Sebuah gedung mewah sudah disulap menjadi tempat pernikahan yang terlihat sangat indah dan juga megah, dengan dekorasi dan taburan bunga-bunga khas layaknya pesta pernikahan pada umumnya. Sebagian tamu undangan juga sudah hadir pada acara sakral yang akan dilakukan sekali dalam seumur hidup oleh pasangan pengantin yang akan menikah itu.
Krystal sudah lengkap dengan gaunnya yang begitu indah, wajah kecilnya yang terlihat imut dengan bibir tipis sudah dia poles sedemikian rupa. Kakak satu-satunya akan menikah dan tentu saja dia sangat berpartisipasi dalam acara pernikahan itu. Sedari tadi dia tidak berhenti menyambut tamu undangan dengan bahagia, lalu mengarahkan tamu-tamu itu untuk duduk pada meja yang telah dipersiapkan.
Ketika sedang asik berbincang-bincang kecil dengan sebagian tamu yang dia kenal, tiba-tiba seorang penata rias menghampirinya.
"Di mana Bu Andin?" tanya penata rias itu dengan tergesa-gesa dan juga terlihat panik, membuat Krystal merasa heran dan tidak tahan untuk tidak menanyakan apa yang terjadi.
"Memangnya ada apa? Siapa tau aku bisa membantu," ujar Krystal.
"Pengantin wanita kabur, dia meninggalkan surat ini." Mata Krystal langsung terbelalak mendengar penuturan penata rias itu. Kabur? Tapi kenapa? Dengan cepat tangannya mengambil surat yang diberikan oleh penata rias dan membaca isinya.
Pada surat itu kakaknya yang bernama Cindy, menuliskan bahwa dia tidak bisa melanjutkan acara pernikahannya karena ada sesuatu yang terjadi, tapi tidak dijelaskan apa yang terjadi itu, dan di sana juga terdapat ucapan maaf yang ditujukan kepada calon suaminya, keluarga calon suami dan kepada keluarganya.
Dengan cepat Krystal mencari keberadaan ibunya kemudian memperlihatkan isi surat itu kepada ibunya, yang kebetulan di sana juga terdapat ayahnya. Ibunya terlihat shock dengan isi surat itu dan tubuh ibunya hampir saja ambruk jika Krystal tidak langsung menahan tubuh ibunya.
"Kenapa seperti ini? Bagaimana kita akan menjelaskan kepada keluarga Austin?" ujar sang ibu dengan berlinang air mata. Keputusan mendadak sang kakak benar-benar membuat keluarganya sangat panik.
Undangan sudah tersebar lima ribu, baik itu dari keluarga Austin maupun keluarga Cindy, sebagian besar tamu undangan juga sudah banyak yang hadir dan sekarang acara akan dibatalkan, itu sangat tidak masuk akal. Selain itu, keluarga Austin juga belum tahu tentang berita menghilangnya Cindy.
Masih dalam kepanikan, tiba-tiba keluarga Austin datang dengan senyuman yang sumringah, dan sesekali mereka juga tersenyum hangat menyapa para tamu undangan yang hadir.
"Apakah Cindy sudah siap, Andin? Aku yakin menantuku itu sangat cantik."
Semua keluarga Krystal terdiam mematung atas pertanyaan Rani, bagaimana caranya mengatakan bahwa Cindy kabur?
"M-maaf, Rani ... Cindy menghilang!"
Boom!
Rani yang merupakan ibu dari Austin langsung membulatkan matanya dengan mulut yang ternganga. "Apa maksudmu, Andin?" tanyanya dengan ekspresi wajah yang langsung berubah.
"Kami tidak tau apa alasan Cindy kabur dari pernikahannya, tapi dia meninggalkan surat yang mengatakan dia tidak bisa melanjutkan pernikahan mereka," jawab Andin.
Krystal memutuskan mengajak dua keluarga itu untuk berbicara pada sebuah ruangan, malu juga jika berbicara hal seperti itu di dekat para tamu undangan.
"Apa-apaan anak itu! Jika tidak berniat menikah kenapa baru membatalkannya sekarang? Sekarang acaranya akan segera berlangsung!" Rani berteriak dengan suara yang menggema di seluruh ruangan. Emosinya langsung meledak mengetahui bahwa calon menantu yang akan menikah dengan putranya kabur dari acara pernikahan.
"Apa salahnya melanjutkan pernikahan ini sebentar, lalu baru pergi. Jika seperti ini, keluarga kami yang akan malu!" hardik Rani.
"Ma, ada apa?" tanya Austin yang terburu-buru memasuki ruangan yang terdapat dua keluarga di sana. Dia sudah bersiap-siap dengan baju pengantin yang sudah melekat pada tubuh sempurnanya.
"Wanita yang wanita yang kau cintai sekarang sudah kabur di saat acara pernikahan yang sebentar lagi akan berlangsung." Rani langsung memberikan surat itu kepada Austin, Austin pun membaca isi surat itu dengan seksama. Terlihat guratan amarah pada wajahnya yang mengeras, kemudian dia meremas surat tersebut.
"Lalu sekarang bagaimana? Tamu undangan sudah pada datang? Anakmu ingin mempermalukan keluarga kami?" Rani mencerca ibu Krystal dengan berapi-api. Keluarga Krystal pun juga tidak tau tentang keputusan yang diambil oleh Cindy, mereka pun juga sangat shock.
"Kami tidak mau tau, pokoknya acara ini harus tetap berlangsung. Kalian masih memiliki satu putri, kan? Aku ingin dia yang menggantikan kakaknya!"
Mendengar hal itu membuat Krystal dan juga semua keluarga yang ada di sana terkejut dengan penuturan Rani.
"Ma, –"
"Jangan membantah Mama, Austin! Bagaimanapun pernikahanmu harus berlanjut, kamu bisa menceraikannya setelah acara ini selesai," ujar Rani dengan berapi-api, jika acara pernikahan itu tidak dilanjutkan, maka keluarganya akan menanggung malu.
"Tapi Krystal masih kuliah, Rani. Kuliahnya saat ini sedang terbengkalai dan dia juga harus mengurus skripsinya." itu adalah ayah Krystal yang berbicara. Tapi keluarga dari Austin tegap kukuh untuk menikahkan Krystal dengan Austin.
Hingga keluarga Krystal pun tidak kuasa menolaknya karena akar dari masalah itu terdapat pada Cindy yang kabur, dan di sinilah Krystal saat ini berada pada ruangan hias untuk menggantikan kakaknya yang kabur.
Sedari tadi dia diawasi oleh Bu Rani supaya dia tidak kabur seperti Cindy.
Mau tidak mau Krystal merelakan wajahnya dirias oleh perias. Air mata selalu menggenang di pelupuk matanya, bagaimana bisa keadaan bisa secepat itu berubah. Tanpa disangka-sangka dialah yang akan menikah dengan calon suami kakaknya.
Wajahnya yang memang dasarnya sudah cantik, semakin bertambah cantik ketika dipolesi dengan make-up. Apalagi sekarang dia dipakaikan gaun pengantin, membuatnya terlihat seperti barbie hidup yang sangat cantik.
"Ayo, tamu sudah terlalu lama menunggu!" ujar Rani dengan ketus tanpa peduli perasaan Krystal saat ini.
Acara itu berjalan dengan sangat lancar hingga larut malam. Sebagian tamu undangan ada yang menyadari bahwa pengantin wanita berubah dan ada juga sebagian yang tidak menyadarinya. Selama acara itu Krystal sama sekali tidak tersenyum, sama halnya dengan calon suaminya yang diam dengan rahang yang mengeras.
Biasanya calon suami kakaknya itu akan sangat ramah kepada Krystal, tapi saat ini dia melihat Krystal dengan penuh kebencian.
Setelah acara pernikahan itu benar-benar selesai, Krystal tidak tau harus pulang ke mana, apakah dia harus pulang ke rumah ibunya? Atau pulang ke rumah orang yang saat ini sudah menjadi suaminya.
"Sampai Austin menceraikanmu, kamu akan tinggal bersama Austin terlebih dahulu," ujar Rani kepada Krystal, kemudian langsung berlalu dari keluarga Krystal dengan raut wajah yang masih menyimpan emosi. Mau tidak mau Krystal harus menuruti keinginan wanita yang sekarang sudah menjadi mertuanya.
Dia berpamitan terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya, kemudian berlari kepada mobil yang ditumpangi oleh ibu mertuanya.
"Kenapa kau ke sini?" tanya Rani dengan ketus, "kau tinggal bersama Austin bukan aku!" serunya lagi.
Dengan perlahan Krystal menutup pintu mobil itu kemudian melihat mobil mana yang ditumpangi oleh Austin, ternyata Austin berada pada mobil di belakang mobil yang ditumpangi oleh Rani.
"Permisi, boleh aku masuk?"
Austin hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Krystal, tapi Krystal langsung masuk dengan hati-hati ke dalam mobil itu.
Bagaimana bisa hidupnya yang damai, aman dan tentram langsung berubah hanya dalam hitungan detik?
Hampir dua jam perjalanan, akhirnya mobil itu berhenti pada sebuah kawasan apartemen elit.Tanpa berucap apa-apa, Austin langsung turun dari mobil. Hal itu membuat Krystal kelimpungan mengejar Austin yang memiliki langkah yang begitu lebar. Selain itu dia juga merasa kesusahan dengan gaun pengantin yang dia gunakan sekarang ini karena berat gaun itu mencapai 5kg.Krystal harus bergerak cepat ketika Austin sudah memasuki lift, jika dia terlambat bisa-bisa Austin meninggalkannya, dan itu akan semakin merepotkan karena dia sama sekali tidak tau nomor apartemen Austin."Haiss, gaun ini menyusahkan!" keluh Krystal karena dia juga harus berusaha membawa gaunnya yang panjang di area belakang itu masuk ke dalam lift. Sedangkan Austin hanya menatap Krystal yang sedang menggerutu dengan ujung matanya.Ternyata Austin tinggal di penthouse, karena dia menekan tombol paling atas dari apartemen itu, setelah lift berhenti dugaan Krystal semakin tepat.&
Cukup lama Krystal berada di kamar mandi karena dia harus menghapus terlebih dahulu make-up tebal yang menempel pada wajahnya. Dia cukup sulit untuk menghapusnya karena dia tidak membawa cairan pembersih make-up, hingga dia membersihkannya hanya menggunakan air biasa saja.Setelah semuanya benar-benar bersih barulah dia mengelap tubuh lelahnya dengan handuk, kemudian baru mengenakan pakaian yang diberikan oleh Austin tadi. Austin memiliki tubuh yang cukup tinggi dengan otot-otot keras yang menghiasi tubuhnya, karena itulah memakai kemeja Austin serasa memakai pakaian yang oversize menurut Krystal. Sebenarnya Krystal belum pernah melihat tubuh naked Austin, tapi itu menurut spekulasinya yang melihat postur tubuh Austin yang sangat tegap, dan gagah. Krystal juga menebak tinggi suaminya itu di atas 185cm. Benar-benar tinggi untuk Krystal yang hanya memiliki tinggi 160cm saja.Sebelum keluar dari kamar mandi, Krystal kembali melihat kepada barang-barang yang ad
Austin pulang ternyata tidak seperti yang Krystal bayangkan, dia kira Austin pulang kerja sekitar jam tiga atau empat sore, ternyata pulangnya jam delapan malam."Kenapa kamu masih menggunakan pakaian itu?" tanya Austin yang terkejut bahwa Krystal masih menggunakan pakaian yang sama dengan sebelum dia berangkat kerja tadi."Aku tidak memiliki pakaian ganti, dan aku juga tidak membawa ponsel untuk menghubungi ibu supaya mengantarkan pakaian ke sini.""Ck, mandilah! Aku akan membelikanmu pakaian." Austin kembali keluar dari penthousenya meninggalkan Krystal, dan Krystal pun juga tidak melakukan apa-apa karena dia sudah sedari tadi selesai mandi.Tidak lama menunggu akhirnya Austin kembali membawa dua buah totebag yang berisi pakaian dan memberikan kepada Krystal.Krystal menerima totebag itu dan berlari ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Isi totebag itu sangat lengkap, ada pakaian wanita beserta dalaman, dan juga alas
Pada keesokan harinya, Krystal masih kepikiran tentang apa yang dibicarakan oleh Austin kepada lawan telponnya semalam.Apa yang dimaksud oleh austin tentang menahan emosinya, dan apakah setelah satu minggu jika kakaknya tidak ketemu apakah dia akan disiksa oleh Austin?Krystal menggelengkan kepalanya, Austin tidak mungkin orang yang seperti itu. Tapi bisa saja memang seperti itu karena yang dicintai oleh Austin adalah kakaknya, dan juga yang dicintai oleh kakaknya adalah Austin.Dia menghela nafasnya kemudian membentuk coretan-coretan asal pada kertas skripsinya yang baru saja disuruh revisi oleh dosen pembimbingnya."Ada apa denganmu, Krystal?" tanya Yosi yang merupakan teman satu kampus dengan Krystal."Aku sudah menikah.""Hah? Hahaha, selesaikan dulu skripsi mu, baru menikah," jawab Yosi yang mengira Krystal sedang bercanda."Aku tidak bercanda, Yosi. Aku sudah menikah, dan itu terjadi begitu s
Pada keesokan harinya, Krystal masih kepikiran tentang apa yang dibicarakan oleh Austin kepada lawan telponnya semalam.Apa yang dimaksud oleh austin tentang menahan emosinya, dan apakah setelah satu minggu jika kakaknya tidak ketemu apakah dia akan disiksa oleh Austin?Krystal menggelengkan kepalanya, Austin tidak mungkin orang yang seperti itu. Tapi bisa saja memang seperti itu karena yang dicintai oleh Austin adalah kakaknya, dan juga yang dicintai oleh kakaknya adalah Austin.Dia menghela nafasnya kemudian membentuk coretan-coretan asal pada kertas skripsinya yang baru saja disuruh revisi oleh dosen pembimbingnya."Ada apa denganmu, Krystal?" tanya Yosi yang merupakan teman satu kampus dengan Krystal."Aku sudah menikah.""Hah? Hahaha, selesaikan dulu skripsi mu, baru menikah," jawab Yosi yang mengira Krystal sedang bercanda."Aku tidak bercanda, Yosi. Aku sudah menikah, dan itu terjadi begitu s
Austin pulang ternyata tidak seperti yang Krystal bayangkan, dia kira Austin pulang kerja sekitar jam tiga atau empat sore, ternyata pulangnya jam delapan malam."Kenapa kamu masih menggunakan pakaian itu?" tanya Austin yang terkejut bahwa Krystal masih menggunakan pakaian yang sama dengan sebelum dia berangkat kerja tadi."Aku tidak memiliki pakaian ganti, dan aku juga tidak membawa ponsel untuk menghubungi ibu supaya mengantarkan pakaian ke sini.""Ck, mandilah! Aku akan membelikanmu pakaian." Austin kembali keluar dari penthousenya meninggalkan Krystal, dan Krystal pun juga tidak melakukan apa-apa karena dia sudah sedari tadi selesai mandi.Tidak lama menunggu akhirnya Austin kembali membawa dua buah totebag yang berisi pakaian dan memberikan kepada Krystal.Krystal menerima totebag itu dan berlari ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Isi totebag itu sangat lengkap, ada pakaian wanita beserta dalaman, dan juga alas
Cukup lama Krystal berada di kamar mandi karena dia harus menghapus terlebih dahulu make-up tebal yang menempel pada wajahnya. Dia cukup sulit untuk menghapusnya karena dia tidak membawa cairan pembersih make-up, hingga dia membersihkannya hanya menggunakan air biasa saja.Setelah semuanya benar-benar bersih barulah dia mengelap tubuh lelahnya dengan handuk, kemudian baru mengenakan pakaian yang diberikan oleh Austin tadi. Austin memiliki tubuh yang cukup tinggi dengan otot-otot keras yang menghiasi tubuhnya, karena itulah memakai kemeja Austin serasa memakai pakaian yang oversize menurut Krystal. Sebenarnya Krystal belum pernah melihat tubuh naked Austin, tapi itu menurut spekulasinya yang melihat postur tubuh Austin yang sangat tegap, dan gagah. Krystal juga menebak tinggi suaminya itu di atas 185cm. Benar-benar tinggi untuk Krystal yang hanya memiliki tinggi 160cm saja.Sebelum keluar dari kamar mandi, Krystal kembali melihat kepada barang-barang yang ad
Hampir dua jam perjalanan, akhirnya mobil itu berhenti pada sebuah kawasan apartemen elit.Tanpa berucap apa-apa, Austin langsung turun dari mobil. Hal itu membuat Krystal kelimpungan mengejar Austin yang memiliki langkah yang begitu lebar. Selain itu dia juga merasa kesusahan dengan gaun pengantin yang dia gunakan sekarang ini karena berat gaun itu mencapai 5kg.Krystal harus bergerak cepat ketika Austin sudah memasuki lift, jika dia terlambat bisa-bisa Austin meninggalkannya, dan itu akan semakin merepotkan karena dia sama sekali tidak tau nomor apartemen Austin."Haiss, gaun ini menyusahkan!" keluh Krystal karena dia juga harus berusaha membawa gaunnya yang panjang di area belakang itu masuk ke dalam lift. Sedangkan Austin hanya menatap Krystal yang sedang menggerutu dengan ujung matanya.Ternyata Austin tinggal di penthouse, karena dia menekan tombol paling atas dari apartemen itu, setelah lift berhenti dugaan Krystal semakin tepat.&
Sebuah gedung mewah sudah disulap menjadi tempat pernikahan yang terlihat sangat indah dan juga megah, dengan dekorasi dan taburan bunga-bunga khas layaknya pesta pernikahan pada umumnya. Sebagian tamu undangan juga sudah hadir pada acara sakral yang akan dilakukan sekali dalam seumur hidup oleh pasangan pengantin yang akan menikah itu.Krystal sudah lengkap dengan gaunnya yang begitu indah, wajah kecilnya yang terlihat imut dengan bibir tipis sudah dia poles sedemikian rupa. Kakak satu-satunya akan menikah dan tentu saja dia sangat berpartisipasi dalam acara pernikahan itu. Sedari tadi dia tidak berhenti menyambut tamu undangan dengan bahagia, lalu mengarahkan tamu-tamu itu untuk duduk pada meja yang telah dipersiapkan.Ketika sedang asik berbincang-bincang kecil dengan sebagian tamu yang dia kenal, tiba-tiba seorang penata rias menghampirinya."Di mana Bu Andin?" tanya penata rias itu dengan tergesa-gesa dan juga terlihat panik, membuat Kryst