Arjun dengan tajam."Salah paham gimana? Orang tadi jelas-jelas kau
"Sayang, wajahmu terlihat lucu jika sedang cemburu," tutur Arjun sambil menatap gemas istrinya. Sita membalas dengan mengerutkan wajahnya yang manis namun penuh kesal. Tatapan mereka saling bertemu dan menghasilkan tawa riang dari pasangan tersebut.Arjun tidak bisa menahan tawanya yang pecah begitu saja melihat ekspresi wajah Sita yang tampak sangat menggemaskan. Ia merasa beruntung memiliki seorang istri seperti Sita, yang berhati besar menerima semua kesalahannya.Perjalanan pulang menuju rumah berlangsung dengan suka cita. Tertawa menjadi kegiatan utama bagi Sita dan Arjun saat ini. Mereka saling melemparkan lelucon satu sama lain, menciptakan suasana ceria di dalam mobil mereka.Kesalahpahaman antara mereka akhirnya berhasil teratasi. Keduanya menyadari bahwa komunikasi adalah kunci penting dalam menjaga hubungan pernikahan mereka tetap harmonis.Saat itu, malam semakin larut, memberikan nuansa romantis pada perjalanan pulang mereka. Cahaya lampu jalanan memberikan kilauan indah
Sita terbaring lemah di atas meja operasi, tubuhnya pucat dan keringat mengalir deras dari dahinya. Ruangan itu dipenuhi dengan ketegangan yang tak tertahankan. Dokter yang bertanggung jawab atas kehidupan Sita berdiri di depan pintu, wajahnya serius dan tegang. "Dokter, ada masalah apa?" kata Yuni dengan suara gemetar, "bagaimana keadaan Putri saya? Apakah dia baik-baik saja?" Dokter itu menoleh pada Yuni, matanya penuh perhatian. "Saat ini, Sita sedang dalam bahaya," katanya dengan nada tegas. "Ada masalah serius dalam persalinannya yang membuat situasinya menjadi sangat kritis." Yuni tak pernah mengira bahwa putrinya akan kembali mengulamg kondisi yang sama. Mendengar kata-kata dokter tersebut membuat hati Yuni semakin berdebar-debar. Ia mencoba untuk tetap tenang meskipun cemas melanda setiap sudut pikirannya. "Dokter, apakah ada harapan untuk menyelamatkan Istri saya?" tanya Arjun sangat khawatir. Dokter itu mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Arjun. "K
Sita merasa pusing ketika matanya perlahan-lahan terbuka. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tetapi kebingungan melanda dirinya. Setelah beberapa saat, dia menyadari bahwa dia berada di rumah sakit dan ingatan tentang operasi caesar yang baru saja dilakukannya mulai kembali.Ketika Sita memutar kepala ke kanan dan ke kiri, dia melihat Arjun duduk di samping tempat tidurnya dengan wajah lelah. Ternyata suaminya telah menjaga Sita selama ia tertidur karena pengaruh obat bius. Ketika tangannya secara tidak sengaja menyentuh tangan Arjun, mata Arjun langsung terbuka dan senyum lebar muncul di wajahnya."Sayangku, akhirnya kamu sudah bangun," ucap Arjun dengan suara lembut namun penuh harap. "Aku sangat khawatir padamu."Sita masih bingung dan bertanya-tanya tentang bayi mereka. Ia merasakan sesuatu yang kosong di dalam dadanya dan rasa cemas mulai menghampirinya."Mas, di mana bayi kita?" tanyanya dengan nada khawatir.Arjun menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaa
Sita duduk tegak di kursi rumah sakit, menunggu dengan gelisah. Hatinya penuh kekhawatiran dan harapan yang tak terkira. Sudah 10 hari sejak kelahiran bayinya, dan dia sangat ingin membawa pulang sang buah hati.Tiba-tiba, dokter datang menghampiri Sita dengan senyuman hangat di wajahnya. "Dokter, apakah bayi saya bisa dibawa pulang?" tanya Sita dengan suara gemetar.Dokter itu memeriksa hasil tes dan melihat kondisi bayi yang sudah mulai membaik. Dia tersenyum lebar kepada Sita sambil berkata, "Iya, Bayi Anda sudah bisa pulang hari ini."Saat mendengar kabar baik tersebut, Sita merasa seperti dunia ini berputar lebih cepat dari biasanya. Air mata bahagia pun mengalir deras dari matanya yang indah. Dia tidak sabar ingin segera menggendong sang buah hati yang telah lama dinantikan.Arjun juga ikut merasakan kebahagiaan yang sama dengan Sita. Dia memberikan pelukan hangat kepada istrinya sambil berkata, "Akhirnya kita bisa membawa pulang anak kita sendiri."Perawat kemudian datang untuk
"Ya, baru berusia empat Minggu," jawab Anand dengan sangat bahagia. Ia merasa begitu bersyukur dan senang atas kabar ini. Usianya yang masih muda tidak menghalangi kebahagiaannya sebagai seorang ayah pertama kali. Tentu saja kabar ini adalah kabar yang sangat menggembirakan bagi Sita dan keluarganya. Mereka semua merasa terharu melihat betapa bahagianya Anand."Wah, tokcer juga ya kamu? Baru nikah 2 bulan dah hamil. Selamat ya, Anand," ujar Arjun sambil merangkul Anand dengan penuh kebanggaan dalam suaranya. Ia benar-benar kagum dengan kemampuan Anand untuk menjadi seorang ayah dalam waktu singkat setelah menikah. Anand adalah sosok lelaki yang bertanggung jawab pada istrinya dan tidak akan pernah selingkuh. Arjun melihat betapa bahagianya Sita saat mendengarkan kabar tersebut, ia tahu bahwa mereka berdua telah melewati banyak hal bersama-sama dan hubungan mereka semakin kuat dari hari ke hari."Terimakasih, Arjun." Ucap Anand dengan senyumnya yang merekah. "Selamat juga untukmu, yan
"Sayang kita tidak pernah janji, kita hanya berharap jika saja mereka jodoh, bukan menjodohkan," sergah Arjun yang seketika membuat Sita terdiam. Tatapan matanya penuh dengan kekecewaan dan sedikit rasa penyesalan. Dia merasakan betapa sulitnya menghadapi kenyataan bahwa anaknya sudah dewasa dan mungkin bisa memilih pasangannya sendiri.Yuni melihat keadaan Sita yang terdiam dan mendekatinya dengan hati-hati. Saat ini hanya dirinyalah yang mampu membujuk Sita untuk melupakan impian-impian itu dan menerima kenyataan pahit."Nak, kau saja dulu tidak mau jika ibu menjodoh-jodohkamu, tapi kenapa kau malah ingin menjodohkan putrimu?" tanya Yuni kepada Sita yang tertunduk sedih. Suaranya lembut namun penuh pertanyaan dalam hati.Sita menoleh ke arah Yuni dengan mata berkaca-kaca. Air mata berlinang di pipinya saat dia mencoba menjelaskan apa yang ada di benaknya selama ini. Hatinya terasa berat, dipenuhi oleh kekhawatiran dan ketidakpastian tentang masa depannya dan anak-anaknya."Ibu, aku
"Arsy, ke kantin yuk!" ajak Dika sambil melingkarkan tangannya ke leher Arsy. Dia mengajaknya dengan penuh semangat, berharap bisa menghabiskan waktu istirahat bersama sahabatnya.Namun, Arsy menolak dengan wajah yang di tekuk. "Kau pergi saja, ajak saja Amel!" ucapnya singkat dan tegas. Ada sesuatu yang terlihat dalam ekspresi wajahnya, seolah-olah dia sedang menyembunyikan sesuatu.Dika tidak bisa menahan tawa saat mendengar penolakan itu. "Jangan bilang kau cemburu!" tebaknya dengan nada bercanda. Dia merasa ada rasa cemburu yang terselip di balik kata-kata penolakan Arsy.Arsy memalingkan wajahnya dan mencoba untuk menyembunyikan senyum kecil yang muncul di bibirnya. Dia tidak ingin Dika tahu bahwa dia benar-benar merasa cemburu melihat Dika bersama dengan Amel saat pagi tadi.Sebenarnya, Arsy sudah lama memiliki perasaan khusus terhadap Dika. Walaupun mereka baru saja berteman tapi mereka sering melakukan segala hal bersama-sama. Namun belakangan ini, hati Arsy mulai berbunga-bun
Pagi itu Dika dan Arsy tampak sangat bahagia karena Amel.tak pernah mengganggu hubungan mereka. Hingga pagi itu semua siswa berkumpul pada Mading sekolah bukan hanya itu, tatapan semua siswa yang ada disekolah itu memandang Arsy DNA Dika dengan tatapan penuh ejekan dan cemoohan.Arsy sadar jika ada sesuatu yang tidak beres."Dika, sepertinya ada yang aneh deh dengan siswa sekolah ini," ucap Arsy merasa risih dengan pandangan yang dilontarkan kepadanya saat dirinya dan Dika melewati lorong sekolah.Dika tersenyum manis, dia merangkulkan lengannya pada leher Arsy, "Kau ini selalu saja curiga. Bisa jadi mereka merasa heran karena si jomblo sejati kini sudah memiliki pacar, ditambah lagi pacarnya sangat tampan sepertiku."Arsy menatap Dika gemas, dan berkilah, "Narsis amat sih jadi orang. Seandainya saja bukan karena dijodohkan, mungkin aku tidak akan menerima kamu.""Halah, sudah jadian masih saja gengsi," sindir Dika melirik gemas kearah Arsy."Ah sudahlah. Ayo coba kita lihat ada apa d
Sejak jadian di Villa, Arsy dan Dika tak segan memperlihatkan keromantisan mereka. Bahkan di sekolahpun, Arsy dan Dika bak Romeo dan Juliet yang tak bisa dipisahkan. Setiap hari mereka terlihat mesra, saling berpegangan tangan saat berjalan menuju kelas, dan sering kali duduk bersama di bawah pohon rindang di halaman sekolah.Suatu hari, ketika sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di depan kantin sekolah, tiba-tiba Amel datang dengan wajah cemberut. Ia langsung mendekati Dika yang sedang duduk sendirian sambil menatap ke arah langit biru."Dika, kamu ini kenapa sih? Aku telepon tidak pernah diangkat?" tanya Amel dengan nada kesal. Ia duduk di sebelah Dika dan melingkarkan tangannya pada lengan Dika.Dalam hati, Dika merasa gugup karena ia tidak ingin Arsy melihat adegan ini. Mereka berdua memang sudah menjadi pasangan yang sangat harmonis sejak jadian di Villa tersebut. Namun begitu masalah muncul ketika ada orang lain yang mencoba mendekati salah satu dari mereka."Maaf Amel,
Dengan senyum hangatnya, Dika menjelaskan lebih lanjut kepada Arsy tentang rencananya untuk masa depan mereka berdua. Dia bercerita tentang bagaimana ia telah mempersiapkan segalanya secara matang agar dapat memberikan kehidupan yang nyaman bagi mereka berdua kelak."Sebenarnya ada satu hal yang tampaknya belum kau ketahui, Arsy," ungkap Dika perlahan-lahan. "Mereka mendukung sepenuh hati hubungan kita dan ingin melihat kita bahagia bersama. Dengan kata lain, kita telah dijodohkan sejak kita baru saja dilahirkan."Arsy kaget mendengar pengakuan tersebut. Ia tidak pernah membayangkan bahwa orang tuanya dan orang tua Dika telah menjodohkan dirinya dan Dika. Namun, di balik kejutan itu, ada rasa lega yang mulai menyelimuti hatinya.Arsy merasakan detak jantungnya berdegup kencang saat mendengar kata-kata Dika. Pikirannya melayang-layang mencoba memahami semua ini. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa orang tuanya mengatur semuany
Dika dengan penuh kelembutan menggendong Arsy menuju tepi pantai. Pasir putih nan bersih terlihat begitu menawan ditambah dengan sinar matahari yang hampir tenggelam. Dika berjalan pelan-pelan, sambil merasakan angin sepoi-sepoi menyentuh wajah mereka.Kedua orang tua mereka, sedang duduk santai di tepi pantai tersebut. Mereka tampak begitu bahagia melihat kedatangan Dika dan Arsy. Namun tiba-tiba saja, wajah Sita berubah menjadi khawatir saat melihat Arsy digendong oleh Dika."Arsy, kamu kenapa?" tanya Sita dengan suara cemas sambil bangkit dari duduknya. Ia segera mendekati Arsy yang kini diturunkan oleh Dika dan duduk dengan kaki diluruskan ke depan.Arjun juga merasa cemas melihat kondisi anak mereka yang terlihat lemas itu. Ia segera bergabung dengan Sita untuk mendekati Arsy.Anand, sahabat baik mereka yang juga ikut dalam perjalanan ini bersama istrinya, turut merasa khawatir melihat keadaan Arsy. Mereka pun ikut mendekati keluarga ters
"Sayang, apakah semuanya sudah siap?" tanya Arjun kepada Sita yang baru selesai memasukkan semua barang bawaannya ke dalam bagasi mobil expander miliknya. Setelah persiapan dan packing, mereka akhirnya siap untuk pergi liburan bersama keluarga."Sudah, Pa," jawab Sita dengan senyum kelegaan duduk disamping pengemudi. Dia merasa lega bahwa semua barang telah tertata rapi di dalam bagasi mobil.Sita menoleh kebelakang untuk mengecek ibu serta putrinya. Namun wajahnya berubah cemas saat melihat wajah sang putri yang terlihat murung. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Arsy dan itu membuat hati ibunya menjadi khawatir."Arsy, kenapa wajah kamu terlihat murung gitu, Nak?" tanya Sita seraya tangannya sibuk memasang sabuk pengaman. Ia mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh anak perempuan satu-satunya itu."Tidak apa-apa, Ma. Arsy hanya kepikiran pertandingan basket besok Ma
Dika menatap Arsy dengan ekspresi kecewa yang jelas terlihat di wajahnya. Ia tahu bahwa Minggu ini tidak ada pertandingan apapun di sekolahnya. Dalam hatinya, Dika memahami jika Arsy ingin menghindarinya, tapi ia tidak tahu pasti masalah apa yang sedang dialami oleh Arsy. Sejak kemarahan Arsy terhadap dirinya beberapa waktu lalu, Dika semakin yakin bahwa kemarahan itu bukan hanya karena janji yang tak bisa dia tepati, melainkan ada masalah lain yang sedang mengganggu pikiran dan perasaan Arsy."Sungguh sayang sekali," ucap istri Anand dengan suara sedih. "Kita sudah merencanakan ini sejak lama."Semua yang duduk di meja makan saling menatap satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Suasana hening pun tercipta di antara mereka sejenak.Dika mencoba untuk membuka pembicaraan lagi agar suasana menjadi lebih nyaman dan hangat. "Arsy," panggilnya lembut sambil memandang tajam gadis itu. Ia merasa kesal dengan kebohongan yang telah dilakukan oleh Arsy. Ia tidak bisa menahan diri untuk men
"Arsy, Andi. Kalian sudah saling kenal?" tanya Sita dengan ekspresi heran yang terlihat jelas di wajahnya. Dia tidak bisa menyembunyikan keheranan saat melihat putrinya, Arsy, dan putra Anand saling menunjuk satu sama lain dengan raut muka yang penuh kejutan.Sita sebenarnya tidak pernah menduga bahwa Dika adalah putra Anand. Namun kenyataannya memang begitu. Nama lengkapnya adalah Andika Pradana, tetapi keluarganya biasa memanggilnya dengan sebutan Andi. Meskipun begitu, Dika lebih suka dipanggil dengan nama Dika oleh teman-temannya di sekolah maupun lingkungan sekitar."Iya Tante. Arsy adalah teman sekelas Andi," jawab Andi dengan senyum canggungnya.Tidak ingin membuat suasana semakin canggung, Sita mencoba untuk tersenyum ramah kepada Anand dan berkata, "Anda memiliki anak laki-laki yang tampan dan cerdas seperti Dika." Anand pun tersenyum malu-malu sambil menjawab, "Terima kasih atas pujian Anda."Sementara itu, Dika juga merasa terkejut karena tidak pernah menyangka bahwa Arsy
"Arsy tunggu!" seru Dika dengan suara lantang, mencoba menarik perhatian Arsy yang sepertinya sengaja mengabaikannya sejak kemarin hingga pulang sekolah. Namun, Arsy terus melangkah tanpa memperdulikan Dika yang terus mengejarnya dan berusaha keras untuk berbicara kepadanya.Dengan raut wajah penuh penyesalan, Dika akhirnya berhasil mendekati Arsy. "Arsy, maafkan aku. Aku benar-benar lupa bahwa kita akan pergi mencari bahan untuk proyek sekolah, kemarin," ujar Dika dengan nada rendah.Namun, jawaban dari Arsy tidak seperti yang diharapkan oleh Dika. "Sudahlah lupakan saja. Aku sudah membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk proyek kita," kata Arsy tegas sambil menghentikan langkahnya dan menatap Dika dengan tatapan ketus.Dalam hati, Dika merasa sedih dan kesal atas sikap dingin yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu. Ia tidak ingin hubungan mereka menjadi renggang hanya karena sebuah kesalahan kecil ini. Maka dengan suara memelasnya, ia mencoba membujuk Arsy agar mau memaafkannya."Ars
"Arsy, ke kantin yuk!" ajak Dika sambil melingkarkan tangannya ke leher Arsy. Dia mengajaknya dengan penuh semangat, berharap bisa menghabiskan waktu istirahat bersama sahabatnya.Namun, Arsy menolak dengan wajah yang di tekuk. "Kau pergi saja, ajak saja Amel!" ucapnya singkat dan tegas. Ada sesuatu yang terlihat dalam ekspresi wajahnya, seolah-olah dia sedang menyembunyikan sesuatu.Dika tidak bisa menahan tawa saat mendengar penolakan itu. "Jangan bilang kau cemburu!" tebaknya dengan nada bercanda. Dia merasa ada rasa cemburu yang terselip di balik kata-kata penolakan Arsy.Arsy memalingkan wajahnya dan mencoba untuk menyembunyikan senyum kecil yang muncul di bibirnya. Dia tidak ingin Dika tahu bahwa dia benar-benar merasa cemburu melihat Dika bersama dengan Amel saat pagi tadi.Sebenarnya, Arsy sudah lama memiliki perasaan khusus terhadap Dika. Walaupun mereka baru saja berteman tapi mereka sering melakukan segala hal bersama-sama. Namun belakangan ini, hati Arsy mulai berbunga-bun