“Murid-murid Kuil Dewa memberi hormat!” ucap seluruh biksu Kuil Dewa seraya berlutut melihat kedatangan Biksu Kaiming dan Biksu Tian Kong.
“Apa yang terjadi?” tanya Biksu Kaiming, ketua generasi ke sepuluh Kuil Dewa.
“Seseorang telah mengacau di Aula Agung,” jawab salah seorang murid.
Biksu Kaiming dan Biksu Tian Kong langsung melesat ke dalam. Mereka langsung menuju Aula Agung tempat yang dianggap paling suci di tempat itu. Tempat dimana terdapat Tiga Patung Dewa Teritinggi berukuran besar. Tempat yang dijaga Delapan Belas Biksu Tubuh Emas yang rata-rata memiliki tingkat kesaktian diatas rata-rata orang-orang dunia persilatan.
Betapa terkejutnya dua biksu utama itu ketika melihat Aula Agung sudah terbuka dengan paksanya. Pintu hancur berkeping-keping. Sementara keadaan di dalam membuat semua orang pasti bergidik melihatnya. Tiga Patung Dewa tertinggi putus kepalanya dan tergeletak di tanah. Sementara delapan Belas Biksu Tubuh Emas tergeletak di tanah tak sadarkan diri.
“Telapak Dewa Darah!” seru Biksu Tian Kong dan Biksu Kaiming bersamaan.
‘Seratus hari lagi aku kembali. Pembalasan hutang sepuluh tahun harus dibayar. Penggal leher Biksu Kaiming seperti patung itu. Kalau tidak seluruh guru dan murid Kuil Dewa akan musnah!”
“Amitabha..!”
Sebuah pemandangan yang membuat bergidik dua orang tertinggi Kuil Dewa. Di dinding tepat di belakang tiga Patung Dewa tertinggi terdapat tulisan kalimat bernada ancaman. Tepat diatasnya terdapat sebuah telapak tangan berwarna hitam merah yang masih memancarkan hawa kekuatan mengerikan.
“Te-ternyata benar dugaanku. Karma atas nama keluarga Liong menuntut balas. Tak kan ada orang yang mampu menghentikan karma itu. Telapak Dewa Darah merupakan ilmu pukulan tertinggi yang belum pernah ada tandingannya,” ucap Biksu Kaiming lirih.
Biksu Tian Kong yang memiliki kesaktian paling tinggi di kuil dewa pun terdiam. Ia tahu Pukulan Telapak Dewa Darah merupakan sebuah Ilmu Legendaris yang sangat berbahaya. Konon orang yang tingkatan tenaga sakti di tubuhnya masih tergolong rendah apabila menguasai ilmu itu mampu mengalahkan orang yang memiliki tenaga sakti tingkat tertinggi sekalipun.
“Untuk sementara kesampingkan dulu urusan itu. Mari kita bantu Delapan Belas Biksu Tubuh Emas ini,” ucap Biksu Tian Kong menyadarkan Biksu Kaiming.
Biksu Tian Kong kemudian mencoba menyadarkan delapan belas Biksu Tubuh Emas. Setelah menciumkan mereka aroma pengembali jiwa yang ada di botol tangan kanannya perlahan kedelapan belas biksu itupun mulai siuman.
“Apakah kalian sempat bertarung dengan orang itu?” tanya biksu Tian kong kepada salah satu delapan belas biksu tubuh emas itu.
“Jangankan bertarung, melihat wujudnya saja tidak. Tiba-tiba kami terkena totokan pelemah tenaga. Dan perlu tetua ketahui, bukan aroma itu yang membuat kami siuman, melainkan karena batas waktu totokan itu sendiri yang telah habisi,” jawab salah seorang biksu tubuh emas sambil menunjuk kearah dinding lain.
‘Kalian hanya terkena totokan pelumpuh tenaga sementara. Dalam waktu sepeminuman teh kalian akan kembali seperti sedia kala!’ sebuah tulisan lain terpampang di dinding itu.
“Ilmu Jari Dewa! Siapakah sebenarnya orang ini?” gumam biksu Tian Kong. “Aku tahu itu, aroma itu hanya untuk mempercepat pemulihan kalian saja.” sahut Biksu Tian Kong setelah beberapa saat tenggelam dalam pikirannya.
“Terima kasih atas kemurahan tetua. Semoga tetua panjang umur,” ucap ke delapan belas biksu tubuh emas berterima kasih.
“Bangkitlah, seratus hari lagi kita akan kedatangan tamu. Aku harap kalian sudah siap menyambut tamu ini dengan baik. Kita Tunjukkan bahwa kuil Dewa merupakan tuan rumah yang sangat baik untuk menerima tamu.”
Biksu Tian Kong menatap tajam ke depan. Di balik kata-katanya itu menyiratkan rasa gusar yang besar. Ucapan tuan rumah yang baik merupakan isyarat bahwa orang-orang kuil Dewa harus bersiap menyambut musuh yang berjanji akan datang seratus hari lagi. Baginya kuil Dewa tidak boleh dipermalukan dengan cara seperti yang barusan saja dilakukan oleh orang misterius itu.
“Tamu yang baik seharusnya menyapa sang tuan rumah, bukan menyembunyikan diri dengan sikap angkuh !” geramnya dengan nada suara tinggi berharap orang yang dimaksud mendengar.
Pagi itu suasana tidak biasa terlihat di kota Hong Sha. Orang-orang dunia persilatan hilir mudik keluar masuk kota yang terkenal sebagai kota perdagangan itu. Hari ini akan diadakan lelang barang-barang antik, pusaka dan harta berharga. Para pedagang kelas satu berdatangan di tempat itu untuk menawarkan barang dagangannya.
Sebuah gedung besar tepat berada di tengah-tengah kota Hong Sha dinamai Kamar Dagang Keluarga Lim. Sebuah keluarga besar yang bukan hanya terkenal dengan anggota keluarganya yang memiliki kemampuan hebat di bidang bela diri namun juga mereka piawai dalam usaha dagang. Pasar besar kali ini dilaksanakan di kamar dagang yang keluarga Lim dirikan.Pasar besar itu akan dilaksanakan tiga hari lagi. Namun sudah banyak para orang-orang dunia persilatan baik dari aliran hitam maupun putih datang berkunjung. Di kota inilah para pendekar dua aliran bertemu tanpa terlibat pertarungan. Sebuah aturan yang sudah sejak lama berlaku dan siapapun yang melanggar tentu akan menjadi musuh bersama dua aliran.Bukan hanya orang-orang dunia persilatan yang tertarik dan datang. Mereka yang merupakan sebuah perkumpulan keluarga terutama mereka yang berasal dari keluarga kaya dan kemampuan beladiri mereka tinggi turut datang meramaikan. Di pasar itulah biasanya mereka menemukan mestika berharga atau pusaka yang
Sebuah pesan maut berwarna merah darah terpampang tepat di bawah telapak tangan berwarna kemerahan. Para pendekar dan ahli beladiri yang berada di tempat itu nampak dibuat sangat terkejut melihat ancaman itu. Sebagian mereka mengenali sebuah pukulan yang terpampang di dinding aula utama kediaman Pemimpin Lim.“Apa maksudnya ini Pemimpin Lim?” tanya seorang lelaki berpakaian ringkas dengan sebilah pedang di punggungnya.Orang yang bertanya itu adalah seorang ahli pedang ternama di wilayah Selatan. Orang-orang menyebutnya sebagai Raja Pedang dari Selatan. Murid salah satu Malaikat Sakti Dunia Persilatan."Ancaman ini baru saja kami dapatkan. Sepertinya erat hubungannya dengan tragedi yang menimpa keluarga Liong sepuluh tahun silam,” terang Pemimpin Lim.“Ahhh.. tragedi itu benar-benar memalukan. Apakah kau juga terlibat pada penyerangan itu? Sampai sekarang aku tidak mengetahui siapa orang yang memberikan perintah untuk menghabisi keluarga Pendekar Liong Chen. Hanya ada berita bahwa ia
Dua hari kemudian, tepat di malam harinya suasana tegang menyelimuti kediaman keluarga Lim. Ketegangan itu sebenarnya sudah mereka rasakan semenjak pagi hari tadi. Seluruh orang bersiaga. Tak ada satupun dari pihak keluarga Lim meninggalkan kediaman mereka.Sebenarnya sudah ada dari pihak keluarga Lim yang mencoba meninggalkan tempat itu. Namun baru selangkah kaki mereka keluar pintu gerbang kepala mereka sudah putus dari badannya. Tak ada satupun yang melihat siapa pelaku. Bahkan bayangannya saja tidak ada yang melihat. Yang lebih hebat lagi kepala orang yang terpenggal masih memperlihatkan senyum seolah-olah mereka tidak merasakan kesakitan ketika maut menjemput.Setelah beberapa kali gagal meninggalkan kediaman mereka, akhirnya tidak ada satupun lagi anggota keluarga Lim yang berani berniat untuk pergi. Mereka kini hanya pasrah menunggu nasib yang akan menimpa. Meskipun para praktisi dan ahli beladiri yang berada di keluarga mereka masih berjuang untuk bisa mengalahkan orang yang
Tiba-tiba saja pemuda berpakaian merah itu membuka matanya. Nampak mata itu memancarkan sinar merah yang sangat terang. Keadaan yang sangat mengerikan kemudian terjadi. Sebuah gelombang kekuatan berwarna kemerahan langsung memancar dari tubuh pemuda itu dan menyebar dengan cepat berbentuk lingkaran dari kecil membesar menerpa semua orang yang ada di sana.Semua orang yang ada di kediaman keluarga Lim tiba-tiba saja tidak bisa bergerak. Wajah mereka berubah pucat. Semua mengalami keadaan yang sama.“Me-mengapa aku tidak bisa berge…!”Suara Pemimpin Lim terhenti. Ia jatuh terhempas ke tanah bersimbah darah. Tubuhnya terpotong-potong hingga beberapa bagian. Tidak hanya Pemimpin Lim yang mengalami keadaan itu. Semua orang yang ada di sana mengalami hal yang sama. Sebuah pembantaian yang sangat mengerikan.‘SELANJUTNYA GILIRAN SEKTE BINTANG API’Pemuda berpakaian serba merah itu kemudian lenyap. Ia meninggalkan sebuah pesan di dinding yang ditulis dengan darah yang mengalir di tanah tanpa
Chia Yun menggelengkan kepala. “Aku bukan anggota keluarga terkenal itu,” jawabnya kemudian singkat dan tenang.Yan Chen mengerutkan keningnya. Ia lalu bertanya, “Sebenarnya saudara Chia sedang hendak kemanakah?” Yan Chen bertanya sambil memanggil pelayan. Ia kemudian meminta izin kepada Chia Yun memesan makanan terfavorit di rumah makan itu. Ia juga mengatakan akan mentraktir pemuda itu.“Aku hanya seorang pengembara yang kebetulan lewat kota ini, saudara Yan,” jawab Chia Yun seraya menganggukkan kepala menerima tawaran Yan Chen tadi.Yan Chen mengernyitkan keningnya. Ucapan itu sebenarnya sebuah perkataan yang sering dikeluarkan seorang pendekar pengembara. Namun Yan Chen tidak melihat ciri-ciri itu pada diri Chia Yun. Bahkan ia tidak merasakan adanya pancaran kekuatan dari tubuh pemuda itu. Itu artinya Chia Yun tidak memiliki basis kultivasi dan menandakan ia bukanlah seorang pendekar, namun hanya orang biasa yang tidak memiliki kemampuan beladiri.Memang tidak jarang seseorang ya
“Memberi hormat kepada ketua agung!” seru seluruh anggota sekte Bintang Api yang berdiri di depan bangunan utama itu serentak seraya berlutut memberi hormat.“Bangunlah!” ucap Chang Wu Tian lirih. Serentak semua orang bangkit. Namun tiba-tiba saja dua orang murid utama sekte Bintang Api yang berada di belakang sang ketua maju lalu berlutut.“Guru, semua ini kesalahan kami, tidak ada sangkut pautnya dengan sekte ini. Kami berdua siap mempertanggung jawabkan apa yang sudah kami lakukan. Sekte ini tidak perlu menanggung dosa-dosa yang kami perbuat.”“Hmmm.. Apakah kalian sudah menentang keputusanku. Apapun yang terjadi dengan kalian juga menjadi tanggung jawab kami orang-orang sakta bintang api. Bahkan sekalipun yang berada di posisi kalian itu adalah orang-orang sekte di tingkat bawah, tetap orang-orang sekte Bintang Api akan membelanya,” sahut Chang Wu Tian dengan suara bergetar.“Guru, kejadian yang menimpa keluarga Liong di kota Hongye memang dikarenakan kebodohan kami yang tidak b
Dari arah berlawanan dari pintu gerbang nampak kepulan debu berterbangan. Barisan berwarna merah bergerak cepat ke arah kota Xianghe. Barisan yang berisi ribuan orang dari Sekte Beruang Merah. Mereka memang melakukan penyerangan dengan kekuatan penuh tanpa menyisakan sedikitpun orang di markas mereka.Ketegangan langsung menyelimuti para prajurit dan pendekar yang berjaga di pintu gerbang masuk kota Xianghe. Perlawanan terhadap Sekte Beruang Merah yang terkenal ganas itu langsung dipimpin oleh pemimpin kota Xianghe yang bernama Kiang Lu.“Kalau pasukan kita terlihat akan kalah, kalian larilah bawa penduduk ke persembunyian sementara. Tempat itu sudah aku persiapkan sedemikian rupa dan tidak akan mereka mengetahui,” ucap Pemimpin Kota.Para pendekar dan bawahan pemimpin kota nampak terharu mendengar ucapan sang pemimpin. Ucapan itu pertanda bahwa Pemimpin Kota akan tetap berada di tempatnya tak ingin melarikan diri apabila hal yang tidak diinginkan terjadi.“Seraaaang!”Pemimpin kota b
Di gelanggang peperangan, pertarungan semakin menunjukkan posisi Sekte Beruang merah berada di atas angin. Enam orang utama Sekte Bintang Api semakin kewalahan dan harus jatuh bangun untuk menghindari serangan lawan yang mengandung racun. Namun di saat mereka sudah dalam keadaan tidak berdaya tiba-tiba saja sebuah kejadian luar biasa terjadi."A-apa yang terjadi?”Ketua Sekte Beruang Merah benar-benar dibuat terkejut. Entah apa yang terjadi tiba-tiba saja keempat orang panglima bawahannya roboh dengan keadaan kepala terpenggal. Ia sama sekali tidak melihat pergerakan yang melakukan pembunuhan brutal itu. Tiba-tiba saja keempatnya roboh dengan kepala terpisah dan darah berhamburan.Hanya orang-orang Sekte Bintang Api yang dapat menebak apa yang sebenarnya terjadi. Mereka yakin yang melakukan hal itu adalah pemuda yang tempo malam datang ke Markas Sekte Bintang Api. Dengan kesaktiannya yang bagaikan Dewa saja tentu dengan mudah melakukan hal tadi. Sedangkan masuk ke dalam Sekte Bintang
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke
Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di
Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag
Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y