"Ayana, apa kau ingin makan siang diluar bersamaku?" Mita yang baru saja menyelesaikan kelasnya, berjalan menghampiri Ayana yang sedang duduk, sedang memperhatikan anak-anak bermain di taman.Ayana menoleh ke arah suara Mita yang terlihat menghampirinya. Ayana yang masih duduk di tempatnya tersenyum membalas pertanyaan Mita yang juga ikut mendudukkan dirinya di samping Ayana."Kenapa Mita! Apa kau ingin makan siang di luar?" tanya Ayana, sembari menatap ke arah Mita yang menganggukkan kepala, terlihat begitu semangat."Iya Ayana, kita sudah lama tidak pernah makan siang bersama, bagaimana jika kita makan siang hari ini, apa kau bisa?" Mita memastikan jika Ayana memiliki waktu untuk menerima ajakan makan siang bersamanya, pasalnya beberapa hari ini sangat susah untuk mengajak Ayana keluar, jangankan untuk makan siang bersama, untuk pulang bersama pun Ayana selalu saja dijemput oleh orang suruhan Bryan, atau Bryan sendiri yang datang menjemput Ayana. Mendengar ajakan Mita, Ayana k
"Ayana, apa kau ingin pulang denganku, biar aku yang mengantarmu pulang, lagi pula kebetulan aku datang sendirian kesini, jadi aku bisa memberimu tumpangan untuk pulang bersamaku," Brams yang ikut berdiri saat melihat Ayana dan temannya Mita, hendak meninggalkan meja makan tempat di mana Brams duduk bersama mereka, menawarkan tumpangan kepada Ayana, namun Ayana menggeleng menolak ajakan Brams. "Terima kasih Brams, tapi tidak perlu. Aku masih ingin ke suatu tempat bersama dengan temanku," balas Ayana dengan melirik ke arah Mita, seakan Ayana memberi Mita tanda untuk menganggukan kepala dengan apa yang baru saja Ayana katakan. Mita melihat lirikan mata yang diberikan Ayana kepadanya segera tersadar dan mengangguk mengiyakan, apa yang baru saja Ayana katakan di depannya. Tidak hanya itu Mita juga ikut menimpali untuk meyakinkan Brams, jika memang mereka masih memiliki tujuan yang lain, sehingga Ayana tidak bisa ikut pulang bersama dengan Brams. "Benar apa yang dikatakan Ayana, Brams.
Melihat kepergian Brams yang melangkah pergi meninggalkan mereka berdua, Ayana dan Mita kemudian berbalik, dan melanjutkan langkah mereka yang ingin berjalan menuju Mall."Mita, apa yang ingin kau beli di Mall?" tanya Ayana, dengan memandang ke arah, Mita sahabatnya."Kenapa Ayana? Apa kau sudah ingin kembali pulan ke rumah, Bryan? Ayolah, kamu tidak perlu kembali secepat itu, Bryan tidak mungkin akan memarahimu karena kau pulang terlambat," Mita terdengar mengejek Ayana dengan berkata demikian. Yang mengira jika Ayana mungkin merasa khawatir pulang yang bisa saja disambut oleh kemarahan Bryan.Ayana tidak mengatakan apapun, terdiam sejenak selalu memikirkan apa yang baru saja dikatakan Mita kepadanya."Ayana, kenapa kamu melamun?" tanya Mita, saat melihat Ayana diam berjalan bersamanya, terlihat sedang memikirkan sesuatu, Ayana kemudian menoleh ke arah Mita dan mengukir senyum tipis di wajahnya, menunjukkan kepada Mita jika di baik-baik saja."Aku tidak melamun Mita, aku hanya sedan
"Kau dari mana saja Ayana? Apa kau tidak sadar jika kau pulang dengan sangat terlambat hari ini!" Ayana yang baru saja tiba di kediaman yang ditempatinya bersama dengan Bryan, terkejut dengan teguran yang didengarnya. Ayana kemudian menoleh untuk melihat ke arah Bryan yang duduk dengan menyilangkan kakinya di sofa, menatap tajam ke arahnya yang baru saja kembali dari acara jalan-jalannya bersama dengan, Mita. "Aku pergi bersama dengan Mita, untuk menemaninya berbelanja, aku harap kau tidak keberatan," ucap Ayana menjelaskan. Ayana tidak suka dengan raut wajah yang diberikan Bryan di depannya, seolah jika keterlambatan Ayana pulang dari jalan bersama dengan Mita, membuat Bryan merasa keberatan. "Kenapa kau tidak menghubungiku, jika kau terlambat pulang, Ayana! Sudah aku katakan kepadamu, jangan sampai kau terlambat pulang, kau hanya boleh keluar untuk sebentar saja. Apa kau tidak mendengar itu!" sergah Bryan marah, melihat Ayana tidak merasa bersalah dan tanpa meminta maaf kepadanya
Ayana yang melangkah turun hendak menuju dapur, terdiam sesaat di anak tangga melirik ke arah di mana tempat Brayn sebelumnya duduk.Ayana mengerutkan dahi saat melihat keadaan rumah Bryan nampak sepi, tidak seperti biasanya, di mana beberapa pengawal yang Bryan tugaskan untuk mengawasi Ayana akan berdiri di beberapa bagian tempat, memastikan jika Ayana tidak akan bisa kabur dari pengawasannya. Dengan membawa gelas kosong yang ada di tangannya, Ayana kemudian melanjutkn langkahnya menuju dapur untuk mengisi air putih sebelum kembali ke kamarnya.Namun langkahnya terhenti saat melihat asisten Davin yang baru saja keluar dari ruangan kerja Bryan.Merasa penasaran dengan keberadaan Bryan, Ayana memberanikan dirinya bertanya kepada Davin tentang di mana Bryan saat ini."Asisten Davin. Apa kau tahu di mana Bryan? aku tidak melihatnya sedari tadi," tanya Ayana, yang segera dibalas oleh asisten Davin."Sepertinya Tuan Bryan beberapa saat yang lalu keluar Nona Ayana. Apa Tuan Bryan tidak men
"Sia!..Sial!.. Berani sekali Bryan mengancamku! Lihat saja apa yang akan aku lakukan kepada, Ayana kesayanganmu itu!" Ucap Nina dengan marah, dan menghempas kasar tas yang di bawahnya."Tidak. Aku tidak bisa diam dan melihat Bryan seenaknya memperlakukanku seperti itu, aku adalah istrinya dan Ayana hanyalah wanita yang dia jadikan selingkuhannya, bagaimanapun saat ini aku sudah menikah dengan Bryan yang jelas lebih berhak dari pada Ayana, seharusnya Bryan memilihku dan bukan Ayana!" geram Nina, dengan menghempaskan semua barang yang ada di kamar hotel. Niko yang mendengar beberapa pecahan barang yang berbunyi keras terdengar didalam kamarnya, segera berjalan masuk menghampiri Nina, yang terlihat sedang meluapkan amarahnya."Nina, apa yang kau lakukan? Kenapa Kau menghancurkan semua barang yang ada di sini!" tegur Niko, saat melihat kamar hotel yang mereka tempati saat ini, sudah berantakan dengan beberapa pecahan yang terlihat berserakan di lantai, akibat ulah Nina. Niko kemudian be
Merasa lelah, Bryan kemudian berdiri dari duduknya dan keluar dari ruang kerjanya, bermaksud untuk mengistirahatkan tubuhnya di kamarnya. Bryan kemudian keluar melangkah menaiki anak tangga untuk ke lantai dua, namun saat melangkahkan kakinya melewati kamar Ayana, Bryan tiba-tiba saja menghentikan langkahnya dan berdiri dodepan pintu kamar Ayana, Bryan nampak ragu sesaat menatap pintu kamar Ayana.Berpikir sesaat Bryan kemudian memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Ayana, yang sudah Bryan coba beberapa kali, namun Ayana tidak membukanya. Tok Tok TokTidak mendapatkan balasan dari Ayana, Bryan kemudian memutuskn untuk kembali k kamarnya, namun saat hendak kembali melanjutkan langkahnya, tiba-tiba saja Bryan mengulurkan tangannya, untuk bermaksud memeriksa keadaan Ayana. Ceklek!Bryan melangkah masuk demgan pelan di dalam kamar, takut jika akan membngunkan Ayana yang sudah tertidur pulas, Ayana terlihat belum mematikan lampu kamarnya, yng kemudian, Bryan berjalan mendekat da
"Selamat pagi," sapa Bryan, saat baru saja melangkah menuruni anak tangga dan menghampiri Ayana, yang baru saja hendak berjalan kedapur untuk sarapan.Ayana menoleh mendengar sapaan yang diberikan Bryan kepadanya, namun tidak mengatakan apapun dan kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur.Bryan juga tidak mengatakan apapun saat melihat reaksi yang diberikan Ayana kepadanya, dan mengikuti langkah Ayana dengan ikut berjalan di belakangnya, menuju dapur."Apa yang ingin kau makan pagi ini, Ayana? Biar aku yang membuatkannya untukmu," ucap Bryan, menawarkan bantuan kepada Ayana, yang ingin membuatkan Ayana sarapan pagi, namun Ayana tidak mengatakan apapun dan hanya mengambil segelas jus untuk membawanya kemeja makan.Bryan melihat Apa yang dilakukan Ayana, tetapi tidak mengeluhkan atau mengatakan apapun, dan segera membuat beberapa sandwich untuk sarapan mereka berdua, Bryan kemudian meletakkan satu sandwich di depan meja Ayana, dan meletakkan yang satunya di meja untuk dirinya sendiri
"Angkat tangan, Jangan bergerak. Jika tidak, kami akan menembakmuj ucap pengawal Bryan, yang berdiri dihadapan mereka dengan memberi todongam senjata, keadaan yang mengejutkan Jesslin maupun Brams, yang berdiri membulatkan matanya menatap ke arah beberapa bawahan Bryan yang berdiri di hadapan mereka."Hehehe, Brain benar-benar licik dia ternyata mempermainkanku," mata Brams memerah, saat mengingat keadaannya saat ini.Brams tidak menyangka, jika pernyataan Bryan yang Sebelumnya dia dengar, jika menyetujui untuk menyerahkan seluruh hartanya hanyalah sebuah tipu muslihat untuk melemahkannya.'Benar-benar sial harus berurusan denganmu, Bryan!'Seolah tidak peduli dengan keberadaan bawahan Bryan, yang berdiri menodongkan senjata di deannya, Brams menoleh ke arah belakang memastikan jika mereka tidak melihat keberadaan Ayana. Namun, sepertinya sudah terlambat, beberapa bawahan Bryan berhasil memasuki gudang dan menemukan keberadaan Ayana.Jeselin melihat situasi mereka yang tidak memungkin
Saat Bryan akhirnya menemukan lokasi Ayana. Bryan meminta semua pengawal yang dia miliki untuk mengampuni memastikan jika brams tidak memiliki tempat untuk dapat melarikan diri."Aku tidak peduli cara apa yang akan kalian lakukan, yang aku inginkan, kalian segera mencegah hingga mereka tidak memiliki tempat untuk melarikan diri," titah Bryan kepada para bawahannya yang berdiri berbaris di hadapannya."Baik Tuan, kami akan melakukan perintah anda." Para bawahan Bryan kemudian membubarkan diri mengikuti perintah sang atasan yang meminta mereka untuk segera mengepung tempat persembunyian Brams, sebelum Brams mengetahuinya dan kembali bertindak.Bryan memandangi bawahannya, kemudian melirik ke arah Stefano yang berjalan menghampirinya."Bryan, apa kamu akan menemui, Ayana sekarang? Jika Iya, biarkan aku ikut denganmu. Aku ingin memastikan jika Ayana baik-baik saja, sampai saat ini keadaan Ayana masih dipikirkan oleh istriku.""Hm, baiklah."Bryan tidak bisa menolak bantuan Stefano, lagi
Saat jarum suntik hendak disuntik ke dalam cairan infus yang menggantung di lengan asisten Davin, dari luar Stefano yang memasuki ruangan asisten Davin, melirik ke arah Dokter yang nampak mencurigakan. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Stefano, yang membuat Dokter gadungan menghentikan aksinya dan kembali memasukkan jarum suntik yang semula dia keluarkan sebelum keluar dari ruangan menghindari Stefano.Namun, sayangnya Stefano seolah sudah mengetahui niatnya, segera Sterano menghentikan langkah Dokter gadungan yang hendak melarikan diri, dengan menendang perutnya hingga membuat Dokter gadungan yang mencoba melarikan diri terpental dan terjatuh menabrak dinding kamar.Bugh!! Arghht!! "Katakan, siapa yang menyuruhmu untuk melakukan ini?" tanya Stefano, menuntut jawab dari Dokter gadungan yang merintih kesakitan di depannya.Dari luar beberapa pengawal yang mendengar keributan di dalam kamar segera berjalan membuka pintu kamar asisten Davin, dan melihat pada sosok Dokter yang terduduk lem
Malam hari, Bryan masih belum berhasil menemukan lokasi Ayana, walaupun dia didukung oleh tim polisi dan Stefano yang membantu secara aktif."Bagaimana, apa kalian telah menemukan persembunyian Brams bersama dengan Jesselin, mereka berdua mungkin tidak pergi terlalu jauh melihat mereka tidak memiliki banyak dana dan juga tempat yang bisa mereka tempati persembunyi."Bryan meminta laporan daripada para bawahan yang dia tugaskan untuk mencari keberadaan Ayana. Namun, mereka sama sekali belum mendapatkan hasil yang diharapkan oleh Bryan.Hendrik, bawahan yang ditugaskan oleh Bryan menunduk kepalanya di depan Bryan."Maaf Tuan, sepertinya kedua orang itu telah mempersiapkan dengan matang persembunyian mereka, melihat hingga sekarang mereka berdua belum dapat untuk bawahan saya menemukannya, Tuan." Bryan tdiam mendengarkan, tangannya ter kepala marah sampai sekarang memikirkan keberadaan Ayana yang masih belum dapat ditemukanBrian memejamkan matanya sembari memijat pelan keningnya. "Ayana
Brams tidak menyangka jika Ayana akan menunjukkan kemarahan seperti ini di hapannya. Tetapi Brams mengerti, ini semua adalah kesalahannya sendiri yang memilih menyakiti Ayana, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.Brams tidak perduli dengan penolakan Ayana. "Ayana, biarkan aku melihat wajahmu. Aku hanya ingin memeriksanya," Brams mendekat dengan mengulurkan tangannya. Namun segera ditepis oleh Ayana, yang menghindari uluran tangan Brams dengan membuang muka. Dengan mata yang mau merah marah, Ayana menunjukkan kebenciannya kepada Brams. Ayana tersenyim mencibir "Brams, jangan pernah berpikir untuk menyentuhku, aku jijik dengan orang sepertimu yang bekerja sama dengan wanita busuk untuk mencelakai orang yang selama ini memberinya tumpangan!" Hina Ayana yang membuat Jesslin berdiri dengan melipat kedua tangannya didean dada, merasa kesal mendengar ucapan yang dilontarkan Ayana yang terdengar menghinanya.Brams menoleh melirik ke arah Jesselin, yang terlihat menggertakkan buku-buku j
Bryan menerima pesan dari Stefano yang memberi kabar tentang Ayana, yang kemungkinan diculik dari orang yang Nina curigai. Segera Bryan membalas dengan melakukan panggilan ke ponsel, Stefano."Apa kamu yakin, Stefano? Jika benar kedua orang tersebut yang dicurigai oleh, Nina?" tanya Bryan, memastikan saat melakukan panggilan dengan Stefano, setelab Stefano mengabarkan kepadanya, beberapa orang yang telah dicurigai oleh, Nina. Stefano segera membalas Bryan. "Untuk sekarang itu yang dipikirkan oleh istriku, Bryan. Karena sebelumnya kedua orang itu pernah mengatakan sesuatu kepada Istriku, yang mengatakan jika kedua orang itu ternyata berencana untuk membalasmu dengan menggunakan, Ayana!" jelas Stefano memberitahukan.Bryan mendengar 'kan dengan diam dari balik panggilan, yang tidak Stefano ketahui saat ini Bryan tengah mengepalkan kedua telapak tangannya dengan marah, jika benar kedua orang tersebut ternyata benar membawa pergi istrinya maka Brayan tidak akan diam dan akan membalas de
Bryan merasa khawatir setelh melihat CCTV yang di tunjuk 'kan padanya, sesaat Bryan memutar perhatian kepada mantan istrinya, Nina. Bryan ingin mengelak dan mengatakan jika Nina tidak mungkin terlibat dalam masalah ini, tetapi pemikirannya yang mengingat kembali dimana Nina sangat tidak menyukai Ayana, sehingga membuat Bryan mau tidak mau memiliki pemikirkan, jika mungkin saja Nina terlibat dalam kejadian ini.Bryan masih tetap berada di rumah sakit, memastikan keadaan asisten Davin baik-baik saja sebelum, Bryan kembali meninggalkan ruangannya. Sesaat kemudian beberapa Dokter yang melakukan operasi kepada asisten Davin, mengabarkan kepada Bryan jika kondisi asisten Davin mulai membaik. Bryan mengerti, dan memutuskan meninggalkan Rumah Sakit. Tetapi sebelum itu, Bryan menugaskan kepada beberapa bawahannya untuk tetwp menjaga asisten Davin yang saat ini tengah dirawat. Bryan tidak ingim jika orang yang sebelumnya melakukan penembakan kepada mobil asisten Davin, akan kembali datang da
Setelah tiba di kota A, Bryan turun dari pesawat pribadinya dengan menggandeng tangan Ayana."Ayana, hari ini aku tidak menemanimu untuk pulang bersama, ada sesuatu hal yang harus aku kerjakan, apa tidak masalah jika aku meninggalkan mu?" ujar Bryan saat berjalan sembari menggandeng tangan Ayana, menuju mobil yang terparkir.Ayana diam mendengar ucapan Bryan, pandangan matanya hanya tertuju ke arah mobil di mana Bryan akan meminta asisten Davin untuk mengantarnya pulang.Di depan sana asisten Davin tengah berdiri di dekat mobil, menunggu kedatangan Bryan yang baru saja kembali dari kota B."Bryan, kenapa kamu tidak kembali pulang dulu bersamaku? Lagi pula kita baru saja tiba bukankah seharusnya kamu kembali beristirahat," ayahnya merasa tidak rela untuk melepaskan Bryan dan kembali bekerja. Entah mengapa, perasaan Ayana mengatakan jika sesuatu hal buruk bisa saja terjadi kepada Bryan, yang membuatnya merasa ketakutan jika harus berpisah daru Bryan.Bryan menghentikan langkah kakinya d
Di tempat berbeda, Nina dan Stefano baru saja terbangun dari tidur lelap mereka yang samar Nina dapat melihat wajah Stefano yang begitu dekat denganya. Nina merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya, mengedipkan matanya beberapa kali memandang wajah Stefano yang begitu tampan di hadapannya.Bulu mata Stefano perlahan bergetar yang tak lama matanya terbuka memandang ke arah Nina. Sontak Nina segera membuang muka merasa malu saat Stefano menangkap basah dirinya niat buruknya."Kamu sudah bangun?" tanya Stefano memandang wajah Nina, yang menghindari tatapannya.Nina tidak mengatakan apapun dan hanya mengangguk mengiyakan. Namun, Stefano kemudian kembali berucap yang menyadarkan Nina dengan apa yang terjadi dengan mereka. "Sepertinya kamu sangat suka tidur dengan memelukku.""Apa?" Nilai tertentu mendengar ucapan Stefano kepadanya. Namun, sesaat kemudian Nina sadar dengan apa yang baru saja dikatakan Stefano.Sesungguhnya, Nina merasa malu melihat ia dan Stefano tidur dengan saling