Beranda / Romansa / ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN / 226. Makan Malam Romantis

Share

226. Makan Malam Romantis

Penulis: Mastuti Rheny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Telepon dari siapa Mas?”

Nyatanya Mas Bara malah mengacuhkan aku lebih memilih menjauh untuk menjawab panggilan yang telah merusak suasana kebersamaan kami yang penuh bahagia ini.

Aku tak mau mengusik suamiku yang memang seringkali menyembunyikan beberapa persoalan dariku, terutama soal pekerjaan yang pada dasarnya aku juga tak terlalu paham.

Aku berpikir tak seharusnya untuk mencampuri urusan suamiku dan memutuskan untuk melanjutkan permainan bersama anak-anak, membuat bola-bola salju lalu saling melempar dan tertawa bersama.

Sampai akhirnya Mas Bara menyelesaikan pembicaraannya bersama seseorang dari seberang sana yang aku tak tahu siapa itu, dan kembali bergabung bersama kami.

Mas Bara tampak bersikap biasa tanpa mengulik sedikitpun dengan apa yang sudah dibicarakannya tadi. Aku menjadi enggan untuk bertanya lebih jauh karena aku tak mau menghancurkan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   227. Meminta Untuk Pulang

    {“Hallo, Pak Bara?!”}{“Bagaimana Pak, apa Rindu dapat Pak Bara ijinkan untuk menengok ibu? Sekarang keadaan ibu kami semakin payah dia terus menanyakan Rindu.”}Saat mendengar suara kecemasan Mbak Murni aku menjadi terusik untuk bertanya.{“Kenapa dengan ibu, Mbak?”} tanyaku menjadi sangat khawatir.Nyatanya aku tak langsung mendapatkan jawaban. Aku bisa merasakan kalau Mbak Murni seperti terkejut saat mendengar suaraku yang pasti tidak diduganya.{“Mbak apa ibu sakit?!”}Aku semakin mendesak karena mendapati Mbak Murni yang terdengar enggan untuk berterus terang.b{“Iya Rin, Ibu memang sedang sakit dan dia terus menanyakan kamu, apa kamu bisa menjenguknya Rin?”}{“Apa Ibu sudah dibawa ke rumah sakit?”}{“Ibu memang sed

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   228. Kembali Ke Indonesia

    Mas Bara mendesah jengah ketika melihat sosok Abe yang sedang berjalan mendekat ke arah kami.“Kalian akan ke mana? Ini sudah sangat larut? Apa kalian tidak bersama anak-anak?” tanya pria yang selalu saja mengikuti acara liburan kami, sesuatu yang masih belum aku mengerti.Kini tatapan Mas Bara menjadi sangat tegas sembari tetap menggandeng tanganku.“Aku tidak punya waktu untuk menjawab pertanyaanmu, kami sedang terburu-buru,” tegas Mas Bara sembari kembali melanjutkan langkahnya yang membuatku harus mengikutinya.Nyatanya Abe memang tak mengikuti kami dan hanya memandang kepergianku bersama Mas Bara dari ambang pintu hingga kami masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu.Sepanjang perjalanan Mas Bara diam membeku bahkan tampak tak tertarik sama sekali untuk membahas tentang Abe yang tadi sempat mengesalkan karena seperti selalu mengikuti ke manapun kami p

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   229. Rahasia Yang Disembunyikan Suamiku

    Baru juga satu jam aku menemani ibu, Mas Bara sudah memintaku untuk meninggalkan rumah sakit. Jelas aku menolak meski aku tegaskan penolakanku dengan nada yang tidak terlalu lugas.“Mas, aku ingin menggantikan Mbak Murni sebentar karena selama ini Mbak Murni sudah menemani ibu sekian lama.”Aku mengungkapkan alasanku.Sementara aku lihat saat ini Mbak Murni malah menjadi gelisah.“Rin, sebaiknya kamu beristirahat dulu, bukankah kamu baru saja menempuh perjalanan sangat jauh? Pasti kamu sangat letih,” ucap Mbak Murni sembari memandangku lurus.“Benar kata Mbakmu, kamu itu masih lelah jadi jangan memaksa berada di sini, aku tak mau kalau kamu sakit.”Ibu menyahut sembari meraih tanganku dengan lembut.“Kamu dengar kan kata mereka, jadi ayo kita pergi dulu, nanti setelah kamu beristirahat aku akan me

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   230. Cinta Bertarung Dengan Kecewa

    Aku masih saja menunggu berharap jika pembicaraan mereka nantinya akan mengungkap apa yang selama ini sudah mereka sembunyikan dariku.Dadaku sudah berdebar tak tenang, tapi aku tetap bertahan.“Walau dia sudah memberikan kita banyak uang, tapi tetap saja fakta itu tidak berubah bahwa nyatanya lelaki yang sudah menikahi adik kita Rindu adalah pembunuh bapak kita.”Kalimat yang baru saja diungkapkan oleh Mas Rahmat benar-benar mengagetkan aku hingga aku tak lagi bisa menahan diri untuk langsung masuk ke dalam ruang perawatan demi bisa mendapatkan segala penjelasan atas apa yang sudah aku dengar.“Apa yang kamu bilang Mas?!” sergahku mencecar ke arah saudara tertuaku yang sekarang terlihat sangat menyedihkan daripada yang aku ingat saat terakhir kali kami bertemu di desa tempat asal kami.Semua orang langsung terperangah memandang ke arahku den

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   231. Menikah Dengan Pembunuh

    Aku sangat bersyukur ketika akhirnya operasi ibu bisa berjalan dengan lancar bahkan pemulihan ibu bisa berlangsung dengan sangat cepat.Selama beberapa hari ini Mas Bara memberikan aku kompensasi untuk membersamai ibu. Dia memberikan aku ijin untuk tetap tinggal di Surabaya sementara dia harus kembali ke Ibukota untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda.Namun ketika Mas Bara telah mengetahui kabar tentang keadaan ibu yang sudah membaik, suamiku itu kemudian segera menjemput untuk memintaku kembali ke rumah kami.Aku masih bisa menahan segalanya bahkan menuruti keinginannya untuk kembali ke Jakarta. Lagi-lagi dia tetap tak mengijinkan aku untuk menemani ibu kembali ke kampung halamanku.Ibu pulang ke desa dengan diantar oleh Mbak Murni juga Mas Rahmat yang selama bertemu dengan Mas Bara selalu mendapatkan pengabaian dan tatapan tajam dari suamiku.Bahkan

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   232. Merencanakan Untuk Pergi

    Aku masih tak bisa menenangkan hati bahkan hingga keesokan harinya. Bahkan mungkin aku menjadi tak kuasa untuk menengok kedua anakku yang harusnya pagi ini harus aku persiapkan segala keperluan mereka sebelum berangkat ke sekolah.Aku masih bingung untuk menelaah apa yang telah aku ketahui saat ini.Aku hanya bisa termangu bahkan sampai beberapa lama, di atas balkon, memandang luruh ke arah kejauhan dengan pandangan kosong sementara pikiranku terlalu carut marut.Aku terlalu menaruh ekspektasi terlalu tinggi pada sosok lelaki yang menikahiku, menyandarkan terlalu banyak pada pundaknya hingga aku melupakan tentang sebuah kekuatan besar lainnya yang harusnya menjadi tempat aku memasrahkan segalanya.Beberapa kali aku menggumamkan istighfar diselingi helaan nafas panjang demi bisa menghilangkan rasa sesak di dada.Aku terus berpikir tentang langkah apa yang harus aku l

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   233. Tertekan

    Setelah menimbang beberapa saat dan melewati perjalanan yang cukup panjang akhirnya aku menghentikan mobilku di sebuah penginapan kecil yang aku yakin akan sulit untuk dilacak oleh suamiku.Aku membayar dengan uang cash karena aku yakin penggunaan kartu apapun dari dompetku selalu bisa dengan mudah dilacak oleh suamiku.Bahkan sejak awal aku sudah meninggalkan gawai yang biasanya selalu aku pegang. Semua alat komunikasi yang dimiliki Raka dan Raya juga sudah aku lucuti.Aku memang berniat untuk benar-benar menjauh dan menghirup aura kebebasan dari sosok suami yang terlalu dominan dan otoriter.Semakin aku jauh aku malah semakin teringat dengan segala dominasi Mas Bara yang mencekikku dan membatasi setiap pergerakanku bahkan yang terakhir dia benar-benar tak memperbolehkan aku untuk keluar rumah sama sekali tanpa didampingi olehnya.Aku menganggap semua ini sudah sangat keterlalua

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   234. Pulang Ke Desa

    Aku terperangah ketika mendengar pertanyaan anakku.Aku menjadi tergeragap hingga sulit untuk memberikan jawaban atas pertanyaan Raka yang terlalu lugas itu.Aku mendesah panjang sebelum kemudian membalas tatapan Raka yang terunggah tajam padaku.“Bagaimana kamu bisa berpikir begitu?”“Tentu saja Ma, lagian kenapa kita pergi pas seharusnya aku dan Raya sekolah? Bukannya liburannya sudah selesai, dan kita waktu itu menghabiskannya di Amerika? Terus kenapa Mama tetap memaksa mengajak kami pergi?”Raka kembali mencecarku dengan pertanyaannya yang kritis. Kecerdasan Mas Bara benar-benar menurun pada anakku termasuk juga dengan sifat keras kepalanya.Aku mengedikkan bahu sesaat, lalu berusaha mengulas segaris senyuman wajar untuk putraku yang seperti memendam kecewa padaku.“Karena aku ingin mengajak

Bab terbaru

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   277. Bahagia Selamanya

    “Diam, atau aku akan menembakmu seperti yang sudah aku lakukan pada Richard!” Aku terperangah saat mendengar pengakuan lelaki berwajah oriental itu. Pengakuannya jelas sangat mengagetkan aku. “Jadi kamu yang sudah menembak suamiku?!” sergahku tandas. Raymond malah tersenyum sarkas menanggapi. “Dia sendiri yang sudah memaksaku melakukan semua ini karena dia terlalu serakah,” tukas Raymond sengit. “Kamu gila!” Aku kembali memakinya dengan suara yang semakin kuat. “Tolong, tolong ....” Aku mulai berteriak ketika Raymond semakin kewalahan dan tak mampu lagi menutup mulutku. Pergerakan di pintu itu semakin intens bersamaan aku mendengar suara gebrakan yang sangat kuat beberapa kali. Raymond yang sedang menggila ini sudah menutup pintu dari dalam hingga sulit untuk dibuka. Pastinya orang-orang di luar ruangan sedang berusaha untuk mendobrak pintu itu. Sementara aku sendiri masih berjuang untuk membebaskan diri dari sergapan Raymond. Tapi beberapa detik kemudian kami malah dikejut

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   276. Di Bawah Ancaman Raymond

    Aku menjadi terlalu kaget mendapati kedatangan Raymond yang sangat tak terduga.Tapi aku malah tak kuasa untuk menghalaunya yang membuat sosok itu terus mendekat dengan penuh rasa percaya diri.“Aku tak menyangka kalau dia mampu bertahan sampai sejauh ini setelah apa yang sudah dia alami,” ungkap lelaki itu sembari mengarahkan pandangannya pada Mas Bara yang sekarang hanya bisa terbaring tanpa kesadaran di atas brankar.Gelisah mulai menerjangku ketika aku mulai melihat tatapan adik dari suamiku yang kini malah memindaiku dengan sangat intens.Aku segera bangkit dan memasang sikap waspada.Setelah kemarin aku melihat sikap Raymond yang tampak berbeda begitu rapuh dan sedih tapi sekarang dia kembali menjadi sosoknya yang dulu, yang terasa licik menakutkan.“Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam ruangan ini?”Selama ini mami melarang orang lain masuk menemui Mas Bara. Tak sembarangan orang boleh menemani Mas Bara. Hanya aku, oma dan mami yang memiliki akses untuk bisa memasuki ruangan. Kar

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   275. Sikap Dingin Mami Sally

    “Sekarang katakan saja apa kamu yang sudah membuat Richard seperti ini?” Abe malah melontarkan tuduhannya dengan terlalu lugas.Aku tak pernah menyangka jika sahabat terdekat suamiku itu akan mengungkapkan tuduhannya dengan sangat lugas pada Lina yang sebelumnya sempat kami bicarakan dan kami curigai.Lina membeliakkan mata, mengunggah kekagetannya yang terlalu ketara.Sejenak aku tak bisa mengartikan tentang ekspresi kekagetannya yang seperti itu.“Apa kamu yang sudah menembak Richard?”Abe kian menegaskan tuduhannya.Lina malah menanggapi dengan tenang hingga kemudian malah mencebik sarkas.“Jadi kalian sekarang mencurigaiku?”Aku dan Abe tak menjawab meski masih saja memberikan tatapan yang sangat lugas pada wanita yang sering mengunggah ekspresi sinisnya itu.“Aku merasa tak perlu untuk memberikan penjelasan apapun pada kalian,” pungkas wanita itu sembari langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum melangkah wanita itu melemparkan pandangannya pada Abe yang sedang mengikuti perg

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   274. Dikepung Rasa Curiga

    “Apa yang sedang kalian bicarakan?” Segera aku menoleh ke ambang pintu dan menjadi sangat kaget ketika melihat sosok yang sedang kami bicarakan telah berdiri di sana dengan memberikan tatapan yang terlalu tajam.Sempat aku merasa kalau dia sempat mendengar pembicaraanku bersama Abe tadi, yang kemudian menelusupkan rasa gelisah di dalam dada.“Kalian berdua terlihat terlalu dekat, dan aku yakin jika Richard melihat kedekatan kalian, dia tidak akan bisa menerima ini,” sindir wanita berbaju merah itu sangat sarkas.Dengan tatapan yang sama tajamnya aku mulai menentang sorot matanya. Enggan menampakkan ketundukan atas sikapnya yang selalu saja mengintimidasi.Sejak dulu Lina selalu mengunggah keangkuhannya terutama di hadapanku yang pastinya dia anggap sebagai saingan terbesarnya karena nyatanya memang hanya aku yang bisa mendapatkan hati Mas Bara sepenuhnya, sesuatu yang kini membawa kesadaranku kembali atas apa yang sudah aku dapatkan selama ini. Nyatanya memang tak ada yang paling ber

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   273. Mulai Mencurigai Lina

    “Katakan padaku apa yang kamu ketahui tentang suamiku?”Aku segera mencecarnya dengan tak sabar, karena saat ini sekecil apapun informasi yang beredar sangat aku butuhkan karena aku benar-benar ingin menguak tabir misteri tentang penembakan suamiku yang sampai saat ini belum juga terungkap.Abe tampak memindaiku lebih lekat dan aku dengan tegas menentangnya tanpa keraguan.Lelaki bermata tajam itu kemudian menarik nafasnya sejenak sembari menautkan kedua tangannya di depan wajahnya yang lumayan good looking itu.“Sebenarnya sehari sebelum hari naas itu, aku dan Richard sempat bertemu di ruangan ini. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang dirimu dan segala penyesalannya.”Abe sengaja menghentikan kalimatnya kian intens memindaiku seakan ingin menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat ini.Tapi aku memutuskan untuk membisu menunggunya melan

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   272. Jatuh Koma

    Sudah nyaris sebulan Mas Bara terbaring koma. Selama itu aku bertahan untuk tetap mendampingi walau keadaanku masih sering diserang mual dan rasa tak nyaman di perut.Tak ada alasan bagiku untuk menyerah karena saat ini prioritas utamaku tetap Mas Bara yang selalu aku yakini tetap bisa mendengar setiap kata yang aku ucapkan di telinganya.Bahkan setiap kali aku datang aku selalu membacakan ayat-ayat Ilahi, sebelum aku mulai mengajaknya mengobrol.“Mas, hari ini aku bawakan lavender, aromanya harum sekali. Kamu bisa menciumnya kan Mas?” tanyaku sembari mendekatkan bunga yang aku bawa di hidungnya.Aku selalu yakin jika Mas Bara selalu bisa merasakan apapun yang aku lakukan walau dia tak memberikan respon apapun. Bahkan tidak dengan kedipan mata, karena mata itu selalu terkatup rapat.Saat melihatnya tetap diam dan beku, hati ini mulai dirasuki kesedihan yang kian pekat

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   271. Kehamilan Kedua

    Rasa tidak nyaman kian menyerangku membuat sekujur tubuhku seakan melemah. Tapi saat ini aku memaksa untuk tetap tegar demi aku bisa memastikan bagaimana keadaan Mas Bara. Gelisah yang menyergapku memaksaku untuk bertahan dan tetap kuat meski sejak tadi rasa mual semakin menekan di dalam perutku.Bahkan ketika aku sampai di Jakarta, beberapa kali aku sudah memuntahkan isi perutku saat berada di dalam pesawat.Oma dan mami sempat menganggap apa yang aku rasakan hanya sekedar mabuk kendaraan.Tapi sesuatu di dalam diriku semakin tak bisa menampik praduga ini. Dengan pengalaman yang sempat aku dapatkan ketika mengandung Raka dan Raya, aku mulai bisa menegaskan pada diriku sendiri jika sekarang aku memang sedang berbadan dua.K

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   270. Kembali Lagi Ke Kota

    “Sesuatu telah terjadi pada Richard!”Ketika oma memekikkan nama suamiku segera aku mendekat dengan hati yang sudah diselimuti kabut kecemasan.“Ada apa dengan Mas Bara, Oma?” tanyaku menjadi kian khawatir.Sementara mami malah menatapku dengan gamang dan mulai menghampiriku untuk bisa memelukku dengan lembut.“Kita harus kembali ke Jakarta hari ini juga Rin.”Mami berucap dengan sangat sungguh-sungguh.Hatiku menjadi kian kuat memendam praduga yang buruk. Aku merasa sangat yakin jika sesuatu telah terjadi pada suamiku saat ini.“Katakan padaku, apa yang sudah terjadi Mi?” desakku semakin gelisah.“Richard membutuhkan kamu,” balas mami masih dengan mengunggah gurat kecemasan di wajahnya.Aku mengernyit penuh kecemasan.

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   269. Sesuatu Terjadi Pada Mas Bara

    Setiap orang bisa menganyam harapan tapi Tuhan yang akan menentukan segalanya. Walau berbagai macam cara telah diusahakan nyatanya, kehendak Tuhan yang tetap berlaku. Takdir telah menggariskan bahwa saat ini adalah perpisahan kami.Hatiku terus memendam rasa kehilangan yang bahkan membuatku terus menangis kala melepas jenazah ibu di pemakaman. Kini jasad yang sosok yang sangat aku sayangi itu telah berbaring di sisi makam bapak. Mereka akhirnya bersama lagi yang membuatku menghadirkan kembali segala kenangan kebersamaan keluarga kami dulu di permukaan ingatan.Tangisku semakin kuat nyaris menyedot segala ketegaran meski oma dan mami mendampingi untuk menguatkan. Sampai akhirnya semua saudaraku ikut mendekat dan kami mulai saling berangkulan berusaha untuk saling menularkan ketegaran.Bahkan Laras telah kembali dari Australia mengejar penerbangan pertama demi bisa ikut mengantarkan ibu menuju peristira

DMCA.com Protection Status