Beranda / Urban / IBUKU TERNYATA HANTU / Ayo sadar, Nina!

Share

Ayo sadar, Nina!

Penulis: Dewi Jambi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-01 00:23:19

Bismillah

        "Ibuku Ternyata Hantu"

#part_5

#by: Ratna Dewi Lestari 

     Brakkkkkkk 

    Pintu tertutup sendiri ketika aku dan Nina berhasil keluar dari kamar Ibu. Jantungku dag-dig-dug tak menentu. Keringat dingin mengucur. 

    Seumur hidup baru kutemui sosok mengerikan seperti itu. Dan itu di kamar Ibu. Apakah itu Ibu? Tapi kenapa begitu menyeramkan sosok Ibu?

    "Kakak -- kakak kenapa?" suara Nina membuyarkan lamunanku. Aku terduduk menatap mata Nina. Kuhela napas dalam-dalam. Kulepas dengan perlahan.

   "Adek -- Adek kenapa bobo di kamar Ibu?" tanyaku hati-hati.

   "Adek kan bobo sama Ibu, Kak? Kakak yang kenapa banguni Adek?" Nina balik bertanya.

  "Adek, Ibu ga ada di rumah Dek, lain kali kalau mau kemana-mana ajak Kakak, ya!" ucapnya serius.

   "Ada Ibu, Kak! Nina ga boong. Kalau Kakak ga percaya masuk deh ke kamar Ibu!" Nina cemberut melihatku.

   Rasa penasaran menelusup relung hatiku. Dengan tangan gemetar kembali kubuka pintu. Terkunci. Kamar Ibu tiba-tiba terkunci. 

   Kubalikkan badan dan mengajak Nina pergi meninggalkan kamar Ibu. Kembali ke warung dan menunggu pembeli seperti perintah Ibu.

*

   Sore menjelang tapi Ibu tak kunjung pulang. Adik-adik sudah mandi dan mereka selalu menanyakan Ibu. Aku hanya menggeleng karena memang tidak tau dimana keberadaan Ibu.

   Azan magrib berkumandang menandakan hari masuk waktu malam. Selesai salat berjamaah kami menunggu di depan TV. Ayah tadi menelpon memberi kabar jika ia akan pulang. Dengan sabar kami menunggu Ayah dan juga Ibu yang belum pulang.

   Srenggggg! Srengggg! Srengggg!

   Aroma masakan dan suara perabotan di dapur terdengar nyaring di telinga. Kami semua berhadapan dan saling memandang. Perut memang keroncongan karena sedari sore belum makan. Lauk dan sayur yang dimasak Ibu sudah ludes untuk makan siang. Ibu memang terbiasa memasak dua kali, sisa sayur dan lauk jualan yang tidak laku dimasak Ibu sore hari.

     "Ibuk! Ibuk--Ibuk!" ucap kami berbarengan. Bahagia rasanya mendengar ada aktifitas Ibu di dapur. Rindu sekali rasanya padahal baru sehari tidak melihat Ibu.

   Kami berlarian berhamburan ke dapur. Berlomba untuk melihat Ibu. Rasa haru dan bahagia di mata Adik-Adikku melihat Ibu yang sedang memasak di dapur.

    "Ibu ... Ibu kemana saja, dari tadi kami tak lihat Ibu," celoteh Dinda, Adik perempuanku yang nomor tiga. Ia berusia sepuluh tahun. Dinda menggelendot manja di pinggang Ibu.

    Ibu menoleh Dinda tapi ia tetap meneruskan memasak. " Ibu ada urusan Sayang, maaf ya, makan kalian terlambat," ucap Ibu lirih.

    "Widya! kamu tadi masuk kamar Ibu, ya! kan sudah Ibu bilang, jangan masuk kamar Ibu jika hari masih terang!" Ibu menatapku marah. 

   "Ma--maaf Bu, tadi Widya mencari Nina, Nina masuk kamar Ibu," jawabku dengan menundukkan kepala.

   "Kamu ga usah takut! Adikmu baik-baik saja. Ibu pastikan itu. Makanya kamu kalau jaga Adek yang bener!" cerocos Ibu.

   "Dah, sekarang ayo makan, Anak-anak. Kalian pasti lapar," perintah Ibu.

   Kami semua langsung duduk di meja makan. Menatap masakan Ibu yang nampak sangat lezat. Ayam goreng crispy dengan taburan saos tomat dan sedikit cabai merah, sayur capcai serta nasi hangat. Ah, pasti sangat lezat.

    Dengan lahap kami semua makan bersama. Tapi, Ibu tak ikut makan. Ia berjalan ke ruang tamu. Duduk diam menonton tanpa ekspresi. Wajah Ibu nampak pucat. Setiap dekat Ibu, wangi melati selalu menemani. Membuat ku terkadang merinding.

  **

   Selesai makan, aku beserta ke tiga adikku duduk menemani Ibu sembari menunggu Ayah pulang. Ibu jarang bicara. Ia banyak terdiam. Sungguh sangat berbeda dengan Ibu yang biasa.

   "Assalamualaikum, Ayah pulang,"  suara Ayah terdengar dari balik pintu.

   "Alhamdulillah Ayah pulang, horeee," ucap kami berbarengan begitu mendengar suara Ayah.

     "Waalaikumsalam, Ayah,"  seru kami dengan berhamburan memeluk Ayah. 

     "Anak-anak, Ibu mana?" tanya Ayah, masih tegak di luar rumah.

    "Ibu di sini Ayah," dengan tersenyum Ibu menatap  Ayah dari balik pintu.

    Ayah mendekati Ibu. Ia lalu mengecup kening Ibu. Hal yang biasa Ayah lakukan setiap berjumpa dengan Ibu. Ayah memang suami yang baik dan Ayah yang sangat sayang dengan keluarga.

***

   Jam menunjukkan pukul 24.00 malam. Semua sudah tertidur lelap, begitupun Ayah dan Ibu. Dengan malas kulangkahkan kaki menuju kamar mandi, kebelet pipis. 

    Kubuka pintu kamar, kenapa gelap di seluruh ruangan. "Tidak biasanya seperti ini, apakah mati lampu? tapi kamarku lampunya hidup! sungguh aneh," batinku.

    Walaupun sedikit takut kupaksakan diri menuju ke kamar mandi. Tapi langkahku terhenti begitu dekat dengan kamar Ibu.

    WUZZZZZZZ 

    Mataku terpana melihat sosok bergaun putih berkelebat cepat masuk ke kamar Ibu. Sosok itu berambut panjang tergerai dengan noda darah di gaunnya. 

    Aku terpaku, terdiam, kakiku terasa kaku. Aku begitu ketakutan. Tak terasa celanaku basah. Mataku tiba-tiba buram. Kepalaku rasanya berputar.

        Brukkkkk 

     Aku terjatuh dan semua nampak menghitam.

Bab terkait

  • IBUKU TERNYATA HANTU   Mayat Siapa?

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_6#by:Ratna Dewi Lestari "Wid--Widya!" suara Ayah terdengar nyaring ditelingaku di sertai pukulan lembut di pipiku. Aku terhenyak bangun. Badan terasa pegal semua. Kuedarkan pandangan kesegala penjuru. Dimana aku? "Widya!" ayah mengulangi panggilan nya kepadaku. Ayah menatap heran ke arahku. "Eh--iya, Yah," jawabku terbata. "Kamu kenapa tidur di sini?mana bau pesing lagi!" seru Ayah dengan menutup hidungnya. Teringat kejadian mengerikan tadi malam membuatku bergidik ngeri. Ingin kuungkapkan kepada Ayah, tapi takut Ayah ga percaya. "Ibu mana Yah?" tanyaku mengalihkan ucapan Ayah. "Ibumu sudah pergi sedari subuh. Sepertinya ada perlu," jawab Ayah sekenanya dan berlalu pergi menuju dapur. "Ayah!" pang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • IBUKU TERNYATA HANTU   Pembalasan Marni

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_7# by: Ratna Dewi Lestari. "Sim, apaan itu Sim?" tanya Tejo dengan menunjuk lembaran baju yang terkoyak di antara rerumputan. "Itu kayaknya baju perempuan, yok kita tengok!" ajak Kosim. Teman-temannya yang lain mengangguk serentak. Perlahan tapi pasti, Bapak-bapak itu melangkah menuju baju yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berdiri. Srek-srek-srek! Kaki-kaki mereka menginjak ranting dan rerumputan sekitar. Golok mereka arahkan kesana-kesini untuk menerbas rumput ilalang yang menutupi penglihatan. Kosim mengangkat baju itu dengan sebuah ranting. Matanya memperhatikan dengan seksama. "Jo, ada darah nya, Jo!" pekiknya. "Waduh, yang punya kemana?" sahut Tejo. "Tejo, Kosim, ada celana juga di sini!" sahut Diman seraya me

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • IBUKU TERNYATA HANTU   Ibu dan misteri yang melingkupinya

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_8#by:Ratna Dewi Lestari "Man ... itu apaan Man?" ucap Warjo dengan kaki gemetar. Peluh membasahi wajah. "War ... kuntilanak itu War ...," tanpa sadar celana Maman basah. Ia ngompol di celana. "Maman ... Warjo ... kemari ... temani aku malam ini ...," suara wanita itu lirih tapi terdengar jelas di telinga Maman dan Warjo. Wanita itu berjalan lambat menuju ke arah mereka. Angin yang semilir kadang menyibak gaun panjangnya yang putih namun banyak noda darah. Nampak dalam keremangan malam kaki wanita itu melayang dengan warna putih pucat. Warjo dan Maman menggigil ketakutan. "Man! cepat hidupi motornya, Man! bisa-bisa nyawa kita melayang, Man!" seru Warjo dengan tepukan keras di punggung Maman. "Iya, sabar! ini juga lagi ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • IBUKU TERNYATA HANTU   Polisi datang

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_9#by:Ratna Dewi Lestari "Nina! Nina!" panggil Ayah berulang kali. Aku pun terus berlari bersama Ayah mengikuti Nina yang terus berjalan cepat. Ia seperti tak mendengar teriakan kami. Nina terus berjalan menelusuri kebun. Dalam keremangan malam tak sadar samar-samar kulihat asap mengelilingi Nina. Jantung berdegub kencang. Nina, ada yang tidak beres dengan Nina. Ayah semakin kencang berlari walaupun terkadang terdengar bunyi napasnya yang ngos-ngosan. Nina kini berada di ujung kebun dan masuk kedalam semak belukar. Ranting pohon, tanaman berduri serta ilalang menusuk kaki ku yang polos. "Akh, sakit," terkadang aku berteriak kesakitan. Tapi, terus mengejar Nina. "Nina!" Ayah berhasil meraih tangan Nina dan memeluk Nina erat. &

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • IBUKU TERNYATA HANTU   Maman dan Warjo

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_10#by:Ratna Dewi Lestari. Brummmmm! Ckiiiiiittttt! Mobil Polisi berhenti di Rumah Sakit Umum Daerah. Dengan langkah gontai Ayah melangkah megikuti ketiga polisi yang berjalan tergesa menuju kamar mayat. Jantung berdebar ketika kaki memasuki kamar mayat. Hawa dingin menelusup hingga relung hati. Salah satu polisi membuka salah satu brankas mayat. Tampaklah sekilas kaki putih yang sudah kaku. "Mari Pak, kemari!" salah seorang Polisi melambai ke arah Ayah. Ayah mengangguk pelan dan melangkah mendekati. "Astagfirullah," ucap Ayah. Ia menutup mulutnya menahan kengerian sosok yang dilihatnya. Walaupun sudah dibersihkan, nampak mayat itu sudah penuh dengan lubang bekas tusukan, daging sudah tak utuh, hampir terlihat tulang putih. Pada bagian mata

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • IBUKU TERNYATA HANTU   Karma untuk Warjo

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part 11#by:Ratna Dewi Lestari. Pagi yang sepi tanpa Ibu. Semenjak kami tahu Ibu sudah meninggal, tak ada lagi sosok Ibu yang memasak di dapur sebelum subuh. Aku menjadi lesu. Walaupun kutahu Ibu ternyata hantu, tetapi tak sedikitpun membuatku takut. Aku malah rindu. Rindu melihat sosok Ibu. Kini aku berdiri di jendela dapur, memandang pepohonan singkong dan kebun mawar kecil kesayangan Ibu. Aroma mawar terkadang menggoda indra penciumanku. Terbang di bawa angin semilir ke arahku. Kuhirup wangi pagi sekuat yang aku bisa. Ku lepas dengan hati tertekan. Sedih, pilu menelusup relung hatiku. "Ibu ... di mana Engkau Ibu? aku rindu!" bisikku lirih. Angin dingin menyentuh pipiku. Entah kenapa rasa sejuknya menentramkan jiwaku. Seperti sentuhan halus tangan Ibu. Apakah ini memang Ibu? kupej

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • IBUKU TERNYATA HANTU   Karma Warjo 2

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_12#by:Ratna Dewi Lestari "Aaaaaaa ....," Mata Warjo terbelalak. Napasnya ngos-ngosan memburu. Keringat dingin mengucur sebesar biji jagung menetes di keningnya yang lebar. Jantungnya berdebar kencang. Tok-tok-tok! "Bang! Bang Warjo! kenapa kamu, Bang!" suara istri Warjo di luar membuat Warjo tersadar dari mimpi buruknya. Ia bergidik ngeri mengingat mimpinya barusan. Dengan gemetar Warjo melangkah mendekati pintu. Membukanya dan ia tampak sangat pucat melihat wanita dihadapannya. Wajah Marni, wanita malang yang ia bunuh malam itu tersenyum manis menatap ke arahnya. Matanya yang bulat memancarkan kebencian yang mendalam. Masih teringat jelas di ingatannya saat Marni memohon kepadanya. Bias rasa bersalah itu terekam jelas di wajah Warjo saat itu. "Maafkan aku ... Ibu ... aku tak tau nam

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • IBUKU TERNYATA HANTU   Warjo minta maaf

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_14#by:Ratna Dewi Lestari Warjo bergegas menuju kantor Polisi. Ia melangkah seorang diri tanpa Maman ataupun istrinya. Hatinya sudah mantap untuk mengakui semua kesalahannya. Ia tak ingin dibayang-bayangi rasa bersalah dan kematian. Ia ingin damai dan tenang. Di kantor Polisi, Warjo mengungkapkan semua dengan lugas. Namun, ia tak membawa Maman dalam kesaksiannya. Ia mengakui semua perbuatan kejinya. Polisi tak menunggu lama untuk membawa Warjo masuk ke dalam sel. Sidang akan segera menyusul. Warjo tak gentar. Ia malah merasa lega. Dalam hati terselip rasa sesal yang teramat. Ia tahu karena perbuatannya, ia telah memisahkan wanita itu dari orang-orang yang di cinta. Ia ingin mengucap maaf. Walau hanya mampu dalam hati ia ucapkan. Dinding dingin dalam sel dan lantai keras semen tak membuat nyali Warj

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12

Bab terbaru

  • IBUKU TERNYATA HANTU   Tamat

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_15#Tamat#by:Ratna Dewi Lestari. "Abang! Abang ...." Brakkkkkk ! Istri Maman ambruk begitu melihat keadaan Maman yang sangat mengenaskan. Para tetangga berdatangan mendengar teriakan. Mereka memandang ngeri jasad Maman. Jasad yang mengenaskan. Mata nya hampir copot, sekujur tubuh penuh lubang, dari telinga, hidung dan mulutnya keluar binatang-binatang kecil berbisa. Kelabang, kalajengking dan lintah merayap keluar bersamaan. Mereka bergidik ngeri melihat Maman yang sudah terbujur kaku dan berlumuran darah. Entah apa dosa Maman sehingga ia bisa mengalami hal yang sangat mengenaskan seperti ini. Para tetangga berbisik dan bertanya-tanya satu sama lain. Istri Maman di bawa ke dalam kamar lain. Setelah sadar mereka lalu segera mengebumikan Maman hari itu juga. Derai airm

  • IBUKU TERNYATA HANTU   Selamat jalan ibu

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_15#Tamat#by:Ratna Dewi Lestari. "Abang! Abang ...." Brakkkkkk ! Istri Maman ambruk begitu melihat keadaan Maman yang sangat mengenaskan. Para tetangga berdatangan mendengar teriakan. Mereka memandang ngeri jasad Maman. Jasad yang mengenaskan. Mata nya hampir copot, sekujur tubuh penuh lubang, dari telinga, hidung dan mulutnya keluar binatang-binatang kecil berbisa. Kelabang, kalajengking dan lintah merayap keluar bersamaan. Mereka bergidik ngeri melihat Maman yang sudah terbujur kaku dan berlumuran darah. Entah apa dosa Maman sehingga ia bisa mengalami hal yang sangat mengenaskan seperti ini. Para tetangga berbisik dan bertanya-tanya satu sama lain. Istri Maman di bawa ke dalam kamar lain. Setelah sadar mereka lalu segera mengebumikan Maman hari itu juga. Derai airm

  • IBUKU TERNYATA HANTU   Warjo minta maaf

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_14#by:Ratna Dewi Lestari Warjo bergegas menuju kantor Polisi. Ia melangkah seorang diri tanpa Maman ataupun istrinya. Hatinya sudah mantap untuk mengakui semua kesalahannya. Ia tak ingin dibayang-bayangi rasa bersalah dan kematian. Ia ingin damai dan tenang. Di kantor Polisi, Warjo mengungkapkan semua dengan lugas. Namun, ia tak membawa Maman dalam kesaksiannya. Ia mengakui semua perbuatan kejinya. Polisi tak menunggu lama untuk membawa Warjo masuk ke dalam sel. Sidang akan segera menyusul. Warjo tak gentar. Ia malah merasa lega. Dalam hati terselip rasa sesal yang teramat. Ia tahu karena perbuatannya, ia telah memisahkan wanita itu dari orang-orang yang di cinta. Ia ingin mengucap maaf. Walau hanya mampu dalam hati ia ucapkan. Dinding dingin dalam sel dan lantai keras semen tak membuat nyali Warj

  • IBUKU TERNYATA HANTU   Karma Warjo 2

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_12#by:Ratna Dewi Lestari "Aaaaaaa ....," Mata Warjo terbelalak. Napasnya ngos-ngosan memburu. Keringat dingin mengucur sebesar biji jagung menetes di keningnya yang lebar. Jantungnya berdebar kencang. Tok-tok-tok! "Bang! Bang Warjo! kenapa kamu, Bang!" suara istri Warjo di luar membuat Warjo tersadar dari mimpi buruknya. Ia bergidik ngeri mengingat mimpinya barusan. Dengan gemetar Warjo melangkah mendekati pintu. Membukanya dan ia tampak sangat pucat melihat wanita dihadapannya. Wajah Marni, wanita malang yang ia bunuh malam itu tersenyum manis menatap ke arahnya. Matanya yang bulat memancarkan kebencian yang mendalam. Masih teringat jelas di ingatannya saat Marni memohon kepadanya. Bias rasa bersalah itu terekam jelas di wajah Warjo saat itu. "Maafkan aku ... Ibu ... aku tak tau nam

  • IBUKU TERNYATA HANTU   Karma untuk Warjo

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part 11#by:Ratna Dewi Lestari. Pagi yang sepi tanpa Ibu. Semenjak kami tahu Ibu sudah meninggal, tak ada lagi sosok Ibu yang memasak di dapur sebelum subuh. Aku menjadi lesu. Walaupun kutahu Ibu ternyata hantu, tetapi tak sedikitpun membuatku takut. Aku malah rindu. Rindu melihat sosok Ibu. Kini aku berdiri di jendela dapur, memandang pepohonan singkong dan kebun mawar kecil kesayangan Ibu. Aroma mawar terkadang menggoda indra penciumanku. Terbang di bawa angin semilir ke arahku. Kuhirup wangi pagi sekuat yang aku bisa. Ku lepas dengan hati tertekan. Sedih, pilu menelusup relung hatiku. "Ibu ... di mana Engkau Ibu? aku rindu!" bisikku lirih. Angin dingin menyentuh pipiku. Entah kenapa rasa sejuknya menentramkan jiwaku. Seperti sentuhan halus tangan Ibu. Apakah ini memang Ibu? kupej

  • IBUKU TERNYATA HANTU   Maman dan Warjo

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_10#by:Ratna Dewi Lestari. Brummmmm! Ckiiiiiittttt! Mobil Polisi berhenti di Rumah Sakit Umum Daerah. Dengan langkah gontai Ayah melangkah megikuti ketiga polisi yang berjalan tergesa menuju kamar mayat. Jantung berdebar ketika kaki memasuki kamar mayat. Hawa dingin menelusup hingga relung hati. Salah satu polisi membuka salah satu brankas mayat. Tampaklah sekilas kaki putih yang sudah kaku. "Mari Pak, kemari!" salah seorang Polisi melambai ke arah Ayah. Ayah mengangguk pelan dan melangkah mendekati. "Astagfirullah," ucap Ayah. Ia menutup mulutnya menahan kengerian sosok yang dilihatnya. Walaupun sudah dibersihkan, nampak mayat itu sudah penuh dengan lubang bekas tusukan, daging sudah tak utuh, hampir terlihat tulang putih. Pada bagian mata

  • IBUKU TERNYATA HANTU   Polisi datang

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_9#by:Ratna Dewi Lestari "Nina! Nina!" panggil Ayah berulang kali. Aku pun terus berlari bersama Ayah mengikuti Nina yang terus berjalan cepat. Ia seperti tak mendengar teriakan kami. Nina terus berjalan menelusuri kebun. Dalam keremangan malam tak sadar samar-samar kulihat asap mengelilingi Nina. Jantung berdegub kencang. Nina, ada yang tidak beres dengan Nina. Ayah semakin kencang berlari walaupun terkadang terdengar bunyi napasnya yang ngos-ngosan. Nina kini berada di ujung kebun dan masuk kedalam semak belukar. Ranting pohon, tanaman berduri serta ilalang menusuk kaki ku yang polos. "Akh, sakit," terkadang aku berteriak kesakitan. Tapi, terus mengejar Nina. "Nina!" Ayah berhasil meraih tangan Nina dan memeluk Nina erat. &

  • IBUKU TERNYATA HANTU   Ibu dan misteri yang melingkupinya

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_8#by:Ratna Dewi Lestari "Man ... itu apaan Man?" ucap Warjo dengan kaki gemetar. Peluh membasahi wajah. "War ... kuntilanak itu War ...," tanpa sadar celana Maman basah. Ia ngompol di celana. "Maman ... Warjo ... kemari ... temani aku malam ini ...," suara wanita itu lirih tapi terdengar jelas di telinga Maman dan Warjo. Wanita itu berjalan lambat menuju ke arah mereka. Angin yang semilir kadang menyibak gaun panjangnya yang putih namun banyak noda darah. Nampak dalam keremangan malam kaki wanita itu melayang dengan warna putih pucat. Warjo dan Maman menggigil ketakutan. "Man! cepat hidupi motornya, Man! bisa-bisa nyawa kita melayang, Man!" seru Warjo dengan tepukan keras di punggung Maman. "Iya, sabar! ini juga lagi ak

  • IBUKU TERNYATA HANTU   Pembalasan Marni

    Bismillah "Ibuku Ternyata Hantu"#part_7# by: Ratna Dewi Lestari. "Sim, apaan itu Sim?" tanya Tejo dengan menunjuk lembaran baju yang terkoyak di antara rerumputan. "Itu kayaknya baju perempuan, yok kita tengok!" ajak Kosim. Teman-temannya yang lain mengangguk serentak. Perlahan tapi pasti, Bapak-bapak itu melangkah menuju baju yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berdiri. Srek-srek-srek! Kaki-kaki mereka menginjak ranting dan rerumputan sekitar. Golok mereka arahkan kesana-kesini untuk menerbas rumput ilalang yang menutupi penglihatan. Kosim mengangkat baju itu dengan sebuah ranting. Matanya memperhatikan dengan seksama. "Jo, ada darah nya, Jo!" pekiknya. "Waduh, yang punya kemana?" sahut Tejo. "Tejo, Kosim, ada celana juga di sini!" sahut Diman seraya me

DMCA.com Protection Status