27. MULAI TERKUAK (BAGIAN B)"Assalamualaikum, Ca. Kamu ada waktu besok?" tanyaku pada Arca lewat pesan Whatsapp.Harap-harap cemas aku menunggu balasan dari wanita yang bergelar sahabatku itu, aku berjalan bolak-balik dari ranjang, lalu kembali ke jendela. Berlangsung seperti itu sampai beberapa kali, hingga telingaku bisa mendengar suara denting ponselku yang menandakan ada pesan masuk.[Ada, kangen, ya?] tulisnya dengan emoticon tertawa ngakak."Iya, bisa ketemuan?" tanyaku lagi.[Bisa, dong. Di mana?] balasnya cepat."Di rumahku, jam sepuluh pagi, ya," kataku tak kalah cepat.[Kamu yakin di rumah kamu, Ya?] tanyanya di ujung sana."Yakinlah, kenapa memangnya?" tanyaku lagi.[Nggak, nggak apa-apa. Oke, aku datang jam sepuluh besok.] katanya mantap."Oke, see youuuuuu," tulisku dengan emoticon love lima buah.Aku menghela nafas panjang, dan kemudian beralih ke kontak yang lainnya. Dan dengan cepat aku menuliskan kata-kata yang sama dengan yang aku kirim untuk Arca di sana.Aku hany
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU28. KEJUJURAN & PENGKHIANATAN (BAGIAN A)Kini semua orang tengah duduk di ruang tengah, atmosfer ruangan ini terasa pengap dan juga terasa amat berat.Tidak lain, dan tidak bukan, akibat dari keadaan yang canggung seperti saat ini.Aku duduk manis di sofa single, di sampingku tepatnya di sofa panjang berisi tiga orang yaitu Arca, Maura dan juga Mas Farhan.Di sofa satunya ada Mama, Tante Mira, dan juga Om Rama. Semua orang di sini memang diam, namun terlihat sesekali kepergok oleh mataku saling berpandangan."Oke, semuanya sudah berkumpul! Plok!" Aku berujar senang sambil menepukkan kedua tanganku, sehingga menimbulkan suara tepukan yang membuat Mama tersentak kaget."Ada apa ini?" tanya Tante Mira ketus.Walau nada bicaranya berusaha untuk terdengar normal, namun telingaku mampu menangkap nada khawatir dari sana."Hanya silaturahmi, Tante. Aku mau memperkenalkan kedua sahabatku pada kalian semua, Arca dan juga Maura!" kat
29. KEJUJURAN & PENGKHIANATAN (BAGIAN B)Sayaka, gadis manis nan lemah lembut, berubah menjadi sangat beringas hari ini. Air mata? Tidak! Tidak ada air mata hari ini, aku sudah bertekad dan mengumpulkan semua yang ingin aku katakan dari tadi malam.Dan hari ini aku akan menyelesaikan semuanya, banyak sekali yang aku pikirkan dan semuanya berujung pada satu hal.Aku tidak suka di bohongi, dan di khianati! Cinta? Ya aku mencintainya, aku mencintai Mas Farhan terlalu dalam. Tapi rasanya sakit, sakit sekali hingga aku tidak bisa bernafas. Sangat sakit, hingga membuat aku muak akan perasaanku sendiri.Tadi malam, banyak air mata yang aku keluarkan, menangisi segala hal dan juga menyesali beberapa hal. Dan kini? Aku sudah siap akan segalanya."Hahhhhhh, maaf semuanya," kataku sambil mengusap keringat di dahiku dengan tisu.Aku merapikan penampilanku, jilbabku kusut, bagian pergelangan tunik ku basah akibat menggebrak meja yang ditumpahi oleh teh."Sorry, aku lepas kendali tadi, hahahaha …
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU30. IKRAR TALAK YANG DIMINTA MAURA (BAGIAN A)“D–Dek,” ujar Mas Farhan pelan.Dia menatapku dengan pandangan serba salah, bolak balik menatapku dan juga Maura secara bergantian. Terlihat jelas kalau saat ini dia tengah kebingungan, namun aku tidak ambil pusing.Dengan santai aku menyilangkan kedua kakiku dengan sangat anggun, kedua lenganku sengaja aku letakkan di kedua lengan sofa yang aku duduki. Menunjukkan pada mereka semua, kalau akulah sang pemiliknya.Baik suamiku, rumah ini, dan juga semuanya. Akulah nyonya besar di sini, dan bukannya Mama, bukan Tante Mira, maupun Maura.“Bi, Bi Surti!” Aku memanggil Bi Surti yang sedang lewat, dia sepertinya sedang membersihkan ruang kamar Tasya karena aku bisa melihat dia sedang membawa beberapa baju adik iparku itu.“Ya, Bu?”Bi Surti dengan sigap mendekat, dia berdiri di samping sfa yang aku duduki. Walau aku bicara pada Bi Surti, tapi mataku tetap memandang mereka-mereka yan
31. IKRAR TALAK YANG DIMINTA MAURA (BAGIAN B)Rona di wajah boleh biasa, nada bicara boleh tak terbaca, namun hati jangan ditanya. Sakitnya menembus hingga ke sanubari, merobek hati, dan juga nurani.“Terima Maura menjadi madumu!” Perintah Tante Mira dengan nada absolute, nada yang digunakannya untuk keluarganya. Nada berkuasa yang tak boleh dibantah, juga di indah.Namun aku adalah Sayaka! Bukan keluarganya, setidaknya bukan keluarga yang dianggapnya. Aku hanyalah anak yatim piatu dari desa, yang tak jelas asal usulnya.Lalu? Apa aku harus tunduk dan patuh? Tidak! Sayaka adalah sayaka, dan aku tidak tunduk pada siapapun!“Kalau aku tidak mau?” tanyaku menantang.Mereka semua tercengang, tak terkecuali dengan Maura. Sayaka yang mereka kenal, adalah yang penurut, dan juga lembut, serta manut. Siapa sangka aku akan menantang?Jelas tidak ada! Tidak ada yang mengira kalau aku akan menolak perintah Tante Mira. Mereka harus tahu, inilah Sayaka yang sebenarnya.Jika selama ini aku menjadi
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU32. JATUHNYA TALAK, DAN KENYATAAN (BAGIAN A)“A—Apa?” Mas Farhan tergagap saat mendengar syarat yang Maura berikan, dia meminta selain rumah mewah, ikrar talak untukku adalah mahar yang di pintanya.Lucu, bagaimana bisa dia meminta hal yang sangat mengerikan seperti itu? Bukankah Allah melaknat orang yang menghancurkan rumah tangga orang lain? Apakah dia tidak tahu, dosanya seperti apa?“Seperti yang kau dengar, Mas. Talak dia, itulah mahar yang kupinta,” katanya lagi dengan sangat pongah.Aku mengangkat alisku, menantang Mas Farhan dengan kata-kata yang tidak tersirat. Kukembangkan kedua telapak tanganku, menandakan aku menunggu.“Do it!” kataku santai.“Farhan! Jika Sayaka saja rela kau ceraikan, apa yang membuatmu berat? Hah?” tanya Mama dengan lantang.Aku tersenyum masam, ikut memikirkan apa yang membuat Mas Farhan berat. Apakah karena cintanya padaku? Ataukah karena yang ada padaku?“Mas!” Maura ikut memkik gemas.Ar
33. JATUHNYA TALAK, DAN KENYATAAN (BAGIAN B)Bahkan, Mas Farhan pun mempermasalahkan hal anak. Padahal dia yang selalu mengatakan padaku untuk sabar dan menunggu, karena anak adalah hak prerogatif Allah.Tapi ternyata dia sama saja, dia tidak sanggup menjalani ujian ini lebih lama. Astaghfirullahaladzim, aku beristighfar di dalam hati. Membayangkan Mas Farhan yang menceritakan hal rumah tangga kami pada Maura, aku benci memikirkannya.Jika dia memang ingin menikah lagi, jangan jadikan anak menjadi alasannya untuk menutupi hawa nafsu bejatnya.“Oh ya? Kamu ngomong gitu, Mas?” tanyaku santai.Berusaha santai seperti sebelumnya, jika Mama dan yang lainnya mencercaku dan menghinaku karena hal itu, maka aku masih bisa menahannya. Tapi, jika Mas Farhan yang menjadikan itu sebagai alasan, maka aku hancur sehancur-hancurnya.“Iya! Mas Farhan nggak tahan lagi, sama kamu yang mandul, Aya! Dia mau mempunyai keturunan, dan kamu nggak bisa ngasih hal itu!” cerca Maura dengan sangat sadis.Lagi dan
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU34. CERITA ARCA (BAGIAN ASaat ini aku dan Arca tengah berada di dalam kamarku, setelah sebelumnya aku mengambil beberapa cemilan di dapur. Kami duduk di atas lantai yang tertutup karpet bulu tebal milikku, dan bersandar di badan ranjang.Hanya keheningan yang mendominasi ruangan ini, serta bunyi jam dinding yang berputar dengan teratur. Arca masih sibuk menonton tiktok di ponselnya, sesekali tawa kecil terdengar dari mulutnya.Wajah cantiknya merengut saat ponselnya berdering, tanda bahwa ada panggilan masuk. Aku sempat mencuri lihat, dan yang terlihat olehku adalah nama ‘Arga’ di sana.“Hallo, Assalamualaikum,” sapa Arca tidak minat.Aku yakin seratus persen, kalau Arca mengangkat telepon itu hanya demi kesopanan saja. Jiwa kepo ku meronta-ronta, dan dengan cepat aku mendekatkan telingaku ke arah ponsel Arca.Dia tidak menolak, namun matanya mendelik sinis. Aku tahu dia mencoba memperingatkanku, agar jangan menguping pemb