Tuan Anmar tetap nekat membawa Alea keluar seolah tidak perduli dengan reputasinya sama sekali.
"Jangan hiraukan pertanyaan mereka," bisik pria itu ketika terus memeluk pinggang Alea untuk dia bawa menyebrangi halaman yang sedang ramai dengan para pemburu berita.
Beberapa orang buru-buru mengejar mereka tapi tuan Anmar tidak membiarkan Alea untuk disentuh sedikitpun. Tuan Anmar menyembunyikan Alea ke dalam pelukan lengan besarnya sambil terus berjalan tidak perduli.
"Maaf, Tuan Anmar. Bisakah kami wawancara sebentar?"
"Tolong, beri kami jalan!" ucap tuan Anmar dengan ketegasan yang spontan membuat mereka menyingkir karena siapapun mengenal Anmar Haris, terlalu nekat jika berani menyelanya.
YUK PADA TINGALKAN VOTE DAN KOMENNYA DULU BIAR SEMANGAT
"Apa pembicaraan ini sudah selesai?" Troy sudah hendak berdiri. " Aku akan keluar." Tuan Anmar masih menatap putranya, meski dia tahu hati anak laki-lakinya itu sedang tidak senang tapi tuan Anmar sengaja membiarkannya dulu. "Jangan pulang terlalu malam," pesan tuan Anmar pada Troy yang sudah berdiri dan langsung berpaling pergi tanpa bicara apapun lagi. "Dia tidak menyukaiku," ucap Alea selepas Troy berlalu pergi. "Dia hanya belum bisa menerimamu karena ini memang masih sangat mengejutkan, beri dia waktu." Alea mengangguk meski sebenarnya dia lebih tahu jika alasan Troy tidak cuma sesederhana itu dan mau tidak mau Alea tetap ikut merasa bersalah.
"Jangan berhenti ... " Alea sendiri juga tidak tahu bagaimana dia juga bisa ikut sangat menyukai perbuatan suaminya. Alea suka diperlakukan seperti itu, dibuai dan dimanjakan.Memang tidak pernah ada yang bisa menduga apa saja yang bisa terjadi di antara suami dan istri ketika bersama. Walaupun masih sangat muda tapi ternyata Alea juga sangat menyukai semua yang ada pada suaminya. Semuanya, napasnya ketika mengeram puas, aroma tubuhnya, sentuhan tangannya, ciuman dari bibirnya, sapuan dari lidahnya dan seluruh rasa dari sekujur tubuhnya. Mereka sudah saling tak bersekat, siapa yang perduli dengan kesenjangan usia jika tubuh polos mereka sedang saling melilit seperti ini.Alea mendesah lagi karena belum mau dilepaskan dan masih ingin dibawa bergelung hingga terlelap tidur. Sudah hampir pagi ketika akhirnya Alea tertidur lelap seperti bay
"Aku sedang tidak punya banyak pilihan." "Kau tahu dia papaku, dan kau tetap setuju menikah dengannya! " teriak Troy sambil kembali menghantam samsak dengan tiba-tiba hingga Alea berjingkat. Bisa Alea bayangkan jika kepalanya pun bisa ikut retak jika dihantam seperti itu. "Apa waktu itu kau perduli padaku? " tuntut Troy. "Apa kau perduli akan seperti apa perasaanku!" "Kau egois, Alea! kau hanya peduli pada dirimu sendiri!" Alea tidak bisa menjawab ketika melihat bibir Troy bergetar dan napasnya berdesis penuh kemurkaan. "Jangan pernah perduli apapun lagi tentangku! "
Liontin itu jatuh bukan karena kancingnya tidak rapat, tapi karena rantainya putus. Tuan Anmar masih memperhatikan rantai liontin di tangannya yang terputus kasar kemudian memperhatikan kembali kaca alat treadmillnya yang retak. Bukan Alea yang mampu menghantam benda seperti itu, dan bukan Alea yang dapat menyentak rantai liontinnya sendiri sampai tercerai berai macam ini. ***** Ketika Tuan Anmar kembali ke dalam rumah Alea terlihat sedang berada di pantry bersama bi Warni, gadis muda itu terlihat ikut sibuk membuat sesuatu yang sedang diajarkan pengurus rumahnya. "Apa ini sudah cukup, Bi?" tanya Alea sebelum menunjukkan hasil rebusan sayurnya. "Ya, tidak apa-apa, tuan tidak suka yang terlalu matang."
Bagi Troy jarak terjauh di seluruh semesta ini adalah batas antara dirinya dan Alea. Gadis yang kali ini mungkin sedang berbaring di bawah naungan tubuh papanya. Alea yang begitu lembut, polos, dan masih terlalu muda, sampai kapanpun rasanya Troy tetap tidak akan pernah rela. Untuk sekedar membayangkannya saja Troy sudah nyaris gila. Ingin sekali Troy membencinya dan menghukumnya tapi ternyata dia tidak bisa. Ketika Alea hanya pasrah membiarkannya seperti kemarin saja rasanya Troy bisa ikut tak berdaya hingga hanya tinggal tersisa sedikit sekali kewarasannya untuk tidak membawa gadis itu kabur dari papanya.*****Tuan Anmar kembali mencium perut Alea yang baru kembali ia buahi. "Berbaringlah dulu jangan banyak bergerak."Tuan Anmar hanya menarik selimut untuk menutup tubuh polos Alea k
Alea memperhatikan foto tuan Anmar dan istrinya yang sedang hamil besar dan di pajang berjejer di ruang keluarga. Ketika dibawa tinggal di rumah ini Alea memang tidak pernah berpikir jika dirinya juga akan hidup di dalam dunia suaminya. Berulang kali Alea tidak mau dianggap cemburu dengan mendiang istri tuan Anmar dan sebenarnya Alea bisa mengerti jika tuan Anmar pastinya juga tidak bisa asal menyingkirkan semua benda itu hanya karena keberadaannya. Kenyataannya wanita itu bukan hanya istri yang masih akan terus dia cintai, tapi juga ibu dari putranya. Kenangan itu bukan hanya milik tuan Anmar seorang tapi juga milik putranya. Alea cuma jadi agak sensitif belakangan ini mungkin karena terlalu risau mengharapkan kehamilannya yang tidak kunjung datang. "Apa kau sudah merasakan tanda-tanda kehamilan, Alea?" tanya bibi Rosita yang kebetul
Bi Warni sedang membuat pancake, Alea bantu menyusun sediri keatas piring untuk suaminya yang sudah menunggu, ia memotong beberapa strawbery dan menyiramnya dengan madu. Alea menghisap ujung jarinya sendiri yang jadi ikut terasa manis kemudian tersenyum malu kepada tuan Anmar yang ternyata masih saja menatapnya. Tidak tahu kenapa Alea malu, mungkin karena dia masih ingat dengan semua detail perbuatan mereka berdua sepanjang pagi tadi yang sepertinya masih akan membuatnya terus tersipu sepanjang hari. "Kemari lah," tuan Anmar malah memanggil agar Alea menghampirinya. Alea suka memperhatikan bibir penuh suaminya ketika tersenyum, pria itu juga mengedikkan sebelah alis tebalnya agar Alea segera mendekat. Tuan Anmar tidak menarikkan kursi untuk Alea tapi membuka pahanya agar Alea duduk di atas salah satu pahanya.
Setelah permainan satu lawan satu yang cukup sengit akhirnya Troy tetap kalah dua angka dari papanya. Kekalahan tipis tapi membuat Troy harus mendengarkan perkataan papanya. "Sudahi sikap kekanak-kanakanmu! Papa dan Alea sudah menikah, terima dia sebagai keluargamu dan jangan pernah menyinggungnya lagi." ***** Walaupun Troy sudah tidak menyinggung Alea lagi dan lebih banyak mengabaikannya tapi nyatanya Alea tetap merasa tidak nyaman ketika harus tinggal satu rumah seperti ini dan harus melihatnya setiap hari. Alea jadi sering pergi ke rumah bibinya selama Troy ada di rumah, biasanya Alea sekalian akan dijemput oleh tuan Anmar sepulang dari pekerjaannya. Tuan Anmar pria yang sibuk jarang berada di rumah dan Alea tidak mau ditinggal sendirian.
"Aku tidak percaya akan melihat hari seperti ini," tuntut Mike ketika harus menelan kekecewaan pada wanita yang ingin dia genggam hatinya. "Kau pilih menikah dengannya pria yang bahkan baru kau kenal setelah lima tahun kita menjalani komitmen." "Ini bukan pilihan tapi keputusanku." "Kau membuat keputusanmu sendiri, kau sangat tidak masuk akal Alea!" tegas Mike "Aku hampir sinting mencarimu, aku tidak menemukanmu di partemen atau di rumah sakit, tidak ada yang memberitahuku dan ponselmu juga tidak pernah bisa dihubungi. Kemudian lihat apa yang kutemukan sekarang!" Mike mulai mengeraskan suaranya dan Troy sudah tidak tahan untuk berdiri menghampiri mereka. "Biarkan Alea meny
Keluarga Alea di panti asuhan benar-benar sangat luar biasa hingga Tuan Herlambang juga tidak bisa berhenti untuk terus bersyukur karena tahu putrinya dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya. Berulang kali manusian tidak akan pernah tahu bagaimana cara Tuhan akan membalas amal dan dosa. Mungkin karena kebaikan nyonya serta tuan Herlambang yang juga sangat dermawan maka di manapun putrinya berada dia tetap terjaga dengan baik, dikelilingi orang-orang baik yang selalu menolongnya, dan dipertemukan dengan jodoh yang baik. Kadang buah dari keikhlasan yang ditabur orang tua juga bisa mengalir sebagai rizki untuk anak-anaknya kelak, karena mereka juga termasuk kebahagiaan dan ladang amal orang tuanya yang tidak akan terputus. Bagi Tuan Herlambang menyaksikan dua anak perempuannya yang tiba-tiba sudah tumbuh dewasa dan saling menyayangi adalah berkah yang luar biasa. Mereka juga a
Anmar menarik Alea lebih merapat untuk dia cium dengan intens dan dia raba perutnya. Dunianya sedang sangat bahagia, Anmar sudah tidak sabar untuk menunggu kehadiran buah cinta mereka. Miliknya yang sedang tumbuh di dalam tubuh Alea, wanita yang rasanya memang sudah dia tunggu untuk kembali menjadi miliknya. Wanita yang selalu ada dalam setiap doa-doanya dan wanita yang telah berjuang menjaga diri untuknya. Kadang rasanya memang seperti ujung dari perjuangan dan perjalanan panjang, perjuangan dari kesabaran dan doa. "Sungguh aku tidak pernah berpikir jika akan ada hari seperti ini." "Jangan gugup, aku yakin mereka juga akan sangat menyukaimu sepertiku." Anmar kembali menciumi Alea, walaupun alasannya untuk menenangkan Alea tapi sebenarnya Anmar memang suka melakukannya, dia suka menciumi Alea seperti itu jika sedang tidak
Kondisi Nyonya Camila sudah jauh membaik dan mulai beraktifitas normal paska serangan terakhirnya kemarin tapi kali ini nyonya Camila mulai rewel untuk makan. Nyonya Camila masih ingat seperti apa rasanya ketika mengira dirinya telah kehilangan seorang putra. Meski sekarang Nyonya Camila menyesal dengan semua sikapnya kemarin tapi sepertinya tidak akan mudah untuk membuat anak-anak kembali terutama Anmar dan keteguhannya. Hidup kesepian di hari tua sepertinya memang akan menjadi hukuman yang layak baginya. Celina akan datang setiap siang untuk mengontrol obatnya yang harus diminum rutin dan membujuk Nyonya Camila agar mau makan. Memiliki dua anak laki-laki ternyata membuatnya kesepian, Troy yang suka bepergian sesuka hati dan Anmar yang pilih menjaga jarak membuatnya semakin sedih sebagai seorang ibu. Walaupun sudah terlalu tua untuk merajuk dan mencari perhatian dari putra-putranya tap
Dokter Alea langsung menunjukkan foto yang kemarin dia ambil bersama saudarinya. "Sepertinya Papa dan Mama memiliki putri yang lain." "Apa maksudmu?" tanya Tuan Herlambang masih bingung ketika memperhatikan foto di layar ponsel putrinya. "Sepertinya ada yang menukar kami saat masih bayi itulah kenapa aku dan Lisa tidak pernah mirip dan justru ada Alea yang lain di luar sana." "Alea!" kutip Nyonya Herlambang dengan manik mata membulat. "Ya, nama panjang kami juga sama persis." "Mustahil." Kali ini kedua orang tua Dokter Alea sama-sama terkejut. "Dia istri dari kakak laki-laki
"Seorang kekasih?" tanya Troy. "Ya, kami sudah bersama selama lima tahun." "Aku bisa melamarmu dan memberi cincin yang lebih pas untuk jari manismu." Dokter Alea langsung berjengit mendengar ucapan Troy yang bisa begitu enteng membicarakan lamaran seperti lelucon. "Kau tidak bia seperti itu." "Aku bisa, aku bisa menikahimu!" "Aku sudah lima tahun menjalin hubungan yang stabil." Dokter Alea ingin Troy berhenti mengajaknya bercanda. "Masih ada banyak tahun lagi ke depan, lima tahun tidak akan ada apa-apanya!" keras Troy. "Aku tidak bisa seperti itu!" tegas Dokter Alea begitu s
"Mustahil!" Anmar juga terkejut ketika mengetahui Alea benar-benar ada dua. Walaupun Anmar langsung bisa membedakan yang mana istrinya tapi memang tetap sangat aneh bisa ada dua orang yang sangat mirip bukan hanya fisiknya tapi juga namanya. "Sepertinya kita memang harus menemui bunda Yuli!" Anmar menoleh pada Alea. "Semoga mereka punya jawaban masuk akal untuk semua ini, karena mustahil jika kalian tidak memiliki kekerabatan sama sekali." Apa lagi Anmar juga ingat jika istrinya sedang mengandung anak kembar. Anmar juga sepakat dengan Troy jika kedua Alea yang ada di hadapan mereka kali ini adalah saudara meskipun tanpa harus melakukan tes DNA sekalipun. Sudah sejak lama Alea ingin mengetahui siapa orang tuanya, sesuatu yang selama ini Alea pikir mustahil dan seperti jalan buntu. Ta
"Sumpah aku baik-baik saja, kau boleh menanyakan tanggal lahirku dan aku bisa menjawab dengan benar!" Troy terus berusaha meyakinkan jika tidak ada masalah di kepalanya. "Keluargaku kenal baik dengan ibumu, ayahku bisa ikut malu jika aku sampai salah diagnosa menanganimu." "Kau masih Dokter muda?" tebak Troy. "Ya." "Tapi kau putri dari pemilik rumah sakit ini?" "Ya, kau pati langsung tahu dari nama belakangku." Dokter Alea terlihat pasrah saat identitasnya bisa begitu mudah untuk ditebak oleh pemuda itu padahal dia sengaja tidak pernah memakai nama panjang di jasnya selama ikut program kerja di rumah sakit milik keluarganya sendiri agar tidak ketahuan.
Jika melihat kondisi mobil yang dikendarai Troy nampaknya memang mustahil siapapun bisa selamat. Nyonya Camila langsung jatuh pingsan begitu mendengar berita kecelakaan yang menimpa putra keduanya. Tadi Troy sudah dia peringatkan agar tidak pergi tapi anak itu tetap bersikeras dan mengabaikan semua peringatan ibunya. Nyonya Camila juga sempat sangat sedih karena kedua putranya jadi tidak ada yang mau perduli mendengarkannya hanya karena seorang wanita. Tidak ada yang bisa dia salahkan selain Alea untuk semua bencana ini. Ketakutan seorang ibu ketika hanya memiliki anak laki-laki adalah saat kelak anak laki-lakinya akan pergi meninggalkannya demi seorang wanita. Walaupun tidak selalu seperti itu tapi nyatanya Anak perempuan tetap lebih dianggap mampu untuk mengurus dan menjaga ibunya. Semuanya sangat kacau karena kondisi nyonya Camila