489“Anye!” Aldo berteriak menyibak selimut. Namun, sang istri tidak ada di sana. Bahkan setelah dicari ke kamar mandi dan seluruh sudut kamar.“Anyelir….” Aldo berlari ke sana ke mari mencari Anyelir di sekitar kamar. Bahkan hingga ke ujung lorong, tetapi wanita itu tidak ada di mana pun.Di mana sebenarnya Anyelir? Dada Aldo mendadak bergemuruh. Kenapa ia tidak ada di sekitar kamarnya? Apa ia pergi? Apa ia mendengar percakapannya dengan kedua orang tuanya?Aldo mengacak rambut dengan frustrasi. Tak ia hiraukan jantungnya yang mendadak lebih cepat memompa darah. Aldo berlari ke ruangan di mana orang tuanya masih di sana. Siapa tahu Anyelir memang di sana. Namun, kerutan di kening kedua orang tuanya menandakan jika mereka bahkan heran dengan sikapnya yang panik.Aldo gegas berlari lagi meninggalkan Aira dan Alexander yang bertatapan bingung. Mungkin Anyelir turun ke lantai bawah. Atau mungkinkah ia akan kabur? Walaupun tidak mudah keluar dari sana karena banyak pengawal yang berjaga,
490“Kamu cantik sekali, Sayang.” Entah untuk ke berapa kalinya kalimat itu terlontar dari mulut Aldo. Anyelir sampai bosan mendengarnya. Sudah berulang kali ia mengucapkan terima kasih, tetapi suami tengilnya terus melontarkan kalimat pujian itu. Malam ini, ulang tahun pernikahan orang tua Aldo. Mereka sengaja merayakannya dengan pesta besar dan mengundang banyak orang. Tidak setiap tahun pesta seperti ini dirayakan. Terakhir, lima tahun lalu saat ulang tahun pernikahan perak. Kini, mereka merayakannya lagi karena merasa semua anak telah menikah. Dan itu suatu prestasi, setidaknya bagi Aira. Walaupun pernikahan Aldo belum diakui sepenuhnya oleh Alexander, tetapi tetap semua anak sudah sold out. Anyelir sendiri memutuskan tetap hadir walaupun sikap Alexander belum terbuka terhadapnya. Semata karena menghargai Aira dan sang suami. Aldo tidak akan hadir jika dirinya tidak datang. Yang akhirnya akan membuat malu keluarga. Absennya salah satu anggota keluarga akan membuat orang bertany
491 Aldo pikir setelah itu sang ayah akan memperkenalkan dirinya dan Anyelir, walaupun sadar belum ada kebanggan yang bisa ia berikan. Setidaknya Anyelir adalah dosen yang namanya cukup besar di kampus tempatnya mengajar. Sayangnya, bahkan setelah menunggu beberapa lama, Alexander tak berniat sedikit pun untuk mengenalkan ia dan istri kepada hadirin. Pria itu melanjutkan sambutan tanpa menyinggung nama Aldo sama sekali. Aldo menunduk seraya meremas punggung tangan Anyelir yang mengait di lengannya. Merasakan sesuatu yang tergores di dalam sana. Sadarlah lelaki itu jika keberadaannya dan Anyelir di sana tidak berarti sama sekali. Maka, bukan karena terlalu perasa jika akhirnya ia mengajak sang istri pergi dari sana. “Kita pulang, Sayang. Acara kita sudah selesai. Tidak ada tempat untuk kita di sini,” bisiknya seraya menepuk pelan punggung tangan sang istri. Satu embusan napas kasar terdengar setelahnya. Anyelir melirik sang suami yang ia yakin hatinya sakit. Seulas senyum ia hadiah
492Keharuan menyelimuti ruangan pesta. Semua orang ikut terhanyut dalam pidato dan suasana yang dibangun Alexander. Tepuk tangan riuh menggema di seluruh sudut ruangan. Semua ikut berbahagia atas sepasang manusia yang telah hidup bersama hingga puluhan tahun dan dapat mengantar anak-anaknya menjadi dewasa dan meniliki kehidupan sendiri. Tidak ada yang lebih berbahagia selain orang tua yang merasa jika tugas utamanya mendidik dan membesarkan anak-anak telah selesai.Ya, semua terhanyut dalam keharuan. Termasuk sepasang anak manusia yang semula ingin meninggalkan ruangan pesta. Mereka bahkan tidak bisa mencegah air mata agar tidak jatuh.Aldo dan Anyelir. Mereka tidak pernah menyangka jika Alexander telah menyiapkan semua ini. Sepertinya pria itu sengaja membuat mereka berprasangka buruk, padahal tengah menunggu waktu yang tepat untuk mengumumkan pernikahan mereka.Sungguh, tidak ada kejutan paling indah daripada diakui dan diterima sebagai menantu di depan banyak orang. Tidak ada keju
495 Adakah yang lebih membahagiakan selain diterima ayah mertua dengan begitu terbuka dan rasa bangga luar biasa, setelah selama ini ditolak mentah-mentah? Rasanya tiada yang lebih berbahagia di dunia selain Anyelir. Setelah sekian lama dianggap sebagai menghambat hidup Aldo, kini Alexander berubah seratus persen. Sikap pria itu berubah bak ayah kandung. Bukan hanya mengumunkan Anyelir sebagai menantu baru dengan kebanggaan luar biasa, Alexander bahkan bersikap seolah tidak memiliki lagi menantu selain Anyelir. Anyelir, Anyelir, dan Anyelir saja yang selalu menjadi topik obrolan. Selama acara berlangsung, Alexander terus mengenalkan sang menantu baru kepada semua relasi. Ia menyebut jika Anyelir dosen yang diperhitungkan di kampusnya. Ia juga mengatakan jika Anyelir yang telah membuat sang putra bungsu berubah menjadi pria dewasa dan penuh tanggung jawab. Alexander terus mengenalkan dan membanggakan kepada semua orang. Bahkan hingga acara selesai, Aldo dan Anyelir tidak boleh jauh
496Tak terasa tiga bulan sudah Anyelir dan Aldo menjalani pernikahan mereka.Aldo sudah sembuh. Ia bahkan sudah mulai bekerja di perusahaan sang ayah selepas mereka pulang berbulan madu hadiah dari Aira dan Alexander.Demi menghargai sang ayah, ia putuskan membantunya di sana. Walaupun hobi menggambar dan melukis tidak ia tinggalkan. Setiap waktu luang, Aldo akan menggoreskan pensilnya di atas kertas, hingga tercipta karya tangannya yang khas. Wajah sang istri tentu masih menjadi model pavoritnya. Tak bosan ia menorehkan pensil untuk mengungkapkan pemujaan terhadap istri tercinta.Bahkan dinding apartemen hampir penuh dengan lukisan wajah Anyelir hasil karyanya.Rasanya sempurna sudah perkawinan mereka kini. Restu orang tua yang sudah didapat, hati yang sama-sama terpaut, juga Aldo yang sudah bisa menunaikan kewajibannya menafkahi sang istri baik lahir maupun batin.Bahkan mereka yakin jika merekalah pasangan suami istri yang paling bahagia saat ini.Jalan hidup memang tidak bisa dit
495“Aldo.”Suara panggilan lirih dari arah belakang, membuat lelaki tegap itu mematikan sambungan telepon sebelum membalikkan tubuhnya. Dimasukkan benda pipih di tangannya ke dalam saku celana, sebelum berjalan mendekati ranjang pasien.“Aldo.” Lagi, suara panggilan lirih keluar dari mulut pasien yang terbaring lemah dengan seutas selang kecil terhubung ke salah satu tangannya. Tatapan sayu pasien wanita itu tak lepas dari wajah tampan lelaki yang kini berdiri dekat ranjangnya. Tatapan sayu yang walaupun sangat lemah tetapi kentara bercampur dengan rasa bahagia.“Kamu sudah sadar, Git?” Lelaki tampan yang tidak lain Aldo, menatap lekat wajah pucat nan lemah itu. Ia membawa Gita ke rumah sakit paska melihat gadis itu tergolek lemah di dekat pintu parkir kampus.Kondisi Gita yang sangat mengkhawatirkan, membuat empati Aldo terketuk. Ia tidak mungkin lepas tangan dan pura-pura tidak melihatnya. Bagaimana pun mereka pernah dekat. Terlebih tidak ada yang berinisiatif membawa gadis it uke
496Aldo gegas memasukkan ponsel ke dalam saku celana saat sang ayah duduk di sampingnya. Pemuda itu tak ingin mendapat masalah.“Apa yang tengah mengganggu pikiranmu?”Aldo memejam sebentar, sudah diduga pertanyaan itu akan meluncur dari mulut sang ayah. Sejak tadi ia tidak fokus. Bahkan saat mengikuti meeting, pikirannya terus saja bercabang ke mana-mana.Kondisi Gita yang mengkhawatirkan dan pengakuannya jika Andika merenggut kesuciannya sebelum menghilang, tak ayal mengganggu pikirannya.“Andika mengambil paksa dariku Aldo. Padahal aku ingin memberikannya hanya untukmu saat kita sudah menikah nanti.” Pengakuan Gita dengan suara serak di antara tangisnya, membuat dada Aldo sesak.Berkali-kali Aldo menarik napas panjang. Tak urung ia ikut kesal dan marah. Bagaimana bisa laki-laki itu melakukan hal terkutuk seperti itu? Bagaimana bisa ia tega merusak gadis polos seperti Gita yang sudah lama menjadi sahabat mereka?“Di mana Andika sekarang?” tanya Aldo dengan menahan kemarahan.Gita m
Extra partKepanikannya semakin menjadi saat nomor Aira tak kunjung diangkat. Sementara Anyelir menjerit-jerit merasakan rasa mulas di perutnya yang seolah diperas.Wanita paruh baya asisten rumah tangga mereka yang melihat kepanikan itu gegas menyuruh Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit. Sebagai wanita yang sudah berpengalaman melahirkan, ia tahu jika Anyelir akan segera melahirkan.Tanpa pikir panjang, Aldo mengangkat tubuh Anyelir yang beratnya sudah mencapai dua kali lipat dari berat normalnya karena kehamilan ini. Terlebih ada dua bayi kembar dalam perutnya. Untunglah rumah mereka kini bukan apartemen bertingkat. Hingga ia dengan mudah mengevakuasi sang istri.Berdua saja, Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit yang sudah mereka tunjuk untuk tempat bersalin. Sang asisten ia minta untuk terus menghubungi kelurganya, dan menyusul ke rumah sakit setelah urusan di rumah selesai.Selama perjalanan, Anyelir terus mencengkeram lengan Aldo karena merasakan mulas tak terkira. Belum lagi sese
Extra part“Kenapa, sayang?” Aldo yang baru memasuki rumah, menatap sang istri yang bibirnya maju.Anyelir tidak menjawab. Ia meraih tangan sang suami dan menciumnya takzim. Walaupun usia Aldo lebih muda, tetapi posisinya tetap kepala keluarga. Anyelir tetap menghormati dan memperlakukan bagaimana seharusnya memperlakukan suami.Aldo menarik tubuh sang istri tetapi dengan hati-hati agar tak mengganggu perut besarnya. Sebuah kecupan mendarat di kening berpoles bedak tipis. Kemudian beralih kedua pipi dan terakhir menghisap bibir majunya dengan gemas hingga si empunya bibir meronta minta dilepaskan.“Kau membuatku sesak napas.” Anyelir mendorong dada Aldo. “Ciuman macam apa itu?” lanjutnya dengan bibir semakin maju, ditambah tangan yang dilipat di dada.“Itu ciuman penawar marah. Juga penawar rasa lelah di kantor.”Anyelir menoleh. Ia tahu Aldo lelah bekerja seharian di kantor tetapi pulang langsung disuguhi sikap manja dan sensitifnya yang semakin menjadi sejak hamil. Namun, ia tak dap
528 “Tetaplah di sisiku sampai salah satu di antara kita menutup mata. Aku bahkan ingin kebersamaan ini berlanjut hingga kehidupan kekal kita kelak. Jangan pernah tinggalkan aku. Terus dampingi dan bantu aku dalam memperbaiki diri agar menjadi suami yang bisa membimbingmu dan anak-anak kita menjalani kehidupan ini dalam koridor yang lurus. Aku ingin menjadi imam dambaanmu, sayang.” Anyelir mendongak. Hatinya trenyuh. Sejak kejadian itu, Aldo memang banyak berubah. Ia membuktikan dirinya layak mendapatkan maaf dan kesempatan kedua. Anyelir sendiri membuktikan memaafkan dengan tidak pernah membahas masalah yang sama. Jika Aldo mulai mellow, meminta maaf dan terindikasi membahas hal sama, Anyelir sendiri yang mengingatkan dan mengajak melupakan semuanya dengan menatap ke depan. Ia sadar dirinya pun bukan manusia tanpa dosa. Ia bahkan bersikap kekanakan dalam menghadapi masalah ini. Saling memaafkan, saling sadar dan terus berbenah diri, itu yang mereka lakukan saat ini. Terlebih sebent
527Semua orang terdiam mendengar ucapan Sandra. Semua orang tahu jika Gita dirawat di RSJ karena saat ditahan sering mengamuk dan beberapa kali mencoba bunuh diri lagi, bahkan bayi dalam kandungannya sampai gugur karena perilakunya sendiri. Gita akhirnya dirawat di RSJ.Keluarga Aldo menganggap semua telah selesai, karena akhirnya Gita dinyatakan bersalah. Semua bukti dan saksi menunjukkan jika Aldo tidak bersalah. Andika dan istrinya kembali ke Kalimantan. Gita tidak menuntut apa pun kepada Andika, mungkin karena melihat kondisi laki-laki itu yang mengenaskan.Justru perseteruan dengan Aldo yang ia pertahankan walaupun pada akhirnya Gita harus merasakan kehidupan di balik jeruji besi dalam kondisi hamil.Publik juga sudah mulai melupakan kasus ini, hingga Aldo dan keluarga bebas bergerak tanpa banyak yang memperhatikan.Semua sudah berjalan normal dan baik-baik saja. Aldo dan Anyelir menjalani pernikahan dengan bahagia. Terlebih mereka akan memiliki anak. Hubungan mereka bahkan sema
526 “Aku mau poliandri, apa kau setuju?” Anyelir menatap serius. Hening. Binar penuh harap di mata Aldo seketika pudar dan meredup. Senyum yang tadi sempat tersungging, raib dalam waktu singkat. Dada pemuda itu mendadak sesak. Diteguknya ludah dengan susah payah karena kerongkongan yang mendadak kemarau. Napasnya tersengal seolah telah berlari puluhan kilo meter. Bibirnya bergetar. “Mana ada seperti itu, sayang?” tanyanya dengan senyum miris. Anyelir tersenyum. “Ada, ini bukan sungguhan. Jadi, aku hanya pura-pura saja.” “Maksudnya?” Mata Aldo memicing. Anyelir menarik napas panjang. “Begini, orang tua Haris menuntutnya untuk segera menikah. Sementara ia belum menemukan wanita yang cocok. Tapi ia menolak jika harus dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Jadi, ia memintaku untuk berpura-pura menjadi….” “Tidak!” Dengan napas yang semakin tersengal dan dada makin sesak, Aldo memotong ucapan Anyelir. “Apa kau sudah gila, sayang?” “Kenapa?” Anyelir memiringkan kepala. Tawan
525“Makanya jangan petakilan. Sudah mau jadi ayah kelakukan masih bocah.” Anyelir berkata ketus seraya melipat tangan di dada. Sementara Aldo terus meringis merasakan sakit di pinggangnya. Terpaksa harus dipijat lagi. Harus menahan lagi sakit yang lebih dari sebelumnya. Namun, di balik itu semua hatinya bahagia tiada tara. Sang istri sudah kembali seperti dulu. Hanya ketus karena kesal. Baginya tak apa diberi wajah ketus seperti itu, daripada harus mendapati wajah dingin yang membuatnya putus asa.Kini, bahkan Anyelir tengah menyuapinya. Ia yang untuk sementara hanya bisa tengkurap dengan kepala hanya bisa mendongak, kesulitan untuk sekadar menyuap. Praktis makan pun harus disuapi. Anyelir geleng-geleng kepala. Ini piring ketiga yang Aldo tandaskan. Pemuda itu seperti kelaparan. Memakan apa pun yang Anyelir suapkan dengan sangat rakus. Bahkan saat piring ketiga tandas pun, lelaki itu masih meminta tambah.“Berapa hari kau tidak makan?” tanya Anyelir heran saat menyuapi dari piring k
524“Sakit ….” Aldo merengek manja dengan wajah menengadah. Tangannya memeluk erat pinggang Anyelir yang pangkuannya ia jadikan bantal.Wajah lelaki itu terlihat berkeringat. Ringisan masih sesekali menghiasi wajahnya. Pemuda itu baru saja berteriak-teriak merasakan sakit akibat pijatan bapak tua penjaga villa.Akibat terlalu bersemangat dan terlampau bahagia karena melihat wanita yang dirindukannya selama ini ada di depan mata, ia berlari hingga tak memperhatikan apa pun lagi. Tangannya menyenggol keranjang buah di atas meja, hingga isinya jatuh ke lantai dan terinjak. Aldo terpeleset karena menginjak buah apel yang jatuh menggelinding, hingga tak terelakkan tubuhnya melayang jatuh. Namun, sebelumnya pinggangnya terbentur tepian meja hingga sakitnya menjadi berlipat-lipat.Beruntunglah bapak penjaga villa bisa memijat urat keseleo. Hingga ia langsung mendapat penanganan.Anyelir yang tengah memasak dibantu istri penjaga villa, kaget karena suara benturan keras. Wanita itu langsung me
524Aldo mengeratkan pelukan demi mendengar nasihat Aira. Kalau boleh memilih, ia ingin pernikahannya lanjut. Tak ingin tercerai berai karena anak yang akan menjadi korban. Kalau boleh ia ingin bertemu Anyelir dulu agar bisa bicara dari hati ke hati. Sayangnya, bahkan di mana keberadaan wanita itu, ia tidak tahu. “Jika Tuhan masih memberimu kesempatan, ingat gunakan sebaik-baiknya. Namun, jika semuanya hanya sampai di sini karena manusia hanya punya keinginan dan usaha, kau tetap harus bisa mengambil hikmahnya, Nak. Mungkin ini takdir kalian. Takdirmu. Jangan menyalahkan Tuhan. Apa yang terjadi sudah digariskan. Jika kalian harus bercerai, itu pasti takdir karena kau sudah berusaha memperbaiki semuanya. Yakin akan ada pelangi setelah hujan, Nak. Jika Tuhan memberi ujian ini, pasti disertai jalan keluar dan hikmah di baliknya.”Aldo hanya diam meresapi setiap kalimat sang ibu. Sungguh, ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan Anyelir. Namun, jika wanita itu tetap memaksa, ia bisa
523“Anye, kamu di mana?” Aldo duduk lesu di lobi hotel. Kepalanya menunduk dalam. Tangannya meremas rambut dengan kuat. Berkali-kali mengembus napas kasar. Beban di dadanya terasa ingin meledak. Setelah menunggu berminggu-minggu dengan setumpuk rindu dan penyesalan, kini hanya mendapati Anyelir yang sudah tidak berada di tempat.Aldo menyandar lemah seraya merogoh ponsel dalam saku. Mencoba keberuntungan. Menghubungi lagi Anyelir. Namun hingga berkali-kali dilakukannya, tetap hanya dijawab operator.Pemuda itu memejam sebelum bangkit dan berjalan keluar. Para pengawal berwajah datar sigap mengiringi.“Putari kota ini, Pak. Siapa tahu aku melihat keberadaan istriku,” titahnya kepada sopir setelah duduk di dalam mobil. Sang sopir hanya mengangguk sebelum menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Mengitari kota Surabaya seperti perintah sang majikan.Hampir seharian Aldo dan rombongan berputar-putar di sana. Semua jalan disusuri bahkan hingga jalan-jalan kecil hanya agar mendapat keber