Seharian kami semua mengelilingi area resort yang ternyata sangat luas dan dipenuhi pemandangan yang sangat mengagumkan. Di awal Desember seperti sekarang aura liburan sudah mulai terasa yang membuat resort yang dibangun oleh Mas Bara ini menjadi sangat ramai dipenuhi pengunjung.
Meski begitu tempat ini masih menyajikan kenyamanan dengan tidak mengusik para pengunjung resort.
Setelah puas berjalan-jalan Mas Bara kemudian membawa kami ke dalam restoran untuk sekedar mengisi perut kami yang sudah mulai lapar.
Kedua bayi kami terlihat sangat gembira sejak awal apalagi ketika kami mengajak berkeliling resort, seakan mereka juga menikmati liburan ini.
Aku dan Mas Bara ikut bergantian menggendong mereka karena mereka terlihat kurang nyaman saat kami serahkan kepada para nanny untuk diletakkan di dalam stroller.
Sepertinya Raka dan Raya menginginkan untuk berpuas-puas diri di dalam gend
Sejenak aku tak paham dengan apa yang dimaksud oleh Mas Bara saat ini. Apa yang dimaksud dengan Lina yang sudah menyesali keputusannya.“Keputusan apa maksud kamu Richard?” tanya oma yang sekarang menjadi dilanda rasa ingin tahu sama juga seperti diriku.“Aku pikir Oma bisa menebak arah pembicaraanku saat ini.” Mas Bara malah mengunggah kalimat yang membuat kami masih saja berteka teki.“Aku tahu apa yang kamu maksud karena aku sendiri bisa merasakan kalau Lina sepertinya sudah menyesali keputusannya untuk menyia-nyiakan niat baik kamu dulu dengan terus memperturutkan kesenangannya bahkan dia dengan sadar menggoda Raymond untuk jatuh dalam jebakannya dan setelah itu Lina merasa apa yang dilakukannya menjadi sangat tak berguna untuknya.” Mami yang malah menjelaskan semua dengan gamblang.Tatapan mami kemudian terunggah tegas kepada sosok wanita yang dulu aku tahu me
Bara POVKetika mendengar jawaban mami yang sangat tegas, kegamanganku segera terangkat.“Aku tak pernah menyesali perceraian ini, Richard. Kamu salah kalau kamu menganggap aku sudah menyesal. Yang aku sesali adalah bahwa selama ini ternyata kami terlalu banyak saling menyakiti dan hanya peduli dengan rasa sakit ini sendiri hingga aku malah mengabaikan kamu bahkan juga Raymond yang sekarang menjadi kehilangan arah seperti itu,” ungkap mami pada akhirnya.Aku benar-benar bisa memahami apa yang sedang dirasakan mami saat ini. Walau telah begitu banyak menyusahkan Raymond tetap saja mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari mami, bahkan juga papi yang dulu aku anggap hanya mementingkan kesenangannya sendiri.Tapi ternyata lelaki itu terlalu mencintai mami hingga memilih untuk mengambil peran antagonis ketika cintanya tak pernah mendapatkan balasan meski pada dasarnya papi telah mendapatkan diri mami seu
“Mas Bara, apa yang sedang kamu lakukan?”Suara Rindu terlalu mengagetkan, hingga menerbitkan kecemasan yang luar biasa karena nyatanya sekarang jelas terlihat Lina telah berada di dalam dekapanku, walau wanita itu sendiri yang terlihat jelas secara sengaja telah melemparkan dirinya padaku.Pastinya wajahku terlihat memucat sekarang. Aku bisa menduga jika sekarang Rindu telah menjadi salah paham dengan keadaan kami saat ini.Apa yang dilakukan Lina benar-benar membuatku kehilangan kesabaran hingga membuatku melemparkan tubuhnya yang hanya dibalut bikini tipis itu.Lina mengaduh ketika tubuhnya menyentuh pasir pantai.Sementara Rindu kemudian mulai mendekat semakin meresahkan jiwaku dengan tanggapannya tentang keadaan ini.Tatapanku segera menyergap resah ke arah sosok istriku yang kini sudah berdiri di dekatku.&
{“Hallo Dan, ada apa?”}{“Pak, ada sesuatu yang harus Pak Richard ketahui, tentang keadaan Pak Rommy saat ini.”} Nada bicara Hamdan terdengar sangat penuh kegelisahan dari seberang sana.Hatiku kian dihinggapi rasa ingin tahu.{“Ada apa dengan papi?”} tanyaku lugas yang kini membuat Rindu melepaskan dekapanku agar bisa leluasa memindai ekspresi wajahku.Tampaknya istriku menjadi ikut dijangkiti rasa ingin tahu. Sekarang Rindu mulai menelisikku dengan lekat.Tapi aku masih harus memfokuskan perhatian pada apa yang akan dikatakan Hamdan selanjutnya.{“Pak Rommy melakukan percobaan bunuh diri,”} jawab Hamdan dengan lugas.Aku kembali dikagetkan saat mendengar kabar yang baru saja dikatakan Hamdan.Aku menahan diri untuk tidak mencetuskan apa yang sudah aku dengar agar tak m
{“Apa katamu? Keadaan papi sekarang kritis?!”}Aku terlalu kaget dengan apa yang sudah dikabarkan Hamdan hingga aku sedikit terlupa kalau saat ini oma dan mami sedang bersamaku.Tentu saja mereka segera mengarahkan tatapannya kepadaku.Awalnya aku yang menganggap jika Rommy hanya sedang mencari perhatian dengan melakukan hal yang menyakiti dirinya sendiri sekarang menjadi sedikit ragu.Apakah memang papi sudah seputus asa itu hingga menjadi sangat ingin mengakhiri hidupnya sendiri.{“Pastikan dia mendapatkan perawatan yang terbaik dulu. Terus kabari aku kalau ada perkembangan sekecil apapun.”} Aku menegaskan perintahku yang segera ditanggapi dengan sigap oleh orang kepercayaanku itu.Setelah aku memastikan Hamdan telah melakukan tugasnya barulah aku mematikan panggilan itu dan mulai memberikan perhatian kepada mami dan oma yang kini su
Rindu POV“Kamu pasti akan mengejar wanita berambut blonde itu kan Mas?” sergahku tegas kepada Mas Bara yang sekarang menjadi terkejut saat mendengar ucapanku.“Jadi kamu melihat Flo di rumah sakit ini juga, Rin?”Jelas Mas Bara kaget karena ternyata aku juga tahu tentang keberadaan Flo di rumah sakit ini.“Iya, dan aku tidak akan membiarkan kamu sendirian menemui wanita itu,” tegasku lugas.Mas Bara terlihat mendesah panjang untuk beberapa saat.“Baiklah, ayo kita ikuti dia bersama dan kita lihat apa yang sebenarnya dia lakukan di rumah sakit ini. Jujur aku sedikit mencurigainya.”Mas Bara kian mempercepat langkahnya yang segera aku ikuti dengan kecepatan yang sama.Ketika akhirnya kami nyaris mendekatinya, wanita cantik yang selalu berpenampilan seksi itu malah berbelo
Aku mengernyit lugas ketika mendapati sosok berambut blonde itu sudah berada di dekatku. Ternyata dia juga sedang melakukan perawatan di tempat ini.Meski kami hanya sekali bertemu, beberapa hari lalu sempat melihatnya lagi di rumah sakit, cukup membuatku bisa mengingat sosoknya dengan baik.“Aku tak akan kaget kalau kamu melakukan perawatan di tempat terbaik ini, karena kamu adalah Nyonya Richard Huang, yang pastinya memiliki banyak uang.”Aku bergeming tak terlalu menanggapi tapi tatapannya malah kian menegas kepadaku. Bahkan wanita bernama Flo itu mendekatkan kursinya di sampingku.Sikapnya terunggah dingin yang membuatku bersikap waspada padanya.“Kurasa aku bisa membaca dengan sangat jelas apa yang membuat seorang Richard Huang memilih kamu. Nyatanya kamu memang cantik,” imbuhnya lagi.Aku masih diam hanya mendengarkan saja semua
“Katakan padaku apa tujuan kamu menyimpan foto itu?!”Aku semakin menegaskan nada bicaraku.Flo terlihat sama sekali tak terpengaruh dengan desakanku yang tegas. Bahkan wanita itu mengulas senyuman smirk padaku yang sedang duduk di sampingnya.Nyatanya perdebatan kami saat ini disaksikan dengan penuh perhatian oleh kedua terapis yang saat ini sedang merawat kuku-kuku kami.Sebenarnya aku sudah sangat jengah menghadapi wanita itu, tapi tetap saja aku tak bisa mengabaikan berita yang sudah dia lontarkan. Foto-foto itu benar-benar mempengaruhiku dan terlalu menggelisahkan untuk bisa aku biarkan begitu saja.“Aku yakin sekarang kamu baru percaya dengan apa yang sudah aku katakan.&rdq
“Diam, atau aku akan menembakmu seperti yang sudah aku lakukan pada Richard!” Aku terperangah saat mendengar pengakuan lelaki berwajah oriental itu. Pengakuannya jelas sangat mengagetkan aku. “Jadi kamu yang sudah menembak suamiku?!” sergahku tandas. Raymond malah tersenyum sarkas menanggapi. “Dia sendiri yang sudah memaksaku melakukan semua ini karena dia terlalu serakah,” tukas Raymond sengit. “Kamu gila!” Aku kembali memakinya dengan suara yang semakin kuat. “Tolong, tolong ....” Aku mulai berteriak ketika Raymond semakin kewalahan dan tak mampu lagi menutup mulutku. Pergerakan di pintu itu semakin intens bersamaan aku mendengar suara gebrakan yang sangat kuat beberapa kali. Raymond yang sedang menggila ini sudah menutup pintu dari dalam hingga sulit untuk dibuka. Pastinya orang-orang di luar ruangan sedang berusaha untuk mendobrak pintu itu. Sementara aku sendiri masih berjuang untuk membebaskan diri dari sergapan Raymond. Tapi beberapa detik kemudian kami malah dikejut
Aku menjadi terlalu kaget mendapati kedatangan Raymond yang sangat tak terduga.Tapi aku malah tak kuasa untuk menghalaunya yang membuat sosok itu terus mendekat dengan penuh rasa percaya diri.“Aku tak menyangka kalau dia mampu bertahan sampai sejauh ini setelah apa yang sudah dia alami,” ungkap lelaki itu sembari mengarahkan pandangannya pada Mas Bara yang sekarang hanya bisa terbaring tanpa kesadaran di atas brankar.Gelisah mulai menerjangku ketika aku mulai melihat tatapan adik dari suamiku yang kini malah memindaiku dengan sangat intens.Aku segera bangkit dan memasang sikap waspada.Setelah kemarin aku melihat sikap Raymond yang tampak berbeda begitu rapuh dan sedih tapi sekarang dia kembali menjadi sosoknya yang dulu, yang terasa licik menakutkan.“Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam ruangan ini?”Selama ini mami melarang orang lain masuk menemui Mas Bara. Tak sembarangan orang boleh menemani Mas Bara. Hanya aku, oma dan mami yang memiliki akses untuk bisa memasuki ruangan. Kar
“Sekarang katakan saja apa kamu yang sudah membuat Richard seperti ini?” Abe malah melontarkan tuduhannya dengan terlalu lugas.Aku tak pernah menyangka jika sahabat terdekat suamiku itu akan mengungkapkan tuduhannya dengan sangat lugas pada Lina yang sebelumnya sempat kami bicarakan dan kami curigai.Lina membeliakkan mata, mengunggah kekagetannya yang terlalu ketara.Sejenak aku tak bisa mengartikan tentang ekspresi kekagetannya yang seperti itu.“Apa kamu yang sudah menembak Richard?”Abe kian menegaskan tuduhannya.Lina malah menanggapi dengan tenang hingga kemudian malah mencebik sarkas.“Jadi kalian sekarang mencurigaiku?”Aku dan Abe tak menjawab meski masih saja memberikan tatapan yang sangat lugas pada wanita yang sering mengunggah ekspresi sinisnya itu.“Aku merasa tak perlu untuk memberikan penjelasan apapun pada kalian,” pungkas wanita itu sembari langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum melangkah wanita itu melemparkan pandangannya pada Abe yang sedang mengikuti perg
“Apa yang sedang kalian bicarakan?” Segera aku menoleh ke ambang pintu dan menjadi sangat kaget ketika melihat sosok yang sedang kami bicarakan telah berdiri di sana dengan memberikan tatapan yang terlalu tajam.Sempat aku merasa kalau dia sempat mendengar pembicaraanku bersama Abe tadi, yang kemudian menelusupkan rasa gelisah di dalam dada.“Kalian berdua terlihat terlalu dekat, dan aku yakin jika Richard melihat kedekatan kalian, dia tidak akan bisa menerima ini,” sindir wanita berbaju merah itu sangat sarkas.Dengan tatapan yang sama tajamnya aku mulai menentang sorot matanya. Enggan menampakkan ketundukan atas sikapnya yang selalu saja mengintimidasi.Sejak dulu Lina selalu mengunggah keangkuhannya terutama di hadapanku yang pastinya dia anggap sebagai saingan terbesarnya karena nyatanya memang hanya aku yang bisa mendapatkan hati Mas Bara sepenuhnya, sesuatu yang kini membawa kesadaranku kembali atas apa yang sudah aku dapatkan selama ini. Nyatanya memang tak ada yang paling ber
“Katakan padaku apa yang kamu ketahui tentang suamiku?”Aku segera mencecarnya dengan tak sabar, karena saat ini sekecil apapun informasi yang beredar sangat aku butuhkan karena aku benar-benar ingin menguak tabir misteri tentang penembakan suamiku yang sampai saat ini belum juga terungkap.Abe tampak memindaiku lebih lekat dan aku dengan tegas menentangnya tanpa keraguan.Lelaki bermata tajam itu kemudian menarik nafasnya sejenak sembari menautkan kedua tangannya di depan wajahnya yang lumayan good looking itu.“Sebenarnya sehari sebelum hari naas itu, aku dan Richard sempat bertemu di ruangan ini. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang dirimu dan segala penyesalannya.”Abe sengaja menghentikan kalimatnya kian intens memindaiku seakan ingin menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat ini.Tapi aku memutuskan untuk membisu menunggunya melan
Sudah nyaris sebulan Mas Bara terbaring koma. Selama itu aku bertahan untuk tetap mendampingi walau keadaanku masih sering diserang mual dan rasa tak nyaman di perut.Tak ada alasan bagiku untuk menyerah karena saat ini prioritas utamaku tetap Mas Bara yang selalu aku yakini tetap bisa mendengar setiap kata yang aku ucapkan di telinganya.Bahkan setiap kali aku datang aku selalu membacakan ayat-ayat Ilahi, sebelum aku mulai mengajaknya mengobrol.“Mas, hari ini aku bawakan lavender, aromanya harum sekali. Kamu bisa menciumnya kan Mas?” tanyaku sembari mendekatkan bunga yang aku bawa di hidungnya.Aku selalu yakin jika Mas Bara selalu bisa merasakan apapun yang aku lakukan walau dia tak memberikan respon apapun. Bahkan tidak dengan kedipan mata, karena mata itu selalu terkatup rapat.Saat melihatnya tetap diam dan beku, hati ini mulai dirasuki kesedihan yang kian pekat
Rasa tidak nyaman kian menyerangku membuat sekujur tubuhku seakan melemah. Tapi saat ini aku memaksa untuk tetap tegar demi aku bisa memastikan bagaimana keadaan Mas Bara. Gelisah yang menyergapku memaksaku untuk bertahan dan tetap kuat meski sejak tadi rasa mual semakin menekan di dalam perutku.Bahkan ketika aku sampai di Jakarta, beberapa kali aku sudah memuntahkan isi perutku saat berada di dalam pesawat.Oma dan mami sempat menganggap apa yang aku rasakan hanya sekedar mabuk kendaraan.Tapi sesuatu di dalam diriku semakin tak bisa menampik praduga ini. Dengan pengalaman yang sempat aku dapatkan ketika mengandung Raka dan Raya, aku mulai bisa menegaskan pada diriku sendiri jika sekarang aku memang sedang berbadan dua.K
“Sesuatu telah terjadi pada Richard!”Ketika oma memekikkan nama suamiku segera aku mendekat dengan hati yang sudah diselimuti kabut kecemasan.“Ada apa dengan Mas Bara, Oma?” tanyaku menjadi kian khawatir.Sementara mami malah menatapku dengan gamang dan mulai menghampiriku untuk bisa memelukku dengan lembut.“Kita harus kembali ke Jakarta hari ini juga Rin.”Mami berucap dengan sangat sungguh-sungguh.Hatiku menjadi kian kuat memendam praduga yang buruk. Aku merasa sangat yakin jika sesuatu telah terjadi pada suamiku saat ini.“Katakan padaku, apa yang sudah terjadi Mi?” desakku semakin gelisah.“Richard membutuhkan kamu,” balas mami masih dengan mengunggah gurat kecemasan di wajahnya.Aku mengernyit penuh kecemasan.
Setiap orang bisa menganyam harapan tapi Tuhan yang akan menentukan segalanya. Walau berbagai macam cara telah diusahakan nyatanya, kehendak Tuhan yang tetap berlaku. Takdir telah menggariskan bahwa saat ini adalah perpisahan kami.Hatiku terus memendam rasa kehilangan yang bahkan membuatku terus menangis kala melepas jenazah ibu di pemakaman. Kini jasad yang sosok yang sangat aku sayangi itu telah berbaring di sisi makam bapak. Mereka akhirnya bersama lagi yang membuatku menghadirkan kembali segala kenangan kebersamaan keluarga kami dulu di permukaan ingatan.Tangisku semakin kuat nyaris menyedot segala ketegaran meski oma dan mami mendampingi untuk menguatkan. Sampai akhirnya semua saudaraku ikut mendekat dan kami mulai saling berangkulan berusaha untuk saling menularkan ketegaran.Bahkan Laras telah kembali dari Australia mengejar penerbangan pertama demi bisa ikut mengantarkan ibu menuju peristira