Bisa-bisanya Zivanka bercerita penuh semangat perihal pria lain.
Ingat istrinya lagi hamil, Azkio lekas mengusap wajah sambil beristighfar. Tak ada kata-kata lain keluar dari mulutnya. Ditarik dan diembuskan berulang napas yang terasa kian sesak.“Honey, maaf!” seru Zivanka.Saking merasa bersalahnya, dia tak sadar langsung mendekat dan memeluk Azkio. Namun, menit kemudian, rasa mual itu tidak terelakan lagi.Hoek, hoek.Zivanka muntah dan muntahannya tentu menyembur Azkio yang sedang menahan emosi.“Zivanka Kalala!” satu bentakan akhirnya keluar.Zivanka terperanjat dan saat itu juga langsung terisak-isak.“Istri muntah, bukan ditolongin, malah dibentak,” protesnya di sela-sela isakan.Dia terus menangis sampai tersedu-sedu. Azkio yang merasa bersalah kini kebingungan. Ingin mendiamkan dengan kata-kata, emosinya masih belum terkontrol karena cemburu kepada Malingga. Ingin menenangkan dengan pelukan, ZMIB-31Hujan belum juga reda setelah beberapa waktu menunggu. Zivanka kukuh mengajak pulang dan hanya mau dibonceng suaminya. Padahal Azkio mau mencari taksi ke depan agar dia tidak kehujanan.“Nggak mau. Sama kamu aja pulangnya,” rengek Zivanka.“Ya, udah. Pakai jas hujan dulu.”Ada satu jas hujan di bagasi motor. Azkio lekas memakaikannya kepada Zivanka. Sedangkan dia sendiri kehujanan. Tak apalah pikirnya, yang penting istri aman.Sepanjang jalan, Zivanka menahan mual. Dia yang biasa memeluk erat di motor, kali ini tidak bisa melakukannya. Sebab, aroma bau terus tercium dari tubuh Azkio.Benar saja sesampai di rumah, kamar mandi menjadi tujuan Zivanka untuk memuntahkan isian perut. Azkio tak tega melihatnya. Dia sudah berusaha memakai berbagai parfum, berharap istrinya tak mencium bau lagi. Eh, masih saja sama. Unik sekali orang ngidam.**Minggu berganti minggu. Kesibukan mulai menyita waktu mereka. Selain s
“Wah, akhir-akhir ini selalu semangat.” Lily berkomentar kepada Azkio."Alhamdulillah.""Pasti karena kak Ziva sudah nempel lagi.""Tahu aja." Azkio terkekeh malu.Lily sangat hapal karakter pria yang harus terus dia anggap sebagai kakaknya itu. Hal ini tentu lebih membuat sakit. Sebab, setiap kali Azkio bahagia karena Zivanka, dia akan sangat merasakan energinya.Kegiatan panti asuhan yang disponsori Putra membuat Azkio dan Lily terus terlibat satu sama lain. Mereka hampir setiap hari bersama. Inilah salah satu kesepakatan yang dibuatnya dengan Putra.“Honey!” Tiba-tiba Zivanka datang menghampiri Azkio.“Baru saja mau jemput.” Azkio langsung menarik kursi agar istrinya bisa duduk.“Nggak apa-apa. Kamu pasti sibuk.”"Loh, kak Ziva nggak kerja?" Lily terkejut.“Iya. Sebetulnya Ziva kurang enak badan, jadi tidak masuk. Tapi maksain mau hadiri acara ini,” jelas Azkio.“Iya. Soalnya belum
MIB-32Juno menepuk mulutnya yang tak memiliki rem. Putra sendiri tak dapat menahan senyuman yang mendesak terbit.“Eu … cinta sebagai sodara seiman, sebangsa, setanah air. Merdeka!” Juno berusaha meralat.Namun, orang bodoh mana yang akan percaya akan pengalihan Juno? Justru Azkio semakin percaya akan kesaksiannya tadi.Zivanka sendiri langsung menundukkan wajah dalam. Tangannya memegang erat sisian gamis. Tak ubahnya anak kecil yang ketakutan akan dimarahi oleh orang tua.“Sekalipun Ziva pernah menyukai Putra, tak apa,” tanggap Azkio setelah menekan ego dalam-dalam.Zivanka langsung mendongak. Ada gurat kecewa karena Azkio terdengar tidak cemburu lagi, tapi rasa lega bersamaan datang.“Oh, gitu ya?” Juno jadi garuk-garuk kepala.“Kan hanya pernah. Hanya terjadi di masa lalu. Setiap orang punya masa lalu, termasuk saya.” Azkio mengangkat kedua tangan sebagai tanda tidak mempermasahkan.“Aih, si Ustaz b
Alih-alih menjawab apalagi setuju, Azkio malah menjitak dahi Zivanka. Ritual mandi pun dilakukan bergantian. Karena Azkio masih dalam mode tak ramah.Jika Zivanka mandi sungguhan, maka sebetulnya Azkio hanya membasahi rambutnya saja. Kalau mandi, ditakutkan aroma bau asap sate hilang, kalah dengan wangi sabun.Semarah-marahnya dia, masih saja memikirkan sang istri. Kasihan juga kan kalau Zivanka sampai muntah-muntah.Keluar kamar kali ini, mereka terlihat habis mandi wajib. Namun, Lily dan Juno sudah tak ada di tempat tadi. Hanya Fatimah yang terlihat sedang memeriksa barisan chat di apliaksi.“Nah, gitu. Jadi seger lihatnya,” puji Fatimah.“Iya, Mi. kami pulang dulu,” pamit Azkio."Kio, ingat pesan Ummi, kamu harus baik-baik dan tetap manis seperti ini sama istrimu. Apalagi Ziva lagi hamil. Jadi suami siap siaga, ya!" Fatimah tidak bosan mengingatkan."Baik, Mi."Zivanka lekas mencium punggung tangan Fatimah. M
MIB-33 Semenjak tahu bahwa Malingga itu Putra, sang donatur baru panti asuhan, jelas Azkio tidak berdiam diri. Meksi tak memiliki bukti konkrit, dia tetap menarik benang merah dari runtutan kejadian. Bahwa harus waspada terhadap orang sepertinya."Apa tawaran Papi masih berlaku?" Azkio langsung bertanya tanpa basa-basi."Tentu saja. Gimana?""Bismillah, saya bersedia.""Alhamdulillah. Papi sangat percaya sama kamu, Ustaz mantu. Jangan kecewakan Papi, apalagi Ziva.""Insya Allah, Pi."Bisnis Waralaba yang akan diwariskan kepada Zivanka pun mulai dikelola oleh Azkio. Untuk awal-awal, Baskara akan terus mendampingi. Sekiranya sudah bisa mandiri dan menguasai, baru akan dilepas.Baskara sempat penasaran, hal apa sekiranya yang sudah merubah pikiran Azkio. Namun, apapun itu, sebagai orang tua akan selalu mendukung. "Nanti kalau bisnisnya semakin berkembang, kamu juga bisa memiliki saham. Atau gini saja, sa
Zivanka mengaku kangen sama rumahnya. Jadi malam ini memutuskan untuk menginap. Sepanjang menikah belum pernah bermalam di kediaman Baskara.Saking senangnya Mira langsung heboh beres-beres rumah bareng pembantunya. Segala fornitur, perabot, dilap sampai kinclong. Barang-barang juga tertata rapi. Masakan berbagai menu pun sudah tersaji dengan apik di meja. Namun, ada satu hal yang dilupakan, kamar Zivanka. Padahal sudah diwanti-wanti via telepon terkait hal ini.“Ayo Ustaz mantu, kita makan malam dulu,” ajak Mira bersemangat.Azkio menatap makanan yang tersaji, tetapi ekspresinya menunjukkan ketakutan.“Tenang, ini yang masak si bibi,” bisik Baskara yang seolah paham apa yang ada dalam benak menantu.Azkio jadi tersipu dan merasa bersalah dengan ekspresi yang baru saja terpasang. Dia lekas menarik kursi tepat di samping Zivanka. Acara makan malam berjalan menyenangkan ditemani obrolan hangat seputar kehamilan."Kalau begitu, kita
MIB-34Rupanya Azkio alami trauma karena pernah digigit tokek sewaktu kecil. Jadi setiap dengar suaranya, spontan saja ketakutan. Saat suara tokek tidak terdengar lagi, barulah Azkio sadar kalau kepalanya tenggelam di mana? Detak jantung Zivanka terdengar bertalu-talu karena menang banyak.“Ekhm,” deham Azkio sambil menarik diri dari pelukan istri.“Honey, takut ya?” goda Zivanka.“Nggak.”“Tuh!” tunjuknya ke gordeng tepat kepala si tokek nongol.“Astaghfirullah.” Azkio hampir nyungsep di dad* Zivanka lagi.Dengan cepat dia menguasai diri, tetap mencoba tenang dengan posisi berbaring. Selama si tokek tak keluarkan suara dan tak dilihat, rasanya masih amanlah.“Honey, tak apa kok, jika kamu takut.” Zivanka mendekat, lalu meletakkan kepala di dada Azkio yang tak begitu bidang. “Berani itu bukan berarti kita tak takut apapun. Yang terpenting bagaimana cara kita hadapi ketakutan itu sendiri.”Perk
Zivanka tergelak, puas ngerjain suaminya. Sadar istrinya usil banget, Azkio hanya bisa mengusap dada. Mau diomelin, kasihan lagi hamil. Yang membuat lebih tak tega saat melihat tawanya yang begitu lepas dan bahagia. Salah sendiri, kenapa juga begitu takut dengan seekor tokek. Dalam hati Azkio bertekad untuk menaklukkan rasa takut akibat traumanya. Harga diri sebagai suami serta calon ayah harus diperjuangkan detik ini juga."Ih, lucu deh, Honey. Kalau takut, sini biar aku peluk." Zivanka merentangkan tangan."Hem, biar saya saja yang usir tokeknya."“Berani gitu?”“Kenapa tidak.”Azkio beringsut dari ranjang. Dengan tekad yang bulat mendekat ke jendela untuk membukanya. Kemudian mengedarkan pandangan mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk usir si tokek. Merasa tidak ada pilihan, dia mengambil daster yang sempat dipakainya tadi. Dikibas-kibaskan daster tersebut ke arah binatang melata.Si tokek merayap cepat bersembunyi di balik
Coming soon kisah yang tak kalah menarik dari putranya dengan judul MENOLAK WARISAN.PROLOGAngin berembus kencang menerjang jendela kaca kamar hingga bergetar. Beberapa furniture pun ikut bergeser dari tempatnya. Terdengar suara auman yang sukses membuat Zivanka, wanita berusia 30 tahun itu terjaga.“Honey, bangun!” Ia mengguncang bahu suaminya.Azkio, si suami mengerjap. Kemudian mengucek mata yang masih terasa berat untuk terbuka.“Ada apa, Sayang?”“Suara itu lagi.” Berbisik seolah takut ada yang mendengar.Seketika kesadaran Azkio dikumpul paksa. Meski ia sendiri tak pernah mendengar suara yang dimaksudkan istri, tapi tetap hal ini tak boleh diabaikan. Lalu bergegas untuk memeriksa sang buah hati di kamar sebelah. Setibanya, saklar lampu segera ditekan untuk menerangi ruang yang temaram. Akan tetapi, Ziko--anak mereka justru sudah tidak ada.“Ziko!” Zivanka histeris.Kejadian ini memang bukan kali pertama, tapi tetap saja rasa takut menyergapnya. Tanpa bicara pasangan su
Awalnya Azkio tak yakin akan menjalankan dua bisnis sekaligus. Waralaba papi mertua dan lanjutkan bisnis fashion muslim. Namun, berkat dukungan orang-orang terdekat, terutama istri, ia memutuskan untuk mengurus keduanya. Zivanka dan baby Zi tak pernah absen untuk terus berada di balik kerja keras Azkio. Melangitkan doa menjadi salah satu kekutan Zivanka dalam mendukung suami.Sesungguhnya doa yang segera dikabulkan adalah doa seorang istri kepada suaminya yang tidak berada di tempat yang sama atau saling berjauhan. (HR. Tirmidzi). "Sayang, nanti pulang agak telat, ya!""Oh iya, sekarang hari Jumat."Setiap hari Jumat sore, Azkio ada jadwal mengisi pengajian. Mereka menyebutnya 'Liko'. Jadi sebuah pengajian dengan lingkup kecil. Terdiri dari beberapa kelompok. Kebetulan, ia jadi salah satu murobbinya. Murobbi itu adalah guru, tapi lebih spesifik. Mendidik orang sedemikian rupa agar lebih berakhlak dan berilmu. Tentu dalam kajiannya, sebagai besar ilmu agama yang disampaikan."Eh, lupa
Seminggu pasca kepergian Mala, Zivanka janjian dengan Nia. Mau ikut membantu membereskan barang-barang almarhumah di kontrakannya. Baby Zi tak dibawa, sengaja dititipkan kepada Mira."Masya Allah, ini beneran kamu?" Zivanka mengerjapkan bola mata."Iya, ini gue. Gimana cantik nggak?""Masya Allah, Alhamdulillah, Nia!" Zivanka berseru, lalu memeluk teman yang kini jadi sefrekuensi, berhijab."Doakan ya, moga gue Istiqomah.""Amin."Dalam hati Zivanka berdoa panjang sekali buat Nia. Ia berharap Allah menerima taubat juga mempermudah jalan hijrahnya."Ya udah, kita masuk, yuk!"Mereka lekas melangkah ke dalam kontrakan Mala."Ya ampun, ini berantakan banget." Komentar Zivanka."Iya. Padahal si Mala biasanya rapi banget.""Ini kek bekas orang berantem. Bener nggak, sih?""Hu uh, bener. Pasti pacar si Mala marah-marah saat diminta pertanggungjawaban.""Huh, dasar l*knat!"
MIB-42Hari ini dikejutkan dengan pemberitaan viral tentang pasangan Azkio dan Zivanka. Zivanka tentu panik. Sungguh sangat menyesal jika suami kena imbas lagi akibat kehidupan di masa lalunya."Honey, apa netizen menyalahkan kamu? Kasus apa, hah? Kejelekan ku yang mana?" Zivanka mencecar."Tenang, Sayang.""Gimana aku bisa tenang, jika kamu kenapa-kenapa gegara aku." Air mata sudah merebak mendesak ingin keluar.Azkio lekas memerlihatkan pemberitaan yang viral tersebut. Ia mengulas senyum seraya mencubit gemas pipi istri.Zivanka menyeka air mata cepat. Matanya kian melebar tatkala menonton video demi video di sebuah situs.Ternyata teman yang bertabrakan tak sengaja di Mall tempo hari menjadi awal sumber pemberitaan."Gue salut banget sama ratu joget kita yang kini sudah hijrah. Gue lebih salut lagi sama sosok suaminya karena sudah menerima apa adanya. Terlihat suami Ziva sangat menjaga dan sayang. Gue jadi ir
Azkio kemudian berlalu ke kamar mandi untuk mengguyur diri. Berharap suhu panas akibat gejolak tak tuntas bisa mereda. Sebab, sejatinya bukan hanya Zivanka yang sudah sangat terpancing.Zivanka sendiri memberenggut. Ia mencoba mengingat-ingat apa kesalahannya hari ini? Teringatlah saat tadi terciduk sedang mengintip Arfan. "Honey ...," panggil Zivanka begitu Azkio selesai mandi."Apa?" sahutnya ketus."Maafkan aku," sesalnya yang hendak memeluk."Stop! Saya sudah berwudhu." Azkio gegas mengambil pakaian dari lemari.Zivanka pun urung, tetapi masih tetap mengekor."Honey, dimaafkan nggak?""Saya mau sholat dulu. Kamu nggak sholat?""Ya udah, tunggu dulu! Aku mau wudhu."Sepasang suami istri melaksanakan sholat malam bersama. Sekarang, sudah tak pernah lagi ada drama ketiduran saat menunaikannya. Karena Zivanka sudah terbiasa terbangun sendiri di jam-jam sepertiga malam.Usai sholat hat
MIB 41Meski tak melotot, nyatanya tatapan tajam Azkio selalu berhasil membuat Zivanka tak berkutik. Tidak mau terlibat perang dingin rumah tangga, ketiga anak panti lekas pergi.Tanpa bicara, Azkio menyeret Zivanka masuk ke ruang tamu. Wajah kesalnya diseting seramah mungkin."Assalamualaikum " Azkio mengucapkan salam dengan senyum mengembang sebagai tanda menyambut teman lama."Waalaikumsalam. Ya, Allah ... Kio!" Si tamu berseru. Kemudian mereka saling salaman dan pelukan. "Oya, kenalan ini istri saya.""Arfan." Si tamu mengulurkan tangan."Yuki Kato," balas Zivanka hendak menyambut uluran tangan tersebut, tetapi, Azkio lebih dulu menepisnya."Bukan mahram." "Eh, iya." "Istri kamu ternyata senang bercanda, ya?""Iya, Zivanka emang seperti itu.""Oh, namanya Zivanka. Nama yang bagus," puji Arfan basa-basi.Zivanka sendiri malah tersipu dan kecentilan."Iya, ka
Hari ini hari kelahiran Fatimah. Ia tidak pernah mengadakan perayaan karena memang bukan budaya Islam. Namun, sebagai bentuk cinta dan perhatian, anak panti selalu mengadakan syukuran kecil-kecilan. Mereka akan bekerja sama membuat nasi kuning serta siapkan sebuah kado. Kado kali ini khusus disponsori oleh Azkio dan Zivanka.Maka dari itu, Zivanka hari ini diantarkan ke panti asuhan. Sementara Azkio tetap masuk kerja walau katanya hanya akan sampai dzuhur.Fatimah senang sekali dengan kedatangan baby Zi. Bayi gemoy nan menggemaskan tersebut terus digendongnya. Karena anak sangat anteng juga nyaman bersama sang nenek, Zivanka memutuskan untuk bergabung saja dengan anak panti. Kini semua anak panti sudah akrab dengannya. Terlebih setelah mengetahui perbuatan Lily yang sampai kerjasama dengan Putra. Sejak kejadian itu, mereka kecewa berat dan berhenti mengagumi. Kebaikan Lily sekian lama lenypap oleh keburukan yang beberapa saat. Begitulah manusia. Nila seti
MIB-40Otomatis langkah Azkio dan Zivanka terhenti. Mau tidak mau menoleh juga."Nggak salah, lu emang Zivanka!" seru si pria girang.Zivanka cengar-cengir tak tahu harus menanggapi bagaimana. Sementara dalam hati tak berhenti merutuki."Anda kenal dengan istri saya?" "Oh, kenal banget malah."Azkio sampai mengerutkan kedua ujung alis seraya penuh praduga serta selidik. Kira-kira kenal sejauh mana pria di depannya."Honey, udahlah, yuk kita pergi," ajak Zivanka menarik lengan suaminya.Si pria cukup mengerti kenapa wanita yang diidolakannya selama ini sampai berusaha menghindar. Mungkin takut suami mengira yang tidak-tidak. Akan tetapi, karena sudah terlanjur bertemu, ia tetap tak ingin lewatkan kesempatan untuk menyapa. Bertanya kabar juga termasuk yang paling ingin ditanyakan."Wah, keren lu! Nggak nyangka banget gue bisa ketemu. Pangling sumpah! Cakep." Si pria geleng-geleng kepala saking takjub mel
Dari hari ke hari rutinitas masih sama. Selama 24 jam tidak ada kisah baru. Sebagai ibu rumah tangga yang full di rumah, kadang Zivanka berada di titik jenuh. Azkio tidak pernah melarang ia untuk main keluar, jalan-jalan atau berbelanja. Kebetulan keadaan mereka secara finansial sudah jauh lebih baik. Terlebih Baskara membayar gaji lebih dari seharusnya. Zivanka seolah jadi tergantung kepada suami.Kemanapun selalu ingin ditemani. Jika tidak bisa pergi bersama lebih baik ia membatalkan.Semua kebosanan Zivanka pun dibayar lunas oleh kepulangan suami dari kerjanya. Sapaan hangat, belaian mesra, serta perhatian intens tak pernah absen. Meski bukan berarti mereka tidak pernah bertengkar. Sering malahan. Hal-hal sepele yang selalu jadi pencetusnya. Akan tetapi, pertengkaran mereka hanya sebatas Azkio mendiamkan dan Zivanka mengomel.Selang beberapa menit, keadaan akan kembali mencair. Saling memaafkan juga merindu.Seperti pagi ini, aktifitas dimulai oleh Azkio