“Aku tidak akan menjadi mayat. Lebih baik aku menjadi Iblis agar bisa membalaskan semua dendam keluargaku!”
Liong Yun berteriak. Anak lelaki yang masih berusia delapan tahun itu sudah menanggung beban dendam yang besar. Ia tanpa rasa takut memasuki jalan setapak yang terbentang di depannya.
Saat Liong Yun mulai memasuki bagian dalam pulau itu, ia melihat sebuah cahaya terang yang mencolok diantara kegelapan pulau diselimuti hutan. Ia pun menjadikan titik cahaya itu sebagai tujuan. Beberapa kali ia meringis kesakitan merasakan terinjak batu berduri ataupun digigit binatang. Karena gelapnya tempat itu ia tidak mengetahui hewan apa saja yang sudah menggigitnya.
Anak itu terus berjalan dengan sisa-sisa tenaga dan semangatnya. Sesekali ia terjatuh dan merasakan hewan-hewan dibawah langsung menyerangnya. Hanya dengan menyapu dengan tangan ia coba menepis hewan-hewan yang merayapi tubuhnya. Hewan yang menggigit dimana saja tempat ia singgahi.
Keadaan Liong Yun semakin payah. Ia merasa pandangannya mulai kabur. Sudah dapat dipastikan hewan-hewan yang menyerangnya itu adalah hewan berbisa.
Pada akhirnya anak itu sampai juga ke tempat cahaya yang dilihatnya tadi. Ternyata cahaya itu berasal dari dalam goa yang letaknya tepat di tengah-tengah pulau itu. Tepat di depan goa itu, Liong Yun roboh tak sadarkan diri.
Beberapa saat setelah Liong Yun tidak sadarkan diri hujan pun turun. Hujan yang entah dari mana datangnya, karena langit yang tertutupi pepohonan besar nan lebat membuatnya tidak bisa terlihat. Entah dari langit entah dari kekuatan lain.
Ada keanehan yang terjadi diakibatkan oleh tetesan hujan yang mengenai tubuh Liong Yun. Semua luka yang dialami Liong Yun perlahan mulai membaik sampai akhirnya tidak berbekas lagi. Begitu juga keadaan luka dalamnya. Air hujan itu benar-benar menyembuhkannya.
Liong Yun pun perlahan mulai membuka matanya. Ia merasakan tubuhnya terasa sangat segar. Perasaannya terasa sangat bersemangat. Ia sendiri tak mengerti apa yang terjadi. Liong Yun Bangkit, di depan gua ia melihat tulisan…
‘Bangkit dari kematian sebagai pertanda langit memilih. Gerbang Dewa di depan mata’
Sepuluh Tahun Kemudian
“Amitabha.. Ada apa denganmu Kaiming. Namamu yang artinya tercerahkan itu berbanding terbalik dengan wajahmu yang nampak muram. Kau adalah pemimpin di Kuil Dewa ini. Ketua Sekte Kuil Dewa tak selayaknya memiliki wajah yang masam!”
“Suhu.. Sebenarnya aku masih berat hati menerima tanggung jawab sebagai penggantimu. Seandainya tidak mengingat keinginanmu untuk mengundurkan diri dari dunia persilatan, tentu aku akan menolak. Kejadian waktu itu masih menghantuiku, aku merasa sangat bersalah.”
Pembicaraan dua orang biksu itu terjadi di ruang pribadi Biksu Tian Kong. Guru Besar dari Sebuah Sekte ternama di dunia persilatan. Sekte yang anggotanya merupakan para pelayan dewa dari sebuah Kuil bernama Kuil Dewa di sebuah gunung bernama gunung Shenshan. Sebuah aliran pelayan dewa sekaligus perguruan silat yang bernama Sekte Kuil Dewa.
Di ruang pribadi Biksu Tian Kong guru besar Kuil Dewa yang telah mengundurkan diri itu, biksu Kaiming menghadap. Ketua baru Sekte Kuil Dewa yang menggantikan orang tua berusia sembilan puluh tahunan itu. Ia menyampaikan segala keluh kesahnya kepada gurunya itu.
Biksu Tian Kong merupakan satu dari Empat Malaikat Sakti dunia persilatan. Ia mendapat gelar Malaikat Wajah Pualam. Gelar yang disematkan karena sifatnya yang welas asih, juga wajahnya yang tampan meski sudah menginjak usia yang sangat tua. Dengan nasehat bijak, biksu Tian Kong berusaha menenangkan muridnya itu.
“Kejadian yang menimpa keluarga Liong itu bukan salahmu sepenuhnya. Kau hanya dijebak hingga terlibat rencana berdarah itu. Permusuhan pribadi orang itu dengan keluarga Liong membuat dia dengan kekuasaannya merencanakan pembantaian i…”
Tiba-tiba saja perkataan Biksu Tian Kong terhenti. Wajahnya berubah menjadi sangat pucat, “A-apa ini?” batin orang tua itu.
“A-ada apa guru?”
Biksu Tian Kong tidak tidak menjawab pertanyaan muridnya. Ia langsung melesat keluar dari kediamannya. Gerakan sangat cepat yang diperagakan Biksu Tian Kong bahkan tidak dapat dilihat oleh muridnya, Biksu Kian Ming.
Kesaktian Biksu Tian Kong memang tidak bisa diragukan lagi. Sebagai salah satu dari delapan orang paling sakti di dunia persilatan tentu Ilmu Meringankan Tubuh nya sangat tinggi. Seorang tokoh yang tenaga dalamnya sudah berada di tingkatan bertindak atas kemauan hati. Tingkatan tertinggi dari sebuah ilmu kesaktian.
Biksu Tian Kong melayang di atas atap kediamannya. Ia mengitari sekitar tempat tinggalnya itu dengan kemampuan penglihatan tingkat tinggi. Wajah orang tua itu terlihat sangat kebingungan.
“Aneh sekali! Aku sempat merasakan kekuatan yang sangat mengerikan di luar. Tapi mengapa tiba-tiba lenyap. A-apa mungkin itu hanya perasaan ku saja?” batin Biksu Tian Kong.
Bongg…
Terdengar bunyi lonceng besar Kuil Dewa di bunyikan. Sebuah pertanda datangnya bahaya yang sangat besar. Semua orang bergegas menuju bangunan utama kuil Dewa. Begitu juga Biksu Kaiming dan Biksu Tian Kong.
“Murid-murid Kuil Dewa memberi hormat!” ucap seluruh biksu Kuil Dewa seraya berlutut melihat kedatangan Biksu Kaiming dan Biksu Tian Kong.“Apa yang terjadi?” tanya Biksu Kaiming, ketua generasi ke sepuluh Kuil Dewa.“Seseorang telah mengacau di Aula Agung,” jawab salah seorang murid.Biksu Kaiming dan Biksu Tian Kong langsung melesat ke dalam. Mereka langsung menuju Aula Agung tempat yang dianggap paling suci di tempat itu. Tempat dimana terdapat Tiga Patung Dewa Teritinggi berukuran besar. Tempat yang dijaga Delapan Belas Biksu Tubuh Emas yang rata-rata memiliki tingkat kesaktian diatas rata-rata orang-orang dunia persilatan.Betapa terkejutnya dua biksu utama itu ketika melihat Aula Agung sudah terbuka dengan paksanya. Pintu hancur berkeping-keping. Sementara keadaan di dalam membuat semua orang pasti bergidik melihatnya. Tiga Patung Dewa tertinggi putus kepalanya dan tergeletak di tanah. Sementara delapan Belas Biksu Tubuh Emas tergeletak di tanah tak sadarkan diri.“Telapak Dewa
Sebuah gedung besar tepat berada di tengah-tengah kota Hong Sha dinamai Kamar Dagang Keluarga Lim. Sebuah keluarga besar yang bukan hanya terkenal dengan anggota keluarganya yang memiliki kemampuan hebat di bidang bela diri namun juga mereka piawai dalam usaha dagang. Pasar besar kali ini dilaksanakan di kamar dagang yang keluarga Lim dirikan.Pasar besar itu akan dilaksanakan tiga hari lagi. Namun sudah banyak para orang-orang dunia persilatan baik dari aliran hitam maupun putih datang berkunjung. Di kota inilah para pendekar dua aliran bertemu tanpa terlibat pertarungan. Sebuah aturan yang sudah sejak lama berlaku dan siapapun yang melanggar tentu akan menjadi musuh bersama dua aliran.Bukan hanya orang-orang dunia persilatan yang tertarik dan datang. Mereka yang merupakan sebuah perkumpulan keluarga terutama mereka yang berasal dari keluarga kaya dan kemampuan beladiri mereka tinggi turut datang meramaikan. Di pasar itulah biasanya mereka menemukan mestika berharga atau pusaka yang
Sebuah pesan maut berwarna merah darah terpampang tepat di bawah telapak tangan berwarna kemerahan. Para pendekar dan ahli beladiri yang berada di tempat itu nampak dibuat sangat terkejut melihat ancaman itu. Sebagian mereka mengenali sebuah pukulan yang terpampang di dinding aula utama kediaman Pemimpin Lim.“Apa maksudnya ini Pemimpin Lim?” tanya seorang lelaki berpakaian ringkas dengan sebilah pedang di punggungnya.Orang yang bertanya itu adalah seorang ahli pedang ternama di wilayah Selatan. Orang-orang menyebutnya sebagai Raja Pedang dari Selatan. Murid salah satu Malaikat Sakti Dunia Persilatan."Ancaman ini baru saja kami dapatkan. Sepertinya erat hubungannya dengan tragedi yang menimpa keluarga Liong sepuluh tahun silam,” terang Pemimpin Lim.“Ahhh.. tragedi itu benar-benar memalukan. Apakah kau juga terlibat pada penyerangan itu? Sampai sekarang aku tidak mengetahui siapa orang yang memberikan perintah untuk menghabisi keluarga Pendekar Liong Chen. Hanya ada berita bahwa ia
Dua hari kemudian, tepat di malam harinya suasana tegang menyelimuti kediaman keluarga Lim. Ketegangan itu sebenarnya sudah mereka rasakan semenjak pagi hari tadi. Seluruh orang bersiaga. Tak ada satupun dari pihak keluarga Lim meninggalkan kediaman mereka.Sebenarnya sudah ada dari pihak keluarga Lim yang mencoba meninggalkan tempat itu. Namun baru selangkah kaki mereka keluar pintu gerbang kepala mereka sudah putus dari badannya. Tak ada satupun yang melihat siapa pelaku. Bahkan bayangannya saja tidak ada yang melihat. Yang lebih hebat lagi kepala orang yang terpenggal masih memperlihatkan senyum seolah-olah mereka tidak merasakan kesakitan ketika maut menjemput.Setelah beberapa kali gagal meninggalkan kediaman mereka, akhirnya tidak ada satupun lagi anggota keluarga Lim yang berani berniat untuk pergi. Mereka kini hanya pasrah menunggu nasib yang akan menimpa. Meskipun para praktisi dan ahli beladiri yang berada di keluarga mereka masih berjuang untuk bisa mengalahkan orang yang
Tiba-tiba saja pemuda berpakaian merah itu membuka matanya. Nampak mata itu memancarkan sinar merah yang sangat terang. Keadaan yang sangat mengerikan kemudian terjadi. Sebuah gelombang kekuatan berwarna kemerahan langsung memancar dari tubuh pemuda itu dan menyebar dengan cepat berbentuk lingkaran dari kecil membesar menerpa semua orang yang ada di sana.Semua orang yang ada di kediaman keluarga Lim tiba-tiba saja tidak bisa bergerak. Wajah mereka berubah pucat. Semua mengalami keadaan yang sama.“Me-mengapa aku tidak bisa berge…!”Suara Pemimpin Lim terhenti. Ia jatuh terhempas ke tanah bersimbah darah. Tubuhnya terpotong-potong hingga beberapa bagian. Tidak hanya Pemimpin Lim yang mengalami keadaan itu. Semua orang yang ada di sana mengalami hal yang sama. Sebuah pembantaian yang sangat mengerikan.‘SELANJUTNYA GILIRAN SEKTE BINTANG API’Pemuda berpakaian serba merah itu kemudian lenyap. Ia meninggalkan sebuah pesan di dinding yang ditulis dengan darah yang mengalir di tanah tanpa
Chia Yun menggelengkan kepala. “Aku bukan anggota keluarga terkenal itu,” jawabnya kemudian singkat dan tenang.Yan Chen mengerutkan keningnya. Ia lalu bertanya, “Sebenarnya saudara Chia sedang hendak kemanakah?” Yan Chen bertanya sambil memanggil pelayan. Ia kemudian meminta izin kepada Chia Yun memesan makanan terfavorit di rumah makan itu. Ia juga mengatakan akan mentraktir pemuda itu.“Aku hanya seorang pengembara yang kebetulan lewat kota ini, saudara Yan,” jawab Chia Yun seraya menganggukkan kepala menerima tawaran Yan Chen tadi.Yan Chen mengernyitkan keningnya. Ucapan itu sebenarnya sebuah perkataan yang sering dikeluarkan seorang pendekar pengembara. Namun Yan Chen tidak melihat ciri-ciri itu pada diri Chia Yun. Bahkan ia tidak merasakan adanya pancaran kekuatan dari tubuh pemuda itu. Itu artinya Chia Yun tidak memiliki basis kultivasi dan menandakan ia bukanlah seorang pendekar, namun hanya orang biasa yang tidak memiliki kemampuan beladiri.Memang tidak jarang seseorang ya
“Memberi hormat kepada ketua agung!” seru seluruh anggota sekte Bintang Api yang berdiri di depan bangunan utama itu serentak seraya berlutut memberi hormat.“Bangunlah!” ucap Chang Wu Tian lirih. Serentak semua orang bangkit. Namun tiba-tiba saja dua orang murid utama sekte Bintang Api yang berada di belakang sang ketua maju lalu berlutut.“Guru, semua ini kesalahan kami, tidak ada sangkut pautnya dengan sekte ini. Kami berdua siap mempertanggung jawabkan apa yang sudah kami lakukan. Sekte ini tidak perlu menanggung dosa-dosa yang kami perbuat.”“Hmmm.. Apakah kalian sudah menentang keputusanku. Apapun yang terjadi dengan kalian juga menjadi tanggung jawab kami orang-orang sakta bintang api. Bahkan sekalipun yang berada di posisi kalian itu adalah orang-orang sekte di tingkat bawah, tetap orang-orang sekte Bintang Api akan membelanya,” sahut Chang Wu Tian dengan suara bergetar.“Guru, kejadian yang menimpa keluarga Liong di kota Hongye memang dikarenakan kebodohan kami yang tidak b
Dari arah berlawanan dari pintu gerbang nampak kepulan debu berterbangan. Barisan berwarna merah bergerak cepat ke arah kota Xianghe. Barisan yang berisi ribuan orang dari Sekte Beruang Merah. Mereka memang melakukan penyerangan dengan kekuatan penuh tanpa menyisakan sedikitpun orang di markas mereka.Ketegangan langsung menyelimuti para prajurit dan pendekar yang berjaga di pintu gerbang masuk kota Xianghe. Perlawanan terhadap Sekte Beruang Merah yang terkenal ganas itu langsung dipimpin oleh pemimpin kota Xianghe yang bernama Kiang Lu.“Kalau pasukan kita terlihat akan kalah, kalian larilah bawa penduduk ke persembunyian sementara. Tempat itu sudah aku persiapkan sedemikian rupa dan tidak akan mereka mengetahui,” ucap Pemimpin Kota.Para pendekar dan bawahan pemimpin kota nampak terharu mendengar ucapan sang pemimpin. Ucapan itu pertanda bahwa Pemimpin Kota akan tetap berada di tempatnya tak ingin melarikan diri apabila hal yang tidak diinginkan terjadi.“Seraaaang!”Pemimpin kota b
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke
Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di
Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag
Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y