Entah kenapa kali ini Sita tidak bisa menolak dengan tegas apa yang di katakan oleh Arjun. Dia memilih diam, hatinya tiba-tiba saja dilanda kecemasan. Pikirannya melayang jauh ke masa lalu, mengingat kembali semua momen indah yang pernah mereka lewati bersama. Ucapan dokter yang menangani Arjun tiba-tiba terngiang-ngiang di telinganya, "Untuk menyembuhkan Pak Arjun, dibutuhkan dukungan psikologis." Sita merenung sejenak tentang arti dari ucapan tersebut. "Sita, aku mohon... Beri aku kesempatan sekali lagi. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi," pinta Arjun dengan air mata berderai. Sita yang sejak tadi menatap jendela rumah sakit, kini perlahan menatap wajah Arjun dengan tatapan penuh keraguan dan kebingungan.Sita terdiam dalam pertimbangan panjangnya. Hatinya bergejolak antara ingin memberikan kesempatan lagi pada Arjun atau menjaga hatinya sendiri agar tidak terluka lebih dalam lagi. Dia ingat betapa sakitnya saat dikhianati oleh orang yang dicintainya begitu dalam.Namun, melihat
Sita terdiam sejenak, merenungkan pertanyaan yang diajukan oleh Yuni. Matanya memandang ke luar jendela, mencoba mencari jawaban dalam dirinya sendiri. Sudah beberapa bulan sejak mereka berpisah dan Sita masih belum bisa melupakan kenangan indah yang pernah mereka bagi bersama-sama.Namun, di sisi lain, ada juga rasa sakit dan kekecewaan yang masih membekas di hati Sita. Mereka telah mengalami banyak pertengkaran dan pengkhianatan selama masa pernikahan mereka. Meskipun begitu, cinta mereka tetap kuat dan tak tergoyahkan.Yuni menatapnya dengan penuh harapan namun juga sedikit ragu-ragu. Dia ingin melihat Sita bahagia dengan cintanya. Namun, dia juga khawatir bahwa masalah-masalah masa lalu akan muncul lagi jika mereka memutuskan untuk rujuk.Saat ini adalah saat penting bagi Sita untuk membuat keputusan besar dalam hidupnya. Dalam diam-diam, Sita berdoa agar mendapatkan petunjuk dari Tuhan tentang apa yang sebaiknya dilakukan. Dia ingin melakukan apa pun yang terbaik untuk kedua bel
"Kejutan..." ujar Anand yang saat itu membuka penutup mata Sita. Mata Sita terbelalak kagum melihat pemandangan taman yang sebelumnya biasa-biasa saja, namun kini telah diubah menjadi sebuah tempat pesta yang meriah. Dekorasi dengan balon berwarna-warni, meja makan yang dipenuhi dengan hidangan lezat, dan panggung kecil untuk para musisi membuat suasana begitu semarak.Sita tidak bisa menahan rasa bahagia dan terharu melihat usaha Anand dalam mengatur semua ini. Dia merasa sangat bersyukur memiliki seseorang seperti Anand dalam hidupnya. Tidak hanya sebagai partner kerja, tetapi juga sebagai teman dekat yang selalu memberikan kejutan-kejutan manis seperti ini.Tak lama kemudian, semua karyawan Sita dan Anand datang dengan membawa sebuah kue ulang tahun seraya menyanyikan lagu ulang tahun untuk Sita. Suara mereka bergema di udara malam, menciptakan harmoni indah yang menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya.Saat itulah Sita tersadar bahwa hari ini adalah ulang tahunnya. Sejak pag
Sita melepaskan tangan Anand dengan perasaan campur aduk yang sulit diungkapkan. Dia menatap wajah Anand yang penuh perhatian dan kebaikan, merasakan getaran emosi dalam dirinya. "Anand, maafkan aku," ucap Sita dengan suara lembut namun jelas terdengar oleh Anand.Anand menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa dia mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Sita. Hatinya berdebar-debar, tidak tahu apa yang akan diucapkan oleh wanita itu."Kau memang sangat baik dan selalu melindungiku," lanjut Sita sambil menundukkan pandangannya. "Tapi maaf Anand, aku menganggapmu sudah seperti Abang aku, tidak lebih."Mendengar kata-kata itu membuat hati Anand terasa sakit. Ia mencoba menyembunyikan rasa kecewanya dan tetap tersenyum untuk memberikan dukungan kepada Sita. Namun dalam hati, ia merasakan kekecewaan yang begitu dalam.Bagaimanapun juga, Sita tidak ada niat sedikitpun untuk menjalin hubungan lebih dengan Anand. Meskipun ia mengakui betapa baiknya sikap dan perlakuan Anand padanya, tapi c
"Anand tunggu!" teriak Sita mencoba untuk memberi penjelasan kepada Anand yang terlihat kecewa.Anand menghentikan langkahnya tanpa menoleh sedikitpun kepada Sita karena rasa kekecewaannya."Anand, maaf jika aku sudah menyakiti perasaanmu," ujar Sita merasa bersalah."Tidak Sita. Aku sadar jika kau tidak bisa lepas dari Arjun," jawab Anand menahan emosi di dalam jiwanya.Anand sangat kecewa dengan hati Sita yang terkesan plin-plan. Dulu Sita sangat ingin pergi dari Arjun dan sangat membenci Arjun karena telah mengkhianatinya. Namun sekarang, Sita malah membiarkan dirinya kembali terjebak oleh perasaannya sendiri."Anand, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri jika aku masih mencintai Mas Arjun," sahut Sita mengatakan apa yang sesungguhnya."Ya, aku tahu. Sekarang aku paham, alasanmu menolakku karena hal ini bukan?" tanya Anand membalikkan badannya menatap Sita lekat-lekat."Ya, dan ada banyak hal yang membuat kita tidak bisa bersatu. Selain perasaanku, statusku adalah janda dan kau
"Kau beruntung, Sita masih mau menerimamu kembali," ujar Anand sambil menyedot batang rokok di tangannya. Suara desisan rokok yang terbakar terdengar jelas di ruangan itu, menciptakan suasana tegang antara Anand dan Arjun. "Ya, aku sangat beruntung," jawab Arjun dengan nada sinis, tetapi dalam hatinya ia merasa lega bahwa Sita memberinya kesempatan lagi.Anand menatap Arjun dengan tajam, ekspresi wajahnya penuh ketegasan. "Arjun, kali ini kau jangan lagi menyia-nyiakan Sita. Dia telah memberimu begitu banyak kesempatan untukmu."Arjun menggelengkan kepala dengan cuek. "Aku tahu apa yang harus kulakukan."Tiba-tiba Anand meletakkan rokoknya dan mendekati Arjun dengan langkah mantap. Tatapan matanya menusuk langsung ke dalam jiwa Arjun saat dia berkata dengan suara lirih namun penuh tekad, "Jika hal itu sampai terjadi lagi, bukan hanya Sita dan Tante Yuni yang akan menghadapimu... tapi Aku!"Mendengar ancaman tersebut membuat bulu kuduk Arjun merinding. Ia bisa melihat betapa seriusnya
Setelah selesai mengikuti akad nikah, Sita dengan cepat kembali ke kamarnya yang baru. Tanpa menunggu Arjun, dia langsung menuju tempat tidurnya dan mencari surat dari Anand yang telah dikirimkan sebelumnya. Dengan hati-hati, Sita membuka surat tersebut dan mulai membacanya.Surat itu memberikan sedikit kelegaan bagi Sita karena Anand menyatakan bahwa dia akan sering-sering berkunjung untuk memastikan bahwa Arjun memperlakukan Sita dengan baik. Hal ini membuatnya merasa lebih tenang dan yakin bahwa Anand tidaklah begitu saja memutus komunikasi dengannya.Tidak hanya itu, dalam surat tersebut juga terdapat pesan dari Anand kepada Arjun. Anand sepenuhnya percaya pada kemampuan bisnis Sita dan ingin melibatkannya dalam pengembangan perusahaan mereka bersama-sama. Dia meminta Arjun untuk membantu Sita dalam menjalankan perusahaan tersebut agar bisa tumbuh menjadi lebih besar lagi.Saat membaca isi surat tersebut, hati Sita dipenuhi rasa haru campur bahagia. Dia merasa sangat bersyukur mem
"Anand?" sapa Sita dengan wajah yang penuh kebahagiaan saat melihat kedatangan sahabatnya tersebut. Anand, yang juga merasa senang bertemu dengan Sita, tersenyum lebar sebagai responnya. Dalam hati mereka berdua, terdapat rasa syukur karena bisa berkumpul kembali setelah sekian lama tidak bertemu.Dengan langkah mantap dan penuh keyakinan, Anand berjalan mendekati pohon mangga yang tinggi menjulang di halaman belakang rumah Arjun. Dia memegang erat tangga bambu yang sudah disiapkan sebelumnya untuk memastikan bahwa tangga itu aman digunakan oleh Arjun ketika turun dari atas pohon mangga tersebut. Setiap anak tangganya diperiksa satu per satu agar tidak ada kerusakan atau kekurangan pada bagian-bagiannya."Sekarang, turunlah!" goda Anand dengan senyum lebar di wajahnya. "Jika kau terjatuh mungkin hanya tulangmu saja yang akan patah," lanjutnya sambil mengedipkan mata kepada Arjun.Arjun menoleh ke arah Anand
Pagi itu Dika dan Arsy tampak sangat bahagia karena Amel.tak pernah mengganggu hubungan mereka. Hingga pagi itu semua siswa berkumpul pada Mading sekolah bukan hanya itu, tatapan semua siswa yang ada disekolah itu memandang Arsy DNA Dika dengan tatapan penuh ejekan dan cemoohan.Arsy sadar jika ada sesuatu yang tidak beres."Dika, sepertinya ada yang aneh deh dengan siswa sekolah ini," ucap Arsy merasa risih dengan pandangan yang dilontarkan kepadanya saat dirinya dan Dika melewati lorong sekolah.Dika tersenyum manis, dia merangkulkan lengannya pada leher Arsy, "Kau ini selalu saja curiga. Bisa jadi mereka merasa heran karena si jomblo sejati kini sudah memiliki pacar, ditambah lagi pacarnya sangat tampan sepertiku."Arsy menatap Dika gemas, dan berkilah, "Narsis amat sih jadi orang. Seandainya saja bukan karena dijodohkan, mungkin aku tidak akan menerima kamu.""Halah, sudah jadian masih saja gengsi," sindir Dika melirik gemas kearah Arsy."Ah sudahlah. Ayo coba kita lihat ada apa d
Sejak jadian di Villa, Arsy dan Dika tak segan memperlihatkan keromantisan mereka. Bahkan di sekolahpun, Arsy dan Dika bak Romeo dan Juliet yang tak bisa dipisahkan. Setiap hari mereka terlihat mesra, saling berpegangan tangan saat berjalan menuju kelas, dan sering kali duduk bersama di bawah pohon rindang di halaman sekolah.Suatu hari, ketika sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di depan kantin sekolah, tiba-tiba Amel datang dengan wajah cemberut. Ia langsung mendekati Dika yang sedang duduk sendirian sambil menatap ke arah langit biru."Dika, kamu ini kenapa sih? Aku telepon tidak pernah diangkat?" tanya Amel dengan nada kesal. Ia duduk di sebelah Dika dan melingkarkan tangannya pada lengan Dika.Dalam hati, Dika merasa gugup karena ia tidak ingin Arsy melihat adegan ini. Mereka berdua memang sudah menjadi pasangan yang sangat harmonis sejak jadian di Villa tersebut. Namun begitu masalah muncul ketika ada orang lain yang mencoba mendekati salah satu dari mereka."Maaf Amel,
Dengan senyum hangatnya, Dika menjelaskan lebih lanjut kepada Arsy tentang rencananya untuk masa depan mereka berdua. Dia bercerita tentang bagaimana ia telah mempersiapkan segalanya secara matang agar dapat memberikan kehidupan yang nyaman bagi mereka berdua kelak."Sebenarnya ada satu hal yang tampaknya belum kau ketahui, Arsy," ungkap Dika perlahan-lahan. "Mereka mendukung sepenuh hati hubungan kita dan ingin melihat kita bahagia bersama. Dengan kata lain, kita telah dijodohkan sejak kita baru saja dilahirkan."Arsy kaget mendengar pengakuan tersebut. Ia tidak pernah membayangkan bahwa orang tuanya dan orang tua Dika telah menjodohkan dirinya dan Dika. Namun, di balik kejutan itu, ada rasa lega yang mulai menyelimuti hatinya.Arsy merasakan detak jantungnya berdegup kencang saat mendengar kata-kata Dika. Pikirannya melayang-layang mencoba memahami semua ini. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa orang tuanya mengatur semuany
Dika dengan penuh kelembutan menggendong Arsy menuju tepi pantai. Pasir putih nan bersih terlihat begitu menawan ditambah dengan sinar matahari yang hampir tenggelam. Dika berjalan pelan-pelan, sambil merasakan angin sepoi-sepoi menyentuh wajah mereka.Kedua orang tua mereka, sedang duduk santai di tepi pantai tersebut. Mereka tampak begitu bahagia melihat kedatangan Dika dan Arsy. Namun tiba-tiba saja, wajah Sita berubah menjadi khawatir saat melihat Arsy digendong oleh Dika."Arsy, kamu kenapa?" tanya Sita dengan suara cemas sambil bangkit dari duduknya. Ia segera mendekati Arsy yang kini diturunkan oleh Dika dan duduk dengan kaki diluruskan ke depan.Arjun juga merasa cemas melihat kondisi anak mereka yang terlihat lemas itu. Ia segera bergabung dengan Sita untuk mendekati Arsy.Anand, sahabat baik mereka yang juga ikut dalam perjalanan ini bersama istrinya, turut merasa khawatir melihat keadaan Arsy. Mereka pun ikut mendekati keluarga ters
"Sayang, apakah semuanya sudah siap?" tanya Arjun kepada Sita yang baru selesai memasukkan semua barang bawaannya ke dalam bagasi mobil expander miliknya. Setelah persiapan dan packing, mereka akhirnya siap untuk pergi liburan bersama keluarga."Sudah, Pa," jawab Sita dengan senyum kelegaan duduk disamping pengemudi. Dia merasa lega bahwa semua barang telah tertata rapi di dalam bagasi mobil.Sita menoleh kebelakang untuk mengecek ibu serta putrinya. Namun wajahnya berubah cemas saat melihat wajah sang putri yang terlihat murung. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Arsy dan itu membuat hati ibunya menjadi khawatir."Arsy, kenapa wajah kamu terlihat murung gitu, Nak?" tanya Sita seraya tangannya sibuk memasang sabuk pengaman. Ia mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh anak perempuan satu-satunya itu."Tidak apa-apa, Ma. Arsy hanya kepikiran pertandingan basket besok Ma
Dika menatap Arsy dengan ekspresi kecewa yang jelas terlihat di wajahnya. Ia tahu bahwa Minggu ini tidak ada pertandingan apapun di sekolahnya. Dalam hatinya, Dika memahami jika Arsy ingin menghindarinya, tapi ia tidak tahu pasti masalah apa yang sedang dialami oleh Arsy. Sejak kemarahan Arsy terhadap dirinya beberapa waktu lalu, Dika semakin yakin bahwa kemarahan itu bukan hanya karena janji yang tak bisa dia tepati, melainkan ada masalah lain yang sedang mengganggu pikiran dan perasaan Arsy."Sungguh sayang sekali," ucap istri Anand dengan suara sedih. "Kita sudah merencanakan ini sejak lama."Semua yang duduk di meja makan saling menatap satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Suasana hening pun tercipta di antara mereka sejenak.Dika mencoba untuk membuka pembicaraan lagi agar suasana menjadi lebih nyaman dan hangat. "Arsy," panggilnya lembut sambil memandang tajam gadis itu. Ia merasa kesal dengan kebohongan yang telah dilakukan oleh Arsy. Ia tidak bisa menahan diri untuk men
"Arsy, Andi. Kalian sudah saling kenal?" tanya Sita dengan ekspresi heran yang terlihat jelas di wajahnya. Dia tidak bisa menyembunyikan keheranan saat melihat putrinya, Arsy, dan putra Anand saling menunjuk satu sama lain dengan raut muka yang penuh kejutan.Sita sebenarnya tidak pernah menduga bahwa Dika adalah putra Anand. Namun kenyataannya memang begitu. Nama lengkapnya adalah Andika Pradana, tetapi keluarganya biasa memanggilnya dengan sebutan Andi. Meskipun begitu, Dika lebih suka dipanggil dengan nama Dika oleh teman-temannya di sekolah maupun lingkungan sekitar."Iya Tante. Arsy adalah teman sekelas Andi," jawab Andi dengan senyum canggungnya.Tidak ingin membuat suasana semakin canggung, Sita mencoba untuk tersenyum ramah kepada Anand dan berkata, "Anda memiliki anak laki-laki yang tampan dan cerdas seperti Dika." Anand pun tersenyum malu-malu sambil menjawab, "Terima kasih atas pujian Anda."Sementara itu, Dika juga merasa terkejut karena tidak pernah menyangka bahwa Arsy
"Arsy tunggu!" seru Dika dengan suara lantang, mencoba menarik perhatian Arsy yang sepertinya sengaja mengabaikannya sejak kemarin hingga pulang sekolah. Namun, Arsy terus melangkah tanpa memperdulikan Dika yang terus mengejarnya dan berusaha keras untuk berbicara kepadanya.Dengan raut wajah penuh penyesalan, Dika akhirnya berhasil mendekati Arsy. "Arsy, maafkan aku. Aku benar-benar lupa bahwa kita akan pergi mencari bahan untuk proyek sekolah, kemarin," ujar Dika dengan nada rendah.Namun, jawaban dari Arsy tidak seperti yang diharapkan oleh Dika. "Sudahlah lupakan saja. Aku sudah membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk proyek kita," kata Arsy tegas sambil menghentikan langkahnya dan menatap Dika dengan tatapan ketus.Dalam hati, Dika merasa sedih dan kesal atas sikap dingin yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu. Ia tidak ingin hubungan mereka menjadi renggang hanya karena sebuah kesalahan kecil ini. Maka dengan suara memelasnya, ia mencoba membujuk Arsy agar mau memaafkannya."Ars
"Arsy, ke kantin yuk!" ajak Dika sambil melingkarkan tangannya ke leher Arsy. Dia mengajaknya dengan penuh semangat, berharap bisa menghabiskan waktu istirahat bersama sahabatnya.Namun, Arsy menolak dengan wajah yang di tekuk. "Kau pergi saja, ajak saja Amel!" ucapnya singkat dan tegas. Ada sesuatu yang terlihat dalam ekspresi wajahnya, seolah-olah dia sedang menyembunyikan sesuatu.Dika tidak bisa menahan tawa saat mendengar penolakan itu. "Jangan bilang kau cemburu!" tebaknya dengan nada bercanda. Dia merasa ada rasa cemburu yang terselip di balik kata-kata penolakan Arsy.Arsy memalingkan wajahnya dan mencoba untuk menyembunyikan senyum kecil yang muncul di bibirnya. Dia tidak ingin Dika tahu bahwa dia benar-benar merasa cemburu melihat Dika bersama dengan Amel saat pagi tadi.Sebenarnya, Arsy sudah lama memiliki perasaan khusus terhadap Dika. Walaupun mereka baru saja berteman tapi mereka sering melakukan segala hal bersama-sama. Namun belakangan ini, hati Arsy mulai berbunga-bun