POV Soraya"Gimana ini, Cyn? Kita kehilangan jejak papa kamu," ujarku sembari memandang pasrah pada Cynthia yang juga terlihat geram karena sang Papa yang mengaku hendak jalan jalan ke pasar menghirup udara segar pasca keluar dari penjara nyatanya malah pergi dengan seorang perempuan lain yang bukan mamanya. Entah ke mana."Kita pulang aja, Ma. Terus kita bawa aja barang barang yang ada. Kita pergi dari rumah. Malas aku ketemu Papa lagi. Papa pembohong ternyata!" jawab Cyntia sembari memandang geram ke arah pergi dan berlalunya sang papa.Aku menoleh dan menatap kaget wajah Cyntia. Pergi dari rumah? Uang hasil penjualan mobil kemarin hanya empat puluh juta rupiah mengingat surat menyurat tidak lengkap.Lalu haruskah kami kembali tinggal di rumah kontrakan sementara Mas Alex mendapatkan rumah milik Mas Arif? Enak sekali dia. Aku yang capek nipu sana nipu sini, eh suami narapidana itu yang panen!"Nggak, Sin! Masa Mama harus pergi dari rumah itu! Masa iya mama yang capek capek nipu Om A
POV AlyaTak terasa sudah dua bulan berlalu sejak aku mengelola butik pakaian muslimah milik ibunda Pak Arga ini.Aku bersyukur karena sejauh ini pekerjaan ku baik dan Bu Dewi, ibunda Pak Arga sangat puas dengan hasil kerjaku membesarkan cabang butik ini.Surat perceraian ku dengan Mas Arif yang pada saat sidang tak sekali pun di hadiri laki oleh laki itu pun akhirnya keluar juga. Oleh sebab Mas Arif tak datang dari sejak pertama sidang meski panggilan telah dilayangkan ke alamatnya, surat cerai pun akhirnya keluar dengan lebih cepat. Aku bersyukur dengan begini, artinya aku dan Mas Arif telah benar benar berpisah dan tak ada lagi hubungan suami istri yang saling mengikat di antara kami.Sekarang aku bebas melakukan apa saja tanpa perlu merasa takut lagi pada laki laki itu.Mas Arif sendiri, sering kali mampir ke butik ini karena katanya hendak bertemu denganku, tapi aku yang merasa tak ada urusan apa apa lagi dengannya, meski kemarin masih terikat status perkawinan dengan laki laki i
POV Alya Bukan cacian dan celaan yang kudapatkan dari mereka melainkan pujian karena aku telah berhasil mengembangkan usaha ini hingga dalam waktu dua bulan, target pencapaian yang ditetapkan oleh Bu Dewi berhasil aku capai bahkan melebihi dari yang diinginkan."Sama sama, Bu. Alhamdulillah kalau kinerja saya tidak mengecewakan Ibu dan Pak Arga. Semua ini bisa tercapai tentu karena bimbingan dari Ibu dan beliau yang tak bosan bosan mengarahkan saya supaya bisa mengelola butik ini dengan baik, Bu.""Makasih banyak ya, Bu. Ibu sudah memberikan kesempatan bagi saya untuk bisa mengasah kembali kemampuan saya mengelola butik ini dengan maksimal sesuai yang kita inginkan," jawabku.Bu Dewi menganggukkan kepalanya lalu kembali tersenyum."Sama sama, Alya. Ibu juga makasih sudah dibantu. Oh ya, maaf, Alya ... bolehkah Ibu bertanya sesuatu hal yang cukup pribadi?" tanya Bu Dewi tiba tiba sambil matanya menatap penuh padaku."Bertanya hal pribadi? Apa itu, Bu?" Aku mengernyitkan kening."Hmm .
POV Arif "Gimana, Rif? Kamu sudah berhasil ketemu sama Alya belum? Kok sampai sekarang kamu belum berhasil membawa istrimu itu kembali ke rumah kita?" tanya Ibu saat aku kembali ke kontrakan tanpa mendapatkan hasil apa apa sebab berkali kali hendak menemui Alya di butik tempat dia bekerja saat ini, dia tak ada di tempat, kata para pegawainya sedang ada urusan di luar.Entah benar atau tidak, tapi yang pasti aku tak berhasil bertemu dengannya walau pun sudah memaksa masuk sebab para pegawai butik tersebut selalu menghalang halangi ku saat aku hendak masuk ke dalam ruang kerja istriku itu.Ya, istriku. Sebab aku yakin, kalau aku bisa bertemu dengan Alya dan meminta maaf padanya karena telah mengusir nya dari rumah kemarin, aku yakin hatinya pasti luluh juga.Bagaimana pun juga aku adalah bapak dari putrinya. Dia pasti akan senang bila aku kembali lagi padanya sebab putrinya tak perlu punya bapak tiri jika aku bersedia kembali lagi padanya. Lagipula aku tak yakin dia ada hubungan spesia
POV Alya "Gimana, Alya? Apa kamu bersedia mempertimbangkan permintaan Ibu ini?" tanya Bu Dewi kembali ketika melihatku diam saja mendengar permintaannya tadi.Meski jujur aku akui aku merasa tersanjung dan bahagia mendengar apa yang Bu Dewi sampaikan ini, tapi ada sedikit rasa ragu untuk menerimanya sebab aku sadar bagaimana pun juga aku dan Pak Arga beda jauh soal status dan kasta.Aku janda anak satu sementara beliau masih bujangan ting ting. Aku berasal dari keluarga dengan ekonomi biasa biasa saja bahkan cenderung lemah, sementara beliau berasal dari keluarga kaya.Aku takut perbedaan ini akan menimbulkan masalah di kemudian hari."Tapi, Bu ... saya ini janda satu anak. Saya juga berasal dari keluarga biasa biasa saja. Apa Ibu yakin meminta saya untuk menjadi pendamping hidup Pak Arga seperti ini, Bu?" tanyaku dengan sedikit perasaan ragu.Bu Dewi tersenyum mendengar keraguanku."Kalau soal itu nggak usah kamu khawatirkan, Alya, sebab sebelum Ibu mengutarakan keinginan Ibu ini pa
POV Alya "Mbak Maya ...? Yuni ... ? Ngapain kalian ke sini?" tanyaku kaget dan tak nyaman saat melihat mereka berjalan mendekatiku dengan senyum lebar terkembang di bibir.Meski begitu, aku berusaha untuk tetap tenang, karena aku yakin aku pasti akan bisa membela diri bila mereka berbuat yang tidak tidak padaku sebab di butik ini aku tidaklah seorang diri. Ada karyawan yang siap sedia membantu bila aku terancam bahaya. Pun ada Bu Dewi yang masih berada di sampingku saat ini."Alya, apa kabar adik ipar Mbak tersayang? Kamu makin cantik saja sekarang ya. Mbak nggak nyangka deh kamu bisa berubah secepat ini. Makin glowing dan langsing aja sekarang. Pantes Arif klepek klepek sama kamu dan ingin balikan lagi sama kamu. Ternyata sekarang kamu cantik banget he ... he ... he ...""Arif beruntung banget punya istri seperti kamu, Alya. Oh ya ... kamu sekarang kerja di sini ya? Kayla mana? Tinggal sama siapa dia kalau kamu bekerja?" tanya Mbak Maya pura pura ramah tanpa menghiraukan pertanyaan
POV Alya"Apa Mbak? Mas Arif sayang sama Kayla? Nggak salah dengar aku Mbak?""Selama ini Mas Arif nggak pernah mengakui Kayla sebagai putrinya. Dia tega mengusir aku dan Kayla dari rumah Ibu tanpa bekal apa apa, padahal tahu kalau Kayla masih bayi dan aku juga nggak punya pekerjaan!""Lalu sekarang Mbak bilang Mas Arif sayang sama Kayla? Sayang dari mana, Mbak? Kalau sayang, apa mungkin Mas Arif tega mengusir kami dari rumahnya? Sayang apa kalau dia nggak memikirkan anak dan ibunya yang diusir dari rumahnya tanpa bekal apa apa apa?""Untung aja ada Sinta yang bersedia memberi aku tumpangan tempat tinggal dan membantu aku meminjami uang untuk kebutuhan hidupku. Jadinya aku bisa seperti sekarang. Kalau nggak, gimana nasibku dan Kayla, Mbak?""Sinta juga yang membantu aku mencari pekerjaan sehingga akhirnya aku bisa kerja di butik ini.""Lalu tiba tiba sekarang Mas Arif bilang dia sayang dan memikirkan Kayla? Mbak pikir aku anak kecil yang bisa dibodohi seperti ini? Mbak pikir aku amnes
POV Arif"Gimana, Mbak? Ketemu sama si Alya?" tanyaku penasaran begitu aku melihat Mbak Maya dan Yuni kembali dari luar. Barusan ke dua saudariku itu pamit hendak menemui mantan istri ku itu di butik tempat dia bekerja.Otomatis saat mereka berdua pulang, aku pun gegas menyambut di depan pintu dan tak sabar lagi ingin tahu apa hasil dari mereka mendatangi Risma hari ini.Setali denganku, Ibu pun tampak tak sabar menghadang di depan pintu, berharap kabar baik yang kami dapatkan. Alya, istri yang pernah aku buang, bersedia kembali ke sisiku untuk membantu meningkatkan ekonomi keluarga ku dan membantu Ibu mengurusi masalah pekerjaan rumah di rumah ini.Melihat ku sudah menunggu dengan tak sabar di depan pintu, Mbak Maya pun menganggukkan kepalanya tetapi kemudian menghembuskan nafasnya."Mbak sama Yuni berhasil ketemu sih, Rif. Tapi ... istri kamu itu belagu banget! Nggak mau Mbak suruh rujuk sama kamu! Alasannya katanya kamu mana ada sayang sama Kayla. Apalagi sekarang ini dia sudah pun
Setelah percakapannya dengan Bu Dewi yang membuat hatinya panas, Anggi melangkah keluar dari butik dengan wajah muram. Pikirannya terus memutar ucapan Bu Dewi tentang Alya, calon menantu sederhana yang telah merebut hati Arga. Tidak mungkin dia membiarkan perempuan seperti itu memenangkan segalanya.Sambil masuk ke mobilnya, Anggi mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu anak buah kepercayaan papanya yang sering dia minta jasanya untuk membantunya menyelesaikan berbagai urusan pribadinya."Hallo, Pak Rendi. Bisa bantu saya dengan sesuatu?" ujar Anggi dengan nada dingin namun penuh maksud."Tentu, Nona Anggi. Ada yang bisa saya lakukan?" balas suara pria paruh baya di seberang."Saya ingin Anda menyelidiki seseorang. Namanya Alya. Katanya dia bekerja sebagai pengelola butik Bu Dewi, ibunya Arga. Saya butuh semua informasi tentang dia. Masa lalunya, keluarganya, apa pun yang bisa Anda temukan. Secepatnya," perintah Anggi tegas."Baik, Nona. Saya akan segera mencari informasinya,"
POV Author"Tante, Apa kabar?" tanya Anggi sembari melangkahkan kakinya dengan jumawa mendekati sosok Bu Dewi yang tengah mengecek persediaan barang di butik miliknya tersebut.Mendengar suara seseorang bertanya kabarnya, sontak Bu Dewi pun membalikkan badannya dan terkejut saat mendapati sosok putri sahabatnya yang dulu dia ketahui sebagai teman dekat Arga meski Bu Dewi tak tahu persis sebatas mana hubungan mereka itu, tengah memandang ke arahnya sembari menyunggingkan senyum manis."Ang-Anggi? Kamu Anggi, kan? Putrinya Herman?""Kapan kamu pulang dari Australia, Sayang? Alhamdulillah kabar Tante baik. Kabar kamu sendiri gimana?" sambut Bu Dewi ramah sembari balas tersenyum pada sosok gadis cantik di depannya itu."Kabar aku baik baik aja, Tante. Oh ya, ini butik Tante ya? Makin gede dan maju aja, Tan. Mau dong Anggi kerja sama Tante, soalnya Anggi belum ada kerjaan nih setelah lulus kuliah kemarin, Tan," ucap Anggi pura pura ingin melamar pekerjaan di butik milik Bu Dewi padahal dal
POV AuthorUsai mengantarkan ibunya kembali ke kantor pusat, Arga pun kembali menuju ke kantornya sendiri. Namun, baru saja membuka pintu ruangan kerjanya, netranya sudah disuguhkan pemandangan yang membuatnya tak suka. Seorang perempuan muda berwajah cantik namun berpakaian kurang bahan, telah menunggunya di sofa ruang tamu.Melihat kedatangannya, wanita itu reflek bangun dari tempat duduknya lalu berjalan dengan langkah kaki gemulai dan bibir menyunggingkan senyum menggoda mendekati sosok Arga yang memandang dengan rahang mengeras karena tak mengira perempuan yang barusan meneleponnya tadi dan tidak dia angkat itu ternyata sudah menunggunya di ruang tamu ruangan kerjanya. Benar benar tak paham dengan penolakan yang dia berikan barusan."Mas Arga? Kamu dari mana? Kok telpon dariku nggak kamu angkat? Kenapa sih? Kamu sibuk banget ya sampai sampai nggak sempat angkat telepon dari aku?" tanya Anggi dengan suara manja sembari tanpa malu malu lagi langsung melingkarkan kedua tangannya di
Pov Alya"Gimana, Al? Arif masih gangguin kamu dan Kayla?" tanya Pak Arga saat siang ini mengantar Bu Dewi mengecek butik cabang yang sekarang aku kelola karena konon mobil Bu Dewi sedang masuk bengkel karena ada sedikit kerusakan.Aku menggelengkan kepala lalu tersenyum lega."Alhamdulillah enggak, Pak. Mas Arif nggak ganggu lagi. Semoga selamanya begitu ya, Pak. Aamiin," jawabku lega karena sejak pindah ke rumah baru, Mas Arif memang tak lagi bisa menggangguku.Setelah pindah ke rumah baru, aku memang memperkerjakan dua orang satpam yang bertugas menjaga rumahku selama dua puluh empat j setiap hari agar mantan suamiku itu tak bisa lagi mendekatiku atau pun Kayla, sehingga sejauh ini kami pun aman dari gangguannya."Lho ... kok manggilnya Bapak sih, Al? Mas dong. Kan kalian sebentar lagi mau menikah. Masak masih manggil bapak ke Arga?" sela Bu Dewi tiba tiba sambil menatapku.Mendengar perkataan ibunya tersebut, Pak Arga juga refleks menatap ke arahku dengan pandangan bertanya, semen
POV Arif"Gimana ini, Rif? Alya kayaknya beneran nggak balik balik lagi ke rumah ini. Jangan jangan dia udah nggak tinggal di sini lagi? Nggak mungkin soalnya dia mau lama lama di rumah sakit kalau pun Kayla sakit. Ini sudah hampir dua mingguan soalnya. Nggak mungkin demam biasa seperti Kayla itu mau dirawat lama lama di rumah sakit, Rif.""Jangan jangan Alya memang nggak tinggal di sini lagi, Rif. Kalau iya, tinggal di mana ya? Apa pindah kontrakan ke tempat lain? Terus kalau gitu gimana? Kita datangi aja ke butiknya atau gimana?" tanya Mbak Maya saat keesokan paginya kami kembali ke kediaman Alya dan lagi lagi menemukan rumah itu kosong tanpa terdengar keberadaan Kayla dan pengasuhnya sama sekali di rumah itu.Aku menghembuskan nafas mendengar perkataan Mbak Maya itu."Iya, Mbak. Kayaknya sih dia pindah kontrakan. Tapi kenapa ya? Apa karena kemarin Kayla kita culik terus jadinya dia pindah kontrakan supaya kita nggak bisa culik dia lagi gitu? Ha ha ha, kecele dia kalau begitu! Dia p
POV ArifDengan nekad dan berusaha mengumpulkan keberanian, aku, Mbak Maya dan Yuni pun kemudian mengendap endap mendekati rumah kontrakan Alya dan mengetuk pintunya dengan cukup keras saat sudah sampai di depan teras. Berharap Alya yang keluar supaya bisa langsung kami eksekusi.Namun, dari dalam tak terdengar suara siapa siapa sehingga kami pun hanya bisa saling pandang dengan ekspresi bingung. Jangan jangan benar, saat ini Alya tengah berada di rumah sakit karena kondisi Kayla yang mungkin sakit beneran akibat aku culik kemarin sehingga Alya harus menginap di sana?Berpikir begitu aku pun membuka mulutku."Gimana ini, Mbak? Kayaknya di dalam emang nggak ada siapa siapa. Mungkin bener Kayla dirawat di rumah sakit, Mbak. Sekarang gimana? Apa kita datang lagi aja besok, mana tahu Alya udah pulang dan bisa kita culik, Mbak?" kataku.Mbak Maya pun menganggukkan kepalanya tanda setuju."Iya, gitu aja deh! Besok kita ke sini lagi aja. Soalnya kalau ke tempat kerjanya kan jauh. Lagi pula
POV Arif "Mbak, kok sepi ya? Dari tadi nggak ada tanda tanda Alya keluar dari rumah itu. Terus suara si Kayla dan pengasuhnya juga nggak kedengaran. Apa jangan jangan mereka lagi pergi ya?" tanyaku pada Mbak Maya yang berada tepat di depanku. Saat ini kami tengah berada di balik tembok pembatas yang memisahkan jalan setapak di sebelah rumah kontrakan Alya dan temannya itu dengan rumah kontrakan yang mereka huni tersebut. Mendengar pertanyaanku, Mbak Maya terdiam sesaat sebelum kemudian membuka suaranya. "Iya, Rif. Sepi ... Alya juga nggak kelihatan dari tadi keluar dari kontrakan itu. Apa jangan jangan dia nggak kerja ya? Atau jangan jangan sakitnya Kayla lumayan parah sehingga harus nginap di rumah sakit segala?" "Duh, nggak ada petunjuk sama sekali ini. Tapi kalau Alya bener bener nggak keluar dari rumah itu, artinya ada sesuatu yang sedang terjadi, Rif. Tapi apa Mbak juga nggak tahu? Apa Kayla sakit parah sehingga harus dirawat di rumah sakit ya?" "Duh, gimana ini? Sudah satu
POV Arif "Apa, Pak? Saya dipecat? Tapi salah saya apa, Pak? Tidak berkompeten? Tidak di inginkan lagi di perusahaan ini? Yang benar saja, Pak?" "Sudah bertahun tahun saya bekerja di perusahaan ini, tapi mengapa baru kali ini saya dibilang tidak kompeten? Sebenarnya salah saya apa, Pak?" Aku benar benar tak mampu menguasai diri hingga mencecar Pak Alex dengan seribu pertanyaan yang melanda hatiku saat ini. Bagaimana bisa Pak Alex mengatakan aku tak berkompeten dan tak diinginkan lagi berada dalam perusahaannya setelah bertahun tahun aku justru sudah mendedikasikan diriku di perusahaan ini. "Ya, Pak Arif sudah tidak kompeten lagi untuk kami pekerjakan di perusahaan ini. Perusahaan ini butuh orang orang yang total dalam bekerja. Cerdas dan berkemampuan. Sementara saya perhatikan dua atau tiga bulan terakhir ini, Pak Arif malas malasan dalam bekerja." "Pak Arif seperti orang yang punya masalah pribadi sehingga datang ke kantor dalam keadaan tidak fresh dan tertekan. Bapak juga tidak
POV AlyaAku baru saja tiba di kantor saat ponselku bergetar. Ternyata telepon dari Yanti, asisten rumah tanggaku. Berharap mendapatkan kabar baik soal keberadaan putriku yang saat ini masih berada di tangan Mas Arif, aku pun gegas mengangkat panggilan tersebut.Benar saja, saat aku terima panggilan darinya, ternyata Yanti memang mengabarkan tentang kepulangan Kayla yang barusan saja diantar oleh Mas Arif ke rumah."Bu, alhamdulilah ... adik udah dipulangkan sama Pak Arif, Bu. Barusan aja ... sekarang adik ada di rumah. Tapi badannya agak panas sih, Bu. Apa Ibu bisa pulang sebentar untuk belikan adik obat penurun panas?" ucap Yanti yang membuatku seketika merasa lega.Meski pun kata Yanti, Kayla dalam keadaan panas badannya tapi setidaknya putri semata wayangku itu sekarang telah kembali berada di tanganku.Selepas ini aku akan berusaha menjaga Kayla dengan sebaik baiknya. Tak akan kubiarkan Mas Arif mendekatinya lagi dengan alasan apa pun juga bila niatnya hanya ingin melakukan yang