ASSALAMU'ALAIKUM, Selamat Pagi🤗Tetap dukung buku ini dengan VOTE GEM atau ulasan bintang 5 agar menjadi rekomendasi buku buat pembaca GN ya kak. Terimakasih banyak atas bantuannya❤
Aleksei menatap kedua bola mata Luna yang memerah. Tatapan yang selalu muncul disaat kemarahannya memuncak. Seolah ada iblis merasuki wanita itu. Pandangan wanita itu seperti tanpa rasa iba. Perlahan Luna mengangkat tubuh Babon. "Kalau sampai suamiku, anakku dan peliharaanku tak tertolong. Akan kulanggar sumpahku untuk kembali menghirup napas sekarat manusia. Kupastikan manusia biadap yang melakukan ini semua akan mati! Siapapun itu!" teriak Luna dengan suara gemetar. Wanita itu langsung melesat berlari keluar diikuti oleh Aleksei yang mengangkat tubuh Yudha. Dengan kecepatan laju yang sangat cepat, Aleksei menembus jalan raya. Mobil yang dikendarainya meliuk-liuk menyalip kendaraan yang berada di depan. Luna memeluk Yudha dengan air mata yang sudah berhenti mengalir. Yang ada dalam dirinya sekarang adalah bagaimana suami dan peliharaannya segera mendapatkan pertolongan. "Siapa biadap yang telah mengusik ketenangan rumahku?" lirihnya sendirian. Kedua tangan wanita berjilbab hitam i
Aleksei menatap kedua bola mata Luna yang memerah. Tatapan yang selalu muncul disaat kemarahannya memuncak. Seolah ada iblis merasuki wanita itu. Pandangan wanita itu seperti tanpa rasa iba. Perlahan Luna mengangkat tubuh Babon. "Kalau sampai suamiku, anakku dan peliharaanku tak tertolong. Akan kulanggar sumpahku untuk kembali menghirup napas sekarat manusia. Kupastikan manusia biadap yang melakukan ini semua akan mati! Siapapun itu!" teriak Luna dengan suara gemetar. Wanita itu langsung melesat berlari keluar diikuti oleh Aleksei yang mengangkat tubuh Yudha. ***** MOHON MAAF, UNTUK BAB TERAKHIR YANG HARUSNYA BAB 6 seperti di atas,TERTULIS BAB 35, TERJADI KESALAHAN UPDATE ISI BAB. JADI MOHON MENUNGGU SAMPAI EDITOR MEMBANTU UNTUK MENINJAU PERBAIKANNYA. YANG SUDAH BUKA KUNCI TAK PERLU RISAU KARENA ISINYA NANTI AKAN DIGANTI. TERIMAKASIH DAN TETAP TENANG YA LUNA LOVERS🤗❤
Dengan cepat Luna langsung meremas rahang gadis itu. Mulut Karmila mencucu membentuk huruf O. Kedua mata gadis itu melotot bersamaan dengan wajahnya yang memerah. Semua terjadi begitu sangat cepat hingga Karmila seperti kehilangan akal. "Jangan terus pancing kemarahanku. Aku sedang bersusah payah meredam iblis dalam diriku. Suamiku saat ini berjuang hidup, peliharaan kesayanganku sedang sekarat dan anakku tidak kuketahui di mana keberadaannya. Aku masih berdiri sangat tegak seperti ini adalah sebuah keajaiban. Kau kuhormati sebagai sahabat suamiku. Jadi jangan gerakkan bibirmu lagi padaku atau kupatahkan lehermu!" Luna menghempaskan wajah Karmila dengan kasar. Karmila berusaha berdiri tegak. "Kau begitu jumawa. Sadarlah Nyonya Angel yang terhormat. Kau memang membawa kesialan bagi orang yang di dekatmu. Dulu sebelum kau hadir, kehidupanku dan Yudha begitu harmonis dan damai. Tak hanya itu. Kau juga menghancurkan harapan dan mimpi orang lain. Kau wanita pembawa sial!" berang Karmil
Jantung Luna berdebar kencang. Ia tahu apa yang akan Aleksei katakan. Rekaman cctv rumahnya telah diserang secara digital. Itu artinya, sosok itu bukan orang sembarangan. Semua ini pasti sudah terencana."Aku akan perlihatkan wujud Mexzo padamu. Sebentar," ujar Aleksei mengeluarkan tablet dari ranselnya."Aku tak pernah melihatnya. Dia tak pernah membeli senjata padaku," ujar Luna ketika memindai wajah sosok yang tampak di layar."Karena peperangannya adalah otak bukan senjata," timpal Aleksei.Luna memilin jemari bersamaan dengan dingin yang menjalar di seluruh tubuhnya. Bukan karena takut dirinya yang akan kembali bertarung dengan sosok yang misterius itu. Sungguh bukan. Tapi nasib anaknya? Bagaimana anaknya yang masih berusia 3 tahun itu di tangan seorang monster? Monter yang bisa melumpuhkan seekor king kobra dan membuat suaminya tak sadarkan diri."Itu arti
"Angel! Angel!" pekik Aleksei menangkap Luna.Gemetar tangan Aleksei menopang tubuh wanita itu. Keringat justru muncul di dahinya. Jantungnya berdegum begitu sangat kencang. Ia bingung harus bagaimana."Angel! Bangun Angel! Aku tak mungkin memapahmu! Aku akan gila jika melakukannya!"Aleksei memercikkan air di wajah Luna namun nihil. Tampak bibir wanita itu pucat. Ragu, Aleksei perlahan menjulurkan tangannya di dahi Luna. Lalu dengan cepat, lelaki itu menarik tangannya. Hangat."Aaah sial! Wanita ini menyebalkan sekali. Bahkan setelah menyentuh kulitnya, aku merasa melakukan dosa besar. Sekarang aku harus bagaimana? Aku papah ke dalam kamarnya? Kalau Angel tahu, dia pasti akan membunuhku seketika," lanjut Aleksei menggerutu."Angel! Hey sadarlah! Kamu membawaku dalam masalah besar sekarang!"Aleksei kebingungan hingga terdengar suara p
"Lu-luna se-dang bersama Al-aleksei?" tanya Yudha terbata."Ya Bang. Mbak Luna sedang bersama Mas Aleksei. Tadi aku dengar dia memintanya bangun dari lengan suamiku. Mungkin Mbak sedang kelelahan lalu tidur di tubuh sahabatnya. Entah apa yang sudah terjadi. Mereka memang tak bisa terpisahkan. Dalam segala situasi," desis Ratna yang membuat Yudha terperangah. Ada rasa yang tak nyaman mendengar ucapan Ratna.'Ku harus memiliki alasan yang tepat untuk menjawab mengapa kamu tega meninggalkanku yang tengah berjuang hidup dan memilih bersama Aleksei di rumah kita. Sekarang kau sedang tidur di lengan Aleksei? Maksudnya apa Dek?' batin Yudha."Katanya mau cari Farid, kok malah berduaan begitu sama suami orang? Istrimu itu seorang muslimah katanya tapi sampai tidur di badan laki-laki. Mama yakin telah terjadi sesuatu dengan mereka! Siapa yang tahu!?" ucap Ratih menyalakan api di dalam hati anak-anaknya.
Seseorang berlengan baja meletakkan kasar anak laki-laki yang sedang menangis histeris. Kedua kaki balita itu menghentak-hentak bersamaan dengan tangannya yang melambai-lambai. "Aaaa Papa! Papa! Mama!" Farid berteriak histeris. Anak laki-laki itu berguling-guling. Seperti sudah jengah, laki-laki itu meninggalkan balita itu tanpa perasaan. "Kapan kita bunuh tikus kecil itu, Tuan?" "Biarkan saja dulu dia hidup. Dia akan menjadi mainanku. Sekarang kalian pergi saja. Mungkin saat kalian kembali besok, makhluk kecil itu sudah kaku," ujar Razzor membuka topeng srigalanya. Hentakan kaki empat orang anak buahnya meninggalkan suara menggema. Razzor memperhatikan Farid kecil dari kejauhan. Entah mengapa, ia masih ingin melihat mangsanya ini. "Heh! Whuaaaa!!!" Razzor menunjukkan taringnya mencoba menakuti Farid. Balita itu bukannya semakin menangis justru tiba-tiba diam. "Roooooooaaar!!!" Kembali Razzor mendekati Farid dengan ekspresi menakutkan. Tangannya yang berduri besi didekatk
Tukiyem melihat kelopak mata besar itu membuka perlahan. Ia menghentikan gerakannya dan melepas telapak tangan Luna. Wanita itu terperanjat dan langsung bangkit."Siapa kau?!"Kedua mata Luna melotot tajam dengan wajah merah, seperti kaget dan ketakutan bercampur. Kesadarannya belum pulih sepenuhnya. Bagaimana bisa ada wanita gempal tak terurus itu ada di rumahnya? Dia bukan jin kan?"A-akku Tuki-tukiyem Nyonya!""Kenapa kau ada di sini? Mana Aleksei?!"Luna berdiri tegak, mundur beberapa langkah. Ia menyiapkan kuda-kuda. Takutnya wanita itu membawa senjata."Aa-apaa cowo ganteng tadi itu yang namanya Aleksei Nyonya? Dia yang menyuruh saya menemanimu di sini. Sa-saya hanya seorang penjual sayur keliling," jelas Tukiyem dengan cepat. Ia tahu kalau wanita jelita di depannya itu sedang mencurigainya."Bertahun-tahun a
Kini villa itu sudah sepi, bahkan tempat sesepi itu tidak memiliki penjaga. Aleksei mondar-mandir tak karuan. Sedari tadi dia berusaha sibuk, merapikan hal yang remeh temeh padahal penjaga catring sudah merapikan semuanya. Sumpah demi apa pun, jantungnya dari tadi berdegup kencang seperti ditabuh keras-keras. Ia mencari apa lagi yang dia bisa kerjakan asal tidak masuk ke dalam kamar itu. Bahkan melihat ke arah pintu kamar saja dia tidak sanggup karena dia tahu, di dalam sana ada seseorang yang menjadi pujaannya seumur hidup. "Sial, aku harus apa lagi?!" Aleksei melihat jam dinding, dan terlihat sudah jam dua dini hari. Semua sudah rapi, sudah pada di tempatnya. Pria itu kembali mondar mandir. Menyesal dia menyimpan laptop dan ponselnya di kamar tempat Luna berada. "Ya, aku tahu," ucap Aleksei sendirian membuka laci dan membungkuk mencari gunting tanaman dan sabit. "Aku bersihkan taman saja," desisnya mantap. Crinnnng!!! Kedua benda itu jatuh karena pria itu terkejut luar biasa seba
"Maaf, aku mengganggu waktumu," ucap Yudha di depan Aleksei yang memperbaiki posisi kacamata hitamnya. Mereka bertemu di sebuah cafe di pinggir pantai. Ombak di sore hari terlihat lebih besar. "Tidak masalah. Maaf juga aku harus membuatmu menunggu. Aku benar-benar harus meeting tadi."Yudha tersenyum lalu menegak kopinya. Ia mengeluarkan rokok dan menyodorkannya pada Aleksei. "Rokok favoritmu," ucap Yudha menawarkan namun yang cukup membuat Aleksei terkejut, Yudha pun menyalakan putung rokok itu untuk dirinya sendiri. "Sejak kapan kau merokok?""Sejak tidak ada paru-paru lain yang kujaga," jawab Yudha santai menyesap asap. Aleksei hanya menoleh lalu membuang wajah, memilih menatap ombak yang berdebur. "Kau pasti tidak merokok lagi sekarang, karena ada paru-paru lain yang kau jaga, bukan?" lanjut Yudha. Aleksei kebingungan dan salah tingkah. Ia meraih rokok itu lalu akan membakarnya. Yudha menahan tangan pria itu. "Tidak perlu. Its oke. Aku tahu, kau tidak merokok lagi sejak operas
Aleksei merasa seperti sedang diguyur berton-ton tumpukan bunga. Harum, lembut tapi terlalu banyak. Ia tidak bisa bernapas. Pria itu melihat ke bawah, ke samping, bahkan ia harus mendongak ke atas untuk mencari udara. Tak .... Tak .... Langkah Luna mendekat, dan itu membuat Aleksei refleks mundur. Wanita itu justru tersenyum melihat ekspresi Aleksei sekaget itu. "Jangan main-main kamu, Angel. Kita sudah berumur, jangan bicara yang tidak-tidak," ucap Aleksei mengusap wajahnya. "Kenapa memangnya? Kalau kita bersama terus, tanpa ada hal yang urgent, jatuhnya fitnah, lo!""Untuk bertemu denganmu meski hanya satu menit, itu sudah ranah urgent."Luna berhenti dan justru menutup mulutnya tertawa. "Ya sudah, mari kita menikah supaya tiap menit bisa bertemu," goda Luna. "Memang pandai sekali kamu mempermainkan hati," ucap Aleksei menghembuskan kasar napasnya. "Jadi kau menolakku? Tak ingin menikahiku?""Eiih?!"Aleksei hanya melongo. Dia seperti tidak menapak lagi di bumi mendengar ucap
Dua minggu kemudian .... "Katakan padaku, kenapa Angel tidak pernah datang mengunjungiku?" tanya Aleksei ketika Daniel sedang memeriksa tensi darahnya. "Syukurlah, semuanya berjalan lancar dan kondisi Anda juga semakin baik, Tuan.""Jangan alihkan pembicaraan, katakan kemana Angel? Apa dia baik-baik saja?" "Ya, Nyonya Angel baik-baik saja. Jika transplantasi Anda berhasil, Anda akan bisa melihatnya lagi meski mungkin tidak seterang penglihatan Anda sebelumnya.""Aku lega dia baik-baik saja. Tapi kenapa dia tidak mendatangiku sejak aku operasi? Wanita itu," gerutu Aleksei mengelus perban di matanya. "Perban Anda sudah bisa dibuka. Apa Anda siap?""Tolong panggilkan aku Angel, saat mataku terbuka, aku ingin melihat dia pertama kali."Dokter Daniel terenyuh mendengar semua ucapan Aleksei. Jelas sekali dari getaran suara pria itu, Aleksei benar-benar sangat mencintai sosok Angel Gracelia. "Maaf, Tuan. Nyonya Angel belum bisa menemui Anda kemari. Tapi tidak masalah, Anda yang bisa mene
"Bagaimana keadaannya?" tanya Luna dengan wajah tegang. "Selama Anda pergi, kami sudah tiga kali menyuntikkan obat penahan rasa sakit dan antibiotik.""Suntikan cairan ini pada bahu Aleksei."Luna menyerahkan tabung itu pada dokter Daniel. Pria itu melihat benda yang di tangannya itu lamat-lamat. "Cairan apa ini? Dingin sekali sampai menembus tulang.""Penawar racun itu. Cepat suntikan sekarang, Daniel."Dokter Daniel mengangguk dan matanya menangkap keberadaan Farid yang sedang dibersihkan lukanya. Nampak luka itu jauh lebih segar, tidak bengkak lagi dan tidak hitam. Sudah seperti daging biasa. "Bagaimana itu terjadi?""Racun dan penawar itu diciptakan oleh sosok yang paling hebat. Sudah, suntikan segera dan agar kau tenang kembali bekerja."Tak menunggu lagi, dokter yang berpostur tinggi itu langsung bergegas menuju ruang perawatan Aleksei. "Siapa?! Angel, kau kah itu?" tanya Aleksei terkejut saat terdengar suara pintu terbuka. "Bukan, Tuan. Saya, Daniel. Bagaimana perasaan Anda
Helena menggeleng sembari menutup mulutnya yang sudah tertutup cadar. "Helena! Berikan sandi itu! Kasihan putraku kesakitan seperti itu. Apa pun yang kau inginkan dariku, aku akan memberikannya!"Helena terus menggeleng dan membuat Luna semakin putus asa. Gadis itu justru mundur, mundur dan berbalik arah, seperti melarikan diri. Kakinya berlari sangat kencang masuk ke dalam rumahnya. "Helena! Helena!!!" teriak Luna sekencang-kencangnya. Wanita itu sampai memukul tanah tempatnya mengesot hingga kotor pakaiannya. Berdentam tanah itu karena amukan Luna. Suara tangisan Luna menyeruak penuh ketakutan dan kemarahan. "Wanita sialan! Awas kau! Akan kumakan kau hidup-hidup!" seru Eldor sudah berdiri akan mengejar Helena tapi langkahnya tertahan melihat Farid muntah darah. Silsilia sedari tadi menahan pemuda itu agar tidak terlalu mengamuk sebab banyak juga pot bunga, dan batu di sekitar tempat itu. "Oooh demi leluhur Razoore! Aaah sial!" Eldor memukul kosong di udara. Urat-urat tangannya ti
Di dalam mobil, Karmila masih diam. Sama sekali tak bicara setelah beberapa menit berada di samping Yudha yang saat ini fokus menyetir."Luna tidak mau rujuk," ucap Yudha tiba-tiba."Oh ya? Hmm ... mungkin dia butuh lebih banyak waktu lagi," sambut Karmila salah tingkah. Sedari tadi pikirannya dipenuhi dengan banyak pertimbangan. "Entahlah. Dia bukan jenis wanita yang mudah goyah setelah mengambil keputusan," timpal Yudha mengembuskan napasnya kasar. "Jadi kau menyesal telah menceraikannya?""Ya. Aku terlalu mengikuti emosiku. Aku tidak memandang jernih setiap sisi masalah. Menyesal, aku sangat menyesal."Karmila tidak berkata apa-apa lagi. Ia pernah menyerah, lalu kembali mencoba dan sekarang hempas lagi. Suasana menjadi hening kembali. Yudha menoleh sekilas pada Karmila yang terlihat kosong. "Tadi, Farid makan buah-buahan yang kamu bawa. Dia memang suka sekali dengan anggur, sama seperti ibunya," lanjut Yudha kembali bicara mencairkan suasana. "Syukurlah. Dia memang pemuda yang b
"Nona! Nooooon!" teriak Rumayah menggedor pintu Helena. "Kenapa, Mbok?!"Helena keluar tetap menggunakan hijabnya namun kali ini, ia menggunakan cadarnya. Bekas cakaran Sofia belum bisa dihilangkan meskipun ia rutin merawatnya. "Ada ... ada banyak orang yang sedang nyari Nona! Salah satunya, pria besar yang dulu pernah ke sini!"Helena terhenyak sebentar lalu memperat simpul tali cadarnya. "Tenanglah Mbok. Yang akan terjadi, biarlah terjadi."Helena melangkah tanpa ragu. Wajahnya yang rusak adalah hal yang membuatnya tidak memiliki rasa takut lagi. Bahkan, beberapa kali ia berpikir untuk mengakhiri saja hidupnya tapi dia tahu, itu hal yang paling dibenci Allah. Setidaknya, ia tidak ingin mati bunuh diri, lebih baik dibunuh saja. Gadis itu sudah pada puncak putus asa. "Katakan pada Amang, jangan keluar, jangan ikut campur. Ini urusanku. Apa pun yang terjadi padaku, kalian jangan terlibat," ujar Helena datar. "Tapi, Non ....""Tinggallah di sini, biar aku sendiri yang menghadapi mer
Farid mendorong kursi roda yang diduduki Luna dengan sangat tergesa-gesa. "Kami sudah memindahkannya ke dalam ruangan steril, tidak bisa dimasuki kecuali tenaga medis yang berpakaian lengkap," ucap dokter Daniel sembari terus melangkah cepat. "Kau harus melakukan yang terbaik, Daniel. Aku akan membayar berapa pun jumlah yang kau butuhkan.""Jangan dipikirkan, Nyonya. Anda bisa menemuinya. Kami memberikan waktu lima menit. Sekarang, pakailah alat pelindung ini," ucap Daniel sampai di sebuah ruangan kecil. Luna memakai baju pelindung dan masker juga penutup kepala lengkap. Daniel mempersilakannya masuk dan menunjukkannya jam tangan sebagai tanda dia tidak memiliki waktu yang banyak. "Apakah mereka akan baik-baik saja?" tanya Farid mengintip dari kaca. Terlihat Luna mendekati Aleksei dengan memutar kursi rodanya dengan cepat. "Aku harap semua baik-baik saja," ujar Daniel berdebar. Untuk pertama kali dia menangani kasus sedahsyat itu. Ada bakteri jahat yang aneh dan cepat sekali berege