“Wah, akhir-akhir ini selalu semangat.” Lily berkomentar kepada Azkio.
"Alhamdulillah.""Pasti karena kak Ziva sudah nempel lagi.""Tahu aja." Azkio terkekeh malu.Lily sangat hapal karakter pria yang harus terus dia anggap sebagai kakaknya itu. Hal ini tentu lebih membuat sakit. Sebab, setiap kali Azkio bahagia karena Zivanka, dia akan sangat merasakan energinya.Kegiatan panti asuhan yang disponsori Putra membuat Azkio dan Lily terus terlibat satu sama lain. Mereka hampir setiap hari bersama. Inilah salah satu kesepakatan yang dibuatnya dengan Putra.“Honey!” Tiba-tiba Zivanka datang menghampiri Azkio.“Baru saja mau jemput.” Azkio langsung menarik kursi agar istrinya bisa duduk.“Nggak apa-apa. Kamu pasti sibuk.”"Loh, kak Ziva nggak kerja?" Lily terkejut.“Iya. Sebetulnya Ziva kurang enak badan, jadi tidak masuk. Tapi maksain mau hadiri acara ini,” jelas Azkio.“Iya. Soalnya belumMIB-32Juno menepuk mulutnya yang tak memiliki rem. Putra sendiri tak dapat menahan senyuman yang mendesak terbit.“Eu … cinta sebagai sodara seiman, sebangsa, setanah air. Merdeka!” Juno berusaha meralat.Namun, orang bodoh mana yang akan percaya akan pengalihan Juno? Justru Azkio semakin percaya akan kesaksiannya tadi.Zivanka sendiri langsung menundukkan wajah dalam. Tangannya memegang erat sisian gamis. Tak ubahnya anak kecil yang ketakutan akan dimarahi oleh orang tua.“Sekalipun Ziva pernah menyukai Putra, tak apa,” tanggap Azkio setelah menekan ego dalam-dalam.Zivanka langsung mendongak. Ada gurat kecewa karena Azkio terdengar tidak cemburu lagi, tapi rasa lega bersamaan datang.“Oh, gitu ya?” Juno jadi garuk-garuk kepala.“Kan hanya pernah. Hanya terjadi di masa lalu. Setiap orang punya masa lalu, termasuk saya.” Azkio mengangkat kedua tangan sebagai tanda tidak mempermasahkan.“Aih, si Ustaz b
Alih-alih menjawab apalagi setuju, Azkio malah menjitak dahi Zivanka. Ritual mandi pun dilakukan bergantian. Karena Azkio masih dalam mode tak ramah.Jika Zivanka mandi sungguhan, maka sebetulnya Azkio hanya membasahi rambutnya saja. Kalau mandi, ditakutkan aroma bau asap sate hilang, kalah dengan wangi sabun.Semarah-marahnya dia, masih saja memikirkan sang istri. Kasihan juga kan kalau Zivanka sampai muntah-muntah.Keluar kamar kali ini, mereka terlihat habis mandi wajib. Namun, Lily dan Juno sudah tak ada di tempat tadi. Hanya Fatimah yang terlihat sedang memeriksa barisan chat di apliaksi.“Nah, gitu. Jadi seger lihatnya,” puji Fatimah.“Iya, Mi. kami pulang dulu,” pamit Azkio."Kio, ingat pesan Ummi, kamu harus baik-baik dan tetap manis seperti ini sama istrimu. Apalagi Ziva lagi hamil. Jadi suami siap siaga, ya!" Fatimah tidak bosan mengingatkan."Baik, Mi."Zivanka lekas mencium punggung tangan Fatimah. M
MIB-33 Semenjak tahu bahwa Malingga itu Putra, sang donatur baru panti asuhan, jelas Azkio tidak berdiam diri. Meksi tak memiliki bukti konkrit, dia tetap menarik benang merah dari runtutan kejadian. Bahwa harus waspada terhadap orang sepertinya."Apa tawaran Papi masih berlaku?" Azkio langsung bertanya tanpa basa-basi."Tentu saja. Gimana?""Bismillah, saya bersedia.""Alhamdulillah. Papi sangat percaya sama kamu, Ustaz mantu. Jangan kecewakan Papi, apalagi Ziva.""Insya Allah, Pi."Bisnis Waralaba yang akan diwariskan kepada Zivanka pun mulai dikelola oleh Azkio. Untuk awal-awal, Baskara akan terus mendampingi. Sekiranya sudah bisa mandiri dan menguasai, baru akan dilepas.Baskara sempat penasaran, hal apa sekiranya yang sudah merubah pikiran Azkio. Namun, apapun itu, sebagai orang tua akan selalu mendukung. "Nanti kalau bisnisnya semakin berkembang, kamu juga bisa memiliki saham. Atau gini saja, sa
Zivanka mengaku kangen sama rumahnya. Jadi malam ini memutuskan untuk menginap. Sepanjang menikah belum pernah bermalam di kediaman Baskara.Saking senangnya Mira langsung heboh beres-beres rumah bareng pembantunya. Segala fornitur, perabot, dilap sampai kinclong. Barang-barang juga tertata rapi. Masakan berbagai menu pun sudah tersaji dengan apik di meja. Namun, ada satu hal yang dilupakan, kamar Zivanka. Padahal sudah diwanti-wanti via telepon terkait hal ini.“Ayo Ustaz mantu, kita makan malam dulu,” ajak Mira bersemangat.Azkio menatap makanan yang tersaji, tetapi ekspresinya menunjukkan ketakutan.“Tenang, ini yang masak si bibi,” bisik Baskara yang seolah paham apa yang ada dalam benak menantu.Azkio jadi tersipu dan merasa bersalah dengan ekspresi yang baru saja terpasang. Dia lekas menarik kursi tepat di samping Zivanka. Acara makan malam berjalan menyenangkan ditemani obrolan hangat seputar kehamilan."Kalau begitu, kita
MIB-34Rupanya Azkio alami trauma karena pernah digigit tokek sewaktu kecil. Jadi setiap dengar suaranya, spontan saja ketakutan. Saat suara tokek tidak terdengar lagi, barulah Azkio sadar kalau kepalanya tenggelam di mana? Detak jantung Zivanka terdengar bertalu-talu karena menang banyak.“Ekhm,” deham Azkio sambil menarik diri dari pelukan istri.“Honey, takut ya?” goda Zivanka.“Nggak.”“Tuh!” tunjuknya ke gordeng tepat kepala si tokek nongol.“Astaghfirullah.” Azkio hampir nyungsep di dad* Zivanka lagi.Dengan cepat dia menguasai diri, tetap mencoba tenang dengan posisi berbaring. Selama si tokek tak keluarkan suara dan tak dilihat, rasanya masih amanlah.“Honey, tak apa kok, jika kamu takut.” Zivanka mendekat, lalu meletakkan kepala di dada Azkio yang tak begitu bidang. “Berani itu bukan berarti kita tak takut apapun. Yang terpenting bagaimana cara kita hadapi ketakutan itu sendiri.”Perk
Zivanka tergelak, puas ngerjain suaminya. Sadar istrinya usil banget, Azkio hanya bisa mengusap dada. Mau diomelin, kasihan lagi hamil. Yang membuat lebih tak tega saat melihat tawanya yang begitu lepas dan bahagia. Salah sendiri, kenapa juga begitu takut dengan seekor tokek. Dalam hati Azkio bertekad untuk menaklukkan rasa takut akibat traumanya. Harga diri sebagai suami serta calon ayah harus diperjuangkan detik ini juga."Ih, lucu deh, Honey. Kalau takut, sini biar aku peluk." Zivanka merentangkan tangan."Hem, biar saya saja yang usir tokeknya."“Berani gitu?”“Kenapa tidak.”Azkio beringsut dari ranjang. Dengan tekad yang bulat mendekat ke jendela untuk membukanya. Kemudian mengedarkan pandangan mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk usir si tokek. Merasa tidak ada pilihan, dia mengambil daster yang sempat dipakainya tadi. Dikibas-kibaskan daster tersebut ke arah binatang melata.Si tokek merayap cepat bersembunyi di balik
MIB-35Lily merasa gelagat Putra mencurigakan waktu terakhir kali bertemu. Tadi sore ia mendengar dari Azkio kalau Zivanka ada lembur juga.“Sepertinya ada yang tidak beres.” Lily bergumam.Gerak cepat dihubunginya Azkio agar segera menjemput Zivanka. Tidak dipungkiri, sampai detik ini perasaan ingin memiliki kakak angkatnya masih ada. Namun, ia telah memutuskan untuk menyerah. Sadar betul kalau sudah tak ada ruang lagi yang tersisa di hati Azkio untuk diisi.“Hallo, Kak. Kak Kio dimana?” todongnya begitu panggilan terhubung.“Salam dulu, Dek.” Azkio mengingatkan.“Kak Kio harus cepat-cepat jemput kak Ziva!”“Kamu ini aneh. Emang ada apa?" Azkio melirik jam di tangan yang baru menunjukkan pukul 19.00 WIB."Pokoknya Kak Kio harus cepat-cepat jemput kak Ziva. Berhati-hatilah dengan Putra.” “Sebenarnya ada apa, Dek?”“Nanti saja jelasinnya. Kak Kio buruan jemput kak Ziva!” Lily bersikukuh.
Malingga pikir, setelah berhasil membuat sepasang suami istri bertengkar, akan ada kesempatan untuknya masuk. Ternyata sama saja. Zivanka malah mengundurkan diri dari perusahaan. Ia juga sama sekali tak bisa dihubungi. Bahkan saat mendatangi langsung ke kediamannya, Zivanka enggan menemui.Mencoba bersabar, berharap waktu akan memberi kesempatan. Namun, hari demi hari semua masih sama. Seolah pintu sudah tertutup untuk menuju hati seorang Zivanka. Sebelumnya ada Lily yang setia mendengar keluh kesah. Karena merasa senasib mencintai milik orang, jadi mereka selalu nyambung dan klop. Sayang sekali, hubungan dengan Lily pun sudah berantakan. Wanita yang menyatakan mundur dari permainan yang mereka buat, tak sudi lagi bicara dengannya. Semenjak tahu kalau Malingga akan halalakan segala cara untuk menggapai tujuan.Mungkin yang merasakan hikmah dari pertengkaran Azkio dan Zivanka, adalah Baskara juga Mira. Mereka jadi sangat dekat dengan putri semata wayangnya