ISTRI PERTAMA SUAMIKU 8#kbm_cerbungDia tak pulang ke rumah hingga dua hari kemudian. Semua pesan WA-ku diabaikannya. Teleponku bahkan ditolak. Betapa cepat keadaan ini berbalik. Aku yang kemarin dia perlakukan bak ratu, kini bagaikan seonggok sampah.Biasanya Cintya suka mengganggu jika Papanya ada di rumah bersamaku. Tapi dua hari ini gadis itu seakan menghilang, sampai kemudian statusnya muncul di beranda FB.(Berdamai dengan kenyataan. Karena kata Mama aku sudah dewasa dan tak boleh lagi bersikap kekanakan. Baiklah Ma, cukup kali ini. Tapi aku tak akan berdiam diri lagi jika terulang kedua kali.)Aku mengerutkan kening. Status FB Cintya memang suka menggunakan kata-kata bersayap yang mengandung makna tersirat. Dia masih berusaha menjaga nama baik keluarganya.Menjelang sore, Siska datang. Dia terkejut melihatku yang kusut dan pucat. "Hey babe. Lo kenapa?" Diletakkannya sekotak pizza di atas meja.Aku terdiam. Dulu, Siska lah yang paling getol menyuruhku mendekati Mas Dany. Dia s
Bab 9. ISTRI PERTAMA SUAMIKUPoV LARASAku menatap foto yang baru saja dikirimkan Adam padaku dengan hati lelah. Kumbang itu kembali berkelana setelah aku berhasil mengembalikan dia ke sarangnya selama lima bulan. Ya. Hanya lima bulan lamanya. Dia kini kembali mengepakkan sayap dengan bebas, mencari sari bunga yang akan dia hisap nektarnya, melukai dua bunga lain yang dengan mudahnya dia lupakan meski hanya sesaat.Aku meletakkan ponsel di atas nakas, menghela tubuhku ke depan cermin, menatap pantulan diriku di sana dengan hati miris. Apa yang kurang? Wajah itu masih berseri, bahkan tubuh itu masih indah meski sekarang sedikit berisi. Di usiaku yang ke empat puluh, aku berjuang untuk tetap cantik dan awet muda demi dia. Demi agar dia tak mudah berpaling. Dua puluh tahun lamanya kami hidup dalam rumah tangga yang penuh cinta sampai akhirnya dia hadir. Gadis cantik yang polos dan lugu, yang berhasil menambat hati suamiku.Masih kuingat perihnya hati ini ketika aku datang menemui gadis i
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 10"Laras?"Aku menatap lelaki yang telah mendampingiku selama dua puluh tahun lamanya itu lekat. Netranya yang kecoklatan berkedip gelisah. Dia seharusnya tahu bahwa mengkhianatiku kedua kali adalah sebuah kesalahan besar. Kulangkahkan kaki ke dalam, meski dengan jantung berdetak kencang. Setenang apapun aku berusaha, tetap saja perih itu meraja. Mas Dany tak mampu mengelak. Dibiarkannya aku masuk ke dalam kamar hotel super mewah itu. Di atas ranjang king size, seorang wanita berambut ikal pirang terkejut. Dia bangkit sambil membenahi pakaiannya yang berantakan. Keadaan yang sama juga terjadi pada pakaian suamiku. Aku tersenyum kecut membayangkan apa yang baru saja terjadi di atas ranjang itu."Laras, Sayang. Aku akan jelaskan." Aku memandangnya lagi, mengalihkan tatapan dari perempuan itu. "Kau bukan hanya harus menjelaskan Mas, tapi juga bersiap untuk segala kemungkinan.""Kalau begitu tunggu aku pulang."Aku menggeleng."Tidak. Kita akan bertemu di suatu te
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 11Perempuan berambut pirang bergelombang itu melengak dengan wajah merah menahan amarah. Ada bekas telapak tangan kananku di pipi kirinya, yang membuatku puas. Setelah pulih dari keterkejutannya, kini dia berdiri menghampiriku dengan mata nyalang."Siapa kau?!"Aku tertawa sumbang."Aku istri lelaki brengs*k itu tentu saja!""Hah! Jangan berdusta. Istrinya baru saja pergi dari sini."Aku membuka tas selempang dan melemparkan foto foto pernikahan kami. Meski aku dan Mas Dany menikah siri, tapi pernikahanku dirayakan di kampung tempat tinggalku. Kertas kertas itu berhamburan, persis seperti hatiku yang kini pecah berantakan. Melihat suamiku bersama perempuan lain disertai bekas bekas pergumulan mereka ternyata menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.Seperti inikah perasaanmu dulu Mbak?Wanita itu memungut sampah sampah itu dan menelitinya. Matanya melebar, lalu menoleh pada Mas Dany."Is it true?!"Mas Dany mendesah, merampas foto-foto itu dari tangan si perempuan
"Apa ini?"Mbak Laras menatapku ketika kuletakkan dua buah kunci di meja. Ketika aku datang, wanita anggun itu tengah bersiap untuk pergi. Kali ini penampilannya sungguh berbeda. Dia menggunakan setelan blazer panjang berwarna hitam yang tampak sangat pas di tubuhnya. Dengan sepatu tertutup setinggi tiba centi, dia terlihat semakin elegan dan berkelas. Menatapnya, aku merasa kerdil, dan jelek sekali."Ini kunci rumah, dan ini kunci mobil. Aku kembalikan semua ini pada Mbak Laras. Aku hanya minta sedikit saldo di ATM sebagai biaya hidup sebelum aku dapat pekerjaan. Sisanya akan kutransfer."Aku mengeluarkan sertifikat rumah dari dalam tas berikut surat kendaraan. Semuanya kugabungkan dengan kunci di atas meja.Mbak Laras diam sejenak, menatap benda-benda itu. Dia menoleh padaku, lalu tersenyum tipis."Livia, seandainya saja tidak salah jalan, aku yakin kau gadis yang baik."Aku terkejut mendengar kata-katanya. Bagaimana mungkin dia bisa berkata begitu pada perempuan yang telah merebut
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 13A"Dasar pelakor! Kalau mau hidup enak itu usaha, bukan cari lakik orang terus numpang hidup kayak benalu.""Tahu gak, istri pertama itu selalu yang paling utama. Lo mah sampingan doang.""Di samping lelaki sukses, selalu ada istri pertama yang susah payah mendampingi dari bawah. Eh, Lo mau enaknya doang."Semua caci maki itu menghantam kepalaku tanpa ampun. Aku duduk meringkuk di sudut ruangan, entah dimana. Beberapa perempuan yang tak kukenal merangsek maju. Wajah mereka semua bengis dan tampaknya siap melumat tubuhku. Aku menangis. Sehina dan sesengsara ini ternyata jalan yang kupilih. Seharusnya dulu aku berpikir panjang sebelum memutuskan menggoda Mas Dany. Dan kini, lelaki itu bahkan telah tergoda perempuan lain lagi. Sakit yang kurasakan berlipat ganda kini."Kita gundulin aja yuk. Kita liat masih cantik gak dia kalo gak punya rambut." Ujar seseorang sambil memainkan gunting di tangannya.Aku terbelalak."JANGAAANN!""Boleh juga tuh. Habis itu kita siram
PoV LARASAku keluar dari rumah sakit dengan hati miris. Jika benar Mas Dany yang melakukan hal itu pada Livia, berarti dia benar-benar telah berubah. Suamiku yang lembut dan penyayang kini telah musnah. Siapakah yang telah merubahnya hanya dalam waktu singkat? Apakah Renata? Karena saat bersama Livia, dia tak berubah sama sekali.Aku menyetir dengan hati gundah. Kulirik lagi berkas perusahaan yang kuletakkan di kursi samping kiri. Sejak pertemuan di hotel kemarin, Mas Dany belum lagi menghubungiku. Entah apa yang dia pikirkan, yang jelas aku harus bertindak cepat, menyelamatkan saham milik keluargaku dan aset milik anak-anak. Dia boleh main perempuan sampai puas, tapi nanti, jika telah resmi berpisah denganku dan menjadi gembel.Ya. Aku tak sebaik itu. Dua puluh tahun lamanya aku menjadi istri yang baik untuknya, mendampingi setiap peningkatan karir dan juga jatuh bangun perusahaan. Tak kupungkiri dia begitu pandai mengelola perusahaan retail ini sehingga kini kami punya lima cabang
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 14PoV LARAS"Kau boleh duduk disini. Biar kita selesaikan sekalian. Akan aku umumkan posisi yang layak bagimu."Wajah Mas Dany tampak mengeras. "Jangan main-main Laras. Itu kursiku."Dia masih bersikukuh. Aku menghela nafas dengan lelah. Sulit sekali memberinya pengertian. Apakah semua yang kukatakan tadi masih kurang jelas baginya? Pintu terbuka, dua orang lelaki masuk, lalu disusul satu perempuan. Mereka lalu mengambil tempat duduknya masing-masing sambil saling bertatapan, mungkin heran melihat aku yang duduk di kepala meja, sementara suamiku merajuk seperti anak kecil yang minta permen."Pindah Ras. Kau boleh duduk di sampingku."Aku muntab. Enak sekali dia memerintahku setelah semua yang dia lakukan. Selama ini aku tak pernah ikut campur urusan perusahaan karena percaya dia tak akan mengkhianatiku selamanya. Tapi setelah apa yang dia lakukan, dia seharusnya tahu bahwa aku bisa mengambil kembali posisi ini karena di atas kertas, namaku jelas tertulis sebag
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 59 PoV LIVIA.Tiga bulan kemudian.Ini mungkin adalah pertemuan kami yang pertama. Pertemuan yang terjadi tanpa ada masalah, dendam dan juga benci. Widya masih di penjara sementara Renata, juga mendekam di penjara dalam keadaan cacat akibat kaki kirinya yang tertembak polisi kala itu mengalami infeksi hingga harus di amputasi. Cintya yang mengundang kami semua datang malam ini, menikmati makan malam yang disajikan oleh para asisten rumah tangga. Di kepala meja, Mas Dany duduk dengan tenang. Fisiknya telah kembali lagi seperti dulu, tidak lagi kurus dan kuyu. Kulitnya perlahan mulai cerah. Dia telah menerima posisi sementara di Beta sampai Cintya berusia dua puluh satu tahun dan berhak membuat keputusan sendiri. Sejauh ini Mas Dany menunjukkan bahwa dia benar-benar berubah. Dia menjalani tugasnya sebagai manajer dengan dedikasi tinggi, mengabaikan bisik bisik orang lain tentang dirinya. Dia juga mengurus Denish dengan sangat baik, kembali menjadi sahabat bagi an
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 58 (ENDING)Pov DANYAku dan Renata saling menatap. Seketika saja aku teringat bagaimana kejamnya di saat menghajar Livia. Padahal saat itu, mantan istriku itu tengah lemah karena habis keguguran. Dia menginjak kaki Livia dan menyeretnya keluar tanpa ampun. Setelah itu dia melarikan diri dengan membawa kabur harta milik Livia. Dan kejahatan nya masih terus berlanjut hingga akhirnya Denish, anak lelakiku satu satunya yang menjadi korban. Untung saja Livia tak terlambat membantunya.Ingat itu semua, rasanya aku marah sekali. Marah pada Renata, dan juga marah pada diriku sendiri. Betapa bodohnya aku dulu memperturutkan hawa nafsu hingga harus kehilangannya dua berlian dalam hidupku. Padahal, bukankah Tuhan telah berbaik hati memberikan segala yang aku butuhkan? Yang aku inginkan?"Sudahlah Daniel. Terima saja kenyataan kau kini kini jadi gembel setelah diusir anak anakmu sendiri. Lihat dirimu sekarang! Hitam dan kurus! Kau sama sekali tak menggairahkan. Aku jijik m
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 57Aku menatap wajah tampan suamiku yang belum juga sadarkan diri. Hatiku ngilu membayangkan, lagi lagi, aku harus bersahabat dengan rumah sakit. Kali ini, dia yang selalu menyediakan diri untuk menjadi tangan dan kakiku, justru terbaring tak berdaya.Kemana sukmamu berkelana? Ini sudah dua puluh empat jam Adam. Ayo pulanglah."Livi…"Aku terkejut ketika bibir itu bergerak memanggil namaku. Lalu perlahan, kelopak matanya bergerak dan beberapa saat kemudian, mata itu terbuka. Sorot matanya masih lemah, tapi aku tahu bahwa dia telah kembali."Ya Allah. Terimakasih Ya Allah". Jerit ku dalam hati. " Aku… kangen…"Aku nyaris saja tertawa, tapi bingung karena air mataku yang tak mau berhenti mengalir. Aku setengah berlari menghampiri perawat jaga dan mengabarkan bahwa Adam telah sadarkan diri. "Selamat. Suami anda telah melewati masa kritisnya. Siang ini juga akan kita pindahkan ke ruang rawat biasa."Senyum bahagia dokter yang menangani Adam menular padaku. Ketika p
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 56Aku membuka kotak bekal yang diberikan Bude Mina tadi pagi, dan tersenyum senang mendapati makanan kesukaanku. Tempe mendoan yang masih terasa hangat. Lengkap dengan sambal kecap dengan irisan cabai dan bawang merah. Meski statusku sekarang istri orang kaya, aku tak bisa menipu diriku sendiri bahwa makanan semacam ini yang terasa paling nikmat di lidah.Aku mengambil sepotong mendoan dan mencocolnya dengan sambal kecap. Hemm, nikmat sekali. Jangan bandingkan dengan telur cicak tujuh juta yang pernah kumakan demi gengsi. Telur cicak yang akhirnya aku tahu namanya adalah caviar alias telur ikan yang memang mahal harganya."Enak sayang?"Aku menoleh, nyaris lupa bahwa aku masih bersama Adam. Kami berdua duduk di dalam mobil yang terparkir di bawah pohon di seberang sekolah Denish. Acara perpisahan masih berlangsung, dan aku senang sekali melihat sambutan Cintya dan Denish pada Papanya. Kentara sekali bahwa mereka merindukan sosok lelaki itu. Rencananya, kami akan
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 55Aku berbaring miring, menatap wajah suamiku yang tertidur pulas setelah menghabiskan malam yang bergelora. Meski sedikit takut karena aku tengah hamil muda, bagaimana aku bisa menolaknya? Sejak menikah, kami baru satu kali melakukannya sebelum akhirnya dia menghilang. Selain itu, rindu dan hasratku sendiri tak tertahankan.Aku mengelus perutku, dimana anak kami tengah bertumbuh. Aku berharap dia baik baik saja dan tumbuh sehat. Lalu, tanpa sengaja mataku menatap kotak kecil yang diberikan Adam di rumah sakit dan belum sempat kubuka karena kesibukan kami. Aku bergerak, menyingkirkan tangan Adam yang menggenggam tanganku dengan gerakan perlahan, lalu turun dari atas kasur. Aku penasaran apa isinya.Sebuah kotak hitam berukir indah kini ada dalam genggaman tanganku. Perlahan kubuka dan aku terbelalak menatap isinya. Seuntai kalung dari mutiara hitam yang sangat cantik. Sebuah kertas terselip di bawah lapisan kain beludru nya.'Untuk Livia, kekasih dunia akhirat.
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 54Aku menggigit bibir dengan kesal. Air mataku bahkan langsung tumpah tanpa kendali. Dua bulan lamanya aku menunggu saat ini, saat dimana aku bisa bertemu dengannya. Ada banyak hal yang sangat ingin aku ceritakan. Tentang rasa gundah, cemas dan ketakutan. Tentang emesis di pagi hari yang membuatku hanya bisa meneguk segelas teh hangat. Tentang Cintya yang mulai peduli padaku. Tentang Denish yang kerap memanggilku Bunda. Tentang Beta yang berkembang pesat. Kenapa masih ada gangguan? "Hey, kenapa wajahmu?" Adam sudah mematikan ponsel dan meletakkannya di laci dashboard. Dia urung memutar kunci mobil. Dipalingkannya wajahnya ke arahku. "Kenapa sayang?"Kami saling bertatapan. Tangannya dengan lembut menghapus air mata yang dengan kurang ajarnya tak juga mau berhenti. "Aku tidak mau kau bertemu dengan Widya atau siapapun!" Seruku. Adam tertawa, dia menarik wajahku mendekat. Berhati hati agar tak menyentuh bahu kiriku yang masih diperban. "Kau cemburu ya?"Suda
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 53POV ADAMKalimatnya yang terakhir itu akhirnya membuatku menyadari satu hal. Bahwa dialah orang yang telah membuat istriku celaka. Tak ada orang lain yang tahu bawa istriku di rumah sakit kecuali keluarga dan tetangga. Aku menutup kran informasi rapat rapat sehingga tak tercium media. Karena bagaimanapun posisi Livia di Beta saat ini sangat penting. Meski setengah hatiku tak mau percaya, aku tak bisa membiarkannya. Secepat kilat, aku menyambar kedua tangan lelaki itu dan menguncinya ke belakang. "Adam! Ada apa ini?!" Lelaki itu berteriak sambil menoleh ke belakang, berusaha menatapku. "Aku tidak menyangka sama sekali, Om bisa melakukan hal seperti ini.""Melakukan apa?!" Bentaknya sambil meronta, berusaha melepaskan dirinya dari pitingan tanganku. Aku mendorong tubuhnya hingga membentur mobil bak terbuka. Dia menoleh dan sesaat mata kami bertemu. "Om seorang penegak hukum, bagaimana Om bisa melakukan kejahatan seperti ini?"Wajah Om Frans, Papa Widya memu
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 52Aku menatap kamar OK dengan jantung berdebar kencang. Didalam sana, istriku tengah berjuang, hidup dan mati. Peluru yang menembus bahunya tepat mengenai pembuluh darah sehingga pendarahan terus menerus terjadi sepanjang jalan. Tadi, sepanjang perjalanan, aku harus menjaga Livia agar tetap terjaga. Suara rengekannya yang manja, terngiang-ngiang. "Ngantuk Bang… "Dia bahkan memanggilku Abang. Air mataku nyaris saja meleleh jika tak ingat bahwa itu akan membuatnya kecil hati. Dan kini, aku terduduk dengan hati gentar, memikirkan Livia, dan anak kami yang berada dalam kandungannya. Pagi baru saja beranjak dan ternyata matahari yang bersinar cerah hari ini tak mampu Livia rasakan. Disampingku, Bude Mina duduk dengan wajah pucat pasi. Ponselku bergetar. Suara Om Andri langsung terdengar. "Om sudah mendapatkan informasi mobil yang tadi menembak istrimu Adam. Polisi sedang bekerja. Kau tenanglah, jangan tinggalkan Livia."Aku menghela nafas, menuruti kata hati, ak
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 51PoV ADAMAku menatap mobil polisi yang keluar dari halaman villa, dengan sosok Widya di dalamnya. Mobil itu berjalan dengan tenang tanpa suara sirine. Hanya raungan Widya yang hingga kini masih terngiang di telingaku."Maafkan saya Om. Saya tidak bisa lagi meneruskan sandiwara ini. Istri saya tentu sangat cemas. Ini sudah terlalu lama."Om Frans, Papa Widya mengangguk pasrah."Terimakasih atas waktu yang kau berikan untuk Widya, Adam. Saya akan berusaha sampai dia sembuh dan belajar menerima kenyataan."Aku mengangguk, mengiringi langkah Om Frans menuju mobil. Beliau dan istrinya akan mendampingi Widya ke kantor polisi. Aku menatap sosok yang duduk di kursi penumpang. Disana, sang Mama duduk dengan pandangan kosong. Tidak seperti Om Frans yang menerima kenyataan bahwa anaknya sakit dan telah melakukan tindak kejahatan serius, Tante Eliza menolak mentah mentah. Dia beranggapan semua ini adalah salahku. Akulah yang menyebabkan Widya terganggu mentalnya. "Anakku