Lea sedang berendam di kolam mini di kamar mereka. Beberapa hari terakhir sangat melelahkan. Lea sendiri sudah mengalami banyak peningkatan soal hubungannya dengan air. Berendam di jacuzzi atau kolam mini seperti ini tidak membuat phobianya kambuh.Di tengah keasyikannya menikmati pijatan lembut dari air kolam, dia mendengar percakapan Zio dari ruang kerja yang pintunya tidak tertutup rapat."Iya, bisa dilanjutkan persiapannya. Aku mau dua minggu lagi siap. Jadi aku bisa tunjukkan padanya."Dahi Lea berkerut, apa lagi itu. Apa yang mau ditunjukkan, pada siapa mau ditunjukkan. Lagi-lagi overthinking mengambil alih. Tidak tahu kenapa perasaan Lea akhir-akhir ini sangat sensitif. Mudah terpancing dengan tingkat kecemburuan meningkat drastis.Lea sangat takut andai Zio sampai tergoda wanita lain. Dia nyata jatuh cinta pada pria berparas bule tersebut. Sepertinya Lea akan mulai menyelidiki hal ini. Dia tidak mau dirundung curiga terus menerus. Lea harus tahu apa yang Zio lakukan.Pikiran L
Dua minggu kemudian."Rame amat. Kek ada yang nikahan," gumam Lea yang memakai masker juga kaca mata. Memandang keheranan ke arah bangunan megah di hadapannya.Grand Century, sebuah hotel yang terkenal mewah dengan predikat layanan bintang lima. Baru kali ini Lea melihatnya secara nyata. Sebelumnya dia hanya melihat Grand Century, melalui review tempat yang menjadi salah satu pilihan venue pernikahan paling diminati kaum jetset.Tapi selama ini, Lea belum pernah masuk ballroom Grand Century, dia sebatas meng-handle pekerjaan dari jauh. Entah kebetulan atau bagaimana. Namun hari ini, dia yang sejak tadi menguntit sang suami agaknya harus ikut masuk, memastikan dengan siapa Zio bertemu. Zio setuju melakukan pertemuan di hotel saja sudah membuat Lea berpikir yang tidak-tidak.Dasar perempuan, seharusnya Lea pikirkan hal yang penting saja. Tidak perlu mengurusi hal remeh yang tidak berguna. Sebab hal seperti itu terkadang justru membuat kita salah paham.Seperti saat Lea sudah berada di
Rona merah tak jua hilang dari wajah Lea. Bahkan ketika dia sudah setengah jam lebih di-make up. Hasil dari kelancangan Lea masuk ke kamar 1502 membuat semua orang menghirup napas lega.Yang dicari secara tidak langsung datang sendiri ke venue. Meski awalnya Lea sempat marah-marah. Dia langsung menuduh Zio begini dan begitu. Untungnya Zio sigap membawa Lea ke kamar untuk diajak bicara.Perempuan itu tetap saja menuduh Zio selingkuh, apalagi ketika dia masuk, dilihatnya Rain sedang memakaikan dasi, hingga kesannya perempuan itu tengah memeluk leher sang suami.Lea baru berhenti mengoceh ketika dia disodori sebuah undangan di mana namanya dan nama Zio tertera sebagai pasangan suami istri yang akan mengadakan pesta."Jadi ...." "Aku berencana memberimu kejutan, tidak tahunya aku malah dituduh mendua." Zio melipat tangan sambil melihat Lea melalui cermin berlampu."Maaf," lirih Lea. Meski bibirnya berucap maaf, mata hazelnya tak lekang dari Rain yang sejak tadi tak berhenti memandang Z
Surprise! Berapa tahun Rain tidak melihat Arthur Lawrence. Lelaki yang pamit untuk melanjutkan study-nya ke Oxford lewat jalur beasiswa. Arthur bukan berasal dari keluarga kaya. Namun kepintaran membuat Lawrence punya peluang untuk mengubah nasib.Dan lihatlah, berjalan beriringan bersama Han, Lawrence terlihat sangat menawan juga berkharisma. Rain sampai lupa cara bernapas juga berkedip andai Han tidak menegurnya."Nona Rain bagaimana persiapan Nyonya Alkanders?"Rain tergagap saat menjawab. Saat itulah tatapan Lawrence bertemu dengan netra gugup Rain. Pria itu memandang lama pada Rain sebelum kembali mengikuti Han."Dia kembali. Tidak, dia sudah lama kembali." Detak jantung Rain berlarian kala dia menyimak profil Arthur Lawrence, pria yang diketahui memiliki firma hukum cukup besar dengan klien berdatangan dari kalangan atas.Pria yang juga secara resmi ditunjuk sebagai pengacara untuk AK Corp dan jaringannya. Dengan begitu, hubungan Lawrence dan Zio pastinya dekat.Rain mendesah be
"Selamat atas pernikahannya. Meski terlambat kami akan selalu mendoakan kebahagiaan kalian berdua ke depannya." Ucapan Rainer Prasetyo mewakili semua kolega bisnis AK Corp. Dengan Zio seketika membungkukkan badan sebagai ucapan terima kasih. "Semoga kita bisa terus menjalin kerjasama yang solid untuk jangka panjang." Kalimat Zio disambut ratusan gelas yang diangkat ke atas sebagai simbol persetujuan. Fokus AK Corp memang menciptakan iklim kerjasama yang memungkinkan dua belah pihak bisa mendapat keuntungan maksimal tanpa merugikan sisi lain. Dalam usaha mewujudkan hal tersebut tentu bukan hal yang mudah. Semua dimulai sejak ayah Zio memimpin. Ketika pria itu meninggal, semua usaha dilanjutkan oleh Zio. Di era kepemimpinan Zio semua yang diimpikan sang ayah bisa terwujud. Lea meneguk jus jeruknya, dia minta itu dibanding minuman merah pekat yang dia takuti. Konsep resepsi Lea memang lebih ke ramah tamah dengan semua tamu. Pelaminan Lea berada di tengah venue pesta dengan banyak
"Bisa kita bicara sebentar." Suara tadi membuat Rain menoleh. Dia sedang mengemasi beberapa alat yang tadi dia gunakan saat membantu Lea memakai gaunnya.Perempuan itu seketika minder, Lea benar-benar sempurna saat berdiri di samping Zio. Aura keduanya seolah saling melengkapi satu sama lain.Namun lebih mengejutkan lagi, ketika dia melihat Lawrence berdiri di depannya. Bukannya ikut menikmati pesta di ball room. "Maaf, saya sedang sibuk.""Akan aku bantu." Lawrence sigap bergerak memasukkan sejumlah benda ke dalam kotak yang Rain pegang.Rain sesaat tercenung. Bagaimana bisa Lawrence bisa bersikap biasa saja setelah hampir delapan tahun meninggalkannya."Kenapa?""Apanya?""Kenapa kamu kembali? Kenapa kamu begini ke aku? Kamu tahu gak sih delapan tahun kamu pergi ....""Aku gak ninggalin kamu Rain. Aku pamit, aku kasih tahu ke mana tujuanku pergi. Sekarang aku kembali."Rain menangis, air mata yang sejak tadi dia tahan, akhirnya luruh juga."Aku pulang enam bulan lalu. Aku langsung
"Mau ke mana sih, Pa. Arch masih ngantuk."Arch menggerutu dengan kepala terkulai di pundak sang ayah. Dia tidak tahu kenapa Zio tiba-tiba memaksanya ikut bepergian sepagi itu. Tidaklah pagi sangat, jam enam lebih.Namun Arch yang kadung di-setting libur otaknya tentu menganggap jam segitu masih pagi. Padahal jika sekolah, jam enam Arch sudah harus siap."Temani Papa mengantar teman ke bandara," kata Zio setelah memakaikan seat bealt di tubuh bongsor sang putra."Yang mau pergi kan teman Papa kenapa gak ngajak Mama.""Mama masih tidur." Zio melajukan mobil keluar parkiran hotel."Arch juga masih ngantuk," bibir Arch mencebik lucu."Arch boleh lanjut tidur. Yang penting Arch temani Papa. Oke?"Arch sungguh lanjut tidur apalagi setelah minum susu, dia pasti ngantuk. Benar saja, dalam hitungan menit netra Arch kembali terpejam. Dia tidak tahu berapa lama perjalanan dari Grand Century ke air port. Dia juga tidak tahu, berapa lama dia tertidur. Yang Arch tahu, dia samar-samar mendengar or
"Mama ... loh Mama kok di sini?" Arch tampak berpikir selagi bertanya."Mama dari tadi di sini Arch. Memangnya kenapa? Kalian yang tiba-tiba pergi. Tidak ngajak lagi." Lea pura-pura cemberut. Lea menyambut kedatangan suami dan putranya. Mereka masih berada di hotel, berencana akan pulang setelah makan siang. Kelvin, Angel, Maya dan Matthew sudah pamit pulang. Maya bilang cuciannya banyak. Pun dengan Aldo dan Vina yang sebelum pergi sempat dicegat Lea."Kau menidurinya?" Tuding Lea tanpa basa basi.Dan Aldo yang brengsek cuma nyengir lebar, maka jeweranlah yang selanjutnya Aldo terima. "Sama-sama mau, apa salahnya?""Salahnya kau itu tidak bisa tanggung jawab.""Aku tanggung jawab, Nya. Suer, aku bakal nikahin maknya Bela.""Awas kalau enggak, aku sunat abis pusakamu!"Aldo merapatkan paha, takut sekali jika Lea sungguh melakukannya.Lea mendengus kesal, sebenarnya hal seperti itu tidak akan terjadi jika salah satu pihak menolak. Namun Lea pada akhirnya hanya bisa menghembuskan napa
Zio melotot saking syoknya. "Mamanya James. Si biang kerok itu. Kok bisa dia ada di sini. Oh tunggu! Siapa tadi dia istri Zafran Mattias Al ....""Adik kembar papamu."What?! Adik kembar papanya. Zio kok tidak tahu. Tunggu sebentar. Ingatan Zio melayang ke berpuluh tahun lalu. Saat seorang pria memperkenalkan diri sebagai saudara papanya. Yang Zio ingat, wajah mereka memang mirip."Lelucon macam ini. Jadi James itu ... sepupuku?""Iya. Dia tidak tahu, jadi ya begitulah. Salah paham terjadi. Tapi tenang saja. Semua sudah selesai. Dia akan kembalikan tanah itu ke mama. Mau dibangun sekolahan sama taman bermain."Jelas Inez singkat. "Sudah ya. Maafkan mereka. Ini benar-benar hanya salah paham."Zio terdiam, tangannya mengusap punggung Arch yang bergerak tak nyaman. "James dan Mattias akan menyusul. Mereka harus mengurus tanah itu lebih dulu. Setelah beres baru ke sini."Dalam sehari, Zio menghadapi banyak kejadian yang membuat dia mendadak merasa lelah. Sebagian karena rasa terkejut seb
Suara Li Chong Wei tercekat di tenggorokan. Matanya melotot saat sebutir peluru merenggut nyawanya. Benda itu menancap tepat di dahinya. Hidupnya berakhir hari itu juga, sama dengan ambisi gilanya untuk melengserkan Mattias dan memiliki Midnight Blue. James lekas ditarik menjauh oleh anak buah Miguel, sebelum tubuh Li Chong Wei rubuh ke lantai. Mungkin pria itu tak pernah menyangka pemimpin Triad Li yang tersohor itu akan muncul di hadapannya. Guna menghabisi nyawanya. Miguel memang nyaris tak terekspose di kalangan dunia bawah. Beda dengan Mattias yang kerap berbaur dengan mereka yang berasal dari dunia mereka. Miguel totally menjalankan kehidupannya sebagai pengusaha. Hanya perintah dan mata-matanya saja yang terus memantau aktivitas kelompoknya. Berita buruknya, jika lelaki itu sampai menampakkan diri, maka kematian dalam jumlah besar akan terjadi. Dan benar saja. Selang beberapa detik dari kematian Li Chong Wei, satu perintah meluncur dari lisan Miguel. "Habisi anak buah L
Fakta Mattias memiliki anak. Dan dia adalah James Liu, membuat Li Chong Wei berang. Dia tidak sudi mengalah apalagi mengaku kalah. Dia sudah menunggu lama hingga hari ini tiba.Mempersiapkan diri untuk merebut kepemimpinan Triad Ming juga memiliki Midnight Blue. Tempat hiburan dengan keuntungan paling besar saat ini.Chong Wei tidak akan mundur. Dia akan pertahankan apa yang sudah dia miliki. Triad Ming dan Midnight Blue. Dua hal yang sangat Li Chong Wei damba.Dia pilih war dengan Mattias. Lagi pula, anak buahnya jelas lebih terlatih di banding pria berseragam hitam yang melindungi Mattias. Pria itu tak tahu siapa yang jadi backingan Mattias.Jeritan San tidak Li Chong Wei hiraukan. Dia tidak peduli apa yang James lakukan pada orang yang telah lama jadi sekutunya. Bedanya San punya motif berbeda saat memutuskan membantu Li Chong Wei merebut Midnight Blue.San hanya menginginkan Yifan. Dia ingin Yifan jadi miliknya. Jadi hari itu San memang menculik Yifan, tapi perbuatannya diketahui
Perjalanan menuju Midnight Blue diwarnai emosi James yang memuncak. Dia hampir balik untuk menghajar Tiger. Pria itu rupanya yang sudah melecehkan Yifan."Tenang, James. Tiger sudah memberitahu kalau dia dijebak. Semua ulah orang ini.""Tetap saja, Yah. Dia yang menghancurkan Yifan. Susah payah kami jaga dia, sebab prinsip Yifan begitu."James meraup wajahnya kasar, memukul tempat duduknya berkali-kali. Tidak peduli pada Zico yang sibuk main game. Dan Mike yang mengemudikan mobil.Dua mobil mengiringi mereka. Semua anak buah Triad Li yang diutus Miguel untuk menjaga keselamatan Mattias dan yang lainnya.Zico jelas syok begitu nama Miguel disebut sebagai pemimpin Triad Li. Dia tak pernah menyangka jika papa kandung Arch adalah mafia."Pantas dia kekeuh membiarkan Arch jadi anaknya Zio," komen Zico saat itu."Sangat beresiko andai musuh tahu soal kehidupan pribadi kami. Karena itu aku mendukung apa yang tuan De Leon lakukan. Putranya lebih aman bersama kalian. Meski ya, aku yakin dia sa
"Pelan-pelan, Lea." Puspa membantu Lea yang ingin duduk. Istri Han ikut stand by di rumah sakit ketika sang suami dipanggil Zio."Operasinya lama bener," keluh Lea yang sampai setengah jam dipindahkan ke ruang perawatan, belum juga melihat Zio.Dua orang itu rencananya akan ditempatkan di satu ruangan yang sama. Supaya lebih mudah bertemu satu sama lain."Sebentar lagi. Namanya juga operasi kadang cepat, kadang molor. Tenang saja, jangan stres nanti ASI-nya susah keluar. Kayak Agni."Lea menghembuskan napasnya pelan. Coba menenangkan diri. Mencoba menyingkirkan pikiran buruk yang sempat mampir di kepalanya."Lapar, Pa," kata Lea. Baru kali ini terasa perutnya keroncongan.Puspa sigap mencari paper bag yang tadi ditinggalkan Han. "Jangan protes ya. Full sayur, demi anak." Puspa mengulurkan wadah makanan dengan logo restoran ternama.Isinya nasi, daging, dengan sayur capcay banyak. Tanpa banyak protes Lea makan sayurnya lebih dulu. Lea menggulung senyum melihat Puspa ikut makan bersam
"Ming! Ming! Dia bapakmu tahu!" Ceplos Zico. Dan pria itu kembali dapat warning dari mamanya. Bukan getokan di kepala, tapi cubitan ekstra keras di pinggang.Bisa dibayangkan bagaimana reaksi Zico. Ingin mengumpat tapi mama sendiri yang menganiaya. Pada akhirnya Zico hanya berdesis-desis macam orang kepedesan."Bapak apanya? Kata Mama dia sudah meninggal," sergah James tak percaya begitu saja."Ciee, dia anak mama juga to." Kali ini Zico kabur lebih dulu sebelum digetok, dicubit atau apalah itu oleh Inez. Zico pilih sembunyi di balik punggung Tiger yang duduk bersandar di kursi tinggi.Kehadiran Tiger di sana lekas menarik perhatian James. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku dibawa kemari. Dan mereka, mereka siapa?" Jari James menunjuk lima pria berpakaian hitam yang mengawalnya sejak turun pesawat. Adapun Mike cuma diam di pojokan. Tanpa berani ikut campur."Biar Mama jelaskan," Anita mengambil alih. Dia tahu putranya bingung. Biasanya hanya dia yang akan James dengarkan jika
Zio dan Lea tak mampu menahan tangis haru, kala bayi laki-laki mereka diletakkan di atas dada sang ibu. Dari menangis, bayi itu langsung berhenti dengan mulut bergerak-gerak lucu mencari sesuatu."Saingan Papa ini mah," canda Zio di tengah tangannya yang sibuk mengusap kepala sang anak, juga air mata di pipi.Rasanya makin tak terlukiskan kala si bayi kini beralih ke gendongan Zio. Buah hati yang dia tunggu sekian lama akhirnya berada dalam pelukannya."Sudah, Tuan?" Dokter Niken bertanya.Zio mengangguk setelah ritual adzan dan iqamat dia lantunkan. "Boleh gak babynya sama saya aja," pinta Zio masih dengan mata penuh air mata."Boleh, tapi nanti ya. Kami perlu periksa debay-nya lebih detail. Ingat, dia nongol lebih awal dari jadwal, jadi kami perlu pastikan dia baik-baik saja."Awalnya Zio ingin mendebat tapi ketika nyeri di lengannya kembali menyengat, dia tahu untuk sementara harus berpisah dulu dengan putranya."Arcelio Ethan Alkanders, sampai jumpa sebentar lagi."Lea sangat terh
"Ma, Kak Lea bener mau lahiran. Ini Zico tanya Sari. Zio baru datang, tapi kata Sari lengannya berdarah."Info Zico mengalihkan perhatian Anita dan Inez yang baru saja mendudukkan Tiger, pria itu kini lebih suka dipanggil Yuze.Luka fisik Yuze lumayan parah, untungnya organ dalam pemuda itu mampu bertahan. Walau setelah keadaan membaik, Anita yang mantan perawat tetap menyarankan pemeriksaan menyeluruh untuk Yuze di rumah sakit."Berdarah bagaimana, terus kakak iparmu bagaimana?" Inez jelas cemas mendengar kabar Zio dan Lea."Dia tertembak," kata Mattias menyela obrolan ibu dan anak di depannya."Siapa yang berani nembak dia? Anakmu ya, beuhh minta digetok palanya kalau ketemu."Zico mengomel, dan pada akhirnya berhadiah dirinya yang kena getok kepalanya oleh Inez, mamanya sendiri."Mama apa-apaan sih? Anak orang dibelain, giliran anak sendiri dianiaya!" Protes sang bungsu dengan bibir manyun lima senti.Satu pemandangan langka untuk Yuze, Anita dan Mattias. Yuze yang bahkan orang tua
"Tunggu dulu, apa hubunganmu dengan Triad Li."James menahan Miguel yang sudah bersiap melajukan kendaraan menuju rumah sakit. Ya, yang datang menyelamatkan James dan Zio adalah Miguel yang membawa belasan orang untuk memukul mundur penyerang dua pria tadi."Kau pulang saja dulu, lalu tanya pada ayahmu. Aku datang karena ayahmu minta tolong padaku. Mike sudah menunggu di bandara.""Ayah?" Kutip James nyaris tanpa suara.Ayah? Siapa ayahnya? Bukankah ayahnya sudah meninggal. Pertanyaan tadi berputar di kepala James, seiring mobil Miguel berlalu dari hadapannya."Mari Tuan, saya antar ke bandara. Pesawat berangkat empat puluh lima menit lagi."James masuk ke dalam mobil saat kendaraan Zio menghilang di tikungan. Tempat itu sudah bersih, mayat dan mereka yang terluka tak lagi terlihat. Triad Li memang terkenal dengan kinerjanya yang cepat dan bersih juga rapi, sama dengan Triad Ming."Siapa nama tuanmu tadi?" James bertanya pada sang supir."Tuan Miguel Amadeo De Leon."James terdiam ket