107Aira mengerjap, kemudian memejamkan matanya untuk beberapa waktu. Sebelum menatap Raka yang matanya terpejam. Bayi itu baru saja mendapat perawatan karena luka di lehernya. Tadi, setelah dilumpuhkan pengawal Alexander, Dita ditangkap polisi di hadapan suami dan wanita paruh baya berwajah basah, yang tidak lain ibunya. Ternyata laki-laki yang membuka pintu itu suami Dita. Mereka berdua itulah yang memberi jalan lewat pintu belakang, hingga pengawal bisa masuk dan melumpuhkan Dita. Aira ingat, kesedihan tergambar jelas di wajah keduanya. Terutama wajah tua yang menyesali perbuatan anaknya. Berkali-kali wanita itu meminta maaf kepada Aira, atas perbuatan Dita. Pun dengan laki-laki yang pertama kali membuka pintu, ia pun terus meminta maaf, karena merasa semua kenekatan Dita bersumber padanya. Satu yang Aira baru tahu, kalau Dita sudah lama menikah. Bahkan mungkin lebih dulu dari dirinya. Hanya saja sampai detik ini Tuhan belum menganugerahi seorang anak dalam pernikahannya. Karena
118“Vallery?”Mata Alexander seakan ingin loncat dari rongganya. Pun dengan Aira. Tangannya semakin memeluk tubuh Raka dengan erat. “Bagaimana bisa ia masuk? Bukankah rumahku kompleks tertutup?” lanjut lelaki yang sepasang bola matanya masih melotot. Ia masih belum mempercayai berita itu. Jo menarik napas panjang. “Nona Vallery itu cerdik, Boss. Apa Boss lupa? Dia bisa mendapatkan apa pun dengan berbagai cara.”Punggung Alexander terhempas ke sandaran kursi. Ya, Jo benar. Vallery wanita yang cerdik, atau lebih tepatnya licik. Ia bisa melakukan apa pun untuk mencapai tujuannya.Vallery wanita ambisius, karena itu mereka berpisah. Wanita itu penasaran dengan kariernya sebagai model. Oleh karenanya saat ada kesempatan berkarier di luar negeri, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Karena menjadi model internasional adalah cita-citanya sejak remaja. Vallery bahkan rela menukar keluarga hanya untuk kariernya. Sejak awal mengandung Alister, wanita itu selalu menyalahkan Alexander kare
119“Di mana Vallery?” tanya Alexander kepada sekuriti yang berdiri tegak di samping mobil, setelah lelaki itu menurunkan kaca. “Di dalam, Boss.”“Siapa yang menyuruhmu memberi izin dia masuk?”“Bu Hasna, Boss.”“Hasna?” Kening Alexander berkerut dalam. Kapan Hasna meminta izin padanya memasukkan Vallery ke dalam rumah? Rasanya tidak, tetapi kenapa wanita itu berani sekali memasukkan mantan istrinya masuk? Mobil pun kembali melaju pelan hingga berhenti di depan teras. Dengan berbagai rasa yang bergemuruh hebat di dalam dada, Alexander setengah berlari memasuki rumah. Menerbitkan sepercik rasa dalam dada Aira. Bagaimana pun Vallery itu mantan istri Alexander. Pernah menjadi wanita yang paling dicintai suaminya. Walaupun kini ia sangat tahu seberapa besar Alexander mencintainya, tak ayal rasa itu mengusik hatinya. Rasa cemburu mendera, melihat Alexander sampai berlari untuk menemui wanita itu. Ya, walaupun bukan untuk menyambutnya, tetapi rasa takut sang suami akan tergoda lagi deng
120“Alexander, kau ini kenapa? Begitukah caramu menyambut istri yang baru pulang?" Mata indah yang dinaungi bulu mata lentik itu memicing beberapa lama. Namun, senyum menggoda menghiasi wajah cantik itu kemudian. "Sini, biar aku ingatkan caranya kalau kau lupa.” Tangan jenjang itu benar-benar meraih leher Alexander dengan cepat, tetapi gerakannya tetap elegan. Hingga lelaki itu tak sempat menghindar. Kini, sepasang tangan jenjang Vallery melingkari leher Alexander dengan posesif. Aroma sensual menguar sangat jelas dari tubuhnya yang mulai rapat dengan tubuh lelaki yang kini mematung. Aroma sensual yang beberapa waktu lalu begitu memabukkan dan menjadi candunya, menusuk indera penciuman Alexander, hingga mau tak mau alam bawah sadar lelaki itu seakan membawanya ke masa-masa indah bersama wanita itu. Masa-masa penuh cinta yang penuh gelora asmara. Sepasang mata indah milik sang model menatap sayu mata lelaki yang masih mematung sempurna. Wanita yang sudah memiliki jam terbang tingg
121Aira memilih langsung menuju kamar Raka begitu masuk rumah. Ia tak ingin melihat langsung interaksi antara sang suami dengan mantan istrinya. Aira takut tidak bisa menahan diri. Apalagi tadi saat melihat sekilas betapa tatapan Vallery yang menggoda untuk Alexander. Aira juga melihat dengan ekor matanya wanita tinggi semampai itu ingin memeluk tubuh Alexander, tetapi ditepis kasar oleh sang suami. Ia tidak tahu kejadian lebih besar setelahnya. Aira percaya sepenuhnya kepada Alexander. Lelaki itu tak mungkin mengkhianati dirinya dan pernikahan mereka. Setelah membangunkan babysitter bernama Riri, dan memintanya menjaga Raka yang tertidur pulas, Aira menuju kamar Alister. Ia merindukan anak susunya setelah semalaman meninggalkan bayi itu sendiri. Diciumnya wajah yang menggeliat itu penuh sayang. Lalu menepuk bokongnya pelan, agar sang anak susu tidak terbangun. “Anak soleh, ditinggal Mama sama Papa jemput Kakak, tidak rewel, ya?” Bisiknya sambil menatap sayang bayi yang kembali t
122“Ada apa, Sayang?” Alexander yang baru saja menjejak lantai dua, tergopoh-gopoh menghampiri sang istri yang suara teriakkannya bahkan terdengar hingga ke bawah tangga. Lelaki itu heran, selama mengenal Aira, baru kali ini ia mendengar wanita itu bersuara sangat keras, hingga mungkin akan memutuskan pita suaranya. “Sayang.” Alexander meraih tangan wanita yang wajahnya merah padam itu. Satu lagi, Alexander baru melihat sang istri semarah ini. Dadanya bahkan bergerak turun naik sangat cepat. Wajahnya merah, giginya gemeletuk, bahkan urat-urat di pelipisnya terlihat berkedut. Ia seperti bukan melihat Aira yang dikenalnya. “Aku ingin kau memecat wanita itu, Pa!” teriak Aira lagi dengan suara masih melengking keras. Kali ini tangannya yang bergetar menunjuk wanita paruh baya yang juga tergopoh-gopoh mendatanginya. Alexander menoleh ke arah telunjuk sang istri yang tepat menunjuk wajah wanita paruh baya yang sekian lama mengabdi padanya. Kening lelaki yang juga berwajah lelah berkeru
123Tangan Alexander sigap menangkap pinggang Aira yang maju ke arah Vallery, setelah sebelumnya lelaki itu terperangah. Ia tak ingin ada keributan, terlebih sangat tahu kalau sang istri begitu stres dan kelelahan. Seharusnya mereka memang istirahat saat ini. Kalau saja tidak ada pengacau yang menyambut di rumah. “Hasna, cepat suruh pelayan membersihkan kamarku! Dan suruh penjaga untuk mengamankan wanita itu!” Suara Alexander memberi perintah penuh penekanan. Tangannya dengan kuat menahan tubuh sang istri yang meronta ingin lepas. “Kenapa kau diam saja?” lanjut Alexander kesal saat melihat wanita paruh baya yang sudah lama bekerja padanya hanya diam mematung. “Jangan-jangan benar yang dikatakan istriku kalau kau bersekongkol dengan wanita itu!” Alexander menatap tajam Hasna yang salah tingkah. “Ba-baik, Tuan. Akan saya be-reskan.” Dengan bola mata yang bergerak resah, wanita yang rambutnya mulai memutih itu gegas berjalan menuju pintu kamar Alexander, setelah sebelumnya melirik
124“Maaf, Sayang. Maafkan aku yang menyeretmu dalam semua permasalahan ini,” bisiknya lembut di depan telinga sang istri yang masih menenggelamkan diri di dadanya. Tak ada jawaban selain isakan yang masih terdengar dari wanita yang wajahnya terbenam di dada sang suami. “Menangislah, keluarkan semua yang ingin kau luapkan, agar kau menjadi lega.” Alexander masih membelai kepala sang istri. Baginya, lebih baik begini. Aira menangis di depannya, daripada harus terlihat lemah di depan orang lain, hingga bukan tak mungkin menjadi bahan olokan. Setelah beberapa lama, Aira mulai melonggarkan pelukan. Wajahnya yang basah menengadah. Menatap wajah sang suami yang menunduk, juga menatapnya. “Apa kau akan rujuk dengannya?”Dejavu. Keduanya merasa seperti kembali ke beberapa saat lalu, saat Randi kembali hadir dalam kehidupan Aira dan Raka. Dulu kalimat itu juga terucap. Bedanya, dulu Alexander yang bertanya. Tangan Alexander meraih rambut Aira yang sebagian menutupi pipi dan matanya. Kemud
Extra partKepanikannya semakin menjadi saat nomor Aira tak kunjung diangkat. Sementara Anyelir menjerit-jerit merasakan rasa mulas di perutnya yang seolah diperas.Wanita paruh baya asisten rumah tangga mereka yang melihat kepanikan itu gegas menyuruh Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit. Sebagai wanita yang sudah berpengalaman melahirkan, ia tahu jika Anyelir akan segera melahirkan.Tanpa pikir panjang, Aldo mengangkat tubuh Anyelir yang beratnya sudah mencapai dua kali lipat dari berat normalnya karena kehamilan ini. Terlebih ada dua bayi kembar dalam perutnya. Untunglah rumah mereka kini bukan apartemen bertingkat. Hingga ia dengan mudah mengevakuasi sang istri.Berdua saja, Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit yang sudah mereka tunjuk untuk tempat bersalin. Sang asisten ia minta untuk terus menghubungi kelurganya, dan menyusul ke rumah sakit setelah urusan di rumah selesai.Selama perjalanan, Anyelir terus mencengkeram lengan Aldo karena merasakan mulas tak terkira. Belum lagi sese
Extra part“Kenapa, sayang?” Aldo yang baru memasuki rumah, menatap sang istri yang bibirnya maju.Anyelir tidak menjawab. Ia meraih tangan sang suami dan menciumnya takzim. Walaupun usia Aldo lebih muda, tetapi posisinya tetap kepala keluarga. Anyelir tetap menghormati dan memperlakukan bagaimana seharusnya memperlakukan suami.Aldo menarik tubuh sang istri tetapi dengan hati-hati agar tak mengganggu perut besarnya. Sebuah kecupan mendarat di kening berpoles bedak tipis. Kemudian beralih kedua pipi dan terakhir menghisap bibir majunya dengan gemas hingga si empunya bibir meronta minta dilepaskan.“Kau membuatku sesak napas.” Anyelir mendorong dada Aldo. “Ciuman macam apa itu?” lanjutnya dengan bibir semakin maju, ditambah tangan yang dilipat di dada.“Itu ciuman penawar marah. Juga penawar rasa lelah di kantor.”Anyelir menoleh. Ia tahu Aldo lelah bekerja seharian di kantor tetapi pulang langsung disuguhi sikap manja dan sensitifnya yang semakin menjadi sejak hamil. Namun, ia tak dap
528 “Tetaplah di sisiku sampai salah satu di antara kita menutup mata. Aku bahkan ingin kebersamaan ini berlanjut hingga kehidupan kekal kita kelak. Jangan pernah tinggalkan aku. Terus dampingi dan bantu aku dalam memperbaiki diri agar menjadi suami yang bisa membimbingmu dan anak-anak kita menjalani kehidupan ini dalam koridor yang lurus. Aku ingin menjadi imam dambaanmu, sayang.” Anyelir mendongak. Hatinya trenyuh. Sejak kejadian itu, Aldo memang banyak berubah. Ia membuktikan dirinya layak mendapatkan maaf dan kesempatan kedua. Anyelir sendiri membuktikan memaafkan dengan tidak pernah membahas masalah yang sama. Jika Aldo mulai mellow, meminta maaf dan terindikasi membahas hal sama, Anyelir sendiri yang mengingatkan dan mengajak melupakan semuanya dengan menatap ke depan. Ia sadar dirinya pun bukan manusia tanpa dosa. Ia bahkan bersikap kekanakan dalam menghadapi masalah ini. Saling memaafkan, saling sadar dan terus berbenah diri, itu yang mereka lakukan saat ini. Terlebih sebent
527Semua orang terdiam mendengar ucapan Sandra. Semua orang tahu jika Gita dirawat di RSJ karena saat ditahan sering mengamuk dan beberapa kali mencoba bunuh diri lagi, bahkan bayi dalam kandungannya sampai gugur karena perilakunya sendiri. Gita akhirnya dirawat di RSJ.Keluarga Aldo menganggap semua telah selesai, karena akhirnya Gita dinyatakan bersalah. Semua bukti dan saksi menunjukkan jika Aldo tidak bersalah. Andika dan istrinya kembali ke Kalimantan. Gita tidak menuntut apa pun kepada Andika, mungkin karena melihat kondisi laki-laki itu yang mengenaskan.Justru perseteruan dengan Aldo yang ia pertahankan walaupun pada akhirnya Gita harus merasakan kehidupan di balik jeruji besi dalam kondisi hamil.Publik juga sudah mulai melupakan kasus ini, hingga Aldo dan keluarga bebas bergerak tanpa banyak yang memperhatikan.Semua sudah berjalan normal dan baik-baik saja. Aldo dan Anyelir menjalani pernikahan dengan bahagia. Terlebih mereka akan memiliki anak. Hubungan mereka bahkan sema
526 “Aku mau poliandri, apa kau setuju?” Anyelir menatap serius. Hening. Binar penuh harap di mata Aldo seketika pudar dan meredup. Senyum yang tadi sempat tersungging, raib dalam waktu singkat. Dada pemuda itu mendadak sesak. Diteguknya ludah dengan susah payah karena kerongkongan yang mendadak kemarau. Napasnya tersengal seolah telah berlari puluhan kilo meter. Bibirnya bergetar. “Mana ada seperti itu, sayang?” tanyanya dengan senyum miris. Anyelir tersenyum. “Ada, ini bukan sungguhan. Jadi, aku hanya pura-pura saja.” “Maksudnya?” Mata Aldo memicing. Anyelir menarik napas panjang. “Begini, orang tua Haris menuntutnya untuk segera menikah. Sementara ia belum menemukan wanita yang cocok. Tapi ia menolak jika harus dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Jadi, ia memintaku untuk berpura-pura menjadi….” “Tidak!” Dengan napas yang semakin tersengal dan dada makin sesak, Aldo memotong ucapan Anyelir. “Apa kau sudah gila, sayang?” “Kenapa?” Anyelir memiringkan kepala. Tawan
525“Makanya jangan petakilan. Sudah mau jadi ayah kelakukan masih bocah.” Anyelir berkata ketus seraya melipat tangan di dada. Sementara Aldo terus meringis merasakan sakit di pinggangnya. Terpaksa harus dipijat lagi. Harus menahan lagi sakit yang lebih dari sebelumnya. Namun, di balik itu semua hatinya bahagia tiada tara. Sang istri sudah kembali seperti dulu. Hanya ketus karena kesal. Baginya tak apa diberi wajah ketus seperti itu, daripada harus mendapati wajah dingin yang membuatnya putus asa.Kini, bahkan Anyelir tengah menyuapinya. Ia yang untuk sementara hanya bisa tengkurap dengan kepala hanya bisa mendongak, kesulitan untuk sekadar menyuap. Praktis makan pun harus disuapi. Anyelir geleng-geleng kepala. Ini piring ketiga yang Aldo tandaskan. Pemuda itu seperti kelaparan. Memakan apa pun yang Anyelir suapkan dengan sangat rakus. Bahkan saat piring ketiga tandas pun, lelaki itu masih meminta tambah.“Berapa hari kau tidak makan?” tanya Anyelir heran saat menyuapi dari piring k
524“Sakit ….” Aldo merengek manja dengan wajah menengadah. Tangannya memeluk erat pinggang Anyelir yang pangkuannya ia jadikan bantal.Wajah lelaki itu terlihat berkeringat. Ringisan masih sesekali menghiasi wajahnya. Pemuda itu baru saja berteriak-teriak merasakan sakit akibat pijatan bapak tua penjaga villa.Akibat terlalu bersemangat dan terlampau bahagia karena melihat wanita yang dirindukannya selama ini ada di depan mata, ia berlari hingga tak memperhatikan apa pun lagi. Tangannya menyenggol keranjang buah di atas meja, hingga isinya jatuh ke lantai dan terinjak. Aldo terpeleset karena menginjak buah apel yang jatuh menggelinding, hingga tak terelakkan tubuhnya melayang jatuh. Namun, sebelumnya pinggangnya terbentur tepian meja hingga sakitnya menjadi berlipat-lipat.Beruntunglah bapak penjaga villa bisa memijat urat keseleo. Hingga ia langsung mendapat penanganan.Anyelir yang tengah memasak dibantu istri penjaga villa, kaget karena suara benturan keras. Wanita itu langsung me
524Aldo mengeratkan pelukan demi mendengar nasihat Aira. Kalau boleh memilih, ia ingin pernikahannya lanjut. Tak ingin tercerai berai karena anak yang akan menjadi korban. Kalau boleh ia ingin bertemu Anyelir dulu agar bisa bicara dari hati ke hati. Sayangnya, bahkan di mana keberadaan wanita itu, ia tidak tahu. “Jika Tuhan masih memberimu kesempatan, ingat gunakan sebaik-baiknya. Namun, jika semuanya hanya sampai di sini karena manusia hanya punya keinginan dan usaha, kau tetap harus bisa mengambil hikmahnya, Nak. Mungkin ini takdir kalian. Takdirmu. Jangan menyalahkan Tuhan. Apa yang terjadi sudah digariskan. Jika kalian harus bercerai, itu pasti takdir karena kau sudah berusaha memperbaiki semuanya. Yakin akan ada pelangi setelah hujan, Nak. Jika Tuhan memberi ujian ini, pasti disertai jalan keluar dan hikmah di baliknya.”Aldo hanya diam meresapi setiap kalimat sang ibu. Sungguh, ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan Anyelir. Namun, jika wanita itu tetap memaksa, ia bisa
523“Anye, kamu di mana?” Aldo duduk lesu di lobi hotel. Kepalanya menunduk dalam. Tangannya meremas rambut dengan kuat. Berkali-kali mengembus napas kasar. Beban di dadanya terasa ingin meledak. Setelah menunggu berminggu-minggu dengan setumpuk rindu dan penyesalan, kini hanya mendapati Anyelir yang sudah tidak berada di tempat.Aldo menyandar lemah seraya merogoh ponsel dalam saku. Mencoba keberuntungan. Menghubungi lagi Anyelir. Namun hingga berkali-kali dilakukannya, tetap hanya dijawab operator.Pemuda itu memejam sebelum bangkit dan berjalan keluar. Para pengawal berwajah datar sigap mengiringi.“Putari kota ini, Pak. Siapa tahu aku melihat keberadaan istriku,” titahnya kepada sopir setelah duduk di dalam mobil. Sang sopir hanya mengangguk sebelum menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Mengitari kota Surabaya seperti perintah sang majikan.Hampir seharian Aldo dan rombongan berputar-putar di sana. Semua jalan disusuri bahkan hingga jalan-jalan kecil hanya agar mendapat keber