Share

FARUQ

Penulis: Siti Auliya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tujuan kita ternyata sama, aku juga berniat ke tempat itu," kata Wisaka.

Faruq kaget sekaligus merasa gembira, ada teman seperjalanan nantinya.

Wittwiww ....

Wisaka bersuit keras, Onet yang masih di atas pohon, cepat-cepat turun, lalu menyerahkan buntalan ke arah Wisaka. Wisaka menerimanya lalu menyerahkan kepada Faruq.

Faruq memandang heran kepada Onet, Onet menyeringai ke arahnya. Faruq mundur takut disergap, Wisaka hanya tertawa.

"Ini Onet, teman yang menyertai perjalananku," Wisaka memperkenalkan Onet kepada Faruq.

Faruq tertawa melihat Onet yang memandangnya, mungkin Onet heran melihat badannya yang gendut.

"Sini, Onet, bersalaman dengannya," Faruq berkata sambil melambaikan tangannya ke arah Onet.

Onet beranjak, menjabat tangan Faruq, lalu ... jleng, ia meloncat ke bahu Faruq, membuat Faruq kaget dan terjengkang, terduduk di tanah. Wisaka tertawa melihat kelakuan Onet. Dengan susah payah Faruq bangun.

"Si

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • IPRIT   KITAB JATUH KE TANGAN PERAMPOK

    "Kang!" "Kang Wisaka, woii!" Faruq berteriak-teriak. Setelah jauh dari gua, dia berhenti sejenak, berjongkok, tangan di atas lutut. Mengatur nafas yang tersengal-sengal. "Kamu seperti dikejar setan, ada apa?" suara Wisaka mengagetkan Faruq. "Ampun ... ampun ... ampun," katanya sambil menutup muka. Wisaka tertawa melihat reaksi Faruq yang kocak. Faruq menutup muka dan posisi kaki seperti jalan di tempat, persis anak kecil yang lagi ngambek minta permen. Muka bulatnya sangat ketakutan. "Hey, ini aku ... Wisaka, setan apa yang mengejarmu sampai kau begitu ketakutan, semalem kau bertarung dengan gagah, sekarang lari seperti diudag (dikejar) kuntilanak?" tanya Wisaka. Faruq membuka matanya pelan-pelan. Onet mengelilinginya sambil menengadahkan mukanya, kemudian ia menyeringai ke arah Faruq seperti mengejek. Meloncat ke atas pohon, duduk sambil makan buah yang baru saja mereka dapatkan. "Aku seperti mendenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • IPRIT   TERSESAT DI HUTAN SANCANG

    Wisaka berlari dengan cepat, sementara Faruq turut berlari sesaat setelah bengong melihat perampok itu kabur, tongkatnya terjatuh. "Eeeh, tunggu ... jangan kabur ya!" Faruq ikut berteriak. Faruq tidak melihat kalau tongkatnya menghalangi jalan, dia jatuh tertelungkup. Cepat-cepat bangun kembali. "Sialan tongkat ini, jadinya terlambat aku mengejar perampok," kata Faruq sambil memungutnya. Faruq berhasil mengejar Wisaka, tapi rupanya Wisaka tidak mampu mengejar para perampok itu. Mereka yang sudah terbiasa dengan hutan ini, begitu mudah menerobos jalur yang tidak diketahui Wisaka. "Bagaimana?" tanya Faruq sambil ngos-ngosan, peluh membasahi perutnya yang bulat, sehingga tampak licin dan mengkilap. "Lolos," jawab Wisaka penuh penyesalan. Pemuda itu merasa gagal menyelamatkan barang amanah yang sangat berharga untuk calon gurunya. Hendak menyusul ke mana sekarang, Wisaka tidak tahu jalan. Disaat semua terdiam mencari akal, bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • IPRIT   LELUHUR WISAKA

    "Ya, apakah Nenekmu tidak bercerita tentang Eyang Buyutmu?" tanya Kakek yang berjuluk kuncen atau juru kunci itu. "Tidak, tapi sepertinya dulu ketika masih kecil, aku pernah diceritakan dongeng tentang harimau yang menikahi manusia," jawab Wisaka. "Itu bukan dongeng, cerita itu adalah kenyataan yang terjadi kepada eyang buyutmu, panggil saja aku Aki," ujar Kakek. "Benarkah itu, Aki?" "Ya, seperti itulah kenyataannya. Eyang ini Buyutmu, kemarilah." Aki melambaikan tangannya ke arah rimbunan pohon. Jleng. Seekor harimau besar melompat, lalu terdiam di bawah tangga gubuk. Wisaka dan Faruq mengkeret. Aki menyuruh mereka untuk turun menemuinya. Wisaka kemudian turun. Harimau itu menjilati tangannya. Wisaka mengusap-usap leher harimau tersebut. Faruq mengambil tangan harimau seolah-olah bersalaman. "Aku, Faruq, teman Wisaka," katanya sok dekat, padahal hatinya takut bukan kepalang. Baru kali ini dia bertemu dengan harimau.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • IPRIT   AJIAN SEGARA MACAN

    Sepasang mata itu tiba-tiba menjauh ketakutan, lari terbirit-birit. Ia melihat sinar lebih terang datang hendak mendekatinya. Daripada bermasalah lebih baik lari, begitu pikirnya. Sinar lebih terang itu tidak lain adalah sepasang mata milik Eyang Wisaka. Binatang itu berlari menyebrangi sungai, lalu mendaki dan duduk di batu datar. Sepasang mata yang satunya lagi, yang mengawasi Wisaka tidur, ia juga ternyata seekor harimau betina muda. Berlari ke arah yang sama, kemudian bersembunyi di balik semak-semak. Wisaka terjaga tepat tengah malam, dia pergi dengan Aki ke tempat Batu Belah. Di sana sudah duduk bersila seorang kakek-kakek. Wisaka heran dengan kehadiran kakek-kakek tersebut. "Siapakah dia, Aki?" tanya Wisaka. "Eyangmu," jawab Aki. Wisaka sudah tidak kaget lagi melihat kejadian-kejadian yang mencengangkan terjadi di depan matanya. Pemuda itu sudah mulai terbiasa. Tanpa banyak bicara Wisaka mendekat. "Eyang," sapanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • IPRIT   CEMPAKA MENJADI KORBAN

    Cempaka memperhatikan bayangan itu. Sosoknya seperti Wisaka. Lama dia perhatikan, tapi sosok itu tidak bergeming. Cempaka penasaran, dia pun memanggilnya. "Kang!" serunya. Wisaka kemudian menoleh, melihat ke arah Cempaka, terlihat oleh Cempaka pemuda itu tersenyum. Cempaka ingin sekali keluar dan menemuinya. Mimpi buruknya menahannya sejenak. "Apa arti mimpiku?" tanyanya dalam hati. Karena mimpi itu pula dan kerinduan yang mendalam, membuat Cempaka meloncati jendela untuk menemui Wisaka. Dia mengabaikan kata hatinya yang menyuarakan tanda bahaya di kepalanya. Berhasil meloncati jendela lantas menghambur ke pelukan Wisaka. "Kang, aku rindu," ujar Cempaka. Wisaka memeluk erat tubuh Cempaka. Lama tak melepaskan, Cempaka berusaha melepaskan diri dari pelukan Wisaka. Dia heran mengapa tidak seperti biasanya Wisaka bertingkah. Cempaka menyimpan keheranannya dalam hati. Wisaka mengajak Cempaka duduk, mereka mengobrol melepaskan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • IPRIT   TERTUDUH LAGI

    Pak Amir berusaha menghindari serangan orang yang mirip Wisaka itu. Cempaka mengkeret tak berdaya dan jatuh terduduk di tanah. Mulutnya seperti terkunci tapi gadis itu masih bisa mengingat apa yang terjadi. Cempaka gemetar karena takut dan trauma. Hatinya merasa bersyukur Pak Amir datang. Apa jadinya kalau dia tidak ditolong oleh Pak Amir. "Mungkin aku akan berakhir seperti Sulastri," bisiknya dalam hati. Bergidik ngeri dia membayangkan semuanya. Sementara itu seorang penduduk ada yang mendengar kegaduhan karena pertarungan Pak Amir dan orang misterius tersebut. Penduduk itu dengan cepat bereaksi, dia memukul kentongan. Suara kentongan yang dipukul dengan cepat menyentak warga. Dengan segera warga siaga dan keluar rumah. "Ada apa ... ada apa?" Semua warga sibuk bertanya. "Aya nu gelut, aya nu gelut (ada yang berkelahi)!" Orang yang memukul kentongan berseru. "Di mana?" "Itu di sana, ayo kita ke sana, nyalakan obor!" Ramai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • IPRIT   KEKUATAN BULAN PURNAMA

    "Aku gak tahu, Ceu," kata Ceu Entin. Mereka berbisik-bisik dengan sangat lirih, takut orang lain mendengar. Mereka menduga-duga dan berandai-andai. Dengan pikiran yang ketar-ketir saat menuju kampung, dengan kecemasan masing-masing dalam lubuk hati mereka. Cempaka dibaringkan di amben, ibunya membersihkan rambut Cempaka dari sampah dedaunan yang menempel. Perempuan itu menangis melihat keadaan anaknya. "Neng, kunaon atuh maneh teh (Neng, kamu kenapa)?" ujarnya sambil menyisir rambut anaknya yang panjang dengan jari. Dibetulkannya baju Cempaka yang robek-robek. Ketika siuman Cempaka menangis keras, ibunya memeluknya. Ketika sudah reda ibunya lalu bertanya,"Ada apa sebenarnya ini, Neng?" Cempaka ingin menjawab, tetapi yang keluar seperti tadi, hanya uuuhh ... aahh. Cempaka bisu. Ibunya yang sudah menghentikan tangisannya, menangis lagi dengan sedih. Anaknya tidak bisa berbicara sungguh pukulan berat untuk batinnya. Orang-orang yang melihat ramai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • IPRIT   BERMAIN KARTU

    Habis maghrib Kang Saep berniat mendatangi rumah Pak Amir. Dia ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi kemarin malam. Sebagai orang tua yang seumuran dengan Pak Amir, Kang Saep maklum dengan perasaan Pak Amir yang dituduh oleh warga. Makanya dia bermaksud untuk menyambanginya malam ini. Menyusuri jalan setapak yang redup karena bulan belum muncul. Kang Saep berjalan sambil menyesap rokok dari daun kawung. Daun aren muda yang dijemur, kemudian dipotong-potong pendek buat pembungkus tembakau. "Mau ke mana, Kang?" Seorang warga yang kebetulan bertemu menyapa. "Mau ka payun (ke depan), Jang ," jawab Pak Amir. Kebiasaan orang Sunda apabila ditanya orang, mereka akan sebut ke depan, tanpa merinci ke mana tujuan. Kang Saep mengetuk rumah Pak Amir yang tampak sepi, tapi pelita yang menyala menandakan pemilik rumah ada. Kang Saep memasuki rumah setelah Pak Amir membukakan pintu. "Tumben nih, ada angin apa, Kang?" tanya Pak Amir basa basi sambil mempersi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • IPRIT   SEMUA BERAKHIR

    Anggini tidak menyangka Eyang Gayatri sampai turun untuk membasmi para iblis ini. "Anggini, lama tidak berjumpa." Eyang Gayatri mengusap rambut gadis itu. Dia sudah menganggapnya sebagai cucu. Setelah Cempaka --muridnya menikah dengan Wisaka. Makanya Eyang Gayatri menganjurkan Cempaka untuk mengajari jurus Bunga Persik. Sementara itu, Iblis Tengkorak tengah berjuang mengenyahkan suara dari telinganya. Darah kental semakin banyak mengucur dari telinganya. Jurus Kijang Mengorek Telinga ini memang begitu dahsyat. Apalagi yang melemparkan jurus Eyang Astamaya. Iblis Tengkorak tidak bisa berkutik. Benang ajaib yang membelitnya semakin membuatnya tidak berdaya. Sejurus kemudian Eyang Gayatri menunduk malu. Sebelumnya kedua orang tua itu saling bertatapan mata. Eyang Astamaya tersenyum kepada Gayatri. Eyang Gayatri tersenyum juga dari balik cadarnya. Eyang Gayatri memberikan kantung hitam kepada Eyang Astamaya. Tempat arwah iblis yang menyamar menjadi Sumina

  • IPRIT   SUMINAR TEWAS

    Jaka dan Anggara tengah terpesona, mereka melihat kehebatan makhluk yang bernama Suminar. Namun Jaka sudah mendapat peringatan dari bapaknya, itu hanyalah tipuan."Anggara, usap matamu … usap matamu!" Jaka berteriak."Baiklah, Jaka!"Mereka berkali-kali mengusap mata masing-masing, kemudian mundur karena kaget. Perempuan itu tampak sangat menyeramkan kini. Kedua matanya pecah, meleleh darah kental di mukanya."Wow!" Jaka berteriak.Anehnya, Suminar masih bisa tahu posisi Anggara dan Jaka. Dia mempersiapkan sebuah serangan."Kang, hati-hati!" Anggara berteriak memperingatkan Jaka."Siap!" Jaka mempersiapkan sebuah pukulan jarak jauh.Setelah yakin dengan perkiraannya, Suminar mendorong sebuah kekuatan dahsyat ke arah mereka berdua. Tentu saja Anggara dan Jaka secepat kilat berganti posisi. Angin yang dihasilkan dari serangan Suminar melabrak sebuah pohon.Draaak … bruuuk.Pohon bes

  • IPRIT   SIASAT LICIK SUMINAR

    Suminar bergerak diam-diam. Dia mulai menjamah Anggara. Lidahnya perlahan-lahan menjulur-julur keluar masuk dengan cepat. Kepalanya berubah menjadi kecil dan gepeng. Ia menampakkan wujud aslinya, seekor ular siluman.Suminar yang masih bertubuh manusia, menyentuh tubuh lelaki itu. Anggara belum menyadari apa yang terjadi. Dia masih tertidur pulas. Suminar mendesis, air liurnya menetes dari sela-sela taringnya yang tajam."Mengapa tubuhnya berbau amis?" Hati Suminar bertanya-tanya. Dia merasa terganggu dengan bau badan Anggara. Lelaki itu tetap terlelap.Suminar mengabaikan bau badan Anggara. Dia meneruskan aksinya. Malam ini Anggara harus menjadi pengantinnya. Ritual ini harus segera dilakukan. Tidak boleh gagal lagi."Beruntung sekali, aku menemukan pemuda ini … ssst … ssst, dia cari mati dengan mengantarkan nyawanya ke sini." Wanita siluman itu sangat senang. Dia tidak berpayah-payah mencari tumbal untuk malam purnama ini. Dia mendes

  • IPRIT   CALON TUMBAL

    Semua kaget dengan pernyataan Wisaka. Besok malam gadis itu harus menjadi umpan Sepasang Iblis dari Timur. Sebenarnya Wisaka mempunyai rencana yang begitu hebat. Wisaka sudah paham kebiasaan sepasang iblis itu."Besok malam adalah malam purnama. Kalau sepasang iblis itu benar adanya Iprit, mereka pasti akan mencari tumbal. Seorang gadis untuk ritual pengantin." kata Wisaka menjelaskan."Tidakkah itu berbahaya, wahai Wisaka?" tanya Anjani."Tentu saja kita akan mengawalnya, mengawasi diam-diam." Wisaka mengatur siasat untuk besok malam. Mereka mendengarkan baik-baik.Jaka memegang tangan Dialin yang terasa dingin, mencoba menyalurkan kehangatan. Dialin memandang Jaka, kemudian menunduk. Hatinya merasa bahagia bertemu dengan Jaka. Pengganti kekasihnya yang tewas di tangan sepasang iblis. Dialin seperti mendapatkan kembali roh jiwanya. Sejak kematian kekasihnya, jiwanya juga terasa ikut mati.Dialin seperti mendapat kekuatan kembali. Dendam mengalir d

  • IPRIT   RENCANA

    Jaka bangkit dari tidurnya, duduk di dahan sambil memperhatikan jalan. Bayangan hitam itu begitu cepat melesat. Jaka tidak sempat melihatnya.Tidak lama kemudian datang dua orang yang sama berpakaian hitam juga. Rupanya mereka mengejar bayangan tadi. Jaka beranjak mengikuti keduanya."Sialan!" umpat si pengejar."Ke mana dia perginya?" tanya yang satu lagi."Entahlah, ayo cepat kita susul!"Jaka yang bersembunyi di rimbunan pepohonan melihat mereka pergi. Pemuda itu menggeliatkan badan."Ssst …."Satu desisan terdengar dari samping pemuda itu. Jaka cepat menoleh, terlihat olehnya seorang gadis tengah menempelkan telunjuknya di bibirnya."Dialin!" seru Jaka tertahan. Senang sekali Jaka bisa bertemu dengan gadis tersebut.Dialin memberi isyarat supaya Jaka diam. Matanya masih memperhatikan ke arah jalan tadi. Takut pengejarnya datang lagi."Mereka sudah pergi," bisik Jaka.Dialin me

  • IPRIT   DISEKAP ALIYA

    Jaka menghadik Aliya yang sudah kurang ajar kepadanya. Dia belum tahu dengan siapa berhadapan. Jaka menuntun Anggini mengajaknya pergi."Tunggu!" seru Aliya.Jaka, Anggara dan Anggini mengurungkan niatnya pergi dari tempat itu. Memandang heran kepada Aliya."Seenaknya saja kau bawa dia!" sergah Aliya sambil menunjuk Anggini."Mau kau apakan adikku?" tanya Jaka.Aliya terdiam saat Jaka menyebutkan Anggini sebagai adiknya. Lama dia memperhatikan wajah lelaki di depannya itu. Ketampanan Jaka sudah membuatnya terpesona."Dia adikmu?" tanya Aliya kepada Jaka."Kau pikir aku siapanya?" dengkus Anggini kesal. "Ayo! gak usah ladeni dia, Perempuan Gila!"Aliya sangat marah saat dikatakan perempuan gila oleh Anggini. Aliya meradang, menyerang Anggini dengan beringas. Sudah dari tadi dia ingin sekali menyakiti Anggini. Gadis yang dicintai oleh Anggara."Berani sekali kau mengatai diriku gila, Perempuan Sundal,"

  • IPRIT   ANGGINI DICULIK

    Jaka memperhatikan Dialin yang berkelebat cepat meninggalkannya. Heran sendiri, padahal wajahnya tidak ada yang aneh. "Bahkan kata orang aku ganteng," pikir Jaka. Pemuda itu tertawa kecil.Jaka membiarkan Dialin pergi. Dunia ini sempit, nanti juga pasti bertemu lagi. Hari di penghujung siang. Binatang malam mulai bernyanyi. Onet sudah mengambil posisi paling nyaman di sebuah pohon.Sementara Jaka merebahkan diri di dahan bercabang. Berbantalkan kedua tangannya, dia kembali bersyair."Malam yang datang tanpa hadirmuGelap mencumbu bayanganBintang membisu di sudut langitRembulan mengintip malu-maluMemelukmu adalah keniscayaanKerinduan entah untuk siapamenyeruak nakal dalam benakCinta datang tanpa diundangMemenuhi segala ruang hati"Jaka memandang langit, mencoba mencari bayangan wajah gadis yang baru saja dikenalnya. Perlahan-lahan raut wajah itu terukir di antara awan. Jaka tersenyum sendiri me

  • IPRIT   PENDEKAR BERSYAIR

    Jaka bangkit dari tidurnya, dia duduk di dahan pohon sambil mengamati sekitar. Suara halus itu mengganggu konsentrasinya. Tidak terlihat siapa pun ... senyap. Dia kembali bersyair. "Wahai angin yang menyembunyikan rasa Datanglah di sela daun-daun Hinggap bersama burung-burung Bernyanyilah walau suara parau Aku pastikan suaramu merdu di telingaku." Tak ada balasan, tetap hening. Jaka merasa penasaran. "Kau mempermainkan aku, Gadis," gumam Jaka. Jaka merasakan aura seseorang yang mempunyai kemampuan lumayan. Wanita penyair itu punya ilmu cukup tinggi. Jaka hampir tidak bisa mendeteksi keberadaannya, Jaka bersyair kembali. "Samarkudendangkan nyanyian Angin pengembara membawanya Berkelana di jagat senyap Langit akan menangkap tandanya Awan 'kan menjadi saksi Bertemunya dua hati" Terdengar tawa lirih. Namun, seperti ada nada luka pada tawanya itu. Jaka yang berhati halus

  • IPRIT   SEPASANG IBLIS DARI TIMUR

    Sepasang siluman itu melayang keluar dari gerbang Negeri Bunga Persik. Mereka berkelana mencari raga baru untuk memulai rencana baru.Sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara duduk berdua di tepi danau. Mereka lupa sekeliling sampai malam sudah semakin larut. Mereka tidak menyadari kalau aura di sekitarnya sudah berubah.Hawa dingin malah semakin membuat mereka bertambah dekat. Tidak menyadari bahaya mengintai. Mereka malah melakukan hubungan terlarang.Kedua Iblis itu semakin mengipasi mereka dengan hawa dingin. Mereka tertawa terbahak-bahak melihat sepasang manusia tersebut. Keduanya menunggu waktu yang tepat untuk menukar raga.Rupanya lelaki dari pasangan itu lama-lama sadar ada sesuatu yang mengganggunya. Ia sedikit paham dengan ilmu kanuragan. Ada aura yang semakin dingin berada di sekitarnya."Keluar, kau!" teriak lelaki itu."Hahaha hahaha hahaha hahaha." Hanya suara tawa yang menjawabnya."Sebaiknya kau menye

DMCA.com Protection Status