Malam berikutnya kami berdua bersiap untuk menuju ke Redland, California, tempat di mana teman Jacob yang bernama Mattew Dekkan tinggal. Aku tahu Jacob begitu berat untuk meninggalkanku dan menitipkan ke seorang temannya, akan tetapi aku yakin semua sudah dipikirkan secara matang oleh Jacob sendiri, dan sebagai istrinya aku hanya berusaha untuk percaya pada setiap keputusannya.Perjalanan kali ini Jacob membawa empat pengawal bersama dengan kami. Dua dari mereka adalah pengawal yang akan ikut bersama denganku selama berada di Redland, sedangkan dua lainnya berada di mobil lain yang mengiringi perjalanan kami dari belakang. Sejak peristiwa kemarin, sepertinya Jacob sangat berhati-hati. Yang awalnya Jacob terbiasa melakukan perjalanan seorang diri selama ini, namun karena adanya aku, ia lebih over protektif sekarang.Sepanjang perjalanan Jacob tak melepaskan genggaman tangannya padaku di kursi mobil belakang. Sikapnya yang demikian tentu saja membuatku merasakan perasaan yang berbeda.
Entah berapa lama aku tertidur dalam pelukan Jacob yang menghangatkan. Saat aku terbangun, hari itu sudah pagi. Aku yang seperti linglung, hanya bisa mengerjapkan kedua mataku berapa kali untuk memastikannya.“Selamat pagi, putri tidur. Apa tidurmu nyenyak?” Senyuman cerah Jacob berikan padaku ketika aku telah sadar sepenuhnya jika kini posisiku telah tertidur di lengan kokoh milik Jacob dalam posisi terduduk. “Sudah pagi? Apa kau terjaga semalaman dan menjagaku, Jacob?” Aku bertanya memastikan.“Bagiku sudah cukup hanya dengan melihatmu tidur dalam pelukanku,” sahutnya santai. Mendengar jawabannya tentu saja membuatku menjadi malu seketika.“Kau masih saja malu pada suamimu sendiri,” komentarnya menggodaku.“Bagaimana dengan para pengawal? Kenapa mereka belum kembali menjemput kita, Jacob?” aku bertanya mengalihkan perhatian.“Dua dari mereka telah terbunuh dalam serangan semalam, itulah sebabnya Mario akan menjemput kita setelah keadaan benar-benar aman.”“A-apa?? Dua pengawal kita
Sesampainya di rumah sakit terdekat, Jacob langsung di tangani oleh dokter dan pihak medis lainnya. Mereka pun langsung mengambil tindakan operasi darurat saat itu juga. Kondisiku yang hamil dan tampak lemah, membuat pihak medis juga memeriksa keadaanku, namun aku menolak dengan alasan aku tak mengalami luka apa pun dan baik-baik saja. Saat ini yang paling aku khawatirkan adalah kondisi suamiku sendiri. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Saking panik dan takutnya hingga membuatku tak bisa berhenti untuk menangis. Kini aku duduk di kursi ruang tunggu operasi dengan terus menangis, tempat di mana Jacob sedang berjuang antara hidup dan matinya. Hingga tanpa kusadari seseorang mendekatiku dan kini duduk di sebelahku.“Kau boleh menangis di bahuku jika kau mau, Lucy,” ucapnya lirih mengejutkanku.Aku palingkan wajahku menatap sosok itu dengan pandangan nanar yang penuh air mata. Pria itu kini menatapku dengan tatapan sendu. Dan aku baru menyadari jika aku sempat melupakan sosok
Mansion Noel’sSetelah dua hari berada di rumah sakit, aku dan Jacob kini berada di mansion Daniel. Awalnya Jacob sudah sangat jelas menolak, akan tetapi karena Jacob tak mau melepasku begitu saja di mansion Daniel tanpa dirinya, ia lebih memilih mengalah. Kondisi Jacob yang masih dalam pemulihan pasca luka tembak, membutuhkan waktu untuk benar-benar pulih, dan selama itu pun aku merawatnya.“Jika bukan karenamu, aku tak akan mau tinggal di tempat ini!” Jacob mengumpat ketika aku merawatnya setelah keluar dari rumah sakit.“Untuk sesaat bisakah kau melupakan dendammu? Aku tahu kau membencinya, tapi tanpa dia kita tak akan selamat, Jacob,” aku mencoba menjelaskan dengan hati-hati.“Percayalah padaku, untuk saat ini kita aman di sini. Jika kondisimu sudah pulih, aku akan ikut bersamamu ke mana pun.” Aku menggenggam lembut tangannya berusaha meyakinkan.Jacob menatapku lemah, satu tangannya membelai wajahku. “Ini bukanlah luka tembakku untuk yang pertama, namun sekarang aku memilikimu
"Kenapa kau cepat sekali pergi? Kau belum pulih benar dari luka tembakmu, Jacob.” Aku berusaha menghalangi Jacob ketika ia mengatakan ingin pergi malam itu setelah dua malam kami bermalam di mansion milik Daniel. “Aku harus secepatnya menyelesaikan urusanku dengan George White, agar dia tak bisa semena-mena padaku lagi, Lucy.” “Aku tahu, tapi apakah harus secepat ini? Kau masih terluka, apakah harus terburu-buru seperti ini?” aku memprotes tak setuju. Kini Jacob menatapku dalam, ia membawa tubuhku dalam dekapannya. “Maafkan aku, Sayang. Aku harus pergi. Walaupun ini berat untukku, tapi aku tak memiliki pilihan lain. Aku sudah mempercayakanmu pada Daniel selama aku tak bisa menjagamu.” “Maksudmu?” aku menatapnya bingung. “Ya, selama aku tak ada, kau tetaplah di sini bersama dengan Daniel Noel. Aku yakin tempat inilah tempat yang paling aman untukmu saat ini. Daniel akan menjagamu sama seperti hidupnya,” terang Jacob padaku. “Lalu bagaimana denganmu sendiri? Aku tak mau kau terluk
“Bagaimana bisa seorang mantan istri kedua tinggal di rumah Daniel?! Sungguh tidak adil! Aku harus segera membuat perhitungan pada wanita itu!” Helen berteriak marah saat tahu dari mata-matanya jika kini Lucy tinggal di mansion Daniel Noel.Maka hari itu Helen pun memberanikan diri menuju ke mansion Daniel, karena ia tahu siang ini Daniel pasti ada di Noel Corp. Sesampainya di mansion Daniel, seperti biasa baru sampai gerbang, ia sudah dihadang oleh para pengawal Daniel yang berjaga di depan mansion.“Anda dilarang masuk ke mansion, Nyonya Helen,” tegur salah seorang pengawal yang langsung mencegah Helen masuk.“Hey, apa kalian sinting!? Bagaimana seorang Nyonya besar dilarang masuk ke mansion milik Daniel sedangkan mantan istri keduanya diperbolehkan tinggal!” Helen berseru marah.“Itu semua atas perintah Tuan Daniel, Nyonya. Kami hanya melaksanakan perintah,” sahut sang pengawal.“Bulshit!! Jika aku tidak diperbolehkan masuk panggil wanita licik itu kemari! Aku harus membuat perhi
Mansion Noel’s“Kau tidak apa-apa? Tidak terjadi sesuatu padamu kan?” Siang itu aku dikejutkan saat Daniel pulang lebih awal dari biasanya dan mendatangiku dengan raut wajah cemas.“Aku tidak apa-apa. Memang kenapa kau terlihat khawatir sekali, Daniel?” aku bertanya bingung.“Bukankah tadi Helen ke sini, aku pikir dia datang untuk mengganggumu,” ujar Daniel.“Ya, aku tahu, memang dia tadi sempat datang dan berteriak padaku untuk keluar, tapi aku tidak memperdulikannya. Lagipula para pengawalmu telah menghalangi Helen untuk masuk tadi, jadi kau tak seharusnya cemas,” aku menjelaskan.“Syukurlah kalau begitu. Aku takut kau terpancing dengan kedatangannya. Aku tak mau dia menyakitimu lagi.” Daniel bernafas lega.“Lagi? Apa maksudmu kau tahu jika Helen selalu berniat jahat padaku, Daniel?” aku bertanya penasaran.“Ya, aku sudah tahu semuanya. Kejahatannya yang selama ini dia lakukan padamu dan anak kita yang belum sempat lahir, dan juga penculikanmu di rumah pantai waktu itu. Semua tak le
Sudah berapa kali aku bermimpi yang sama setiap malam. Walaupun di tempat yang berbeda tapi aku yakin jika anak kecil yang ada dalam mimpiku adalah anak kecil yang sama, dan sejak itu pun hampir setiap malam Daniel berjaga di dalam kamarku. Daniel Noel tahu batasannya, walaupun kami di dalam kamar yang sama tetapi Daniel tidur di sofa yang tak jauh di ranjang tempatku tertidur. Setiap kali ia hendak mendekatiku pun ia berkali-kali meminta maaf. Sikapnya yang demikian tentu saja membuatku semakin bersimpati padanya. Daniel menghormatiku sebagai istri dari saudara tirinya, kasih sayang dan perhatian yang diberikannya hanya wujud rasa tanggung jawab karena kini keadaanku sedang hamil, itu yang ada di mataku. “Nyonya, silakan minum jus ini untuk Anda,” seorang maid memberikan segelas jus untuk aku minum pagi itu. “Terima kasih, tapi aku tidak memintanya,” aku berkata. “Minum jus buah di pagi hari sangat baik untuk wanita hamil, Nyonya,” gadis muda itu tersenyum meyakinkanku. “Baiklah,”
“Jerome??” Laura terkejut setelah menyadari pria yang paling dihindarinya tiba-tiba ada di hadapannya saat ini.Pria tinggi besar berparas maskulin dengan jambang tipis bernama Jerome itu mengalihkan pandangannya pada Alex yang tetap tampak tenang seolah tak terpengaruh sama sekali dengan kehadirannya.“Jadi kau teman kencan Laura yang baru?!” sergahnya dengan tatapan tajam yang menusuk, tersenyum mengejek pada Alex.Alex tak menjawab, ia tak bereaksi apa pun. Dengan sikap cueknya Alex meminum gelas berisi minuman yang sudah dipesannya. Merasa kesal tak ditanggapi, Jerome melotot pada Alex sembari memukul meja dengan keras.Brakk!!“Hey, aku sedang bertanya padamu, pengecut?!” Jerome berkata keras hingga menarik perhatian orang yang ada dalam restoran itu.“Jerome?! Jaga bicaramu di tempat seperti ini! Siapa pun dia, kau tak berhak berkata kasar padanya!” Laura memperingati.“Kau selesaikan urusanmu dengan pria ini, Laura. Aku pergi, terima kasih kau sudah mentraktirku.” Alex bangkit d
Ellyzabet Smith memang sudah tak lagi bersamanya, akan tetapi Alex tetap merasa kalau Ellyzabet selalu ada bersama dengannya, tepatnya di hatinya. Seperti sekarang ini, Alex begitu menikmati malam-malamnya di Paris meskipun seorang diri. Puas menikmati malam di tempat itu, Alex pun melangkah untuk pulang menuju ke apartemen yang disewanya selama tinggal di Paris untuk menenangkan diri. Jarak yang tidak terlalu jauh membuat Alex hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke apartemennya. Namun, di tengah jalan Alex melihat seorang pria yang berlari kencang dari arah berlawanan dengan membawa sebuah tas wanita. Merasa ada yang aneh, tanpa banyak berpikir Alex sengaja membuat pria itu jatuh tersandung kaki Alex, lalu dengan gerakan cepat Alex langsung mengambil tas dari tangan sang pria.Bruk!! “Arght! Sialan!” pria itu mengumpat, jatuh tersungkur tak jauh di dekat Alex.Beberapa detik kemudian, seorang wanita muda tampak berlari dengan wajah pucat.“Tolong! Tasku! Pria itu mengambil tasku!
“Kau bajingan sialan, Brian Noel!! Akan aku pastikan setelah ini aku akan menghancurkanmu!” Teriakan seorang pria di sebuah ruangan tertutup dan kedap suara terdengar lantang. Pria tersebut baru saja menjalani rangkaian pemeriksaan oleh beberapa orang dari lembaga penegak hukum.Pria yang tak lain adalah Antony Buggs itu terus mengumpat tanpa henti. Ia benar-benar tak menyangka jika hanya dalam waktu semalam dirinya kini sudah berada di dalam ruangan yang mirip seperti penjara. Antony sudah menghubungi pengacara terbaik untuk mengurus kasusnya. Namun, selama kasusnya masih belum ditangani, selama itu pun setiap gerak-gerik Antony akan selalu diawasi. Seperti sekarang ini, ia harus bermalam di ruangan dingin tanpa fasilitas apa pun di dalamnya. Bagi Antony tempat itu tentu saja sama halnya dengan penjara. Brian Noel telah menghancurkan nama baiknya sebagai seorang Antony Buggs.Antony yakin dirinya dapat lolos dari jeratan hukum yang dituduhkan Brian Noel padanya, akan tetapi fakta istr
Suara langkah kaki terdengar masuk di sebuah ruangan perawatan rumah sakit, sosok itu mendekat ke ranjang pasien di mana seorang wanita terbaring lemah. Kedua mata wanita itu masih terpejam masih dalam pengaruh obat bius setelah operasi yang baru saja dijalaninya. Kini sosok pria yang tak lain adalah Brian Noel itu bisa lebih dekat melihat wajah wanita yang baru saja melahirkan bayi dalam kondisi prematur akibat pendarahan yang dialaminya. Jari tangan Brian menyentuh lembut wajah April yang terlihat pucat. Netra birunya menatap sendu April dengan tatapan penuh cinta. “Maafkan aku karena terlambat menyelamatkanmu, April,” sesal Brian lirih tanpa melepas pandangannya pada wajah cantik April yang tampak pucat.“Seandainya aku datang lebih awal, mungkin kau tidak harus mengalami kejadian seperti ini. Tetapi aku bersyukur kau dan bayimu selamat. Dia cantik sepertimu, April Spencer.” Brian mengulum senyuman diagonalnya sebagai wujud rasa syukur.Brian tak ingin melepaskan genggaman tangann
Antony melangkah di mana beberapa pria berseragam menunggunya di ruang depan mansion. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan semua?” sapa Antony dengan senyuman penuh percaya dirinya.“Maaf, Mr. Buggs mengganggu waktu Anda. Kami datang ke sini untuk memeriksa segala aset dari perusahaan yang Anda miliki,” salah satu pria berseragam itu memberitahu dengan gaya formalnya.“Memeriksa? Apa maksudnya Anda semua datang ke sini karena mencurigai saya melakukan sesuatu yang ilegal, begitu?” “Bisa dikatakan seperti itu. Kami harap Anda mau bekerja sama dan tidak mempersulit penyelidikan yang akan kami lakukan.”Antony tersenyum sinis, ia menatap satu persatu dari tiga orang pria berseragam yang berdiri di hadapannya dengan pandangan angkuh. “Siapa yang berkuasa di sini? Aku atau kalian semua? Kalian tak memiliki wewenang apa pun untuk melakukan penyelidikan kepadaku!” tegas Antony menolak keras.“Aku yang memiliki wewenang di sini!” Tiba-tiba seseorang menyahut dari luar ruangan, suaranya terdengar
"Antony? Kau sudah pulang?” April terlihat cukup terkejut melihat suaminya pulang lebih cepat dari biasanya. Ekspresi Antony terlihat berbeda, dingin dan garang. Melihat hal itu membuat April merasa takut apalagi saat Antony mendekati dirinya. “A-antony, ada apa?” Secara refleks April pun mundur menghindar dari Antony yang menghampirinya dengan tatapan tajam.“Jawab jujur pertanyaanku, April Spencer. Apa kau masih mencintai, Brian Noel?”“A-apa??” April tergagap, ia menatap takut sekaligus bingung dengan sikap Antony yang tiba-tiba menanyakan hal tak terduga seperti itu padanya. Sejak kapan Antony tahu hubungannya dengan Brian Noel? Atau apakah selama ini Antony sudah tahu, namun ia berpura-pura diam dan tak tahu apa-apa? Jika benar, lalu apa maksudnya? Banyak pertanyaan dalam benak April saat ini. “Sekali lagi jawab pertanyaanku ini sekarang, apa kau masih mencintai mantan kekasihmu itu?” Antony bertanya kembali dengan sikapnya yang menyudutkan.“Bagaimana kau bisa berpikir dan be
"Mr. Noel saya sudah mendapatkan semua data dari Antony Buggs seperti yang Anda minta.” Seorang ahli IT kepercayaan Brian memberitahu lewat sambungan telepon langsung pada Brian.“Bagus! Segera kirim semua datanya ke emailku sekarang!” perintah Brian.“Baik, Mr. Noel.” Suara dari seberang itu menyahut sebelum sambungan panggilan itu terputus.Brian mempelajari semua file dan data mengenai Antony Bugss yang dikirimkan oleh ahli IT kepercayaannya. Setelah ia mempelajarinya, kini Brian tahu apa saja yang sudah dilakukan oleh rivalnya itu selama beberapa tahun belakangan. Dan mengapa perusahaan milik Antony menganggap Noel Corporation adalah saingan bisnisnya.“Aku tak menyangka kau banyak melakukan cara ilegal dalam semua bisnis yang kau lakukan, Antony Buggs,” gumam Brian serius.Kini Brian kembali fokus memikirkan nasib dari April. Brian sangat yakin jika anak yang dikandung April adalah anaknya, benih darinya. Dugaannya semakin yakin setelah Brian menyelidiki berapa umur kehamilan Apr
Cukup! Hentikan Brian! Apa yang sebenarnya yang kau inginkan?!” April berkata cukup keras merasa tersudutkan. “Tinggalkan Antony! Itu yang aku inginkan!” tegas Brian serius. “Apa?? Apa kau sudah hilang akal, Brian? Dengan menyuruhku untuk meninggalkan suamiku sendiri dalam keadaan hamil seperti ini?” balas April tajam. “Satu hal yang harus kau tahu, Antony Buggs bukan pria baik-baik! Dia menikahimu dengan satu tujuan, itu yang pasti!” April mencebik, “Apa kau sadar mengatakan keburukan pria yang sudah menjadi suamiku, Brian? Tolong jangan ganggu hidupku lagi. Kau sendiri yang waktu itu mengatakan perpisahan kita, jadi aku mohon berhentilah menggangguku. Urus saja baik-baik kekasihmu yang bernama Rebecca Cruz itu!” Nada suara April terdengar meninggi. “Apa yang kau katakan, kekasihku? Rebecca Cruz?” “Ya, bukankah wanita itu adalah kekasihmu? Kalian menjadi pasangan di pesta waktu itu, bukan?” April berpendapat. “Tunggu, apa kau cemburu, April Spencer?” Brian bertanya memancing d
Brian seperti disambar petir saat mendengarnya. Ia seperti mimpi rasanya mendengar kata ‘hamil’. April Spencer kini telah hamil, anak dari pria yang belum lama menjadi suaminya? Rasanya waktu begitu cepat berlalu, hingga Brian nyaris tak percaya jika wanita yang dicintainya benar-benar telah menjadi milik orang lain dan bahkan akan memiliki seorang anak dalam pernikahan mereka.Melihat reaksi Brian yang syok membuat Antony tersenyum penuh kemenangan. Ia sangat tahu, jika April Spencer adalah kelemahan Brian Noel. Pewaris perusahaan Noel Corporation itu sangat jelas terlihat tak bisa menerima kenyataan. Wanita yang dicintainya kini telah hamil, dan itu jelas akan menjadi satu senjata ampuh yang berhasil Antony hunuskan tajam kepada Brian Noel. Putra sulung dari Daniel Noel itu kalah telak sekarang, kini Antony Buggs selangkah lebih maju darinya.“Sekarang kau sudah tahu, silakan pergi dari mansionku, Brian Noel. Kau tidak diterima di sini!” Dengan angkuh Antony memerintah penjaga mansi