“Memberi hormat kepada ketua agung!” seru seluruh anggota sekte Bintang Api yang berdiri di depan bangunan utama itu serentak seraya berlutut memberi hormat.
“Bangunlah!” ucap Chang Wu Tian lirih.
Serentak semua orang bangkit. Namun tiba-tiba saja dua orang murid utama sekte Bintang Api yang berada di belakang sang ketua maju lalu berlutut.
“Guru, semua ini kesalahan kami, tidak ada sangkut pautnya dengan sekte ini. Kami berdua siap mempertanggung jawabkan apa yang sudah kami lakukan. Sekte ini tidak perlu menanggung dosa-dosa yang kami perbuat.”
“Hmmm.. Apakah kalian sudah menentang keputusanku. Apapun yang terjadi dengan kalian juga menjadi tanggung jawab kami orang-orang sakta bintang api. Bahkan sekalipun yang berada di posisi kalian itu adalah orang-orang sekte di tingkat bawah, tetap orang-orang sekte Bintang Api akan membelanya,” sahut Chang Wu Tian dengan suara bergetar.
“Guru, kejadian yang menimpa keluarga Liong di kota Hongye memang dikarenakan kebodohan kami yang tidak bisa melihat keadaan sehingga turut serta dalam tragedi berdarah itu. Dendam itu memang sepatutnya kamilah yang mempertanggung jawabkan,” ucap salah satu murid yang masih berlutut itu.
Nama kedua murid itu adalah Yuan Chao yang berbicara, dan Yuan Ming yang berada di sampingnya. Mereka merupakan dua murid yang terlibat dalam pembantaian keluarga Liong di kota Hongye. Meskipun keterlibatan mereka dikarenakan sebuah ketidaksengajaan, tetap saja mereka merasa harus bertanggung jawab.
"Sudah kau putuskan meskipun sekte ini rata dengan tanah, sampai titik darah penghabisan ku akan membela kalian berdua. Bagi kalian yang tidak sependapat denganku, silahkan tinggalkan tempat ini dan keluar dari sekte," tegas Chang Wu Tian.
"Kalian berdua tidak perlu khawatir, aku masih memberikan waktu kalian untuk hidup selama satu pekan. Kelak aku akan mengambil nyawa kalian setelah satu pekan kedepan. Aku tidak akan membawa-bawa orang lain kecuali yang memang terlibat dalam kejadian di kota Hongye menimpa keluarga Liong. Tetapi apabila mereka mau mencampuri urusan ini, aku tidak segan meratakan Sekte Bintang Api dengan tanah!"
Tiba-tiba saja terdengar suara pelan seperti berbisik namun terdengar sangat jelas di telinga orang-orang sekte Bintang Api. Kata-katanya lembut namun terselip ancaman yang tegas.
“Ba-bagai mana orang ini bisa ada di dalam tanpa ku rasakan keberadaannya.” gumam Chang Wu Tian berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
Seorang Pemuda berpakaian serba merah dengan kain jubah tergantung di punggungnya berdiri tegap. Rambutnya terurai riap-riapan dengan mata terpejam. Ia berdiri tepat di altar tempat berdo’a orang-orang sekte bintang Api. Di dinding yang disandari meja altar itu terdapat bekas telapak tangan berwarna merah darah.
“Telapak Dewa Darah!”
Chang Wutian tidak dapat lagi menyembunyikan keterkejutannya. Jejak telapak darah yang menempel di dinding tempat berada di atas altar merupakan sebuah ciri pukulan legendaris yang sangat ditakuti oleh orang-orang dunia persilatan baik dari aliran lurus maupun aliran sesat.
“Sobat dari mana yang datang berkunjung? Maaf kalau kami tidak memberi sambutan,” sapa Chang Wu Tian berusaha mencairkan suasana.
Tiba-tiba saja pemuda berpakaian serba merah itu menghilang. Tak ada yang tahu bagaimana cara dia meninggalkan tempat. Bahkan Chang Wutian yang merupakan satu dari Malaikat Dunia Persilatan tidak dapat mengetahui dengan cara apa pemuda itu meninggalkan tempat.
Semua wajah menjadi tegang. Sebuah tulisan kini terpampang di bawah telapak tangan merah itu. Sebuah tulisan yang berbunyi ‘Sepekan lagi penggal kedua orang itu, atau Sekte Bintang Api hanya tinggal nama.’
“Guru laksanakan lah kemauan orang itu. Kalau guru tak tega kami bisa melakukannya sendiri.”
Chang Wu Tian menarik nafas berat. Ia yang tadinya berapi-api ingin melakukan perlawanan kini semuanya menjadi surut. Melakukan perlawanan terhadap pemuda yang memiliki kesaktian yang tak bisa diukur itu tentu hanya sebuah kebodohan yang akan mengantarkan nyawa. Tentu ia tidak tega mengorbankan seluruh anggota Sekte Bintang Api dengan sia-sia.
“Kita kesampingkan dulu masalah itu. Orang itu memberikan kita kesempatan satu pekan. Tiga hari lagi orang-orang sekte Beruang Merah akan menyerang kota Xianghe. Mari kita bantu pemimpin kota menghadapi mereka. Setelah itu biarlah kita serahkan kepada langit apa yang akan terjadi,” ucap Chang Wu Tian ketua sekte Bintang Api.
Tiga hari kemudian semua persiapan telah dilakukan oleh pemimpin kota untuk menghadang orang-orang sekte Beruang Merah yang hendak menguasai kota. Banyak kalangan yang membantu terutama para pendekar aliran lurus yang kebetulan berada di tempat itu. Bahkan sekte bintang api menurunkan seluruh anggotanya tanpa tersisa untuk turut bertarung menghadapi Sekte Beruang Merah.
“Apakah ketua sekte kalian tidak turut ke tempat ini?” tanya pemimpin kota yang ikut turun langsung menjaga di pintu gerbang kota.
“Ketua mungkin akan turut bergabung, tapi mungkin ia akan datang belakangan, tuan pemimpin!” sahut Yuan Chao murid utama tertua sekte Bintang Api.
Pemimpin kota mengangguk-anggukkan kepalanya. Perhatiannya kemudian di tujukan ke depan ke sebuah gurun pasir yang menjadi penghubung kota Xiang He ke kota selanjutnya. Sekilas terlihat kepulan kabut pasir bergerak cepat menuju ke arah kota. Kepulan kabut pasir itu bercampur dengan hamparan warna kemerahan membentang.
“Mereka datang!” ucapnya dengan suara bergetar melihat jumlah orang-orang Sekte Beruang Merah yang jumlahnya begitu banyak.
Dari arah berlawanan dari pintu gerbang nampak kepulan debu berterbangan. Barisan berwarna merah bergerak cepat ke arah kota Xianghe. Barisan yang berisi ribuan orang dari Sekte Beruang Merah. Mereka memang melakukan penyerangan dengan kekuatan penuh tanpa menyisakan sedikitpun orang di markas mereka.Ketegangan langsung menyelimuti para prajurit dan pendekar yang berjaga di pintu gerbang masuk kota Xianghe. Perlawanan terhadap Sekte Beruang Merah yang terkenal ganas itu langsung dipimpin oleh pemimpin kota Xianghe yang bernama Kiang Lu.“Kalau pasukan kita terlihat akan kalah, kalian larilah bawa penduduk ke persembunyian sementara. Tempat itu sudah aku persiapkan sedemikian rupa dan tidak akan mereka mengetahui,” ucap Pemimpin Kota.Para pendekar dan bawahan pemimpin kota nampak terharu mendengar ucapan sang pemimpin. Ucapan itu pertanda bahwa Pemimpin Kota akan tetap berada di tempatnya tak ingin melarikan diri apabila hal yang tidak diinginkan terjadi.“Seraaaang!”Pemimpin kota b
Di gelanggang peperangan, pertarungan semakin menunjukkan posisi Sekte Beruang merah berada di atas angin. Enam orang utama Sekte Bintang Api semakin kewalahan dan harus jatuh bangun untuk menghindari serangan lawan yang mengandung racun. Namun di saat mereka sudah dalam keadaan tidak berdaya tiba-tiba saja sebuah kejadian luar biasa terjadi."A-apa yang terjadi?”Ketua Sekte Beruang Merah benar-benar dibuat terkejut. Entah apa yang terjadi tiba-tiba saja keempat orang panglima bawahannya roboh dengan keadaan kepala terpenggal. Ia sama sekali tidak melihat pergerakan yang melakukan pembunuhan brutal itu. Tiba-tiba saja keempatnya roboh dengan kepala terpisah dan darah berhamburan.Hanya orang-orang Sekte Bintang Api yang dapat menebak apa yang sebenarnya terjadi. Mereka yakin yang melakukan hal itu adalah pemuda yang tempo malam datang ke Markas Sekte Bintang Api. Dengan kesaktiannya yang bagaikan Dewa saja tentu dengan mudah melakukan hal tadi. Sedangkan masuk ke dalam Sekte Bintang
Yuan Chao dan Yuan Ming bergerak membantu sang guru besar sekte Bintang Api. Meskipun mereka sebelumnya sudah dilarang namun mereka tak menghiraukan pesan gurunya itu. Mereka lebih rela harus mendapatkan hukuman dibandingkan harus kehilangan guru besar mereka. Kebetulan sekali saat itu keadaan Chang Wutian benar-benar dalam keadaan terjepit."Bedebah!"Ketua sekte beruang merah memaki keras karena pukulan yang tadinya hendak ia lontarkan kepada ketua sekte Bintang Api gagal akibat ia diserang dari belakang oleh kedua murid lawannya itu. Akibatnya harus berjumpa di tangan karena serangan yang dilontarkan oleh dua murid utama sekte bintang api itu bukanlah serangan main-main. Mereka menggunakan seluruh tenaga mereka untuk melakukan serangan tadi. Yuan Chao dam dan Yuan Ming terlihat lemas setelah mengerahkan seluruh tenaganya tadi untuk menyerang demi melakukan penyelamatan terhadap guru mereka. Keduanya tidak bisa langsung melakukan pergerakan setelah mengeluarkan serangan tadi. Ke
“Sudahlah saudara Chia. Kita bicarakan yang lain saja,” ucap Yan Chen mengalihkan pembicaraan.Chia Yun pun tersenyum. Ia tahu sahabat barunya itu mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia sendiri sebenarnya tidak menyukai bahasan yang dibicarakan oleh Yan Chen. Apalagi itu kaitannya dengan sekte milik pemuda itu yang tidak seharusnya dikatakan kepada orang lain."Selanjutnya hendak ke mana saudara Cia? Apakah kau akan tetap tinggal di sini dalam waktu yang lama?" tanya Yan Chen."Aku masih tetap di kota ini sampai lima hari kedepan kakak Yan! Ada apakah? apakah kau ingin aku segera meninggalkan kota ini seperti yang kau katakan tempo lalu?" jawab Chia Yun dengan senyuman.Yan Chen menjadi tidak enak hati dan serba salah mendengar ucapan Chia Yun itu. Padahal niatnya bukanlah seperti yang dikatakan pemuda itu. Bahkan ia sangat senang dengan keberadaan Chia Yun yang masih menetap di kota Xiang He. Karena hanya pemuda itu yang ia rasa cocok berteman dengannya.“Tidak ada sama sekali niat
“Guru kami sudah siap untuk menyerahkan diri. Jangan sampai hanya karena kami berdua sekte ini hancur. Kami siap mempertanggung jawabkan semua yang memang kami melakukannya.” ucap Yuan Chao.“Aku sudah memutuskan kita akan menghadapinya bersama. Waktu lima hari ini sudah cukup untuk memikirkan rencana matang menghadapi pemuda itu. Dia pernah membantu kita dalam peperangan melawan sekte beruang merah, Aku yakin dia masih memiliki kebaikan dalam hatinya. Maka celah itulah yang kita coba untuk masuki.”Yuan Chao dan Yuan Ming tidak bisa lagi membantah ucapan Chang Wutian sang guru besar. Ia tahu persis apabila gurunya itu sudah memutuskan maka tidak akan ada yang bisa menentangnya. namun ia sudah memiliki rencana apabila memang pemuda yang menuntut dan balas itu datang.“Yuan Chao, di desa ujung perbatasan kota Xianghe terdapat sebuah desa yang bernama desa Tu Ding. Saat ini desa itu sedang mengalami kekacauan akibat munculnya manusia siluman yang sering memakan jantung bayi penduduk
“Grhhhhh… Rupa-rupanya mereka kembali mengundang para ahli beladiri. Berani sekali mereka menantangku. Akan kuhabisi hari ini kepala desa itu agar menjadi peringatan bagi yang lain.”Sosok bayangan hitam itu berhenti di antara dua pepohonan. Pandangan matanya tajam ke arah Balai Desa. Ia merasakan adanya kekuatan yang cukup besar di dalam kediaman kepala desa itu.Wajah sosok bayangan hitam itu sangat menyeramkan. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan bulu mirip seekor gorila. Diantara sela-sela bibirnya terlihat taring panjang yang cukup tajam. Benar-benar wujud siluman atau iblis yang menyeramkan. Di dalam tubuhnya pun terdapat inti kekuatan yang besar.Siluman itu berjalan mendekati balai desa. Tiba-tiba saja tubuhnya berubah menjadi layaknya manusia normal. Seluruh bulu-bulu di tubuhnya seakan masuk kedalam. Ia pun menjadi sosok lelaki berusia sekitar 40 tahunan.“Ada orang?” seru lelaki jelmaan siluman itu ketika ia berada tepat di depan balai desa.Beberapa saat kemudian kepala des
“Sebaiknya kau tidak usah mengusikku, kalau kau tidak ingin menyesal!” ucap Chia Yun dengan nada sangat dingin.Ju Bhu Cheng sempat terhenti langkahnya. Ia sempat mengira Chia Yun akan melakukan penyerangan. Setelah melihat pemuda itu tidak memiliki kesaktian seperti yang ia sangkakan, manusia setengah siluman itu pun langsung menyambar tubuh Chia Yun dan membawanya pergi dari tempat itu.Sepeninggalnya Ju Bhu Cheng yang membawa Chia Yun serta, tujuh orang anggota sekte Bintang Api datang. Mereka sudah berhasil membunuh delapan siluman yang sering mengganggu desa. Keadaan balai desa yang porak poranda membuat mereka menjadi cemas. Apalagi setelah mengetahui kepala desa tewas dengan jantung berlubang.“Mana saudara Chia?” ucap Yan Chen setengah berteriak.Enam naga dari sekte bintang api bergerak sigap memeriksa keadaan. Mereka tidak menemukan apa yang mereka cari. Keenam murid utama sekte Bintang Api itu pun kembali ke balai desa. Di sana Yan Chen masih memeriksa setiap sudut kamar m
"Kalian akan menyesal karena sudah ikut campur urusanku!"Ju Bhu Cheng mengancam dengan nada suara dingin. Ia lalu bergerak cepat menghantam kelima orang utama sekte Bintang Api itu. Kelima orang itu pun langsung terpental terpencar lima arah. Mereka mencoba bangkit kembali diserang oleh jelmaan siluman serigala itu.Kelima orang itu pun akhirnya rebah tak sadarkan diri. Ju Bhu Cheng kemudian mengumpulkan mereka jadi satu tempat dengan dua orang lainnya. Ia lalu berjalan ke arah Chia Yun yang sedang rebah di altar.Sebenarnya bukan ketujuh orang dari sekte Bintang api itu yang belum sadarkan diri. Yuan Chao masih dalam keadaan sadar. Namun karena luka dalam yang ia alami terlampau berat, membuat ia tak mampu bergerak. Hanya matanya yang mampu ia buka lapat-lapat. Kebetulan sekali arah pandangannya ke altar sehingga apa yang dilakukan oleh Ju Bhu Cheng dapat dilihatnya dengan jelas.“Hahaha maaf kan aku anak muda tidak jadi mengangkatmu sebagai murid. Aku akan menjadikanmu sebagai tumb
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, diir
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke
Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di
Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag
Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y