“Menurutku Nyonya Sinta mengalami amnesia, ia seperti bingung,” ucap perawat.“Heum... apa perlu kita panggil dokter?” tanya Risma.“Lebih baik seperti itu, aku akan mencoba menghubungi dokter,” perawat berjalan menjauh dari tempat tidur dan sibuk menelepon .Sementara Risma mendekati Sinta, menatap wajah renta yang tak berdaya.“Oma...Oma..” panggil Risma pelan.Mata Sinta menoleh ke arah suara walau agak kesulitan, tatapannya hanya kosong.“Oma...ingat, saya?” tanya Risma.Oma Sinta, hanya menatap kosong, dan tidak merespon ucapan Sinta. Beberapa saat kemudian, datanglah dokter dan memeriksa keadaan Sinta.Lalu setelah memeriksa, dokter mengatakan, jika Oma Sinta mengalami stroke total, semua anggota badannya tidak bisa di gerakan dan mengalami kesulitan berbicara.Risma menarik napas lega, lalu membiarkan Ridwan dan Zahira memasuki kamar.Ridwan terlihat sedih, demikian juga Zahira. Wanita yang mengenakan cadar itu menatap Sinta.“Zahira, lebih baik kamu pulang, biar Oma bisa istir
Alan tetap bersikukuh pada pendiriannya, selama kerja sama dengan Pak Danu menguntungkan, maka ia tidak akan memutus kerjasamanya. Dan hal itu membuat Risma kecewa, dengan rasa kesal, ia pergi meninggalkan Alan di rumah sakit, sementara Zahira masih menemani Alan.Beberapa hari berlalu, keadaan Alan sudah membaik, dan hanya perlu rawat jalan, Zahira setia dan telaten merawat Alan, walau terkesan canggung, karena Alan masih bersikap dingin.Ridwan semakin yakin dengan kinerja politiknya, pria berusia 50 tahunan itu mulai dikenal publik sebagai pengusaha dan politikus, beberapa wawancara di media sosial dilakukan, dan kini keluarga Ridwan Wira Atmaja, lebih dikenal publik.Zahira yang merupakan aktivis organisasi di kampus juga terekpose media, seringnya berkegiatan sosial, dan penampilan Zahira yang religus, mendapat pujian dan sanjungan dari berbagai kalangan, hal ini sangat menguntungkan Ridwan, salah satu kandidat dewan legislatif, dan kerena hal itu, Ridwan, semakin perhatian pada
Sementara itu pria berpenampilan rapi di usia senjanya berdiri sambil tertawa di ujung ponsel.“Jadi kamu ingin aku menjauhi Alan?”.“Iya, aku mohon, Danu, jangan sakiti putraku, ia tidak tahu menahu tentang masa laluku,” suara seorang wanita yang penuh permohonan terdengarKembali tawa Danu, menguar di sebuah kamar apartemen.”Aku akan pertimbangkan keinginanmu, tapi penuhi keingananku dulu.”“Apapun keinginanmu aku akan penuhi, berapa yang kamu inginkan, satu milyar?”“Bukan uang yang aku inginkan, tapi aku ingin kamu berlutut dan memohon ampun padaku, atas penghinaan yang pernah kau ucapkan,” gertak Danu, dengan penuh dendam.“Baiklah, di mana kita bertemu?” tanya Risma, tak ada pilihan lain untuknya, kecuali menerima permintaan Danu, pria masa lalunya.“Di apartemenku, Green Regency.”“Kamu tinggal di Green Regency.” Risma terkejut.“Kenapa, kamu heran, aku memang sengaja satu apartemen dengan Abram, putra pertamamu,” jawab Danu.“Kamu sungguh keterlaluan, mengusik kehidupanku da
Risma terkejut. ”Alan, kamu sudah pulang, Mamah tidak mendengar suara mobilmu?” balik tanya Risma, yang berusaha mengalihkan perhatian Alan.“Mobil, Mamah, menghalangi jalan masuk, jadi aku parkir mobilku di depan jalan,” jawab Alan menatap Risma dan Zahira.Risma perlahan melepaskan cengkraman tangannya, lalu berjalan dan duduk di sofa dengan kasar.“Apa kamu tahu, jika Papahmu memberikan tanah 2000 meter pada Zahira untuk di bangun sebuah yayasan?”“Berita itu hari lumayan trending di media, reputasi Papah, semakin baik, ini sangat menguntungkan karier politiknya, mungkin itu tujuan Papah sebenarnya,” jawab Alan seakan tidak peduli dengan keluhan Risma.“Mamah tidak bisa menerima ini, Alan, kalian akan berpisah, setelah itu terjadi, Zahira tidak menjadi anggota keluarga kita,“ keluh Risma.“Itu kita bahas 3 bulan lagi, lebih baik, Mamah pulang sekarang, aku capek, dan tidak mau ada keributan lagi di rumah ini,” suruh Alan.Risma, bangkit tapi matanya menatap tajam ke arah Zahira, s
Abram, seketika menghentikan laju mobilnya dan segera menepi, dengan cepat ia turun dari mobil, dan belari ke arah Zahira yang sudah tergeletak, di tepi jalan, Pak Pardi, security juga berlari mendekati ke arah Zahira.“Tuan Abram, apa Nyonya Zahira, terluka parah?” tanya Pardi.“Aku akan membawanya ke rumah sakit,” ucap Abram, lalu mengangkat tubuh Zahira menuju mobilnya, Pak Pardi membantu membukakan pintu belakang mobil, lalu tubuh Zahira yang tak sadarkan diri di baringkan di jok belakang, setelah itu, Abram, bergegas mengemudikan mobil, dengan kecepatan tinggi, ada gurat kecemasan pada pria itu, niatnya ingin bertemu Risma, malah melihat Zahira kecelakaan.“Sialan, siapa sepeda montor itu, aku yakin, pengendara itu sengaja, menabrak Zahira,” gerutu Abram, sambil fokus menyetir.Abram sampai di rumah sakit terdekat, lalu beberapa perawat membawa Zahira menuju ruang pemeriksaan, Abram masih cemas ia duduk di ruang tunggu.Sekitar 30 menit, seorang dokter, keluar dari ruang UGD.“A
Mendengar teriakan perawat, Zahira, Ridwan dan Risma, bergegas menuju kamar oma Sinta.“Ada apa?” Ridwan mendekati ke arah tempat tidur.dan melihat jika ibunya sudah tak bernyawa.“Suster, panggil dokter!” perintah Zahira, ia pun mendekati Sang Oma.“Oma...” panggil Zahira sambil melihat denyut nadi. Zahira tampak shock, karena denyut nadi wanita renta itu telah menghilang, dan itu menandakan Oma Sinta telah tiada.“Ini tidak mungkin, keadaannya beberapa hari ini membaik, bahkan sudah bisa merespon pembicaraan, kenapa sekarang Oma, meninggal,” ucap Ridwan, sambil memeluk Sang ibu.Ridwan terisak, di dekat Sinta, sementara Risma, masih tertegun di samping pembaringan, tak lama kemudian, dokter yang merawat Sinta datang, dan segera memeriksanya.“Maaf, Oma Sinta telah tiada,” ucap dokter.Tangis Zahira, Ridwan dan Risma pecah, memenuhi ruangan. Bi Darni juga ikut menangis, sambil terisak, berusaha menghubungi Alan dan Abram.Beberapa jam berlalu, semua anggota keluarga telah berkumpul.
Risma meninggalkan ruang tamu, dengan wajah masam dan marah, sementara Bagas, setelah menyelesaikan tugasnya, ia segera memohon pamit.“Saya permisi dulu, untuk penyerahan semua dokumen akan dilakukan di kantorku, jika kalian sudah ada waktu, datanglah ke kantor,”suruh Bagas, kemudian berpamitan dan melangkah pergi.Ridwan menatap kedua putranya dan menantunya.“Ini keputusan Oma, kita harus hormati, dan sekarang zahira menjadi pemilik 20 persen saham, dan Alan 10 persen dan Abram, 10 persen, sementara yang kumiliki 20 persen, dan 40 persen milik pihak luar, aku berharap kita akan semakin kuat dalam membangun Wira Campany,”jelas Ridwan“Aku akan menjual bagianku, Pah, tidak ada alasan bagiku untuk tetap di Wira Campany, aku akan menjual sahamku dan memperkuat PT Wirasatya,”ujar Alan dengan tegas.“Alan, jadi kamu benar-benar ingin meninggalkan Wira campany?”“Itu sudah keputusanku,”jawab Alan, lalu bangkit dan pergi meninggalkan semuanya termasuk Zahira.Zahira mengejar langkah Ala
“Bu Zahira, ada yang aneh, Bu Risma, mabuk dan Pak Danu membawa Bu Risma pergi menaiki mobilnya dan entah dibawa kemana,”lapor Via.“Mungkin Pak Danu, mengantarkan Mamah Risma, pulang ke rumah, karena mabuk,”tebak Zahira“Maaf, Bu Zahira, sampai di sini, saya mengikuti Pak Danu.”“Terima kasih Via, untuk jasa ini aku akan mentranfer sejumlah uang,”jawab Zahira. Lalu Zahira menutup sambungan ponsel, dan saat bersamaan mobil Alan memasuki halaman rumah.Alan berjalan memasuki rumahnya, Zahira dengan sigap membuka pintu, ia tetap melayani Alan sebagai seorang istri, meski suaminya itu bersikap dingin dan cuek.“Zahira aku tegaskan sekali lagi, jika kamu tidak mau melakukan tes DNA pada janin itu, aku akan menceraikanmu setelah pemilihan anggota dewan!”tegas Alan“Kamu tidak bisa menceraikan istri yang dalam keadan hamil. Aku hanya ingin kamu percaya padaku, jika saat ini kamu meragukanku, maka untuk selanjutnya Mas Alan akan meragukanku, dan aku tidak mau hidup dalam pernikahan seper