Setelah beberapa saat, terlihat adiknya itu datang dengan tergopoh-gopoh. Memakai pakaian yang sama sepertinya. Bahkan saat mereka berhadapan, tidak akan ada yang bisa mengenali wajah mereka.Beyza bergeming beberapa saat. Menatap wajah Belinda dari ujung rambut hingga ujung kaki. Wanita itu telah mempersiapkan segalanya untuk mendapatkan kembali cintanya."Belinda?!" sapanya tidak percaya. "Benarkah kau itu?!""Hisshh!! Kau mengulur waktu!! Cepat kau sembunyi!! Sebelum ada yang akan melihatmu!!" titahnya dengan membalikkan tubuhnya, mendorong punggung Beyza hingga wanita itu hampir terjatuh karena pakaian panjangnya."Cepat!! Tunggu apa lagi!! Kau benar-benar lelet!! Beyza!!" umpatnya tidak sabar."Belinda ... apa perbuatan ini benar?! Kita tidak seharusnya membuat kebohongan ini—""Ah!! Kau membuat ku tidak tahan!! Jika kau bukan saudaraku!! Meski aku enggan mengakui mu sebagai saudara, rasanya aku ingin mendorongmu dari atas balkon!!" ucapnya kesal. "... cepat!! Pergi!!" titahnya.
Asiyah menjulurkan sebuah air kemasan yang telah dibuka penutupnya, bersama sebuah sedotan.Belinda bergeming, Aisyah menganggap calon menantunya itu haus. Belinda mengambil air dari tangan Aisyah, lekas ia meminumnya. "Terimakasih, Ma—"Tanpa sadar mulut Belinda menjawab, ia reflek tanpa mengingat saat ini sedang menggantikan Beyza sebagai calon menantunya.Hampir ia kesulitan bernafas. Begitu pula Aisyah. Ia terkejut mendengar suara Beyza yang berbeda.Cepat-cepat Belinda berpura-pura batuk untuk melupakan pikiran Aisyah terhadapnya. 'Aduh!! Gawat!! Aku lupa!! Dasar Belinda bodoh!! Semoga saja Mama Exel tidak curiga.'"Hati-hati sayang!!" ucapnya, membuat hati Belinda sedikit lega. Setidaknya wanita itu tidak mengatakan sesuatu yang mengancam dirinya. Wanita berhijab itu memukul pelan bahu Belinda, untuk meredakan batuknya."Mau minum lagi?!" tawar Aisyah.Belinda hanya menggeleng kepala. Beberapa waktu lamanya akhirnya mereka telah sampai di gedung pernikahan Beyza dan Belinda.Se
"Belinda!?!! KAU??!" Teriakan Exel membuat semuanya ternganga. Serentak yang mendengarkan berdiri.Bertanya-tanya, bukankah yang menjadi calon mempelai wanitanya adalah Beyza, bukan Belinda. Mereka menatap wajah pengantin yang menundukkan kepala. Membenarkan jika wanita disamping Exel bukan calon istrinya, melainkan orang lain.Banyak yang mengetahui, jika Belinda adalah saudara Beyza.PLAK!!!Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Belinda menekan kuat pipinya yang memerah dan terasa panas."Sakit Exel!" ucapnya lirih."Kurang ajar!! Bagaimana kau bisa melakukan semua ini, Belinda?? Katakan!!" sentak-nya sampai terlihat urat lehernya mengeras.Exel menarik rambutnya yang terbalut kain putih dengan beberapa bunga menghiasinya. "Untuk apa kamu melakukan semua ini??!" tanya Exel, sorot matanya melihat ke arah Beyza yang ikut hadir ditengah-tengah para tamu undangan.Sebelum Belinda menjawab pertanyaan Exel, pria dengan wajah merah padam itu memerintahkan pada pengawal untuk menghenti
Orang-orang suruhan Gerald pun bergerak cepat. Dalam waktu beberapa saat saja gedung pernikahan tersebut kosong. Yang tersisa hanya kerabat dan orang-orang suruhan keluarga mereka. Salah satu dari mereka membawa Beyza, "Mari Nona!! Ikutlah bersama kami menemui Tuan Besar!!""Tidak!! Aku membenci Tuan kalian!" ucapnya.Sempat Beyza menolak, namun dengan paksa mereka membawanya menemui Exel, Adam dan lainnya.Langkah mereka terhenti sampai dihadapkan Exel. "Lepas!! Biarkan aku pergi!!" pintanya pada anak buah Gerald."Beyza, apa karena video penuh settingan itu yang membuat kamu marah padaku, dan membuat ide gila dengan menyuruh adikmu menggantikan posisi sebagai istriku!!" sentak Exel."Kamu jangan permainkan perasaan wanita seperti ini, Tuan!! Anda dan Belinda saling mencintai, saya tidak akan menjadi duri ditengah hubungan kalian," tutur Beyza. Mencoba untuk menahan diri, meski hatinya sedang terkoyak dalam. Mengingat video mereka memadu kasihnya."Diam Beyza!! Semuanya yang kau lih
"Apa yang akan kau lakukan, Belinda?! Jangan bermain-main dengan benda itu!! Kumohon!!" seru Beyza, ia melepaskan pegangan tangan Exel."Seperti yang kau lihat, saudariku. Aku akan memotong urat nadiku jika pria di sampingmu mengurungkan niatnya untuk menikahi ku!!—" jawabnya dengan tersenyum miring.Semua keluarga Exel menggeleng kepala. Gerald yang sebelumnya membenci Belinda mengumpat, "dasar wanita psikopat!! Ambisius sekali ingin menjadi istri Exel!!"Sorot tajam manik mata Belinda mengarah ke arah Gerald. "Tuan Bangka kurang ajar!! Kau tidak tahu jika Exel sebenarnya mencintaiku?! Dia hanya menutupi diri demi menjalankan titah mu!!""Kau bunuh diri sekarang pun tidak akan ada yang peduli, wanita gila!!" sambungnya lagi dengan mengacungkan jari.Sebagai saudara, Beyza masih bertanggungjawab atas Belinda, biar bagaimanapun juga gadis itu adalah adiknya. Ia tidak mungkin membiarkan Belinda mati begitu saja demi cintanya pada Exel."... Please! Jangan lagi kalian mengumpat adikku!!"
"Lepas!!" ucap Belinda dengan menggertakkan gigi-giginya.Stttt!!Tanpa sengaja——"ASLAN!!!!" Semua berteriak histeris. Darah telah merembes pada kemeja putihnya. Semua terkejut, Aisyah pun terkulai pingsan.Belinda menarik pisau dari perut Aslan dan membuangnya secara sembarangan. Kedua mata Aslan hampir menutup, bibirnya sudah tidak mampu bergerak untuk mengeluarkan suara. Terdengar desis suara menahan sakitnya, satu tangan kiri menekan luka pada perutnya. Saat tubuh itu akan terjatuh Exel segera merangkulnya."Aslan bertahanlah!!" ucap Exel."Pengawal!! Seret wanita itu ke penjara!! Jangan biarkan dia lolos!! Dia harus menerima hukuman yang setimpal!!" titah Gerald.Gerald pun membantu membawa tubuh pria yang berlumuran darah itu masuk ke dalam mobil yang terparkir diluar gedung. Disusul Adam yang membawa istrinya."LEPAS!! LEPASKAN!!" ucap Belinda memberontak. Wanita itu seakan kehilangan kesadaran karena ambisinya tidak tersalurkan.Pengawal memegang erat kedua tangannya, bern
"Dokter, bagaimana keadaan Putra saya?!" tanya Adam. Berharap mukjizat datang untuk Aslan.Belum menjawab, Aisyah pun ikut bertanya. "Dokter cepat beri tahu kami. Bagaimana keadaan Aslan Putraku?!"Pria berjas putih itu menarik maskernya, dari wajahnya tidak ada kepanikan. Aisyah dapat mengartikan jika Aslan selamat."Berkat doa kalian, Tuan Aslan dapat diselamatkan." Pria itu mengangkat sudut bibirnya."Alhamdulillah ..." ucap Aisyah seraya mengangkat kedua tangan lalu mengusapkan ke wajahnya.Wanita itu memeluk Exel yang berdiri di sampingnya. "Exel, maafkan Mama yang tidak bisa mengurus kalian dengan baik—" "... Mama bicara apa?? Exel dan Aslan bukan anak-anak. Kami sudah dewasa, bisa jaga diri kami sendiri." Exel protes. Wajahnya tidak terlihat dewasa.Gerald terkekeh mendengarnya. "Dewasa apa?! Lihat saja, menikahi satu wanita saja tidak terlaksana. Paman tidak yakin jika Beyza mau menerimamu lagi, kesalahan mu sangat fatal. Dan tidak bisa di maafkan, betul kan Beyza??!" ucap Ger
Mengurungkan niat, Exel kembali keluar dengan menutup pintunya. Kali ini Beyza dapat mendengarkannya karena terdengar jelas.Wanita itu menoleh ke belakang. Tidak terlihat siapapun disana. "Siapa yang baru masuk, Tuan?!" Beyza menatap serius Aslan yang sepertinya melihat seseorang yang baru membuka pintu.Aslan menggeleng kepala. "Tidak ada siapa-siapa.""Sebenarnya tadi kita bergiliran melihat keadaan Tuan di ruang ini. Tunggu sebentar, saya panggilkan Nyonya Aisyah, ya??" Wanita dengan rambut panjang terurai itupun berdiri.Belum menggerakkan kakinya, Aslan menahan tangannya. "Ya Tuan?""Aku mau kamu selalu berada di sisiku—""Maaf Tuan, apa maksud Anda?!""Jangan berpikir hal lain. Aku hanya memintamu untuk merawat ku selama beberapa hari sampai aku sembuh."Beyza tersenyum kecil. Setelah itu ia menundukkan kepala......"Tuan ... Mari makan buburnya. Setelah itu minum obatnya." Sebuah mangkuk kecil dan segelas air mineral berdiri diatas nampan dalam pegangan tangannya.Setelah be
Beberapa menit mereka habiskan di dalam cafe. Exel mulai suntuk harus berpura-pura menemani wanita itu. 'Sial. Kapan sih orang itu menyelesaikan tugasnya? Aku sudah tidak tahan lagi,' batin Exel. Selesai makan, ia meletakkan sendok dan pisau di atas plate. Mencoba melihat gawainya belum ada tanda pria suru itu menghubunginya. Beberapa saat kemudian terlihat empat pria bersergam lengkap datang bersama orang suruhan Exel. Exel menaikkan dua sudut bibirnya. "Akhirnya, mereka sampai juga."Ivanna menoleh kebelakang, terdengar suara sedikit mengusik telinganya. Saat mengetahui siapa yang datang, Ivanna gegas berdiri dengan perasan panik.Tidak memberi penjelasan, pria tersebut memborgol dua tangan Ivanna. Wanita itu berusaha melepaskan. "Tunggu!! Kalian mau bawa aku kemana? Kenapa kalian tidak memberiku penjelasan?" Ivanna berusaha melepaskan diri dari pria-pria tersebut. "Jelaskan nanti di kantor polisi, Nona!!!" Salah satu di antara mereka menjawab. Gadis itu melihat ke arah
'Aku akan buat perhitungan. Aku akan gagalkan rencana mereka,' batin Ivanna sambil berjalan, sesekali menatap mereka dengan tatapan bengis.Sementara malam itu Exel mengantarkan Anne pulang. Aisyah memaksa Exel untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, membawa Anne ke rumah ini. Ia harus bisa bertanggung jawab atas anak orang, katanya.Kurang lebih tiga puluh menit mobil Exel akhirnya sampai pada gang rumahnya."Aku mau mampir, boleh gak?" goda Exel."Kau tahu sekarang uda malam banget, kelamaan di rumah kamu sih. Bukannya gak boleh, tapi tahulah aku tidak enakkan sama papa!""I-iya, aku tahu itu. Tapi kamu kan udah izin malam malam di rumahku. Papamu juga ga keberatan. Hih, gak bisa di ajak bercanda!! Ya sudah kamu cepat pulang. Aku tunggu kamu sampai masuk rumah mu!""Terlalu berlebih-lebihan. Lagi pula tinggal nyebrang aja kan? Sana kamu pergi! Terimakasih, ya sudah di antar!" Anne tersipu malu. Ia tidak bisa berlama-lama melihat wajah Exel."Ok!"Beberapa saat kemudian, pria itu
"Exel terserah Mama dan Papa saja.""Alhamdulillah ..."Sementara Anne, "????"'Benarkah yang aku dengar barusan? Terserah mereka? Dalam artian dia setuju dong?! Ah, kacau. Kenapa aku jadi pengen melepaskan senyuman ya. Tahan. Tahan Anne ... Kamu harus bisa menjaga image.'Terlihat pasangan suami isteri tersebut tersenyum bahagia. 'Wah ... Sepertinya aku akan menjadi menantu paling bahagia di keluarga ini.' Anne masih tidak berhenti bicara dalam batinnya.Ia melirik Exel yang duduk dengan tenangnya. Heran, bagaimana bisa ia setenang itu dalam pembahasan masalah masa depannya. Dasar! Pikir Anne. "Mama Aisyah dan Papa Adam akan datang ke rumah Anne besok malam."????Baik Exel maupun Anne terkejut. Mereka saling melihat satu sama lain. Dengan cepat Exel bertanya. "Ma, apa tidak terlalu terburu-buru? Kita bisa bicarakan ini pelan-pelan. Bukan begitu, Anne?!" Exel menatap tajam. Ia harus setuju dengan usulannya."Ya, itu benar. Sepertinya itu terlalu terburu-buru." Anne hanya bisa tersen
Sore itu, Aisyah gegas menyiapkan makan malamnya untuk calon menantu yang di damba sepanjang hari itu. Wajahnya yang berhari-hari terlihat sedih karena tidak dapat bertemu dengan Anne kembali, kini terlihat lebih ceria.Kesehatan Aisyah jauh lebih baik sekarang, semua berkat Anne. Assisten dapurnya membantu kesibukan Aisyah di sana.Dari luar terlihat Anne berjalan masuk, ia mengambil celemek yang tergantung di sebelah pintu dan memakainya. Seperti biasa senyum Aisyah mengembang sempurna."Boleh saya bantu??!" Wajah Anne yang ceria menawarkan diri."Kamu nanti lelah, kamu istirahat saja, Sayang. Kan kamu di rumah ini adalah tamu, jadi lebih baik Anne duduk manis sambil di temani secangkir kopi." Anne tersenyum melihat ucapan ibu Exel ini."Tidak boleh menolak pokoknya, heheh.""Ya sudah silahkan. Bisa masak juga memangnya?""Kalau masak yang mudah sih, bisa Nyonya."Aisyah menatap wajah Anne, lalu mengatakan, "Bisakah kamu panggil saya Mama Aisyah. Ibu rindu dengan Beyza, aku harap k
"Hey!! Kamu kenapa bengong? Aku antar kamu pulang. Biar mobilnya di bawa Supir!" Exel tiba-tiba mengagetkan. "Ah!! Tidak perlu. Kamu datang ke sini saja aku sudah berterima kasih banyak. Jika kamu tidak datang, entahlah nasib kami." Anne berusaha merendahkan diri."Eh, tapi. Kamu harus bayar mahal!!" Lanjutnya.Exel mengerutkan keningnya. "Apa yang kudu aku bayar?!""Itu tadi, kamu meluk aku! Memang aku wanita apaan?" "Sudahlah lupakan. Aku hanya ingin wanita gatal itu segera pergi dari kehidupanku. Maaf ya, gara-gara dia kamu hampir celaka."Kedua masuk dalam mobil Exel. Sementara mobil Anne di kemudian supirnya. Selama di dalam mobil..."Xel, selama aku kenal kamu, ternyata kamu tidak seburuk yang aku kira." Anne memulai percakapan setelah kuda bermesin Exel melaju pelan."Memang kaukira aku dulu sangat buruk menurut pandangan mu?!""Ya, saat kamu menabrak ku dulu, terus kau tidak mau tanggung jawab. Rasanya sesak sekali bisa bertemu dengan orang sepertimu, Xel!""Maaf, memang ak
[Halo, Papa!!] [Papa Gundul mu!!] Terdengar suara tidak asing. Bukan suara Abimanyu. Ia menjauhkan ponselnya dan melihat layar. Pikirnya mengarah ke arah sana, pria dingin itu. "ASTAGA!!" Anne segera menutup mulutnya. 'Aku salah telepon. Tapi udah terlanjur. Tidak ada waktu lagi. Ini emergency banget.' [Halo!! Ada apa? Apa tidak bisa sebentar saja kamu melupakanku, Hem?! Padahal jadwalnya nanti malam kau akan datang ke rumahku. Sekarang sudah menelpon saja. Dasar wanita tukang malu-maluin!] umpat Exel tanpa sensor. [Astaga. Sudah aku tidak ada waktu berdebat. Nanti malam kita lanjutkan debatnya. Xel, aku minta tolong. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, saat ini aku sampai di jalan Permata Indah ——] [Terus?] [Dengarkan dulu kenapa, sih!! Di belakang mobilku ada mobil hitam yang mengikuti ku dari tadi. Aku takut itu penjahat, Xel. Aku tidak mau mati muda gara-gara preman.] [Kenapa harus takut? Lawan saja. Mereka juga manusia. Sama seperti mu!] [Kalau mereka membawa s
Pria itu bergegas keluar sampai di ambang pintu, ia menoleh kembali. Ternyata wanita itu masih memperhatikannya. 'Dasar!!'Dalam batinnya mengatakan dengan percaya diri, 'Aku tidak mengira jika kau putri dari Tuan Abimanyu, Ann. Ah ... apakah Tuhan ingin mendekatkan kita berdua dalam satu hubungan?!' Exel menggeleng kepala. Dan cepat pergi dari ruangan itu.Sementara Anne bergeming entah dalam berapa waktu lamanya. Menatap kepergian Exel, sampai pria itu tidak terlihat lagi punggungnya, masih saja melihat ke arah pintu.Tanpa sadar, Anne masuk dalam dunia perhaluan. Ia membayangkan pria itu telah menjadi kekasihnya. Mereka memadu kasih, duduk di sebuah taman menatap langit yang biru. Exel memegang tangannya pelan sembari di usap penuh cinta. Keduanya saling bertatap muka. Melihat sepasang manik mata yang memiliki arti yang dalam.Sudut bibir mulai mengembang sempurna. Ah, betapa bahagianya hari ini. Memang benar pepatah mengatakan, jika dua insan manusia sedang di landa cinta, maka
Anne mendadak salah tingkah. Sampai mengumpat pada dirinya sendiri. 'Ish!! Anne!! Lihatlah, tidak ada yang special dari wajah pria dingin ini. Kenapa aku jadi salting gini sih?!"Tanpa sadar, Anne memperhatikan wajahnya beberapa saat. Sampai Exel memergokinya. "Eh, ternyata diam-diam mencuri pandang wajahku, ya!? Benar dan tidak salah sih, karena wajahku ini kegantengannya seperti ombak di laut. Kuat dan dapat menghanyutkan. Banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku, Ann."Cih!!Anne tertawa sinis. "Aduh, sudah buang jauh-jauh pembahasan Anda ini. Sesungguhnya, aku sedikit mual. Dan siapa juga yang sedang antri?? Perasaan sejauh ini cuma si Ivanna." Tetap menjaga konsentrasinya menggarap pekerjaan yang berada di berkas file laptopnya."Halah ... kenapa sih jadi wanita sombong banget. Tinggal mengakui saja, apa salahnya!!" Exel menjulur meletakkan tangannya di atas telapak tangan Anne. Wajah wanita itu makin pucat saja dibuatnya."Kamu itu sedang apa?! Begini yang benar itu
Pagi itu, sesuai dengan kesepakatan, Exel datang ke perusahaan besar Abimanyu. Manager Abi telah menunggu kedatangannya. Setelah Exel datang, ia dan beberapa pegawai lain, mendampingi menuju ruangan Anne."Silahkan, Pak Exel. Kami sudah menantikan kedatangan tamu kehormatan seperti Anda kemari." Ia menyapa dengan senyumnya yang mengembang."Anda terlalu membesar-besarkan, Pak. Terimakasih sambutannya." Exel menunduk kepala sebagai salam hormat.Banyak mata nakal terutama pegawai Abi yang ganjen, memperhatikan Exel berjalan melewatinya. "St St!! Siapa itu yang baru lewat? Tampan banget." Salah satunya nyeletuk. "Jangan bicara macam-macam ya, itu rekan kerja Pak Abimanyu!!" "Oh, aduh. Semoga tidak ada yang melaporkan mulutku yang celamitan ini.""Semoga saja.""Tampan sekali sih, duh. Kok aku jadi membayangkan Ibu Anne dan orang ini berjodoh, ya?!" Salah satu dari mereka nyeletuk.Beberapa saat mereka membenarkan. "Ya, kamu benar. Cocok banget. Tampan rupawan dan cantik. Ah ... apal