Setelah beristrihat cukup, Ayana turun bersama dengan Bryan, untuk mengisi perutnya siang ini."Hmm, Bryan, kenapa kita tidak makan di restoran yang ada di hotel saja? Lagi pula kita tidak perlu berkendara jauh hanya untuk menikmati seoiring makanan?"Ayana melirik ke arah Bryan, yang saat ini sedang sibuk dengan ponselnya. Entah apa alasan Bryan lebih memilih mengajaknya untuk makan diluar dibanding mengajaknya makan didalam hotel, namun Ayana lebih memilih makan didalam hotel dari pada harus meluangkan waktu berkendara, yang bisa dia gunakan waktunya untuk beristirahat.Bryan mengangkat tatapanya, melirik ke arah Ayana yang duduk disampinganya. "Ada apa Ayana? Apa kau tidak ingin makan diluar bersamaku?" Bryan menatap wajah Ayana yang diam meliriknya. Kemudian mengulurkan tangannya menepis anakan rambut diwajah Ayana.Ayana diam membiarkan apa yang ingin dilakukan Bryan, sebelum dirinya balas menggelengkan kepala. Bukan seperti itu, "Aku pikir akan lebih baik jika kita makan di hotel
"Ayana, apa kamu ingin jalan bersamaku ke panti? Jika kamu tidak keberatan aku ingin mengajakmu ke sana."Bryan sebenarnya sudah sangat lama menantikan moment dimana dia bisa mengajak Ayana untuk ke panti bersamanya, melihat keadaan anak-anak yang ada disana, walaupun Bryan masih menjadi donatur tetap Panti Asuhan tempat Ayana dulu tinggal, namun Bryan sama sekali tidak pernah datang menjenguk anak-anak panti, dan sekarang waktu yang tepat untuk Bryan datang bersama Ayana.Ayana terdiam mendengar usulan yang diberikan Bryan padanya, sesaat terdiam sebelum Ayana menganggukan kepalanya mengiyakan, lagi pula Ayana juga sudah lama tidak datang menjenguk anak-anak panti dan juga ingin memastikan keadaan Ibu panti masih baik-baik saja."Hmm, baiklah, aku juga ingin melihat keadaan anak-anak dan Ibu panti apa mereka semua baik-baik saja selama aku meninggalakan panti," Ayana mengangguki perkataan Bryan dan kemudian beranjak dari duduknya yang disusul Bryan yang juga beranjak membayar tagihan
Dengan nafas memburu, Nina mematap marah Niko yang sudah sangat keterlaluan menghinanya. Nina tidak akan diam melihat Niko mempermainkannya, dan kelak akan membalasnya dengan keji semua penghinaan yang baru saja diucapkan Niko padanya."Setelah apa yang sudah aku lakukan untukmu, sekarang dengan seenaknya kamu mengusirku pergi dari sini. Apa kau tidak mengingat semua yang telah aku berikan untukmu, Niko? kamu bukankah siapa-siapa jika tanpaku, dan agensi yang kamu miliki sekarang ini tidak akan sebesar ini tanpa bantuan dri Bryan, dan itu semua karenaku. Sekarang saat kamu mengetahui Bryan telah menceraikanku, dengan seenakanya kamu ingin membuangku begitu saja. Tidak Niko, aku akan terus, memaksamu menerimaku, dan selamanya tidak akan membiarkanmu melepaskanku. Jika tidak, aku akan mengungkapkan semuanya pada khalayak dan melihatmu hancur barsamaku.Nina tidak segang-segang mengancam Niko, dan akan membuat Niko hancur bersamanya seperti apa yang baru saja dia ucapkan. Lagi pula Niko
"Bryan, apa kamu tidak menyesal telah menceraikan, Nina? Apa yang akan dikatakan oleh keluargamu begitu mengetahi keputusanmu yang memilih menceraikan Nina tanpa menjelaskan leada mereka semua?" Ayana merasa sedih memikirkan pernikahan saudari kembarnya bersama dengan Bryan, yang harus berakhir karena kehadirannya yang membaut Bryan harus membuat keputusan seperti itu. Ayana tidak pernah bermaksud untuk merusak pernikahan saudari kembarnya, dan sudah merelakan Bryan menikah dengan Nina. Namun siapa yang mengira, jika Bryan akan membuat keputusan memilih menceraikan Nina hanya untuk meminta maaf padanya dan ingin kembali padanya.Bryan yang saat ini duduk dibibir pantai berdua bersama dengan Ayana, memandang laut yang tebentang luas didepan mereka, pandangannya teralihkan melirik ke arah Ayana yang baru saja berbicara padanya. Bryan mengulurkan tangan dan menarik Ayana masuk kedalam pelukannya, menikmati aroma tubih Ayana yang menenangkannya sebelum menjawab pertanyaan wanita yang se
Nina berjalan pelan memasuki restoran tempat di mana dia akan melakukan pertemuan bersama dengan seseorang yang semalam menghubunginya."Aku pikir kamu mungkin tidak akan datang mengingat hubungan kita yang tidak begitu baik. Duduklah, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu!" Jesselin menatap ke arah Nina yang berdiri di hadapannya, yang baru saja tiba di restoran tempat di mana mereka membuat janji untuk bertemu siang ini.Nina tersenyum menatap ke arah Jesselin, setelah Jesselin memutuskan untuk datang menemuinya di kota B, yang selama ini Nina tahu jika dia dan Jesselin tidak memiliki hubungan yang baik dengannya."Jadi Katakan apa maksudmu memintaku untuk bertemu denganmu, Jesselin? Yang bisa aku tangkap jika kamu pasti membutuhkan bantuanku, sehingga kamu rela datang dari kota A hanya untuk menemuiku,Nina menatap Jesselin sembari meletakkan tas yang dia bawa di atas meja, dimana tatapannya sempat berhenti melirik sekilas ke arah kopi yang telah dipesan oleh Jesslin sebelum kedatan
Nina menatap Brams yang duduk dengan senyum tipis di wajahnya. "Yang aku tidak mengerti kenapa kalian menyukai wanita seperti, Ayana? Sedangkan diluar sana wanita seperti Ayana sangat banyak, atau karena Ayana adalah wanita yang di sukai Bryan, sehingga kamu juga menyukai nya!" Nina masih tidak mengerti dengan cara menilai Brams, yang memiliki perasaan yang sama seperti apa yang dimiliki Bryan kepada Ayana.Brams tersenyum mendengar apa yang diucapkan Nina kepadanya namun tidak menanggapi, Brams dapat menangkap dari maksud pertanyaan yang diberikan Nina kepadanya iyalah kecemburuan yang terlihat jelas, dimana Nina tidak terima dengan dirinya dan juga Bryan menyukai wanita yang sama."Kalaupun kamu tidak ingin mengakuinya, Nina. Ayana memang memiliki Kharisma yang bisa menarik pria untuk menyukainya, hal itu pula yang terjadi kepadaku, saat pertama kali bertemu dengan Ayana entah mengapa perasaanku tiba-tiba muncul untuknya, itu alasan mengapa aku ingin membantumu untuk mendapatkan Brya
"Mendekat lah, ibu tidak menyangka jika Kamu akan secantik ini saat Bryan mengatakan tentang mu," Ibu Bryan bernama Helena menatap Ayana dengan senyum di wajahnya, meminta Ayana untuk mendudukkan tubuhnya di dekatnya.Ayana melirik ke arah Bryan sejenak, yang mengangguk menyuruhnya untuk duduk di dekat ibunya, melihat itu Ayana segera melangkah dengan pelan dengan sedikit malu mendudukkan tubuhnya di dekat Ibu Bryan."Nyonya, senang bertemu denganmu, Saya Ayana," Ayana memperkenalkan dirinya kepada Ibu Bryan di mana Ibu Bryan menganggukkan kepala kemudian mengulurkan tangannya untuk menggenggam telapak tangan Ayana."ibu sudah tahu, ibu beberapa kali mendengar namamu yang selalu disebut oleh, Bryan. ibu harap Putra ibu tidak melakukan kesalahan yang membuatmu kembali menjauhinya," nasehat Ibu Bryan melirik ke arah putranya sekilas, saat mengatakan hal itu kepada Ayana.Bryan yang berdiri di depan Ibunya menundukkan tatapan yang kemudian ikut menduduk 'kan tubuhnya di hadapan Ibunya dan
"Ayana, apa kamu tidak marah mendenga ucapan, ibuku?" Bryan saat ini masih duduk berdua dengannya Ayana di restoran, ibunya sedari tadi sudah meninggalkan mereka berdua yang harus kembali beristirahat di rumahnya. Ayana mengangkat tatapannya, yang semula mengaduk minuman yang ada di depannya, melirik ke arah Bryan dengan menggelengkan kepala, mengukir senyum tipis di wajahnya.Pandangan matanya menatap lurus wajah Bryan, dimana wajah Ayana terlihat jelas didalam di bola mata Bryan yang bersinar memandanganya, entah perasaan apa yang saat ini Ayana memiliki. Namun ke akraban yang terjalin saat ini bersama dengan Bryan, perlahan membuat hati Ayana yang semula tertup kembali terbuka untuk Bryan."Tentu saja aku tidak marah Bryan, lagi pula untuk apa aku marah pada bibo Helena. Aku menyukai ibumu, dia menyambutku dengan sangat baik, dan sikapnya itu yang membuatku merasa sangat bersyukur, dapat bertemu dengan ibumu yang menyukaiku, terima kasih!" senyum terlihat jelas di wajah Ayana l, me
"Angkat tangan, Jangan bergerak. Jika tidak, kami akan menembakmuj ucap pengawal Bryan, yang berdiri dihadapan mereka dengan memberi todongam senjata, keadaan yang mengejutkan Jesslin maupun Brams, yang berdiri membulatkan matanya menatap ke arah beberapa bawahan Bryan yang berdiri di hadapan mereka."Hehehe, Brain benar-benar licik dia ternyata mempermainkanku," mata Brams memerah, saat mengingat keadaannya saat ini.Brams tidak menyangka, jika pernyataan Bryan yang Sebelumnya dia dengar, jika menyetujui untuk menyerahkan seluruh hartanya hanyalah sebuah tipu muslihat untuk melemahkannya.'Benar-benar sial harus berurusan denganmu, Bryan!'Seolah tidak peduli dengan keberadaan bawahan Bryan, yang berdiri menodongkan senjata di deannya, Brams menoleh ke arah belakang memastikan jika mereka tidak melihat keberadaan Ayana. Namun, sepertinya sudah terlambat, beberapa bawahan Bryan berhasil memasuki gudang dan menemukan keberadaan Ayana.Jeselin melihat situasi mereka yang tidak memungkin
Saat Bryan akhirnya menemukan lokasi Ayana. Bryan meminta semua pengawal yang dia miliki untuk mengampuni memastikan jika brams tidak memiliki tempat untuk dapat melarikan diri."Aku tidak peduli cara apa yang akan kalian lakukan, yang aku inginkan, kalian segera mencegah hingga mereka tidak memiliki tempat untuk melarikan diri," titah Bryan kepada para bawahannya yang berdiri berbaris di hadapannya."Baik Tuan, kami akan melakukan perintah anda." Para bawahan Bryan kemudian membubarkan diri mengikuti perintah sang atasan yang meminta mereka untuk segera mengepung tempat persembunyian Brams, sebelum Brams mengetahuinya dan kembali bertindak.Bryan memandangi bawahannya, kemudian melirik ke arah Stefano yang berjalan menghampirinya."Bryan, apa kamu akan menemui, Ayana sekarang? Jika Iya, biarkan aku ikut denganmu. Aku ingin memastikan jika Ayana baik-baik saja, sampai saat ini keadaan Ayana masih dipikirkan oleh istriku.""Hm, baiklah."Bryan tidak bisa menolak bantuan Stefano, lagi
Saat jarum suntik hendak disuntik ke dalam cairan infus yang menggantung di lengan asisten Davin, dari luar Stefano yang memasuki ruangan asisten Davin, melirik ke arah Dokter yang nampak mencurigakan. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Stefano, yang membuat Dokter gadungan menghentikan aksinya dan kembali memasukkan jarum suntik yang semula dia keluarkan sebelum keluar dari ruangan menghindari Stefano.Namun, sayangnya Stefano seolah sudah mengetahui niatnya, segera Sterano menghentikan langkah Dokter gadungan yang hendak melarikan diri, dengan menendang perutnya hingga membuat Dokter gadungan yang mencoba melarikan diri terpental dan terjatuh menabrak dinding kamar.Bugh!! Arghht!! "Katakan, siapa yang menyuruhmu untuk melakukan ini?" tanya Stefano, menuntut jawab dari Dokter gadungan yang merintih kesakitan di depannya.Dari luar beberapa pengawal yang mendengar keributan di dalam kamar segera berjalan membuka pintu kamar asisten Davin, dan melihat pada sosok Dokter yang terduduk lem
Malam hari, Bryan masih belum berhasil menemukan lokasi Ayana, walaupun dia didukung oleh tim polisi dan Stefano yang membantu secara aktif."Bagaimana, apa kalian telah menemukan persembunyian Brams bersama dengan Jesselin, mereka berdua mungkin tidak pergi terlalu jauh melihat mereka tidak memiliki banyak dana dan juga tempat yang bisa mereka tempati persembunyi."Bryan meminta laporan daripada para bawahan yang dia tugaskan untuk mencari keberadaan Ayana. Namun, mereka sama sekali belum mendapatkan hasil yang diharapkan oleh Bryan.Hendrik, bawahan yang ditugaskan oleh Bryan menunduk kepalanya di depan Bryan."Maaf Tuan, sepertinya kedua orang itu telah mempersiapkan dengan matang persembunyian mereka, melihat hingga sekarang mereka berdua belum dapat untuk bawahan saya menemukannya, Tuan." Bryan tdiam mendengarkan, tangannya ter kepala marah sampai sekarang memikirkan keberadaan Ayana yang masih belum dapat ditemukanBrian memejamkan matanya sembari memijat pelan keningnya. "Ayana
Brams tidak menyangka jika Ayana akan menunjukkan kemarahan seperti ini di hapannya. Tetapi Brams mengerti, ini semua adalah kesalahannya sendiri yang memilih menyakiti Ayana, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.Brams tidak perduli dengan penolakan Ayana. "Ayana, biarkan aku melihat wajahmu. Aku hanya ingin memeriksanya," Brams mendekat dengan mengulurkan tangannya. Namun segera ditepis oleh Ayana, yang menghindari uluran tangan Brams dengan membuang muka. Dengan mata yang mau merah marah, Ayana menunjukkan kebenciannya kepada Brams. Ayana tersenyim mencibir "Brams, jangan pernah berpikir untuk menyentuhku, aku jijik dengan orang sepertimu yang bekerja sama dengan wanita busuk untuk mencelakai orang yang selama ini memberinya tumpangan!" Hina Ayana yang membuat Jesslin berdiri dengan melipat kedua tangannya didean dada, merasa kesal mendengar ucapan yang dilontarkan Ayana yang terdengar menghinanya.Brams menoleh melirik ke arah Jesselin, yang terlihat menggertakkan buku-buku j
Bryan menerima pesan dari Stefano yang memberi kabar tentang Ayana, yang kemungkinan diculik dari orang yang Nina curigai. Segera Bryan membalas dengan melakukan panggilan ke ponsel, Stefano."Apa kamu yakin, Stefano? Jika benar kedua orang tersebut yang dicurigai oleh, Nina?" tanya Bryan, memastikan saat melakukan panggilan dengan Stefano, setelab Stefano mengabarkan kepadanya, beberapa orang yang telah dicurigai oleh, Nina. Stefano segera membalas Bryan. "Untuk sekarang itu yang dipikirkan oleh istriku, Bryan. Karena sebelumnya kedua orang itu pernah mengatakan sesuatu kepada Istriku, yang mengatakan jika kedua orang itu ternyata berencana untuk membalasmu dengan menggunakan, Ayana!" jelas Stefano memberitahukan.Bryan mendengar 'kan dengan diam dari balik panggilan, yang tidak Stefano ketahui saat ini Bryan tengah mengepalkan kedua telapak tangannya dengan marah, jika benar kedua orang tersebut ternyata benar membawa pergi istrinya maka Brayan tidak akan diam dan akan membalas de
Bryan merasa khawatir setelh melihat CCTV yang di tunjuk 'kan padanya, sesaat Bryan memutar perhatian kepada mantan istrinya, Nina. Bryan ingin mengelak dan mengatakan jika Nina tidak mungkin terlibat dalam masalah ini, tetapi pemikirannya yang mengingat kembali dimana Nina sangat tidak menyukai Ayana, sehingga membuat Bryan mau tidak mau memiliki pemikirkan, jika mungkin saja Nina terlibat dalam kejadian ini.Bryan masih tetap berada di rumah sakit, memastikan keadaan asisten Davin baik-baik saja sebelum, Bryan kembali meninggalkan ruangannya. Sesaat kemudian beberapa Dokter yang melakukan operasi kepada asisten Davin, mengabarkan kepada Bryan jika kondisi asisten Davin mulai membaik. Bryan mengerti, dan memutuskan meninggalkan Rumah Sakit. Tetapi sebelum itu, Bryan menugaskan kepada beberapa bawahannya untuk tetwp menjaga asisten Davin yang saat ini tengah dirawat. Bryan tidak ingim jika orang yang sebelumnya melakukan penembakan kepada mobil asisten Davin, akan kembali datang da
Setelah tiba di kota A, Bryan turun dari pesawat pribadinya dengan menggandeng tangan Ayana."Ayana, hari ini aku tidak menemanimu untuk pulang bersama, ada sesuatu hal yang harus aku kerjakan, apa tidak masalah jika aku meninggalkan mu?" ujar Bryan saat berjalan sembari menggandeng tangan Ayana, menuju mobil yang terparkir.Ayana diam mendengar ucapan Bryan, pandangan matanya hanya tertuju ke arah mobil di mana Bryan akan meminta asisten Davin untuk mengantarnya pulang.Di depan sana asisten Davin tengah berdiri di dekat mobil, menunggu kedatangan Bryan yang baru saja kembali dari kota B."Bryan, kenapa kamu tidak kembali pulang dulu bersamaku? Lagi pula kita baru saja tiba bukankah seharusnya kamu kembali beristirahat," ayahnya merasa tidak rela untuk melepaskan Bryan dan kembali bekerja. Entah mengapa, perasaan Ayana mengatakan jika sesuatu hal buruk bisa saja terjadi kepada Bryan, yang membuatnya merasa ketakutan jika harus berpisah daru Bryan.Bryan menghentikan langkah kakinya d
Di tempat berbeda, Nina dan Stefano baru saja terbangun dari tidur lelap mereka yang samar Nina dapat melihat wajah Stefano yang begitu dekat denganya. Nina merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya, mengedipkan matanya beberapa kali memandang wajah Stefano yang begitu tampan di hadapannya.Bulu mata Stefano perlahan bergetar yang tak lama matanya terbuka memandang ke arah Nina. Sontak Nina segera membuang muka merasa malu saat Stefano menangkap basah dirinya niat buruknya."Kamu sudah bangun?" tanya Stefano memandang wajah Nina, yang menghindari tatapannya.Nina tidak mengatakan apapun dan hanya mengangguk mengiyakan. Namun, Stefano kemudian kembali berucap yang menyadarkan Nina dengan apa yang terjadi dengan mereka. "Sepertinya kamu sangat suka tidur dengan memelukku.""Apa?" Nilai tertentu mendengar ucapan Stefano kepadanya. Namun, sesaat kemudian Nina sadar dengan apa yang baru saja dikatakan Stefano.Sesungguhnya, Nina merasa malu melihat ia dan Stefano tidur dengan saling