Bi Warni sedang membuat pancake, Alea bantu menyusun sediri keatas piring untuk suaminya yang sudah menunggu, ia memotong beberapa strawbery dan menyiramnya dengan madu. Alea menghisap ujung jarinya sendiri yang jadi ikut terasa manis kemudian tersenyum malu kepada tuan Anmar yang ternyata masih saja menatapnya. Tidak tahu kenapa Alea malu, mungkin karena dia masih ingat dengan semua detail perbuatan mereka berdua sepanjang pagi tadi yang sepertinya masih akan membuatnya terus tersipu sepanjang hari.
"Kemari lah," tuan Anmar malah memanggil agar Alea menghampirinya.
Alea suka memperhatikan bibir penuh suaminya ketika tersenyum, pria itu juga mengedikkan sebelah alis tebalnya agar Alea segera mendekat. Tuan Anmar tidak menarikkan kursi untuk Alea tapi membuka pahanya agar Alea duduk di atas salah satu pahanya.
YUK BANTU KASIH RATE BINTANG LIMA DAN KOMEN YANG MENARIK BIAR YANG LAIN PENASARAN IKUT BACA ^.^
Setelah permainan satu lawan satu yang cukup sengit akhirnya Troy tetap kalah dua angka dari papanya. Kekalahan tipis tapi membuat Troy harus mendengarkan perkataan papanya. "Sudahi sikap kekanak-kanakanmu! Papa dan Alea sudah menikah, terima dia sebagai keluargamu dan jangan pernah menyinggungnya lagi." ***** Walaupun Troy sudah tidak menyinggung Alea lagi dan lebih banyak mengabaikannya tapi nyatanya Alea tetap merasa tidak nyaman ketika harus tinggal satu rumah seperti ini dan harus melihatnya setiap hari. Alea jadi sering pergi ke rumah bibinya selama Troy ada di rumah, biasanya Alea sekalian akan dijemput oleh tuan Anmar sepulang dari pekerjaannya. Tuan Anmar pria yang sibuk jarang berada di rumah dan Alea tidak mau ditinggal sendirian.
Troy kembali menatap Alea setelah mereka sama-sama tenang. Napas Alea masih sedikit tersengal dan dadanya masih berdebar-debar tapi dia sudah cukup sehat untuk berpikir masuk akal. Alea sangat benci dengan perbuatan Troy 'tapi apa dia juga bisa membencinya?' Alea balas menatap Troy Haris yang juga tidak bergeming mengunci matanya. "Aku hanya ingin tahu apa yang kau rasakan sekarang?" tanya Troy yang yakin jika Alea juga merasakannya. Rasanya memang sama-sama menyesal tapi tidak tahu harus dimulai dari bagian mana penyesalan mereka. "Terserah apa yang kurasakan sekarang, aku tidak mau membahasnya!" tolak Alea. "Ini sudah sangat salah!" "Aku juga tidak akan minta maaf padamu!" balas Troy sebelum kemudian berpaling lebih dulu.
Alea benar-benar tidak habis pikir kenapa dirinya bisa jadi seperti ini. Alea masih mondar-mandir di depan ranjang, tidak jenak untuk duduk dan tidak enak untuk berbaring, tapi kali ini lebih karena suaminya yang belum juga pulang sampai hampir tengah malam. Pikiran Alea mulai liar ke mana-mana, 'etah sedang di mana suaminya, apa yang dia lakukan sampai selarut ini dan bersama siapa saja?' Alea sudah mengirim pesan tapi tidak juga di balas, teleponnya juga tidak diangkat. Bagaimana Alea tidak tambah kurus jika terus begini, pikirannya jadi tidak karuan jika tuan Anmar belum pulang-pulang sampai larut malam dan itu semakin sering akhir-akhir ini. Troy juga masih duduk di teras dan mulai ikut khawatir karena papanya belum kembali ke rumah. Troy menelpon sampai dua kali baru kemudian panggilannya diangkat oleh seorang wanita sebelum kemudian di berikan pada papanya. Troy cuma terkejut tapi
"Apa yang kau lakukan?" kaget Alea melihat Troy yang sedang berdiri di depan daun pintu dan sebuah bunyi "Klik!" Troy mengunci pintu dari dalam kemudian mencabut benda logam kecil itu untuk dia masukkan ke dalam saku celana. Alea langsung berinsut mundur dengan waspada mengingat mereka hanya berdua di dalam kamar. "Aku mengkhawatirkanmu," ucap Troy ketika berjalan mendekat. "Kau tidak bisa masuk ke kamarku sembarangan." Alea masih mundur sampai kakinya membentur tepi ranjang. "Ini kamar papaku." "Ya, tapi dia sedang tidak ada dan sekarang kau tidak boleh masuk sembarangan." Alea mulai gugup karena Troy tetap mendekatinya. "Maa
"Di mana Troy?" tanya tuan Anmar ketika tidak melihat putranya turun untuk makan malam. "Troy, keluar sejak siang dan belum pulang," jelas bi Warni yang baru mengambilkan sup untuk Alea. Alea tidak berani ikut bicara walaupun sebenarnya dia juga baru tahu jika Troy pergi sejak siang tadi dan belum kembali. Mau tidak mau ternyata Alea juga ikut khawatir apalagi Alea tahu Troy pergi dalam kondisi marah. "Makan yang banyak." Tuan Anmar memperhatikan Alea yang baru mulai menyeruput supnya. Sejak siang Alea mengaku kurang enak makan karena itu tuan Anmar menyuruh bi Warni untuk membuatkannya sup. "Ini masih terlalu panas." Alea tetap melanjutkan makannya pelan-pelan.
Untung Troy sudah bangun sebelum tuan Pulang, bi Warni mengantarkan makanan ke kamarnya agar anak laki-laki itu mau makan dan tidak membuat papanya curiga. "Ayo cepat dimakan! jangan sampai papamu tahu kau sudah tidak pulang semalaman!" "Taruh saja dulu nanti kumakan." "Makan selagi hangat, Alea sudah susah payah membuatkanmu makanan." Baru kemudian Troy mendongak dari permukaan bantal tempatnya tertelungkup. Troy jadi penasaran makanan apa yang dibuat Alea. "Ayo makan dulu!" Bi Warni menyodorkan mangkuk ke depan Troy. Ternyata Alea membuat bubur, Troy menerima mangkuk buburnya dan mulai mencicipi sedikit. Meski tidak seenak b
"Aku mengiginkannya darimu, Alea!" tegas tuan Anmar dengan bibirnya yang berdesis-desis disertai eraman berat. Pria itu menengadahkan dagu Alea untuk terus dia rampas bibirnya dan ia dera liangnya dengan kencang. Jelas sekali jika tuan Anmar sudah sangat ingin Alea segera hamil untuk memberinya keturunan. Alea semakin takut mengecewakan karena tidak juga kunjung hamil. Alea benar-benar sedang merasa tidak berguna dan hanya menimbulkan masalah. Sering kali Alea juga merasa bukan siapa-siapa di antara tuan Anmar dan putranya, dirinya hanya orang asing. Orang asing yang membawa pertengkaran di tengah keluarga yang semula damai, di antara ayah dan anak yang seharusnya tidak berada dalam posisi sepeti ini jika bukan karena dirinya. Pastinya Troy juga tidak akan bisa mengungkapkan yang sebenarnya kepada papanya, sama halnya Alea yang tidak
"Alea!" terdengar suara bi Warni memanggilnya. "Ya, aku di sini, Bi!" Alea segera berteriak. Troy langsung melepaskan Alea yang juga buru-buru berdiri untuk mengancingkan kancing pakaiannya yang sempat terbuka dan menyisir rambutnya dengan jari sekenanya. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya bi Warni yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu. "Troy memintaku mencarikan bajunya yang kemarin," bohong Alea. "Oh, tukang setrika tidak datang dua hari ini karena anaknya sakit," terang si bibi. "Pakai saja bajumu yang lain, banyak sekali bajumu di lemari, jangan merepotkan, Alea!" tegur bi Warni pada Troy yang cuma diam membiarkan Alea mengaduk-aduk tumpukan cucian di keranj
"Aku tidak percaya akan melihat hari seperti ini," tuntut Mike ketika harus menelan kekecewaan pada wanita yang ingin dia genggam hatinya. "Kau pilih menikah dengannya pria yang bahkan baru kau kenal setelah lima tahun kita menjalani komitmen." "Ini bukan pilihan tapi keputusanku." "Kau membuat keputusanmu sendiri, kau sangat tidak masuk akal Alea!" tegas Mike "Aku hampir sinting mencarimu, aku tidak menemukanmu di partemen atau di rumah sakit, tidak ada yang memberitahuku dan ponselmu juga tidak pernah bisa dihubungi. Kemudian lihat apa yang kutemukan sekarang!" Mike mulai mengeraskan suaranya dan Troy sudah tidak tahan untuk berdiri menghampiri mereka. "Biarkan Alea meny
Keluarga Alea di panti asuhan benar-benar sangat luar biasa hingga Tuan Herlambang juga tidak bisa berhenti untuk terus bersyukur karena tahu putrinya dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya. Berulang kali manusian tidak akan pernah tahu bagaimana cara Tuhan akan membalas amal dan dosa. Mungkin karena kebaikan nyonya serta tuan Herlambang yang juga sangat dermawan maka di manapun putrinya berada dia tetap terjaga dengan baik, dikelilingi orang-orang baik yang selalu menolongnya, dan dipertemukan dengan jodoh yang baik. Kadang buah dari keikhlasan yang ditabur orang tua juga bisa mengalir sebagai rizki untuk anak-anaknya kelak, karena mereka juga termasuk kebahagiaan dan ladang amal orang tuanya yang tidak akan terputus. Bagi Tuan Herlambang menyaksikan dua anak perempuannya yang tiba-tiba sudah tumbuh dewasa dan saling menyayangi adalah berkah yang luar biasa. Mereka juga a
Anmar menarik Alea lebih merapat untuk dia cium dengan intens dan dia raba perutnya. Dunianya sedang sangat bahagia, Anmar sudah tidak sabar untuk menunggu kehadiran buah cinta mereka. Miliknya yang sedang tumbuh di dalam tubuh Alea, wanita yang rasanya memang sudah dia tunggu untuk kembali menjadi miliknya. Wanita yang selalu ada dalam setiap doa-doanya dan wanita yang telah berjuang menjaga diri untuknya. Kadang rasanya memang seperti ujung dari perjuangan dan perjalanan panjang, perjuangan dari kesabaran dan doa. "Sungguh aku tidak pernah berpikir jika akan ada hari seperti ini." "Jangan gugup, aku yakin mereka juga akan sangat menyukaimu sepertiku." Anmar kembali menciumi Alea, walaupun alasannya untuk menenangkan Alea tapi sebenarnya Anmar memang suka melakukannya, dia suka menciumi Alea seperti itu jika sedang tidak
Kondisi Nyonya Camila sudah jauh membaik dan mulai beraktifitas normal paska serangan terakhirnya kemarin tapi kali ini nyonya Camila mulai rewel untuk makan. Nyonya Camila masih ingat seperti apa rasanya ketika mengira dirinya telah kehilangan seorang putra. Meski sekarang Nyonya Camila menyesal dengan semua sikapnya kemarin tapi sepertinya tidak akan mudah untuk membuat anak-anak kembali terutama Anmar dan keteguhannya. Hidup kesepian di hari tua sepertinya memang akan menjadi hukuman yang layak baginya. Celina akan datang setiap siang untuk mengontrol obatnya yang harus diminum rutin dan membujuk Nyonya Camila agar mau makan. Memiliki dua anak laki-laki ternyata membuatnya kesepian, Troy yang suka bepergian sesuka hati dan Anmar yang pilih menjaga jarak membuatnya semakin sedih sebagai seorang ibu. Walaupun sudah terlalu tua untuk merajuk dan mencari perhatian dari putra-putranya tap
Dokter Alea langsung menunjukkan foto yang kemarin dia ambil bersama saudarinya. "Sepertinya Papa dan Mama memiliki putri yang lain." "Apa maksudmu?" tanya Tuan Herlambang masih bingung ketika memperhatikan foto di layar ponsel putrinya. "Sepertinya ada yang menukar kami saat masih bayi itulah kenapa aku dan Lisa tidak pernah mirip dan justru ada Alea yang lain di luar sana." "Alea!" kutip Nyonya Herlambang dengan manik mata membulat. "Ya, nama panjang kami juga sama persis." "Mustahil." Kali ini kedua orang tua Dokter Alea sama-sama terkejut. "Dia istri dari kakak laki-laki
"Seorang kekasih?" tanya Troy. "Ya, kami sudah bersama selama lima tahun." "Aku bisa melamarmu dan memberi cincin yang lebih pas untuk jari manismu." Dokter Alea langsung berjengit mendengar ucapan Troy yang bisa begitu enteng membicarakan lamaran seperti lelucon. "Kau tidak bia seperti itu." "Aku bisa, aku bisa menikahimu!" "Aku sudah lima tahun menjalin hubungan yang stabil." Dokter Alea ingin Troy berhenti mengajaknya bercanda. "Masih ada banyak tahun lagi ke depan, lima tahun tidak akan ada apa-apanya!" keras Troy. "Aku tidak bisa seperti itu!" tegas Dokter Alea begitu s
"Mustahil!" Anmar juga terkejut ketika mengetahui Alea benar-benar ada dua. Walaupun Anmar langsung bisa membedakan yang mana istrinya tapi memang tetap sangat aneh bisa ada dua orang yang sangat mirip bukan hanya fisiknya tapi juga namanya. "Sepertinya kita memang harus menemui bunda Yuli!" Anmar menoleh pada Alea. "Semoga mereka punya jawaban masuk akal untuk semua ini, karena mustahil jika kalian tidak memiliki kekerabatan sama sekali." Apa lagi Anmar juga ingat jika istrinya sedang mengandung anak kembar. Anmar juga sepakat dengan Troy jika kedua Alea yang ada di hadapan mereka kali ini adalah saudara meskipun tanpa harus melakukan tes DNA sekalipun. Sudah sejak lama Alea ingin mengetahui siapa orang tuanya, sesuatu yang selama ini Alea pikir mustahil dan seperti jalan buntu. Ta
"Sumpah aku baik-baik saja, kau boleh menanyakan tanggal lahirku dan aku bisa menjawab dengan benar!" Troy terus berusaha meyakinkan jika tidak ada masalah di kepalanya. "Keluargaku kenal baik dengan ibumu, ayahku bisa ikut malu jika aku sampai salah diagnosa menanganimu." "Kau masih Dokter muda?" tebak Troy. "Ya." "Tapi kau putri dari pemilik rumah sakit ini?" "Ya, kau pati langsung tahu dari nama belakangku." Dokter Alea terlihat pasrah saat identitasnya bisa begitu mudah untuk ditebak oleh pemuda itu padahal dia sengaja tidak pernah memakai nama panjang di jasnya selama ikut program kerja di rumah sakit milik keluarganya sendiri agar tidak ketahuan.
Jika melihat kondisi mobil yang dikendarai Troy nampaknya memang mustahil siapapun bisa selamat. Nyonya Camila langsung jatuh pingsan begitu mendengar berita kecelakaan yang menimpa putra keduanya. Tadi Troy sudah dia peringatkan agar tidak pergi tapi anak itu tetap bersikeras dan mengabaikan semua peringatan ibunya. Nyonya Camila juga sempat sangat sedih karena kedua putranya jadi tidak ada yang mau perduli mendengarkannya hanya karena seorang wanita. Tidak ada yang bisa dia salahkan selain Alea untuk semua bencana ini. Ketakutan seorang ibu ketika hanya memiliki anak laki-laki adalah saat kelak anak laki-lakinya akan pergi meninggalkannya demi seorang wanita. Walaupun tidak selalu seperti itu tapi nyatanya Anak perempuan tetap lebih dianggap mampu untuk mengurus dan menjaga ibunya. Semuanya sangat kacau karena kondisi nyonya Camila