251Malam ini benar-benar mereka gunakan untuk menikmati waktu berdua. Makan malam romantis di tepi pantai, berjalan-jalan dengan telanjang kaki, bermain ombak, saling menciptakan air laut, dan tak lupa berfoto untuk bahan postingan Quin di media sosialnya. Tangan Quin tak lepas mengait lengan sang suami. Mereka berjalan-jalan sambil bercerita tentang apa saja. Cita-cita dan mimpi, harapan untuk pernikahan mereka, uneg-uneg yang belum tersampaikan dan entah masih banyak lagi. Alister melihat wajah Quin sangat berbinar. Mungkin baru kali ini ada orang yang benar-benar mau mendengarkan ocehannya. Mungkin juga baru kali ini wanita itu bisa meluapkan apa yang tersimpan di hatinya sejak lama. Hanya kepada dirinya, suami yang ia percaya. Alister bertekad ingin membahagiakan wanita itu semampu yang ia bisa. Kebahagiaan yang mungkin tidak didapatkan dari orang tua dan keluarganya. Itulah sebabnya ia memenuhi apa saja keinginan wanita itu malam ini. Mumpung Angel di rumah dengan babysitter
252Sepanjang perjalanan pulang, Alister sangat gelisah. Beberapa kali bicara dengan Alexander dan Aldo di telepon untuk menanyakan kondisi Aira dan Sandra. Lelaki itu meremas rambutnya berkali-kali. Menyesalkan yang terjadi. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi dengan ibu dan adiknya. Alister menyesali kenapa belum juga sempat menemui sang ibu sejak menikah. Padahal sehari setelah hari pernikahan, ia sudah berniat ke sana. Hanya saja sang ayah melarang karena ia masih dalam masa pengantin baru. Kebetulan Aira juga tidak di rumah. Sedang ke rumah sakit diantar Raka. Ia menunda untuk mengunjungi sang ibu hingga kebablasan dan akhirnya seperti ini. Alister menyesal ia telah mengabaikan sang ibu padahal tahu kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Ia juga menyesalkan kenapa sebagai kakak, tidak tahu adiknya tengah menggenggam bara masalah, hingga berujung seperti ini. Seharusnya, saat sadar Sandra tak datang di hari pernikahannya, ia tahu kalau sang adik tengah bermasalah. Alister me
253Alister memeluk kaki sang ayah dengan penyesalan mendalam. Ya, ia menyesal telah mengabaikan Aira dan Sandra. Hatinya pun sakit melihat keadaan sang adik, dan Aira yang masih di ruang ICU. Namun, ia tidak menyangka kalau ternyata hati Alexander sangat terluka. Bukan hanya karena keadaan Aira dan Sandra saat ini, tetapi karena rasa gagal sebagai seorang suami dan ayah. Bertambah parah luka hatinya karena dirinya dan Raka yang tak kunjung berbaikan. “Maafkan aku, Pa. Aku memang salah. Aku sudah abai dengan Mama dan Sandra. Aku terlalu sibuk dengan diriku hingga tak lagi peka kalau adikku berada dalam masalah. Padahal Sandra adalah tanggung jawabku, akulah kelak yang bisa menjadi walinya bila ia menikah. Maaf, aku lalai, aku abai. Aku juga sudah mengabaikan mama, padahal mamalah yang paling sakit bila aku sakit.”“Kau bukan sibuk dengan dirimu sendiri Alister, tapi kau sibuk dengan sakit hatimu kepada saudaramu. Kau sibuk dengan sakit hati karena merasa terabaikan olehku. Kau juga
254Untuk beberapa lama, ketiga saudara itu berpelukan penuh haru sebelum Alister berdiri, kemudian memeluk ayah yang juga mengeluarkan air mata haru. Dipeluknya erat pria yang kini terlihat rapuh itu. Segumpal penyesalan bersarang di dadanya. Ia menyesal selalu menuduh Alexander lebih percaya dan mengandalkan Raka daripada dirinya. Padahal, kasih sayang sang ayah untuknya lebih dari apa pun. Saat ibu kandung tak menginginkannya, Alexander berjuang keras agar dirinya tetap hidup dan mendapatkan yang terbaik. Salah satunya mencari ibu susu dan membayarnya dengan gaji fantastis. Alexander bahkan menekan Aira agar lebih mengutamakan dirinya daripada anak kandung si ibu susu sendiri. Tidakkah itu membuktikan kalau sang ayah begitu menyayanginya? “Maafkan aku, Pa. Maafkan anakmu yang tidak tahu diri ini. Maafkan aku yang belum bisa melakukan apa pun untuk Papa.” Lelaki itu meneteskan air mata di pundak sang ayah. “Terima kasih atas segala yang sudah Papa lakukan untukku.”Alexander ti
255Raka sedang menunggui Sandra di ruang inapnya karena Alexander dan Aldo pulang. Raka sangat khawatir melihat kondisi Alexander, ia meminta sang ayah sambung untuk pulang dan beristirahat di rumah. Ia meminta Aldo untuk menemani. Urusan rumah sakit dirinya yang handel. Sementara Alister sudah pamit pulang sejak tadi. Selain karena terlihat kelelahan, mereka juga merindukan Angel yang dua hari ditinggal. Raka menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Kalau menuruti keegoisan, rasa irinya kepada Alister mencuat lagi. Alister dan istri barunya terlihat sangat mesra dan kelelahan. Raka sangat tahu apa penyebabnya. Rasa kagum yang sempat mampir di hatinya kepada wanita yang dinikahi sang adik susu itu, belum hilang sepenuhnya. Ia pernah berharap bisa mempersuntingnya. Entah kenapa sejak pertama melihat wanita itu, rasa tertariknya langsung muncul. Raka yakin jika wanita itu bisa menjadi istri baik, istri yang akan mengisi hatinya yang lama kosong. Rasa cintanya kepada Kirana me
256Sebenarnya Raka penasaran, hanya saja tak mungkin memaksa mereka untuk mengatakan sesuatu. Sandra terlihat sangat bersalah dengan terus meminta maaf dan menangkupkan kedua tangan di depan dada. Sementara gadis bernama Salsa terlihat marah, dan tak ingin menoleh lagi ke arahnya.Gadis itu malah mengambil bungkusan yang ia bawa di atas meja, dan mengeluarkan isinya. “Aku bawa puding buah kesukaanmu. Makan ya, aku suapi!” Terdengar suaranya masih ada getar. Ia berusaha mengalihkan perhatian. Sandra menggeleng. Ia belum berselera makan. Pikirannya masih kacau. “Aku tidak lapar,” tolaknya seraya mendorong wadah yang dipegang Salsa. “Tidak ada yang bertanya kau lapar atau tidak. Aku hanya ingin menyuapimu puding bikinanku, Beb. Dan aku tidak menerima penolakan!” Salsa memamerkan senyum palsu. Ia seolah seorang ibu yang tengah membujuk anaknya makan. Sandra menggeleng. Bahkan menutup mulut dengan kedua tangan. Ia benar-benar tak berselera. Padahal biasanya puding buah buatan Salsa s
257“Apa itu tidak berisiko, Kak? Bagaimana kalau kita sudah bisa melacaknya, kita bawa Papa dan Sandra ke sana. Baru diserahkan kepada polisi.” Alister memberi masukan. Raka menarik napas panjang. “Aku juga inginnya begitu. Tapi kondisi Sandra yang masih lemah membuat kita tak leluasa.”Alister mengangguk lagi. Ia mengerti kondisi di sini memang sedang tidak baik-baik saja. Ayah mereka yang tertekan, ibu mereka yang belum sadar, dan Sandra sendiri yang masih belum pulih. “Kak, apa ada kemungkinan Papa akan meminta tanggung jawab dan menikahkan Sandra dengan laki-laki itu, mengingat Sandra sedang mengandung anaknya?” Alister bertanya lagi. “Tidak akan, Al. Papa bahkan ingin membunuhnya.”Kening Alister tampak berkerut. “Apa seserius itu, Kak?” Raka menatap lurus Alister. “Apa kau tahu apa saja yang diakukan bajingan itu kepada adik kita?”Alister memiringkan kepala, iq penasaran, tetapi menunggu hingga Raka melanjutkan penjelasan. “Dia menguras semua keuangan Sandra. Dua kartu kr
258“Siapa namamu?” Alister menatap wajah babak-belur itu, setelah berdiri di hadapannya. Sementara Raka masih berdiri di belakang meja Alexander. Mengamati mereka. “Bumi, Bos.” Pemuda itu menjawab singkat dengan sikap sigap yang tampak dipaksakan karena tubuhnya tidak baik-baik saja. “Ok, Bumi. Kau tahu bukan, kalau adik kami berusaha mengakhiri hidup, dan ibu kami masih belum sadar karenanya?” Alister mencoba menekan emosi padahal ia pun ingin ikut menyarangkan pukulan di wajah itu. Bagaimana tidak? Alexander membayar pemuda itu untuk melindungi Sandra, tetapi kenyataan yang ada, bukan terlindungi sang adik malah kini hidupnya hancur. “Saya tahu.” Bumi menjawab masih dengan sigap. “Lalu, apa yang kau lakukan selama ini untuk Sandra? Kenapa dia sampai seperti ini?”Bumi bungkam. Seperti yang dilakukannya selama ini, dan itu membuat kedua saudara itu kesal. “Terus saja bungkam, dan lihat nasib adik kami sekarang!” Kali ini Raka yang maju mendekat. Lalu berdiri di samping Aliste
Extra partKepanikannya semakin menjadi saat nomor Aira tak kunjung diangkat. Sementara Anyelir menjerit-jerit merasakan rasa mulas di perutnya yang seolah diperas.Wanita paruh baya asisten rumah tangga mereka yang melihat kepanikan itu gegas menyuruh Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit. Sebagai wanita yang sudah berpengalaman melahirkan, ia tahu jika Anyelir akan segera melahirkan.Tanpa pikir panjang, Aldo mengangkat tubuh Anyelir yang beratnya sudah mencapai dua kali lipat dari berat normalnya karena kehamilan ini. Terlebih ada dua bayi kembar dalam perutnya. Untunglah rumah mereka kini bukan apartemen bertingkat. Hingga ia dengan mudah mengevakuasi sang istri.Berdua saja, Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit yang sudah mereka tunjuk untuk tempat bersalin. Sang asisten ia minta untuk terus menghubungi kelurganya, dan menyusul ke rumah sakit setelah urusan di rumah selesai.Selama perjalanan, Anyelir terus mencengkeram lengan Aldo karena merasakan mulas tak terkira. Belum lagi sese
Extra part“Kenapa, sayang?” Aldo yang baru memasuki rumah, menatap sang istri yang bibirnya maju.Anyelir tidak menjawab. Ia meraih tangan sang suami dan menciumnya takzim. Walaupun usia Aldo lebih muda, tetapi posisinya tetap kepala keluarga. Anyelir tetap menghormati dan memperlakukan bagaimana seharusnya memperlakukan suami.Aldo menarik tubuh sang istri tetapi dengan hati-hati agar tak mengganggu perut besarnya. Sebuah kecupan mendarat di kening berpoles bedak tipis. Kemudian beralih kedua pipi dan terakhir menghisap bibir majunya dengan gemas hingga si empunya bibir meronta minta dilepaskan.“Kau membuatku sesak napas.” Anyelir mendorong dada Aldo. “Ciuman macam apa itu?” lanjutnya dengan bibir semakin maju, ditambah tangan yang dilipat di dada.“Itu ciuman penawar marah. Juga penawar rasa lelah di kantor.”Anyelir menoleh. Ia tahu Aldo lelah bekerja seharian di kantor tetapi pulang langsung disuguhi sikap manja dan sensitifnya yang semakin menjadi sejak hamil. Namun, ia tak dap
528 “Tetaplah di sisiku sampai salah satu di antara kita menutup mata. Aku bahkan ingin kebersamaan ini berlanjut hingga kehidupan kekal kita kelak. Jangan pernah tinggalkan aku. Terus dampingi dan bantu aku dalam memperbaiki diri agar menjadi suami yang bisa membimbingmu dan anak-anak kita menjalani kehidupan ini dalam koridor yang lurus. Aku ingin menjadi imam dambaanmu, sayang.” Anyelir mendongak. Hatinya trenyuh. Sejak kejadian itu, Aldo memang banyak berubah. Ia membuktikan dirinya layak mendapatkan maaf dan kesempatan kedua. Anyelir sendiri membuktikan memaafkan dengan tidak pernah membahas masalah yang sama. Jika Aldo mulai mellow, meminta maaf dan terindikasi membahas hal sama, Anyelir sendiri yang mengingatkan dan mengajak melupakan semuanya dengan menatap ke depan. Ia sadar dirinya pun bukan manusia tanpa dosa. Ia bahkan bersikap kekanakan dalam menghadapi masalah ini. Saling memaafkan, saling sadar dan terus berbenah diri, itu yang mereka lakukan saat ini. Terlebih sebent
527Semua orang terdiam mendengar ucapan Sandra. Semua orang tahu jika Gita dirawat di RSJ karena saat ditahan sering mengamuk dan beberapa kali mencoba bunuh diri lagi, bahkan bayi dalam kandungannya sampai gugur karena perilakunya sendiri. Gita akhirnya dirawat di RSJ.Keluarga Aldo menganggap semua telah selesai, karena akhirnya Gita dinyatakan bersalah. Semua bukti dan saksi menunjukkan jika Aldo tidak bersalah. Andika dan istrinya kembali ke Kalimantan. Gita tidak menuntut apa pun kepada Andika, mungkin karena melihat kondisi laki-laki itu yang mengenaskan.Justru perseteruan dengan Aldo yang ia pertahankan walaupun pada akhirnya Gita harus merasakan kehidupan di balik jeruji besi dalam kondisi hamil.Publik juga sudah mulai melupakan kasus ini, hingga Aldo dan keluarga bebas bergerak tanpa banyak yang memperhatikan.Semua sudah berjalan normal dan baik-baik saja. Aldo dan Anyelir menjalani pernikahan dengan bahagia. Terlebih mereka akan memiliki anak. Hubungan mereka bahkan sema
526 “Aku mau poliandri, apa kau setuju?” Anyelir menatap serius. Hening. Binar penuh harap di mata Aldo seketika pudar dan meredup. Senyum yang tadi sempat tersungging, raib dalam waktu singkat. Dada pemuda itu mendadak sesak. Diteguknya ludah dengan susah payah karena kerongkongan yang mendadak kemarau. Napasnya tersengal seolah telah berlari puluhan kilo meter. Bibirnya bergetar. “Mana ada seperti itu, sayang?” tanyanya dengan senyum miris. Anyelir tersenyum. “Ada, ini bukan sungguhan. Jadi, aku hanya pura-pura saja.” “Maksudnya?” Mata Aldo memicing. Anyelir menarik napas panjang. “Begini, orang tua Haris menuntutnya untuk segera menikah. Sementara ia belum menemukan wanita yang cocok. Tapi ia menolak jika harus dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Jadi, ia memintaku untuk berpura-pura menjadi….” “Tidak!” Dengan napas yang semakin tersengal dan dada makin sesak, Aldo memotong ucapan Anyelir. “Apa kau sudah gila, sayang?” “Kenapa?” Anyelir memiringkan kepala. Tawan
525“Makanya jangan petakilan. Sudah mau jadi ayah kelakukan masih bocah.” Anyelir berkata ketus seraya melipat tangan di dada. Sementara Aldo terus meringis merasakan sakit di pinggangnya. Terpaksa harus dipijat lagi. Harus menahan lagi sakit yang lebih dari sebelumnya. Namun, di balik itu semua hatinya bahagia tiada tara. Sang istri sudah kembali seperti dulu. Hanya ketus karena kesal. Baginya tak apa diberi wajah ketus seperti itu, daripada harus mendapati wajah dingin yang membuatnya putus asa.Kini, bahkan Anyelir tengah menyuapinya. Ia yang untuk sementara hanya bisa tengkurap dengan kepala hanya bisa mendongak, kesulitan untuk sekadar menyuap. Praktis makan pun harus disuapi. Anyelir geleng-geleng kepala. Ini piring ketiga yang Aldo tandaskan. Pemuda itu seperti kelaparan. Memakan apa pun yang Anyelir suapkan dengan sangat rakus. Bahkan saat piring ketiga tandas pun, lelaki itu masih meminta tambah.“Berapa hari kau tidak makan?” tanya Anyelir heran saat menyuapi dari piring k
524“Sakit ….” Aldo merengek manja dengan wajah menengadah. Tangannya memeluk erat pinggang Anyelir yang pangkuannya ia jadikan bantal.Wajah lelaki itu terlihat berkeringat. Ringisan masih sesekali menghiasi wajahnya. Pemuda itu baru saja berteriak-teriak merasakan sakit akibat pijatan bapak tua penjaga villa.Akibat terlalu bersemangat dan terlampau bahagia karena melihat wanita yang dirindukannya selama ini ada di depan mata, ia berlari hingga tak memperhatikan apa pun lagi. Tangannya menyenggol keranjang buah di atas meja, hingga isinya jatuh ke lantai dan terinjak. Aldo terpeleset karena menginjak buah apel yang jatuh menggelinding, hingga tak terelakkan tubuhnya melayang jatuh. Namun, sebelumnya pinggangnya terbentur tepian meja hingga sakitnya menjadi berlipat-lipat.Beruntunglah bapak penjaga villa bisa memijat urat keseleo. Hingga ia langsung mendapat penanganan.Anyelir yang tengah memasak dibantu istri penjaga villa, kaget karena suara benturan keras. Wanita itu langsung me
524Aldo mengeratkan pelukan demi mendengar nasihat Aira. Kalau boleh memilih, ia ingin pernikahannya lanjut. Tak ingin tercerai berai karena anak yang akan menjadi korban. Kalau boleh ia ingin bertemu Anyelir dulu agar bisa bicara dari hati ke hati. Sayangnya, bahkan di mana keberadaan wanita itu, ia tidak tahu. “Jika Tuhan masih memberimu kesempatan, ingat gunakan sebaik-baiknya. Namun, jika semuanya hanya sampai di sini karena manusia hanya punya keinginan dan usaha, kau tetap harus bisa mengambil hikmahnya, Nak. Mungkin ini takdir kalian. Takdirmu. Jangan menyalahkan Tuhan. Apa yang terjadi sudah digariskan. Jika kalian harus bercerai, itu pasti takdir karena kau sudah berusaha memperbaiki semuanya. Yakin akan ada pelangi setelah hujan, Nak. Jika Tuhan memberi ujian ini, pasti disertai jalan keluar dan hikmah di baliknya.”Aldo hanya diam meresapi setiap kalimat sang ibu. Sungguh, ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan Anyelir. Namun, jika wanita itu tetap memaksa, ia bisa
523“Anye, kamu di mana?” Aldo duduk lesu di lobi hotel. Kepalanya menunduk dalam. Tangannya meremas rambut dengan kuat. Berkali-kali mengembus napas kasar. Beban di dadanya terasa ingin meledak. Setelah menunggu berminggu-minggu dengan setumpuk rindu dan penyesalan, kini hanya mendapati Anyelir yang sudah tidak berada di tempat.Aldo menyandar lemah seraya merogoh ponsel dalam saku. Mencoba keberuntungan. Menghubungi lagi Anyelir. Namun hingga berkali-kali dilakukannya, tetap hanya dijawab operator.Pemuda itu memejam sebelum bangkit dan berjalan keluar. Para pengawal berwajah datar sigap mengiringi.“Putari kota ini, Pak. Siapa tahu aku melihat keberadaan istriku,” titahnya kepada sopir setelah duduk di dalam mobil. Sang sopir hanya mengangguk sebelum menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Mengitari kota Surabaya seperti perintah sang majikan.Hampir seharian Aldo dan rombongan berputar-putar di sana. Semua jalan disusuri bahkan hingga jalan-jalan kecil hanya agar mendapat keber